Você está na página 1de 22

CHAPTER 4

Framing and the Reversal of Preferences


JUDGMENT IN MANAGERIAL DECISION MAKING

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, karena adanya tekanan kita cenderung


untuk menggunakan heuristics, atau rules of thumb, untuk mengurangi kompleksitas
dari keputusan kita. Heuristics memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang
efektif dalam waktu yang sempit. Namun demikian, heuristics juga bisa membuat kita
membuat keputusan yang bias. Untuk mengatasi bias yang berasal dari penggunaan
heuristics sangat sulit bahhkan orang yang paling pintar pun cenderung melakukan
kesalahan.

Preference Reversals
Dalam kasus yang akan digambarkan berikutnya, cara opsi di-frame dapat
memainkan peran yang penting dalam mempengaruhi keputusan kita. Seperti yang
orang bayangkan, framing mempengaruhi keputusan kita dalam domain yang
berbeda-beda. Kita akan me-review domain berikut yang di dalamnya framing
mempengaruhi keputusan kita, di antaranya:
1. Framing dapat memiliki pengaruh tertentu yang kuat ketika kita
mempertimbangkan sejumlah keputusan kita sebagai sebuah portofolio.
2. Persepsi yang tidak sempurna atas probabilitas dapat mempengaruhi pilihan kita.
3. Keputusan kita untuk membeli asuransi dipengaruhi oleh framing.
4. Kita mengevaluasi kualitas transaksi menurut bagaimana kita kita mem-frame
mereka.
5. Ketika kita memiliki sebuah barang, kita mem-frame-nya secara berbeda dengan
ketika kita tidak memilikinya.
6. Kita cenderung mengatur keuangan kita dengan melacak pengeluaran kita
berdasarkan kategori pembelian yang berbeda. Cara kita mem-frame pembelian
dan menggolongkannya dapat mempengaruhi cara kita dalam
membelanjakannya.
7. Perilaku belanja kita dipengaruhi baik oleh kelebihan uang yang di-frame sebagai
rebate atau sebagai bonus.
Terkadang kita mempertimbangkan opsi secara terpisah sedangkan pada
kesempatan yang lain, kita membuat pilihan ketika memiliki akses terhadap semua
opsi alternatif yang memungkinkan. Hal ini memiliki dampak pada keputusan kita.

Membingkai dan irasionalitas dari jumlah pilihan kita Risiko menolak


keuntungan, berisiko mencari kerugian
Pilihan secara individu tampak benar namun keseluruhannya salah -
mengidentifikasi dan mengintegrasikan keputusan berisiko di seluruh organisasi.
Penghindaran risiko akan membuat kita menolak setiap kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan, namun akhirnya semua bersama menjadi positif.
Decision A
Choose between:
a. A sure gain of $240
b. A 25 percent chance to gain $1,000 and a 75 percent chance to gain nothing
Decision B
Choose between:
a. A sure loss of $750
b. A 75 percent chance to lose $1,000 and a 25 percent chance to lose nothing
Frame terkait potential gains, orang cenderung menjadi risk averse dan
memilih opsi dengan keuntungan pasti sebesar $240. Kita juga melihat bahwa pada
Decision B, yang di-frame terkait potential losses, orang cenderung menjadi risk
seeking dan memilih opsi dengan uncertain loss daripada opsi dengan certain loss
sebesar $750. Lebih lanjut, jika dikombinasikan maka 73% orang akan memilih opsi a
dan d.

Choose between:

e. A 25 percent chance to win $240 and a 75 percent chance to lose $760

f. A 25 percent chance to win $250 and a 75 percent chance to lose $750

Tidak mengherankan jika orang lebih memilih opsi f daripada opsi e karena
opsi e mengandung expected value yang lebih baik dengan potential for gains yang
lebih besar dan potential for losses yang lebih kecil. Jika kita memperhatikan kasus
tersebut secara seksama, kita akan menyadari bahwa opsi e mengombinasikan sure
gain sebesar $240 dari opsi a pada Decision A dari kasus sebelumnya dengan
uncertain loss sebesar $760 dari opsi d dalam Decision B dari kasus sebelumnya.
Hal tersebut merupakan pola preferensi pilihan yang orang buat ketika
mempertimbangkan keputusan secara terpisah. Namun demikian, ketika
menggabungkan pilihan-pilihan di seluruh gains dan losses, pilihan f, yang
menggabungkan opsi yang kurang dipilih dalam kasus sebelumnya, jelas lebih
unggul. Dengan hanya mempertimbangkan pilihan yang di-frame sebagai gains dan
losses secara terpisah, orang telah membuat keputusan yang tidak optimal. Namun
demikian, dengan mempertimbangkan secara bersama-sama pilihan yang di di-frame
sebagai gains dan losses, seseorang dapat meningkatkan kualitas keputusannya.
Bagaimana semua ini menjadi relevan untuk keputusan manajer? Ketika
menyusun projects anggaran dan pembiayaan, manajer sering membuat keputusan
akokasi secara terpisah. Departemen yang berbeda dalam organisasi mem-frame
projects secara berbeda, misalnya salespeople berpikir tentang bagaimana
mendapatkan corporate gains sedangkan credit offices memikirkan keputusan terkait
menghindari losses.
Secara keseluruhan, banyak keputusan yang terjadi dalam organisasi dibuat
secara berututan atau dengan memisahkan frame seperti yang diperselisihkan menjadi
secara simultan dan dengan frames yang konsisten. Hal ini dapat memicu keputusan
yang kurang optimal pada lever organisasi.

