Você está na página 1de 38

Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi (Askep Jiwa Halusinasi)

A. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic.(Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak
aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu
:
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan
temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d. Bicara atau tertawa sendiri.
e. Marah-marah tanpa sebab.
f. Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit
h. Ada gerakan tangan
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun

4. Proses terjadinya halusinasi


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas
sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik
yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan
penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan
tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa
malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas
berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi
tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas
panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman
sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana
halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada
intervensi terapeutik.

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme
pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut
Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi),
menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan
kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis
(rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan
ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)


a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri
terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja,
hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system
ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau
tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang,
perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat,
penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila
kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari
saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang,
perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat,
penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi
3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di
berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson,
termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri)
dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat,
misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan
antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan
motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal,
retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma
sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi
saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti
parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok
(TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi


a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,
factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang,
kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif
dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini
perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis Data objektif Data subjektif
halusinasi
Halusinasi - Bicara atau tertawa sendiri- Mendengar suara atau
dengar - Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
- Menyedengkan telinga- Mendengar suara yang
kearah tertentu bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengar suara
menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk kearah- Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas monster
Halusinasi - Menghidu seperti sedang- Membaui bau-bauan sperti
penghidu membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin, feces,
- Menutup hidung kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seprti
pengecapan - Muntah darah, urin atau feces
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit dipermukaan kulit
- Merasa seperti tersengat
listrik

b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau
malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus
menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau
setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.

2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat

Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan

Masalah utama
Isolasi sosial

Penyebab
Harga diri rendah

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
c. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien saat muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih
pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat
cara tersebut meliputi :
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien
akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan
larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktifitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan
diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu pasien mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi
halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
· Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
· Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
· Melatih pasien melakukan aktiftas
· Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7
hari dalam seminggu.
· Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien
mengalami kekambuhan. Bila terjadi kekambuhan maka untuk mencapai kondisi
seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
· Jelaskan guna obat
· Jelaskan akibat bila putus obat
· Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
· Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi
rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi
klien saat ini.

6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi Pasien Keluarga
Sp1 SP 1 k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien yang dirasakan keluarga
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien dalam rawat pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian,
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan tanda dan gejala halusinasi,
halusinasi dan jenis halusinasi yang
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap dialami pasien beserta
halusinasi proses terjadinya.
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi 3. Mejelaskan cara-cara
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara merawat pasien halusinasi
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan SP II k
harian 1. Melatih keluarga
SP II p mempraktekkan cara
1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien merawat pasien dengan
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan halusinasi
cara bercakap-cakap dengan orang lain. 2. Melatih keluaraga
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal melakukan cara merawat
kegiatan harian langsung kepada pasien
halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadwal kegiatan
SP III p aktifitas di rumah termasuk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien minum obat
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
2. Menjelaskan follow up
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien setelah pulang
pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah
masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan
masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A. PENGKAJIAN

RUANG RAWAT : Ruang Kabela


TANGGAL DIRAWAT : 18 Mei 2013

1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan : SD Tidak Tamat
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 14918

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI


Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama
kali masuk pada bulan September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ
sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013.
Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat
tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena
pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada
yang menderita sakit jiwa.

4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama,
alamat, status perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit
pasien berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya
dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di
tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di
RSJ Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat
masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien
lain.

5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai
dengan pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu
muncul pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah
melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya,
pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak
mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil
keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d. Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht dan tidur
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1),
Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1)

7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi sensorik :
- Pasien mengatakan melihat halusinasi penglihatan
bayangan hantu laki-laki yang ingin
memeluknya
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya
namun kurang berhasil karena putus
obat
- Pasien takut
2. DS : Defisit perawatan diri
- Pasien mengatakan merasa lemah
- Pasien mengatakan lelah untuk
beraktifitas
DO :
- Penampilan kurang Rapi
- Rambut jarang disisir
- Gigi tampak kotor dan bau
- Kuku kaki kotor
3. DS : Isolasi sosial
- Pasien mengatakan sendiri pada
malam hari
- Pasien mengatakan kesepian pada
malam hari
DO :
- Pasien tampak sedih dan murung
C. POHON MASALAH
Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :
halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERV


KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi TUM
sensorik : halusinasi Setelah diberikan
penglihatan. tindakan keperawatan
DS : selama 3 hari, pasien
- Pasien dapat mengontrol
mengatakanmelihat halusinasi.
bayangan hantu TUK
laki-laki 1. Pasien dapat membina - Ekpresi wajah bersahabat,
1. Bina h
DO : hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, ada antara pe
- Pasien pernah kontak mata, mau berjabat (Sapa p
dirawat sebelumnya tangan, mau menyebutkan perkenal
namun kurang nama, mau menjawab salam, nama
berhasil karena mau duduk berdampingan tanyakan
putus obat dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang
dihadapinya.
2. Pasien dapat mengenal - Pasien dapat menyebutkan
halusinasinya waktu, isi, dan frekuensi
2.1.Adakan
timbulnya halusinasi singkat
2.2.Observas
terkait de
2.3.Diskusik
yang
kesempa
mengung
2.4.Diskusik
yang
3. Pasien dapatmengontrol - Pasien dapat menghad
halusinasinya mendemonstrasikan cara
3.1. Identifik
mengontrol halusinasi jika terja
3.2.Diskusik
halusinas
3.3.Bantu pa
sudah dia
3.4.Beri
4. Pasien dapat melakuk
memanfaatkan obat - Pasien dapat
3.5.Jika berh
dengan baik mendemonstrasikan kepatuhan
4.1.Diskusik
minum obat untuk mencegah manfaat
halusinasi minum o
4.2.Pantau
obat
4.3.Beri
menggun
4.4.Diskusik
minum o
2. Defisit pearawatan
TUM
diri pasien dapat
mandiri dalamperawatan
diri

