Você está na página 1de 2

Pemantauan Glukosa Darah: Kadar

normal: non diabetik; 70 hingga 110 WOC JUVENILLE DIABETES Pemeriksaan penunjang :
2 puncak insiden DM tipe 1
mg/dL. Todler dan anak berusia ˂ 6  Pengukuran serum antibodi pulau KELOMPOK 6:
pada anak yaitu pada usia 5-6
tahun yang menyandang DM tipe 1:
tahun dan 11 tahun. Lebih dari  Kadar glukosa sewaku, Kadar glukosa
sebelum makan 100 – 180 mg/dL, pada Juvenile Diabetes atau diabetes mellitus tipe 1 adalah puasa, Kadar glukosa plasma - Chistnne Emerensia Naban
50% penderita baru DM tipe 1
waktu tidur 110 – 200 mg/dL; usia 6 –  Darah lengkap - Exskiel Andri Tola
berusia ˃ 20 tahun Penyakit metabolisme ditandai dengan destruksi sel-sel
12 tahun yang menyandang DM tipe 1:  Urinalisasi - Florentina Dina
(UKK Endokrinologi Anak dan
sebelum makan 90-180 mg/dL, pada
Remaja, IDAI, World Diabetes
beta pancreas, yang memproduksi insulin, biasanya  Imunoasai - Ika Rastiyawati
waktu tidur 100-180 mg/dL. Usia 13-19 menyebabkan defisiensi insulin absolute. (Wong dan (Lippincott,Williams & Wilkins, 2013)
Foundation).
tahun, sebelum makan 90-130 mg/dL,
pada waktu tidur 90-150 mg/dL. Hockenberry, 2008)
(Lippincott,Williams & Wilkins, 2013) Metabolisme sel Terapi:
1. Insulin: Rapid acting:
terganggu
Aspart/Novolog,
Autoimmun Lingkungan: virus, zat Lispro/Humalog,
Genetik Glulisina/Apidra. Short
e kimiawi, agen toksik
Kematian sel Acting: Insulin Regular
lain
Manifestasi klinis DM Tipe 1 : (Humulin R, Novolin R).
- Polifagi - Sering Infeksi Memiliki gen HLA (Human intermediate Acting: NPH
- Poliurua - Hiperglikemi Lymphocyte Antigen ) Kalium dilepaskan (Humulin N, Novolin N).
- Polidipsi - Kadar glukosa darah meningkat Sel tubuh long Acting: Glargina
dari sel ke dalam
- Berat badan turun - Glukosuria kekurangan energi (lantus), Detemir
- Enuresis atau nokturia - Ketosis dibetik : keton, juga glukosa Reaksi autouimun ruang intestisial ke (Levemir).
- Iritabilitas dan seperti dalam urin darah 2. Obat diabetik oral:
menjadi orang lain - Dehidrasi bisa terjadi atau tidak Sulfoniurea, Gliburida,
- Pandangan kabur - Ketoasidosis diabetikum : dehidrasi Tubuh menggunakan Meglitinides, Neteglinida,
- Letih ketidakseimbangan elektrolit, Mempengaruhi kerja pankreas simpanan lemak dan protein Kalium diekskresikan Biguanides,
- Sakit kepala asidosis,bernapas dalam,cepat oleh ginjal (Lippincott,Williams &
untuk metabolisme
- Kulit kering (Kussmaul). Wilkins, 2013)
- Kulit kemerahan ( Wong & Hockenberry, 2008 ) Penghancuran sel beta secara bertahap
- Penyembuhan luka jelek
- Kulit kemerahan Kalium tubuh total menurun
Simpanan lemak dan
- Toleransi frustasi menurun
Insulin tidak dapat diproduksi protein berkurang
Diet: 55% kalori berasal dari
Henti jantung karbihidrat, seperti biji-bijian, roti,
Komplikasi: Kegagalan untuk tumbuh, Penyembuhan luka buah, susu, dan sayuran ; 15% dari
Tubuh kekurangan insulin Tubuh berespon dengan mengirimkan impuls protein,seperti daging, kacang-
yang buruk, Infeksi berulang, Nefropati, Retinopati,
ke hipotalamus bagian lateral. kacangan, telur, keju dan kacang
Neuropati, Komplikasi vascular, Mikroaneurisme, Penyakit Kematian polong; dan 30% dari lemak, seperti
kardiovaskuler. (Lippincott,Williams & Wilkins, 2013) Glukosa tidak mampu masuk ke sel mentega, minyak atau mayonaise
(Alemzadeh & Wyatt, 2007).
Tubuh merasa lapar
Glukogenesi
Dx. Ketidakseimbangan kadar
s Lemak di pecah menjadi asam lemak dan
glukosa darah
Hiperglikemi gliserol dalam darah, sel-sel lemak dan hati
Polifagia dikonversi jadi badan keton
mi

Terjadi pergerakan cairan tubuh dari Kerusakan pembuluh darah


Mata Menurunkan PH serum Ketonuria
intraselular ke ekstrselular kapiler

Glukosa dalam darah (sorbitol) tertimbun


Cairan ekstraselular disekresikan Suplai nutrisi dan oksigen menurun Ketoasidosis
dilensa mata
oleh ginjal
Nafas menjadi
Iskemik mata Sistem respirasi mengeliminasi bau aseton
Lensa mata keruh
Glukosa masuk ke urine (Glikosuria) kelebihan karbondioksida

Dx. Gg. Sensori persepsi Retinopati


Pemindahan air secara osmotik (Poliura) Dx. Peningkatan kedalaman Pernafasan kusmaul
Kekurangan dan laju pernafasan
Kebutaan
Polidipsia volume
cairan Dx. Ketidakefektifan
Dx. Resiko tinggi cedera pola nafas
ASUHAN KEPERAWATAN