Kelompok yang menyukai kepastian, bahkan pseudo-certainty


Orang yang memiliki berat badan rendah kemungkinan kejadian tinggi dan
akurat saat kejadian sudah pasti. Orang menghargai penciptaan kepastian mengenai
pergeseran tingkat ketidakpastian yang sama nilainya (lebih baik 0,1 sampai 0 di atas
0,2 sampai 0,1). Efek kepastian: "pengurangan hasil probabilitas lebih penting saat
awalnya diketahui maka jika tidak pasti". Orang membeli asuransi untuk melindungi
terhadap risiko + tidak khawatir dengan ketidakpastian.
Russian Roulette
Question 1
How much would you pay to remove the bullet and reduce the likelihood of death
from 1/6 (17%) to 0?
Question 2
In a game with two bullets, how much would you pay to remove one bullet and reduce
the likelihood of death from 1/3 (33%) to 1/6 (17%)?
Pada Question 1, kita mempertimbangkan sebuah permainan tradisional
dengan peluru tunggal dalam sebuah pistol dan kita diminta untuk mengusulkan
seberapa banyak yang akan kita bayar untuk menghilangkan peluru tersebut. Pada
Question 2 kita mempertimbangkan sebuah permainan yang lebih berisiko dengan
dua peluru dalam sebuah pistol dan kita diminta untuk mengusulkan seberapa banyak
yang akan kita bayar untuk menghilangkan salah satu pelurunya.
Meskipun kemungkinan untuk mati berkurang dalam jumlah yang sama
dengan menghilangkan satu peluru dalam kedua pertanyaan, orang akan mau
membayar lebih banyak ketika dihadapkan pada Question 1. Ini karena kita
memberikan nilai yang lebih tinggi dalam mengurani probabilitas untuk terluka
menjadi nol secara relatif daripada mengurangi probabilitas untuk terluka menjadi
jumlah yang bukan nol. Ringkasnya, kita memberikan keseluruhan nilai yang tinggi
atas terbentuknya kepastian.
Namun demikian, perceived certainty dapat dengan mudah dimanipuasi
melalui framing. Sebagi contoh, perusahaan asuransi dapat mem-frame asuransi
sebagai “full protection” dari bencana alam atau sebagai reduksi dari probablitias
mengalami kerugian sebagai hasil dari bencana alam. Begitu juga sebuah vaksin dapat
di-frame sebagai penyedia full protection melawan penyebaran penyakit atau hanya
sebagai pengurang probabilitas untuk menderita penyakit tersebut.

Perceptions of Certainty
Pada kasus yang paling kiri, kita menghadapi certain gain melawan unceratin
gain. Pada kasus yang tengah, kita harus membuat keputusan pada game dua babak
sebelum mengetahui outcome dari babak pertama. Setelah ketidapkastian babak
pertama dari game tersebut, opsinya identik dengan kasus yang paling kiri. Pada
dasarnya, kasus yang paling kanan ekuivalen dengan keputusan yang kita hadapi
sebelum memulai game yang disebutkan dalam kasus di tengah.

Membingkai dan mengungguli asuransi


Asuransi adalah sesuatu yang selalu di-frame sebagai mencegah kerugian. Ini
memiliki implikasi yang penting pada norma sosial yang memerintah kita untuk
sebaiknya membeli asuransi. Pada dasarnya, ide dari asuransi adalah kita membayar
premi untuk melindungi diri kita sendiri dari potential losses atas sejumlah besar
uang.
Namun demikian, asuransi memiliki expected value yang negatif, karena tidak
akan ada jika itu bukan sebuah usaha keras yang menguntungkan. Tetapi, jika
asuransi dianggap sebagai certain loss of money agar terlindungi daripada proteksi
dari sebuah kemungkinan rugi (premi asuransi), orang akan ragu-ragu untuk
membelinya. Malahan, orang berpikir asuransi sebagai proteksi dari kemungkinan
rugi dan ini memicu mereka untuk membayar premi yang besar atas reduksi
ketidakpastian yang masuk ke dalam kantong pemegang saham perusahaan asuransi.

Apa itu layak untuk anda


You are lying on the beach on a hot day. All you have to drink is ice water.
For the last hour you have been thinking about how much you would enjoy a nice
cold bottle of your favorite brand of beer. A companion gets up to go make a phone
call and offers to bring back a beer from the only nearby place where beer is sold (a
fancy resort hotel) [a small, rundown grocery store]. He says that the beer might be
expensive and asks how much you are willing to pay for it. He says that he will buy
the beer if it costs as much as or less than the price you state. But if it costs more than
the price you state, he will not buy it. You trust your friend, and there is no possibility
of bargaining with the (bartender) [store owner].
What price do you tell him?
Setelah membaca dua kali (sekali tanpa memperhatikan tanda kurung, dan
dengan memperhatikan tanda kurung) kita mendapati dua kunci utama yaitu:
1. Kita mendapatkan produk yang sama pada masing-masing versi.
2. Harga produknya tidak dapat dinegosiasikan.
3. Bir akan diminum di pantai tanpa memperhatikan di mana bir dibeli.
Ketika seseorang diberikan skenario lebih dari 20 tahun yang lalu, mereka
akan mau membayar lebih dari $1 lagi untuk bir yang dibeli di hotel daripada bir
sama yang dibeli di toko grosir. Meskipun orang akan membeli barang yang sama
untuk diminum di lokasi yang sama dengan tidak ada kesempatan untuk menawar
harganya, mereka akan mau untuk membayar ;ebih untuk bir di hotel karena hotel
umumnya memberikan harga yang lebih tinggi. Pada dasarnya, dengan disediakan di
hotel, orang mem-frame ekspektasi terhadap harga wajarnya menjadi lebih tinggi
daripada jika mereka membelinya dari toko grosir, yang umumnya diharapkan
membebankan harga yang lebih rendah.

Nilai yang kita renda pada apa yang kita miliki


Secara umum, terdapat kecenderungan pada orang untuk meng-overvalue
barang yang mereka miliki. Ini menjadi masalah karena dalam market setting, jika
penjual menilai barang yang dimilikinta lebih dari seoarang pembeli tunggal, maka
barang tersebut tidak akan terjual.
Dalam beberapa kasus, hal ini sering terjadi, di antaranya:
1. Pemilik rumah sering meng-overvalue rumahnya dan meninggalkannya di pasar
untuk periode waktu yang lama.
2. Pemilik kendaraan umumnya memasarkan mobilnya dalam jangka waktu yang
lebih panjang daripada yang mereka harapkan.
3. Pada pelelangan online dimana penjual memiliki kesempatan untuk mengatur
harga penawaran minimum, secara kasar sepertiga item tidak pernah terjual.
4. Dalam sebuah studi eksperimental, ditemukan bahwa partisipan yang diberi mug
dan kesempatan untuk menjualnya memberikan nilai yang lebih tinggi daripada
partisipan yang diberikan uang dan kesempatan untuk membeli mug tersebut.