TUK : - menunjukkan tnada-tanda


1. Bina h
1. Pasien dapt membina percaya kepada perawat : antara pe
hubungan saling percaya Wajah cerah, tersenyum (Sapa p
dengan perawat Mau berkenalan perkenal
Ada kontak mata nama
tanyakan
- Pasien dapat menyebutkan :
2. Pasien mengetahui Penyebab tidak merawat
2. Diskus
pentingnya perawatan diri, Manfaat menjaga penyebab
diri perawatan diri, Tanda-tanda diri, man
bersih dan rapih diri, tan
- Pasien menyebutkan yang bai
frekuensi menjaga dan pasien
3. Pasien mengetahui dapat menjelaskan cara
3.1.Diskusik
cara-cara melakukann perawatan diri :Frekuensi gosok perawata
perawatan diri gigi,Frekuensi gosok gi
berhias/berdandan,Frekuensi berhias,
gunting kuku 3.2.Diskusik
perawata
- Pasien mempraktekkan benar
perawatan diri dengan bantuan
3.3.Berikan
oleh perawat : 3.1.Bantu pa
4. Pasien dapat Gosok mandi, g
melaksanakan perawatan gigi,Berhias/berdandan, Gunting pakaian,
diri dengan bantuan kuku 3.2.Beri p
perawat - pasien melaksanakan praktek melaksan
perawatan diri secara mandiri : 5.1.Pantau
Gosok gigi bangun pagi dan melaksan
5. Pasien dapat sesudah mandi, g
melaksanakan perawatan makan,Berhias/berdandan pakaian,
diri secara mandiri sehabis mandi, Gunting kuku
5.2.Beri
setelah mulai panjang melaksan
secara m
E. Implementasi Keperawatan
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 SP 1
Juni 2013 Bina hubungan saling percaya
08.00 dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany
Porong, bisa di panggil Titie
adalahmahasiswa Keperawatan
yang praktek di RS ini
selama 3 hari dan ini adalah hari
peratama saya praktek disini. Nama
anda ? dan senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil
rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat
ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ?
karena ses disini ingin membantu
Nn. R untuk memberikan solusi
dari masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar
mandi saya melihat bayangan laki-
laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita
berbinang-bincang sebentar ? Nn. R
mau ? Nn. R mau didalam atau
diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang- 08.20
binang tentang halusinasi S : Pasien
penglihatan yang Nn. R alami. mengatakan
Maunya berapa lama ? mengerti cara
PS : 20 menit ses menghardik
Fase Kerja halusinasi
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat
itu adalah halusinasi. Nn. R tau apa O : Pasien sudah
itu halusinasi ? melakukan apa yang
PS : tidak ses diajarkan
P : Halusinasi itu adalah sesuatu
yang Nn. R lihat tapi tidak nyata. A : halusinasi mulai
Halusinasi ada 5 macam, teratasi
pendengaran, penglihatan,
perabaan, penciuman, pengecapan. P : latihan
Yang Nn. R alami saat ini adalah menghardik
halusinasi penglihatan. Tapi ses halusinasi 2x sehari
akan memberikan Nn. R cara untuk
mengatasinya agar sembuh. Nn. R
maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya
dan ses akan mengajarkan cara
yang pertama yaitu dengan
menghardik. Kalau Nn. R melihat
bayangan itu lagi, Nn. R harus
mengatakan “Pergi, kamu tidak
nyata” sambil menutup mata. Apa
Nn. R sudah mengerti ?
10.00 PS : iya, saya mengerti ses
P : kalau begitu coba ulangi yang
saya katakan tadi sambil
mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata”
(sambil menutup mata) 10.30
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah S : Pasien
mengerti cara menghardik jika Mengatakan
bayangan-bayangan itu datang lagi. Mengerti Cara
Bagaimana perasaan Nn. R Bercakap-Cakap
sekarang setelah mengetahui Dengan Orang Lain
bagaimana cara menghardik
halusinasi? O : Pasien Sudah
PS : saya senang ses Melakukan Apa
P : kalau begitu Nn. R bisa Yang Diajarkan
mempraktekkannya dalam jadwal
kegiatan Nn. R yang akan di buat A : Masalah
oleh perawat Teratasi, Sp2 Bisa
PS : Iya ses Dilakukan Secara
Fase Terminasi Mandiri
P : Sepertinya waktu kita sudah
habis yah, nanti kita lanjutkan P : Lanjutkan
sebentar dan ses akan mengajarkan Intervensi
Nn. R cara yang kedua. Nn. R bisa Berikutnya
jam 10 sebentar ?
PS : iya ses
P : maunya dimana diluar atau di
dalam sini ?
PS : disini saja ses
P : baiklah kalau begitu kita
ketemuan ditempat ini pada jam 10
yah. Sampai ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya
dengan pasien
Rabu, 19 Juni Fase Orientasi
2013 P : selamat siang Nn. R
08.00 PS : selamat siang ses
P : bagaimana perasaan hari ini ?
apakah Nn. R masih melihat
bayangan itu? Sesuai dengan janji
kita tadi, kita akan berbincang-
bincang sedikit yah. Mau Nn. R
berapa lama ?
PS : iya ses, 20 menit
P : maunya dimana ? disini saja
atau di tempat lain?
PS : disini saja
Fase Kerja
P : cara yang kedua untuk
mengontrol halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
Jadi kalau Nn. R melihat bayangan
lagi Nn. R bisa bercakap-cakap
dengan orang lain seperti “tolong
saya melihat bayangan, mari kita
berakap-cakap”. Nn. R mengerti
kan ?
PS : iya ses
P : coba Nn. R ulagi apa yang ses
katakan tadi?
PS : (mengulangi sambil
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu
melakukannya.
Fase Terminasi 08.30
P : bagaimana perasaan Nn. R S : Pasien
setelahm saat latihan tadi? Mengatakan Dapat
PS : senang ses Melakukan Aktifitas
P : bagaimana kalau latihan Terjadwal Sesuai
bercakap-cakap kita masukkan Kegiatan
dalam daftar kegiatan harian ?
maunya jam berapa ? O : Pasien Sepakat
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses Dengan Rencana
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga Kegiatan, Pasien
bisa mempragakan saat melihat Kooperatif, Pasien
Kamis, 20 bayangan itu lagi Tenang
Juni 2013 PS : iya ses
08.00 P : sepertinya waktu kita sudah A : Sp3 Sudah
selesai, nanti ses datang besok pagi Mampu Dilakukan
lagi untuk mengajarkan cara yang Pasien Secara
ketiga. Kita jumpa disini lagi jam 8 Mandiri
yah
PS : iya ses P : Lanjutkan
P : kalau begitu ses permisi dulu, Intervensi
2. sampai bertemu besok lagi Selanjutnya
SP 3
Bina hubungan saling percaya.
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat
dengan saya ?
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie
P : bagaimana perasaan hari ini ?
Apakah Nn. R masih melihat
bayangan ?
PS : iya ses
P : apakah Nn. R sudah pakai 2
cara yang kita latih sebelumnya ?
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji 08.20
kita kemarin kita akan belajar cara S : Pasien
yang ketiga yaitu kegiatan Mengatakan
terjadwal. Mau dimana kita bicara ? Mengerti Tentang
PS : disini saja ses Penggunaan Obat
P : mau berapa lama ? bagaimana
kalau 30 menit ? O : Pasien Dapat
PS : iya ses Minum Obat Secara
Fase Kerja Teratur, Pasien
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. Tampak Tenang
R lakukan ?
PS : mandi, menyanyi, ibadah, A : Sp4 sudah bisa
bermain bersama, makan, dilakukan pasien
P : wah banyak sekali kegiatannya secara mandiri
yah. Bagaimana kalau kita latih 2
kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R P : Anjurkan untuk
menyanyi setelah itu berdoa yah. minum obat teratur
Nn. R bisa kan ?
PS : iya ses, (sambil
memperagakan)
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa
memperagakannya. Kegiatan ini
bisa Nn. R lakukan agar mencegah
bayangan tersebut muncul.
PS : iya ses
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R
setelah bercakap-cakap cara yang
ketiga ?
PS : senang ses
P : wah bagus! Coba sebutkan 3
cara yang sudah kita belajar untuk
Rabu, 19 Juni mencegah bayangan tersebut.
2013 PS : menyebutkan (menghardik,
14.00 bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita
masukkan dalam kegiatan jadwal
harian Nn. R yahh. Bagaimana
kalau besok kita belajar cara
keempat cara mencegah halusinasi
yaitu dengan menggunakan obat
yang baik. Bagaimana kalau jam 8
?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah,
sampai jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan Nn. R hari
ini ? apakah bayangannya masih
muncul lagi ? apakah Nn. R
memakai ketiga cara yang kita
diskusikan pada hari sebelumnya ? 14.20
PS : iya ses S : Pasien masih
P : apakah pagi ini Nn. R sudah mengatakan merasa
minum obat ? lemah
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita O : Pakaian masih
mendiskusikan obat-obat yang Nn. belum rapih, Gigi
R minum ? kita akan kotor, Kuku masih
mendiskusikan 20 menit saja yah di panjang
tempat ini
PS : iya ses A : Masalah belum
Fase Kerja teratasi
P : Nn. R minum obat sangatlah
penting supaya bayangan yang Nn. P : Lanjutkan
R lihat dan mengganggu selama ini intervensi
tidak muncul lagi. Berapa macam keperawatan
obat yang diminum?
PS : ada 4 ses
P : iya warna yang putih
(THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi
dan 7 malam, gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HLP) 2 kali sehari
jamnya sama gunanya untuk
pikiran biartenang dan yang kuning
untuk daya tahan tubuh biar Nn. R
tidak sakit.
PS : iya ses
P : Kalau bayangan sudah hilang
obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti dikonsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, Nn.
Rakan kambuh dan sulit
Kamis, 20 mengembalikan kekeadaan yang
Juni 2013 semula.
08.30 PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia
minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. Nn. R harus minum obat
teratur dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn.
R setelah kita bercakap-cakap
tentang obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita
latih untuk
mencegah bayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih
ingat. Mari kita masukan jadwal
minum obat pada kegiatan harian
Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu
yah karena waktu kita sudah habis.
Nanti kita bertemu lagi lain waktu.
Selamat siang Nn. R