Masalah keperawatan: Ketidakstabilan kadar gula darah Masalah keperawatan: Kekurangan volume cairan Masalah keperawatan: Gangguan sensori presepsi

NOC : Kadar gula darah stabil NOC : Volume cairan terpenuhi NOC : Mengenal gangguan sensori dan berkompensensi terhadap
NIC : NIC : perubahan
1. Pengajaran proses penyakit 1. Pemasangan infus NIC :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang a. Verifikasi instruksi untuk terapi IV.
spesifik. 1. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu
b. Beritahukan pasien dan keluarga mengenai prosedur, pastikan
b. Kenali pengetahuan pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien. bahwa pasien dalam posisi nyaman.
atau dua mata terlihat
c. Jelaskan proses penyakit, tanda dan gejala, serta komplikasi yang akan c. Berikan analgesik topikal sesuai indikasi lembaga. 2. Orientasikan klien terhadap lingkungan
terjadi pada penyakit tersebut sesuai kebutuhan. 2. Manajemen hipovolemi 3. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
2. Konseling nutrisi a. Monitor adanya sumber – sumber kehilangan cairan ( misalnya, mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetas mata
a. Kaji asupan makanan dan kebiasaan makan pasien. perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan) 4. Letakan barang yang dibutuhkan atau posisi bel pemanggil
b. Diskusikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai pasien. b. Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi. dalam jangkauan atau posisi yang tidak dioperasi
3. Monitor nutrisi c. Monitor intake dan output .
a. Monitor adanya mual dan muntah. 3. Monitor tanda – tanda vital Kolaborasi :
b. Monitor diet dan asupan kalori. a. Monitor tekanan darah, nadi, pernafasaan, suhu.
4. Manajemen hipoglikemia b. Monitor adanya sianosis sentral dan perifer.
a. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia (misalnya: gemetaran, 1. Pemberian obat
4. Manajemen nutrisi
sempoyongan, berkeringat, pucat, kelelahan, pingsan). a. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki 2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain kemungkinan
b. Monitor kadar glukosa darah. Berikan glukosa secara intravena sesuai pasien. penggunaan kacamata
indikasi. b. Monitor asupan kalori sesuai diet.
5. Manajemen hiperglikemi (Bulechek, 2013)
5. Manajemen cairan
a. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi (misalnya: sakit kepala, poliuria, a. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien.
kelemahan, malaise, pandangan kabur) b. Hitung atau timbang popok dengan baik.
b. Monitor kadar glukosa darah, ketourin , monitot tanda-tanda vital c. Berikan cairan dengan tepat Referensi:
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli gizi mengenai pemberian asupan makanan sesuai
1. Herdman, T. Heather. (2015). Diadnosis keperawatan:
1. Pemberian cairan intravena sesuai intruksi dokter
diit Definisi dan klasifikasi. (ed. 10). Jakarta: EGC.
2. Cek elektrolit
2. Pemberian insulin sesuai intruksi dokter (Bulechek, 2013)
2. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman,
(Bulechek, 2013) J.M & Wagner, C.(2013). Nursing interventions classification
(NIC). Elsevier.
Masalah keperawatan: Risiko tinggi cedera Masalah keperawatan: Ketidakefektifan pola nafas 3. Moorehead,S., Johnson, M., Mass, M.L & Swanson, E.
(2013). Nursing Outcomes classification (NOC). Elsevier.
NOC : Risiko tinggi cedera teratasi NOC : Pola nafas kembali efektif 4. Wong. Donna. L., Eaton. M.H., Wilson, David. Winkelstein.
NIC : NIC : M.L., & Schwartz. (2008). Wong Buku ajar keperawatan
1. Pencegahan jatuh 1. Manajemen jalan nafas pediatric. Ed. 6. Jakarta: EGC.
a. Sediakan pengawasan ketat dan/ atau alat pengikatan ( misalnya kursi bayi dengan a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
5. Kyle, Terri. 2014. Buku praktik keperawatan pediatric.
sabuk pengaman ) saat meletakkan bayi / anak di permukaan yang tinggi. b. Motivasi pasien untuk bernafas pelan dalam, dan batuk efektif.
b. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh c. Monitor frekuensi pernafasan .
Jakarta: EGC
(misalnya lantai licin) 2. Terapi oksigen
2. Pendidikan orangtua : keluarga yang membesarkan anak a. Pertahankan kepatenan jalan napas.
a. Libatkan orang tua dalam desain dan isi yang ada dalam program pendidikan. b. Berikan oksigen sesuai intruksi.
b. Ajarkan orangtua mengenai faktor resiko yang berkontribusi terhadap adanya c. Monitor efektifitas terapi oksigen (misalnya oksimetri).
trik
kejadian jatuh . 3. Monitor pernafasan
3. Pengekangan fisik a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
a. Identifikasi pasien dan orang yang berarti bagi pasien mengenai perilaku yang b. Catat pergerakan dada (retraksi dada), dan penggunaan otot- otot bantu nafas.
menyebabkan diperlukannya intervensi ( pengekangan ) c. Monitor suara nafas tambahan, pola nafas dan auskultasi suara nafas.
4. Identifikasi risiko 4. Pengaturan posisi
a. Implementasikan aktivitas – aktivitas pengurangan risiko a. Monitor status oksigenasi (sebelum dan setelah perubahan posisi)
b. Identifikasi adanya sumber – sumber agensi untuk membantu menurunkan faktor b. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi (posisi semi fowler)
resiko
Kolaborasi :
(Bulechek, 2013) 1. Pemberian humidikasi tambahan (nebulizer).
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy.
(Bulechek, 2013)

Você também pode gostar