Mental Akuntansi
Orang membuat akun yang berbeda untuk pengeluaran yang berbeda. Orang
menghabiskan kekayaan baru yang ditemukan lebih mudah. Dua kerugian kecil
melukai lebih dari satu yang besar. Setiap euro pertama melukai lebih dari yang
kedua. Setelah Anda memiliki uang di samping, bagaimana Anda membelanjakannya
tidak akan menyusahkan.
Suppose that you bought a case of good 1982 Bordeaux in the futures market
for $20 a bottle. The wine now sells at auction for about $75 per bottle. You have
decided to drink a bottle.
Which of the following best captures your sense of the cost of your drinking
this bottle?
a. $0
b. $20
c. $20 plus interest
d. $75
e. –$55 (you’re drinking a $75 bottle for which you paid only $20)
Terdapat sebaran yang merata pada opsi a, b, d, dan e. Namun demikian hanya
sedikit yang memilih opsi c. Hal ini menunjukkan bahwa orang berpikir tentang cost
dalam beberapa cara yang berbeda, di antaranya:
1. Mereka membebankan begitu saja cost sebelum mengonsumsi barang tersebut
(misalnya, meminum wine setelah membelinya – opsi a).
2. Mereka berpikir tentang consumption cost berkenaan dengan harga belinya (oppsi
b).
3. Mereka melakukan analisis ekonomi atas opportunity cost terkait dengan
konsumsi botol tersebut (misalnya, harga lelangnya sebesar $75 – opsi d)
4. Mereka menghasilkan uang dan memperoleh utility dari kenikmatan pembelian
hebatnya (opsi e)
Hal ini mengindikasikan bahwa evaluasi kita atas transaksi seringnya cukup
malleable dan terkait dengan interpretasi kita sendiri terhadap transaksi tersebut.
Dalam kasus lain, jika terdapat outcomes yang identik dari perspektif bahwa
keduanya menghasilkan total kerugian sebesar $200. Namun demikian, seseorang
cenderung lebih sedih dengan outcome sebelah kanan dibandingkan dengan sebelah
kiri. Seseorang membangun mental accounts untuk federal taxes dan state taxes
mereka. Akibatnya, rugi terpisah tidak dirasakan sebesar rugi tunggal sebesar $200
dari federal taxes mental account mereka.
Secara keseluruhan, praktek memisahkan pengeluaran kita menjadi beberapa
akun yang berbeda merupakan cara yang baik untuk menelusuri beban kita. Namun
demikian, hal tersebut menyebabkan beberapa masalah yaitu bahwa financial loss
tidak terasa besar ketika kerugian tersebut datang dari beberapa akun yang berbeda
daripada ketika datang dari satu akun besar. Hal ini mungkin memicu kita untuk
membelanjakan lebih banyak uang dari yang normalnya kita inginkan jika kita
mempertimbangkan jumlah keseluruhan beban daripada pengeluaran yang terjadi
pada tiap-tiap mental accounts kita.
Rebate / bonus framing
Banyak seperti kita yang mungkin mem-frame pengeluaran kita dalam cara
yang berbeda tergantung pada bagaimana kita mengkategorikannya secara mental,
perubahan sederhana dalam mem-frame uang yang kita terima mungkin mengubah
perilaku belanja kita. Federal stimulus spending adalah salah satu contohnya. Pada
bulan September 2011, pemerintah federal membayar $38 miliar kepada wajib pajak
sebagi bagian paket stimulus. Belanja stimulus ini dikenal sebagai sebuah “rebate”.
Namun demikian, penelitian setelahnya menyarankan jika pemerintah menyebutkan
stimulus tersebut sebagai “bonus”, hal itu akan menjadi lebih efektif.
Sama halnya framing terhadap gaji yang kita terima mungkin memiliki efek
yang sama pada konsumsi kita. Bonus akhir tahun mungkin di-frame sebagai sebuah
unanticipated gain sedangkan pembayaran akhir tahun, yang di-frame sebagai
pengembalian kepada karyawan yang dihasilkan dari kelebihan profit, mungkin
dilihat sebagai “witheld salary” yang di-frame sebagai keuntungan yang membawa
gaji seseorang kembali kepada reference pointsnya. Sederhananya, mem-framing
rebates melawan bonus dapat mengubah reference points, yang memiliki pengaruh
kuat pada perilaku belanja selanjutnya.

Joint Versus Seperate Preference Reversals


Salary Package A Salary Package B
$27,000 Year 1 $23,000 Year 1
$26,000 Year 2 $24,000 Year 2
$25,000 Year 3 $25,000 Year 3
$24,000 Year 4 $26,000 Year 4
Paket A menghasilakn penurunan gaji sementara Paket B menghasilkan
kenaikan gaji. namun demikian, Paket B membayar lebih kecil secara keseluruhan
dibandingkan Paket A dan akibatnya jelas lebih superior opsi untuk Paket A.
Malahan, kebanyakan orang melihat Paket A lebih dapat diterima daripada Paket B.
Namun demikian, ketika seseorang hanya melihat Paket A atau Paket B dalam
isolation, mereka cenderung untuk meunjukkan preferensi yang lebih kuat untuk
Paket B. Orang akan cenderung merasa tidak puas dengan penurunan gaji, jadi tanpa
sebuah pemahaman terhadap kemungkinan alternatif, Paket A terlihat tidak adil ketika
seseorang tidak mengetahui spesifikasi Paket B.
Sebagaimana telah diilustrasikan oleh kasus sebelumnya, preferensi kita sering
terbalik ketika kita mengevaluasi opsi bersama karena dibandingkan secara terpisah.
Pada kasus gaji, emosi yang dipicu oleh kemungkinan pengurangan gaji setiap
tahunnya memicu ukita untuk menurunkan preferensi seperti gaji tersebut. Namun
demikian, ketika mempertimbangkan hubungan dengan gaji yang naik per tahunnya,
tetapi menyediakan keseluruhan pendapatan yang lebih kecil, seseorang akan mampu
untuk mengesampingkan emosinya dan melihat keuntungan untuk mendapatkan
keseluruhan gaji yang lebih tinggi meskipun faktanya akan menurun setiap tahuunya.
Kadang kita bisa melihat hal ini terjadi dalam konteks pemungutan suara.
Beberapa polls meminta rating persetujuan kandidat di mana hanya seorang kandidat,
yang dipertimbangkan oleh setiap orang, dipilih (separate evaluation) sedangkan
yang lainnya meminta pilihan kandidat di antara daftar seluruh kandidat yang
memungkinkan (joint evaluation). Dalam kasus di mana kandidat melakukan
perbuatan tidak etis, dia mungkin akan menerima lebih sedikit persetujuan dalam
approval polls daripada dalam voting polls.
Para ahli percaya bahwa reversal atas referensi ketika mengevaluasi opsi
secara terpisah sebagaimana dibandingkan dengan ketika mengevaluasi opsi secara
bersama terjadi karena satu dari dua alasan berikut:
1. Alasan potensial pertama mengacu pada apa yang disebut sebagai “want/should”
explanation. Ide dasarnya adalah bahwa seseorang mengandalkan emotional
arousal untuk mengarahkan keputusan mereka ketika mengevaluasi secara
terpisah, tetapi ketika mengevaluasi secara bersamaan, seseorang cenderung lebih
mengandalkan pada pemikiran logis dan sistematis.
2. Penjelasan kedua adalah bahwa beberapa atribut sulit untuk dievaluasi,
dikuantifisir, atau ditimbang. Pada kasus ini, seseorang sering
mengandalkanatribut yang lebih dapat dievaluasi untuk mengarahkan
keputusannya. Namun demikian, ketika atribut yang sulit untuk dievaluasi dapat
diperbandingkan, informasi lebih banyak tersedia untuk mengevaluasi atribut
tersebut dan ini meningkatkan bobot yang mereka tempatkan pada atribut yang
sulit untuk dievaluasi dalam pembentukan pilihan mereka.
Conclusion And Integration
Kita telah membahas banyak contoh tentang bagaimana framing dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan kita. Namun demikian, banyak contoh berasal
dari eksperimen laboratorium, hal ini memicu seseorang untuk ingin tahu bagaimana
kemampuan generalisasi dari efek tersebut. Mereka nampaknya sangat dapat
digeneralisasi, selama mereka mampu menjelaskan item-item berikut ini, di
antaranya:
1. Mengapa seorang sopir taksi mengemudi lebih lama sepanjang slow days
dibandingkan dengan busy days. Mereka memiliki reference points harian
tentang seberapa banyak yang mereka harapkan peroleh dan ketika mereka
mencapai jumlahnya, mereka berhenti bekerja. Ketika mereka gagal mencapai
jumlah tersebut, mereka terus bekerja sampai mereka mencapai earning goal
harian mereka.
2. Mengapa pegolf lebih mungkin untuk meninggalkan putt short ketika memukul
untuk birdie daripada ketika mereka memukul untuk par. Dalam golf, skor par
mencerminkan sebuah reference points arbritary yang membentuk keputusan
pegolf. Ketika mengusahakan birdie, seseorang mungkin akan bermain lebih
konservatif dengan meninggalkan putts shorts sehingga mereka memiliki par put
yang dapat di-manage. Ketika mengusahakan par putt, seseorang mungkin
bermain dalam gaya yang lebih berisiko untuk menghindari penurunan skor
setelah menerima bogey setelah meninggalkan putt short.
3. Para trader cenderung untuk meng-hold losing stock terlalu lama dan cenderung
menyingkirkan winning stocks terlalu cepat. Karena mereka telah mem-frame
saham berperforma tinggi sebagai saham yang dengannya mereka telah
memperoleh returns yang positif, mereka enggan untuk meng-hold-nya terlalu
lama karena ketakutan bahwa mereka nantinya akan kehilangan uang. Namun
demikian, mereka sering meng-hold saham berperforma rendah terlalu lama
karena mereka mau menanggung risiko bahwa saham tersebut terus menurun
nilainya sehingga mereka memiliki kesempatan untuk impas bahkan dalam kasus
bahwa saham tersebut melonjak nilainya.
Dilengkapi dengan pengetahuan bahwa framing dapat memasukkan pengaruh
yang kuat pada keputusan kita, seseorang dapat menjalani beberapa latihan untuk
meningkatkan keputusan kita. Beberapa langkah yang dapat ditempuh, di antaranya:
1. Pertama, mereka harus mengidentifikasi reference points mereka sendiri ketika
mengalami masalah tertentu. Sebagaimana telah disebutkan, reference points
dapat dimanipulasi secara langsung, tetapi dalam banyak kasus, reference points
bersifat ambigu dan setelah diberikan seseorang dapat mengadopsi multiple
reference points. Bagaimanapun juga, memahami reference points-nya sendiri
ketika menghadapi masalah adalah penting.
2. Setelah seseorang mengidentifikasi reference pointsnya dalam menghadapi
masalah, dia harus mempertimbangkan alternative reference points. Dengan
berpikir melalui potential reference points lainnya, seseorang dapat
mempertimbangkan bagaimana preferensi mereka mungkin telah berubah dengan
reference points yang berbeda.
An Empirical Examination of Competing Theories to Explain the Framing
Effect in Accounting-Related Decisions
Cheng. et al

A. PENDAHULUAN
Tugas akuntansi yang paling mengharuskan akuntan membuat penilaian dalam
mengumpulkan dan memberikan informasi bagi para manajer untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan. Ada kemungkinan bahwa manajer hakim atau membenarkan
keputusan mereka berdasarkan cara di mana informasi akuntansi disediakan,
sementara tidak membayar perhatian yang memadai terhadap isi informasi tersebut.
Keputusan manajerial yang dihasilkan dari bias tersebut dapat memiliki
konsekuensi yang merugikan bagi perusahaan dan pemangku kepentingan (Ashton
dan Ashton 1995). Dengan demikian, mengidentifikasi dampak dari cara di mana
informasi yang berhubungan dengan keputusan yang diberikan oleh akuntan untuk
pengambil keputusan merupakan langkah penting dalam memahami bagaimana
informasi akuntansi harus dikumpulkan dan disediakan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
Pengambilan keputusan literatur telah menunjukkan bahwa individu merespon
secara berbeda terhadap masalah keputusan yang sama jika masalah disajikan dalam
format yang berbeda (untuk ulasan, lihat Kühberger 1998; Levin et al 1998.).
Fenomena ini disebut sebagai efek framing (Kahneman dan Tversky 1979; Tversky
dan Kahneman 1981). Tversky dan Kahneman menggunakan teori prospek untuk
menjelaskan efek framing. Teori ini mendukung temuan banyak studi akuntansi
sebelumnya dalam framing. Namun, hasil yang tidak konsisten didokumentasikan
dalam beberapa literatur psikologi baru-baru ini (lihat Schneider [1992] untuk review)
telah menginspirasi para peneliti perilaku untuk mengatasi keterbatasan menggunakan
teori prospek untuk menjelaskan efek framing.
Dalam tulisan ini, kita membandingkan kemampuan dari tiga teori (teori
prospek, model mental probabilistik, dan fuzzy-jejak teori) untuk menjelaskan efek
framing mungkin dalam penganggaran modal konteks keputusan. Sebagai Arnold
(1997, 62) telah menunjukkan:
Dari perspektif akuntansi manajerial, manajer dapat meninjau informasi
akuntansi dan membuat keputusan yang mempengaruhi arah masa depan perusahaan.
Penafsiran awal informasi dapat menentukan informasi tambahan yang
dipertimbangkan ketika membuat pilihan tentang masa depan implikasi dari framing
lingkungan akuntansi berpotensi cukup signifikan.

B. PROSPEK TEORI DAN EFEK FRAMING


Teori Prospek
Menurut teori prospek, selama analisis pendahuluan pembuat keputusan
tentang prospek, proses editing psikologis (Tahap I) berlangsung untuk mengatur
prospek, merumuskan pilihan, dan menyederhanakan evaluasi berikutnya dan pilihan
(Tahap II). Selama fase editing, titik acuan yang dirasakan didirikan untuk
membedakan keuntungan dari hasil kerugian. Unsur coding dari proses editing dapat
diwakili oleh fungsi nilai hipotetis.
Kurva S berbentuk yang melewati titik referensi sentral dapat digunakan untuk
menggambarkan teori prospek. Fungsi Nilai ini diprediksi akan cekung dan cembung
untuk keuntungan kerugian, tetapi juga curam kerugian daripada keuntungan
(Kahneman dan Tversky 1979). Kondisi di atas menyebabkan individu untuk
mendukung penghindaran risiko keuntungan dan risiko mencari kerugian. Perbedaan
antara Framing Efek dan Efek RefleksinTversky dan Kahneman (1981)
mengemukakan bahwa pembalikan preferensi diucapkan dalam hasil risiko dari cara
hasil pilihan / option dibingkai. Meskipun fenomena ini disebut efek framing, efek
refleksi dari teori prospek telah diterapkan untuk menjelaskannya.
Efek Freaming
Karena efek framing adalah fenomena persepsi yang sama dengan ilusi optik,
sedangkan efek refleksi tidak (Fagley 1993), membedakan perbedaan antara dua efek
ini sangat penting. Ketika memberikan informasi keuangan, akuntansi profesional
harus waspada terhadap format presentasi untuk menghindari menyebabkan efek
framing mungkin. Meskipun efek refleksi tidak melibatkan bias keputusan,
profesional akuntansi harus mempersiapkan pernyataan yang akan mengingatkan para
pembuat keputusan untuk melihat alternatif sebagai dua masalah jelas terpisah dan
mempertimbangkan faktor-faktor yang berbeda untuk setiap alternatif.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan Teori Prospek Menurut Kühberger (1995),
kata-kata yang berkaitan dengan hasil pilihan (misalnya, "save" atau "mati")
memutuskan masalah domain (yaitu, "gain" atau "loss") dan berhubungan dengan
efek refleksi. Di sisi lain, bingkai masalah (misalnya, "positif" atau "negatif")
tergantung pada penggunaan negasi "tidak," yang berhubungan dengan efek framing.
Artinya, menambahkan negasi "tidak" untuk kalimat hanya mengubah bingkai
masalah dari positif ke negatif, atau sebaliknya, tapi itu tidak mengubah masalah
domain (yaitu, keuntungan atau kerugian domain masih memegang). Menurut teori
prospek, pengambil keputusan akan memilih tertentu (berisiko) pilihan selama
berisiko (tertentu) pilihan ketika masalah ini dianggap sebagai laba (rugi) domain,
terlepas dari bingkai masalah (positif atau negatif). Dengan demikian, hipotesis
berdasarkan teori prospek yang dihasilkan sebagai berikut:

H1a: Menurut teori prospek, ketika informasi dari masalah keputusan ini dinyatakan
dalam keuntungan domain / bingkai positif, pengambil keputusan akan memilih opsi
tertentu (tidak ada resiko) atas pilihan berisiko. Ketika informasi dari masalah
keputusan dinyatakan pada hilangnya domain / bingkai negatif, pengambil keputusan
akan memilih opsi berisiko atas pilihan tertentu.
H1b: Menurut teori prospek, ketika informasi dari masalah keputusan ini dinyatakan
dalam keuntungan domain / bingkai negatif, pengambil keputusan akan memilih opsi
tertentu (tidak ada resiko) atas pilihan berisiko. Ketika informasi dari masalah
keputusan dinyatakan pada hilangnya domain / bingkai positif, pengambil keputusan
akan memilih opsi berisiko atas pilihan tertentu.

C. BERSAING
Pada bagian ini, kita membahas dua teori yang bersaing untuk menjelaskan
efek framing: model mental probabilistik (Gigerenzer et al 1991.) Dan teori kabur-
jejak (Reyna dan Brainerd 1991a, 1991b). Diskusi kami dari dua teori ini akan
membawa kita untuk mengembangkan hipotesis penelitian. Probabilistik Model
Mental Gigerenzer et al. (1991) mengembangkan model mental probabilistik (PMM)
teori untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku individu yang berkaitan dengan
terlalu percaya diri dalam penilaian dan keputusan.
Kühberger (1995) mengemukakan bahwa PMM juga dapat digunakan untuk
menjelaskan efek framing. Menurut PMM, individu disajikan dengan tugas dua
alternatif usaha pertama untuk membangun sebuah model mental lokal (LMM) dari
tugas, kemudian menggunakannya untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
memori jangka panjang dan operasi logis dasar. Secara umum, LMM dapat berhasil
dibangun jika (1) angka yang tepat dapat diambil dari memori jangka panjang untuk
membandingkan alternatif, (2) berkisar / fitur dari informasi mengenai alternatif tidak
tumpang tindih, atau (3) operasi logis dasar , seperti pengucilan, dapat mengimbangi
hilang pengetahuan. Jika masalah tidak dapat diselesaikan secara langsung
menggunakan LMM, maka sebuah PMM dibangun menggunakan informasi
probabilistik yang dihasilkan dari memori jangka panjang.
Kebanyakan keputusan akuntansi dan manajemen akan memerlukan
penggunaan PMM, karena persyaratan kedua dan ketiga untuk penggunaan LMM
biasanya tidak terpenuhi dalam memecahkan masalah bisnis. PMM teori
menunjukkan bahwa pembuat keputusan memecahkan masalah dengan menerapkan
inferensi induktif, yaitu dengan menempatkan tugas keputusan tertentu ke konteks
yang lebih besar (Gigerenzer et al. 1991, 507). Menurut teori PMM, kelas referensi
masalah keputusan dan jaringan variabel keputusan, selain variabel sasaran, yang
digunakan untuk melakukan tidak langsung, inferensi berbasis frekuensi. Dengan kata
lain, untuk membuat keputusan, individu pertama membangun sebuah kelas referensi
untuk masalah tertentu. Ingat empat program dalam masalah penyakit Asia. Untuk
masalah tertentu, kelas referensi bisa "program untuk memerangi bencana"
(Kühberger 1995). Selain variabel sasaran (yaitu, untuk menyelamatkan nyawa),
variabel penting dalam masalah mungkin termasuk waktu, pengetahuan baru
dikembangkan, keterampilan dan / atau obat-obatan, sumber daya tambahan, dll Sejak
Program A menunjukkan bahwa 200 orang akan diselamatkan, tetapi tidak
menentukan hasil yang mungkin untuk sisanya 400 orang, Program A menyisakan
ruang bagi individu untuk membangun PMM mereka sendiri.
Setelah pelajaran membaca masalah dan dibandingkan Program A dan B
tentang berapa banyak nyawa akan diselamatkan, mereka dapat menyimpulkan
bahwa, sebagai waktu berjalan, obat baru untuk penyakit ini dapat diidentifikasi dan
sumber daya tambahan dapat dialokasikan untuk menangani bencana. Oleh karena itu,
setelah jumlah awal orang telah diselamatkan, beberapa orang tambahan dapat
disimpan juga. Artinya, di bawah kata-kata "akan diselamatkan," Program A dan B
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Program A: 200 orang akan diselamatkan dan beberapa lagi bisa diselamatkan
nanti.
Program B: Ada 1/3 probabilitas bahwa 600 orang akan diselamatkan dan 2/3
probabilitas bahwa tidak ada orang yang akan diselamatkan.
Kerangka Masalah Program A positif, sedangkan Program B dicampur, yang
mungkin menjadi alasan mengapa mata pelajaran di bawah situasi kata-kata ini lebih
memilih Program A ke B. Program Program A memungkinkan untuk kemungkinan
bahwa orang lain bisa diselamatkan. Di sisi lain, ketika subjek membandingkan
Program C dan D (di bawah "akan mati" kata), mereka menganggap fakta bahwa di
bawah Program C 400 orang akan mati pasti. Selain itu, kemungkinan bisa rendah
sehingga pengetahuan baru akan diperoleh untuk menyelamatkan orang-orang sebagai
waktu berjalan. Oleh karena itu, orang-orang tambahan bisa mati setelah porsi yang
relatif besar orang meninggal. Oleh karena itu, Program C dan D dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Program C: 400 orang akan mati dan beberapa lagi mungkin mati nanti.
Program D: Ada 1/3 probabilitas bahwa tak seorang pun akan mati dan 2/3
kemungkinan bahwa 600 orang akan mati.
Hal ini bisa menjelaskan mengapa subyek lebih memilih Program D
(campuran bingkai masalah) ke Program C (bingkai masalah negatif). Dengan
demikian, karena desain eksperimental (gain domain / kerangka berpikir positif untuk
Program A, dan kehilangan domain / bingkai negatif untuk Program C) dari masalah
penyakit Asia klasik, baik efek refleksi atau efek PMM dapat menjelaskan efek
framing.
Namun, perlu dicatat bahwa kondisi yang diperlukan dari PMM dalam
menjelaskan efek framing adalah bahwa pilihan tertentu digambarkan dengan
informasi yang tidak lengkap, yang menyisakan ruang bagi para pengambil keputusan
untuk mempertimbangkan variabel lain yang mungkin relevan dengan masalah.
Selain itu, opsi tertentu digambarkan menggunakan frame masalah yang berbeda
(positif atau negatif), yang dapat menyebabkan pengambil keputusan untuk
pandangan yang berlawanan dari masalah yang sama.
Berlawanan dengan teori prospek, teori PMM berfokus pada bingkai masalah,
dan masalah domain (keuntungan atau kerugian) tidak relevan. Oleh karena itu, dalam
rangka untuk menguji kemampuan deskriptif teori prospek dan PMM, satu set
kombinasi domain masalah dan masalah frame dirancang (yaitu, gain domain /
bingkai negatif vs kehilangan domain / bingkai positif). Dengan demikian, hipotesis
berdasarkan teori PMM adalah sebagai berikut:
H2a: Menurut teori PMM, ketika informasi dari masalah keputusan ini dinyatakan
dalam keuntungan domain / bingkai positif, pengambil keputusan akan memilih opsi
tertentu (tidak ada resiko) atas pilihan berisiko. Ketika informasi dari masalah
keputusan dinyatakan pada hilangnya domain / bingkai negatif, pengambil keputusan
akan memilih opsi berisiko atas pilihan tertentu.
H2b: Menurut teori PMM, ketika informasi dari masalah keputusan ini dinyatakan
dalam keuntungan domain / bingkai negatif, pengambil keputusan akan memilih opsi
berisiko lebih opsi tertentu (tidak ada resiko). Ketika informasi dari masalah
keputusan dinyatakan pada hilangnya domain / bingkai positif, pengambil keputusan
akan memilih pilihan tertentu atas pilihan

Fuzzy-Trace Theory
Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang hubungan antara memori dan
penalaran, Reyna dan Brainerd (1990) berasal teori Fuzzy-jejak (FFT). Teori ini
berbeda dari teori prospek, yang mencari fungsi psikofisik untuk probabilitas dan
nilai-nilai hasil, bahwa NTP mengasumsikan individu lebih memilih untuk alasan
menggunakan representasi yang disederhanakan dari informasi (yaitu, inti), sebagai
lawan untuk membalas rincian (Reyna dan Brainerd 1991a). Jadi, menurut NTP,
sedangkan individu pengkodean informasi verbatim, mereka mengekstrak pola global
dari informasi yang disajikan dan kemudian mental merupakan masalah keputusan
pada berbagai tingkat kekhususan.
Ini kontinum kabur-to-verbatim representasi memungkinkan pengambil
keputusan lintang untuk menggabungkan pribadi, preferensi mereka sendiri fuzzily
diolah menjadi pilihan. Biasanya, kesan keseluruhan tugas berasal untuk menentukan
apakah pengolahan berbasis inti layak (Ashcraft dan Battaglia 1978; Gelman 1972).
Menurut NTP, jika upaya tambahan diberikan untuk membuat keputusan dan
pilihan menyarankan nilai yang diharapkan sama pada tingkat numerik, maka
perbedaan individu dalam preferensi risiko dapat memoderasi dampak efek framing.
Wang (1996) menunjukkan bahwa ketika preferensi risiko pengambil keputusan
adalah lemah, ia / dia mungkin menjadi lebih sensitif terhadap efek framing; Namun,
ketika preferensi risiko pengambil keputusan yang kuat, dia / dia lebih kebal terhadap
manipulasi framing. Yang menarik dalam konteks akuntansi manajerial adalah
pertanyaan tentang hubungan antara framing efek dan preferensi risiko individu
ketika alternatif dalam masalah keputusan menghasilkan nilai yang diharapkan sama.
D. METODE PENELITIAN
Percobaan 1 dirancang untuk menunjukkan kekokohan efek framing klasik
dalam konteks akuntansi manajerial dan untuk melihat apakah tiga teori memiliki
kemampuan yang sama dengan jelas memprediksi fenomena ini. Percobaan kedua
menyelidiki teori yang paling menggambarkan perilaku keputusan dalam konteks
akuntansi.
Sebagai Sanders dan Wyndelts (1989) menunjukkan, sejak manipulasi
variabel independen dalam menyusun studi umumnya melibatkan perubahan hanya
dalam kata-kata dari skenario, dalam waktu-subjek desain tidak sesuai. Kami
mempekerjakan 2 × 3 antara subjek-desain di dua percobaan untuk menghindari efek
permintaan yang mungkin menggunakan desain withinsubjects (Pany dan Reckers
1987). Dua variabel yang dimanipulasi: masalah domain (gain vs rugi) dan bingkai
masalah (positif, negatif, dan campuran).
Percobaan 2 menyajikan situasi bisnis sebagai keuntungan domain / bingkai
negatif, gain domain / bingkai campuran, kehilangan domain / bingkai positif, dan
kehilangan domain / bingkai campuran.
Bahan Bahan
Kasus yang digunakan di kedua percobaan adalah skenario investasi modal.
Subyek diminta untuk berperan sebagai pengendali di perusahaan hipotetis (TilTec
Inc). Percobaan meminta subyek untuk memilih antara dua pilihan (A, pilihan
tertentu, dan B, pilihan yang berisiko) untuk membeli peralatan baru untuk memenuhi
baru mengumumkan perlindungan lingkungan standards. Subyek bisa menulis
komentar di tempat yang tersedia dalam kasus ini
Percobaan Pertama
Dalam Percobaan 1, skenario menyatakan bahwa, karena standar perlindungan
lingkungan baru diangkat, saat ini sistem pengendalian polusi perusahaan tidak lagi
memenuhi persyaratan minimum. Jika tidak ada perbaikan dilakukan secepatnya,
perusahaan dapat dikenakan $ 300.000 hukuman denda. Controller harus memilih
antara dua pilihan, A dan B. Peralatan di setiap pilihan memiliki masa manfaat yang
sama.
Di bawah kedua pilihan A dan B, biaya yang berkaitan dengan pembelian,
operasi, dan biaya lain-lain, seperti pemeliharaan, juga identik. Untuk kondisi gain
domain, opsi A (frame positif) dinyatakan sebagai "Jika peralatan dalam opsi A yang
dibeli, TilTec akan, pasti, dapat menyimpan $ 100.000 dari $ 300.000 Total hukuman
denda," dan opsi B (campuran frame) dinyatakan sebagai "Jika peralatan dalam opsi
B yang dibeli, ada kemungkinan satu-ketiga yang TilTec akan menyelamatkan semua
$ 300.000 hukuman denda dan kemungkinan dua-pertiga yang TilTec akan
menghemat $ 0 dari hukuman denda." Untuk kondisi kehilangan domain, opsi A
(frame negatif) dinyatakan sebagai "Jika peralatan dalam opsi A yang dibeli, TilTec
akan, pasti, akan dikenakan $ 200.000 hukuman denda," dan opsi B (frame campuran)
dinyatakan sebagai " Jika peralatan dalam opsi B yang dibeli, ada kemungkinan dua-
pertiga yang TilTec akan dikenakan $ 300.000 hukuman denda dan kemungkinan
satu-ketiga yang TilTec akan dikenakan $ 0 hukuman denda. "Artinya, nilai-nilai
yang diharapkan dari kedua pilihan adalah sama. Untuk kedua domain, memilih opsi
A menunjukkan sikap menghindari risiko, saat memilih opsi B adalah mencari risiko.
Untuk menguji kemampuan prediksi dari masing-masing teori mengenai efek framing
klasik dalam keputusan yang berhubungan dengan akuntansi, kami membuat masalah
penanaman modal di atas sesuai dengan masalah penyakit Asia.

Percobaan Kedua
Percobaan 2 dibuat untuk membedakan kekuatan penjelas dari tiga teori.
Kasus Skenario yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan Percobaan
1, dengan beberapa revisi spesifik pilihan tertentu. Ingatlah bahwa, dalam
memprediksi efek framing, teori prospek berkaitan dengan masalah domain (gain vs
rugi), sedangkan teori PMM berfokus pada frame masalah (positif vs negatif) dan
apakah informasi yang lengkap disediakan dalam masalah keputusan atau ada ruang
bagi individu untuk mengambil variabel lain yang relevan ke dalam pertimbangan.
NTP berfokus pada apakah opsi lain dapat disederhanakan atau masalah keputusan
harus diselesaikan pada tingkat yang lebih kompleks, seperti dengan menggunakan
perhitungan numerik. Dalam eksperimen 2, kami merancang dengan cara yang
memungkinkan kita untuk memisahkan efek dari domain masalah dari bingkai
masalah dan sedemikian rupa sehingga informasi tidak dapat disederhanakan.
Hal ini memungkinkan kita untuk melihat prediksi yang berbeda masing-
masing teori. Hasil empiris akan memberikan kita bukti yang teori terbaik bisa
menggambarkan perilaku subyek'. Dalam penelitian ini, kami mempertahankan
laporan yang sama untuk pilihan berisiko (pernyataan 2 dan 4 pada Tabel 2) dan
merevisi mereka untuk pilihan tertentu. Pernyataan 5 adalah versi revisi dari
pernyataan 1 tanpa mengubah fakta dalam pernyataan (lihat Tabel 2). Masalah
domain untuk kedua pernyataan adalah sama (gain domain), tapi frame masalah
adalah berubah dari positif ke negatif. Demikian pula, pernyataan 6 dimodifikasi dari
pernyataan 3 untuk mengubah frame masalah dari negatif ke domain masalah. Tujuan
dari perubahan ini adalah untuk membuat pernyataan yang direvisi untuk pilihan
tertentu (laporan 5 gain domain / bingkai negatif dan kerugian domain / bingkai
positif. Karena laporan revisi tidak lagi membaurkan domain gain dengan bingkai
positif dan domain kerugian dengan frame negatif, kita mampu menciptakan prediksi
yang berbeda di bawah setiap teori. Menurut teori prospek, yang didasarkan pada efek
refleksi (domain masalah), individu diperkirakan lebih memilih opsi tertentu
(Pernyataan 5) atas pilihan berisiko (pernyataan 2) dalam domain gain dan lebih
memilih opsi berisiko (pernyataan 4) atas pilihan tertentu (Pernyataan 6) dalam
domain kerugian.
Prosedur eksperimental
Setelah tiba di lokasi percobaan, subjek secara acak ditugaskan untuk setiap
perlakuan dan diberi instruksi lembar satu halaman. Lembar ini memberikan
penjelasan singkat tentang percobaan dan menyatakan bahwa tidak ada jawaban yang
benar atau salah untuk tugas eksperimental. Subyek diperintahkan untuk membuat
penilaian mereka sendiri berdasarkan skenario. Kemudian, subjek diminta untuk
mempelajari kasus manajerial dan membuat pilihan antara dua alternatif. Akhirnya,
subyek menyelesaikan kuesioner pasca-percobaan yang berisi kedua pertanyaan
demografi dan risiko-sikap. Subyek mengambil, rata-rata, sekitar 20 menit untuk
menyelesaikan experiment

E. HASIL
Percobaan 1
Tujuan dari Percobaan 1 adalah untuk menguji kekokohan efek framing klasik
dalam konteks akuntansi manajerial. Seperti Tabel 4 menunjukkan, ketika opsi
dinyatakan dalam domain gain, 29 dan 13 siswa memilih opsi A (opsi tertentu) dan B
(pilihan berisiko), masing-masing. Artinya, sekitar 31 persen dari subyek pilihan
alternatif berisiko. Di sisi lain, ketika opsi dinyatakan dalam domain loss, 16 dan 27
siswa memilih opsi A dan B, masing-masing. Artinya, sekitar 63 persen dari subyek
cenderung berisiko mencari dalam situasi itu.
Percobaan 2
Percobaan 2 ini dirancang menggunakan versi revisi dari masalah penyakit
Asian klasik untuk membedakan antara kemampuan deskriptif teori prospek, PMM,
dan NTP yang berkaitan dengan dampak penyajian informasi pada perilaku
pengambil keputusan. Seperti dilaporkan dalam Tabel 4, ketika opsi dalam Percobaan
2 dinyatakan dalam domain gain, 47 siswa memilih opsi tertentu, A, dan 45 memilih
opsi berisiko, B. Artinya, dalam situasi seperti ini, sekitar 51 persen dari subjek
menolak risiko, dan 49 persen adalah mencari risiko. Di sisi lain, ketika informasi itu
tercantum dalam domain loss, 51 subyek memilih opsi A dan 42 memilih opsi B.
Artinya, total 55 persen dari subyek yang menolak risiko, dan 45 persen adalah
mencari risiko.

F. DISKUSI DAN KESIMPULAN


Analisis tambahan (Framing Efek dan Preferensi Risiko) Fuzzy-jejak teori
menunjukkan bahwa jika pilihan yang berbeda tidak dapat disederhanakan ke tingkat
inti-samar, maka pembuat keputusan mungkin perlu latihan penalaran di tingkat
numerik. Jika hasil pilihan 'menghasilkan tingkat numerik yang sama, maka
keputusan diperkirakan akan dipengaruhi oleh kecenderungan risiko pengambil
keputusan '. Wang (1996) dan Zickar dan Highhouse (1998) menemukan bahwa
preferensi risiko individu, serta framing, mempengaruhi pengambilan keputusan
pelajaran mereka.
Untuk menentukan teori terbaik dapat menjelaskan efek framing terkenal dalam
membuat keputusan terkait dengan akuntansi, penelitian ini meneliti tiga teori yang
bersaing, teori prospek, model mental probabilistik, kabur-jejak teori.
Hasil menunjukkan bahwa NTP terbaik menggambarkan fenomena framing
efek pada perilaku pengambil keputusan dalam konteks akuntansi, meskipun teori
prospek telah diterapkan paling umum. Konsisten dengan (1956) saran Simon bahwa
individu biasanya terikat oleh keterbatasan kognitif manusia, NTP menunjukkan
bahwa pengambil keputusan lebih memilih untuk alasan menggunakan sangat
sederhana, representasi diringkas informasi, sebagai lawan untuk membalas rincian
(Reyna dan Brainerd 1991a). Artinya, individu cenderung untuk memproses informasi
dengan menggunakan pola kualitatif daripada jumlah yang tepat seperti nilai
probabilitas atau hasil numerik. NTP lanjut menunjukkan bahwa pengambil
keputusan cenderung memproses informasi pada tingkat numerik jika informasi tidak
dapat digambarkan secara kualitatif (yaitu, pada tingkat inti).
Ketika hasil numerik dari berbagai alternatif yang identik, faktor pendorong
dalam membuat keputusan adalah preferensi risiko individu. Hasil dari penelitian ini
mendukung prediksi berdasarkan NTP. Kami mengamati efek membingkai dalam
konteks akuntansi manajerial ketika informasi yang disajikan dapat diekstraksi ke
tingkat inti. Di sisi lain, efek framing tidak hadir ketika informasi tidak dapat
disederhanakan. Komentar tertulis subyek juga mendukung FTT.
Lebih penting lagi, ketika auditor melaksanakan penilaian profesional mereka,
mereka juga dipengaruhi oleh bagaimana informasi (misalnya, informasi keuangan
atau bukti audit) telah disajikan kepada mereka. Karena manajer diperbolehkan untuk
menggunakan kebijaksanaan mereka sendiri dalam laporan untuk laporan tahunan
yang mengkomunikasikan informasi perusahaan kepada pengguna laporan keuangan
(Healey dan Palepu 1993) framing, adalah mungkin bagi manajer untuk menyesatkan
pengguna laporan keuangan atau untuk menutupi tindakan yang tidak benar seperti
penipuan (Johnson et al. 1991). Pemahaman tentang efek framing dapat membantu
auditor dalam mendeteksi representasi dipertanyakan (Jamal et al. 1995). Akhirnya,
temuan hubungan antara efek framing dan preferensi risiko individu meminta
perhatian terhadap fitur dinamis efek framing. Sebagai Wang (1996) mengemukakan,
efek interaksi yang mungkin antara preferensi risiko dan frame mungkin bergantung
pada domain tugas tertentu.
Hasil kami gema (1997) spekulasi Arnold bahwa efek framing ditemukan
dalam penelitian audit sebelumnya (misalnya, McMillan and White 1993) mungkin
terkait dengan berbagai tingkat melekat dalam lingkungan Audit risiko. Penelitian
selanjutnya menyelidiki kondisi yang menentukan arah dan adanya framing efek
dapat memberikan wawasan berguna untuk profesi akuntansi. Ada beberapa
keterbatasan penelitian ini. Pertama, seperti dengan penelitian lain di baris ini
penelitian, validitas eksternal mungkin dibatasi. Karena subjek dalam penelitian ini
adalah jurusan bisnis sarjana, pembuatan keputusan investasi modal mereka terbatas.
Untuk meningkatkan validitas eksternal, studi masa depan bisa merekrut mata
pelajaran dengan pengalaman taskspecific. Selain itu, karena skenario penelitian kami
disederhanakan, peneliti juga harus mempertimbangkan mengembangkan kasus
dengan lebih realistis / skenario kompleks untuk menyelidiki apakah teori kabur-jejak
lebih baik daripada teori yang bersaing lainnya untuk menjelaskan efek framing.

Você também pode gostar