SP1
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : Selamat Pagi. Kenalkan nama 08.50
saya Christiany Porong mahasiswa S : Pasien
Poltekkes Jurusan Keperawatan megatakan bajunya
yang praktek di RS ini selama 3 masih belum
hari mulai dari hari ini sampai rapih, Pasien
tanggal 20 Juni 2013. Nama Nona mengatakan
siapa ? Senang dipanggil sapa ? kukunya sudah
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama bersih
panggilan Rina.
P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R O : Baju masih
sudah mandi dan gosok gigi ? belum rapih, Gigi
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat kotor, Kuku pendek
gigi, tidak ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita A : Masalah belum
berbincang-bincang tentang teratasi
kebersihan diri tujuannya untuk R
dapat mengetahui jenis-jenis P : Lanjutkan
kebersihan diri, sehingga tidak intervensi
terserang penyakit. Pertama keperawatan
yaitumandi. Sebelum diajarkan
Berapa lama kita berbicara ? 20
menit ya ? Mau dimana ? disini aja
ya di ruang tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi dalam sehari?
Menurut R apa
kegunaannyamandi ? Menurut R
apa manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang tidak merawat
diri dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok
gigi, alasannya tidak ada sikat gigi,
agar gigi bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri terutama gigi
masalah apa menurut R yang bisa
muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan
mengajarkan cara gosok gigi yang
benar sesuai janji kita 20 menit.
Baiklah caranya . Pertama, kumur-
kumur dengan air bersih. Lalu
oleskan pasta gigi ke sikat gigi.
Gosok gigi dengan sikat gigi dari
atas ke bawah beberapa kali, lalu
gosok kesisi depan gigi sampai
kebelakang gigi, depan gigi dan
bagian dalam gigi, tengah-tengah
gigi juga. Lalu buang busa atau
cairan dari gosok gigi tadi. Dan
terakhir kumur-kumur 2-3x. Apa R
bisa mengerti? Coba di praktekkan
kembali ?
PS : R dapat mempraktekkan kembali.
P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok
gigi kita masukkan ke jadwal
kegiatan harian,setelah makan pagi
dan makan siang jam 8 pagi dan
jam 2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan R saat
berbincang-bincang tadi, coba R
jelaskan dan mempraktekkan
kembali cara menggosok gigi
dengan benar. R dapat
melakukannya dengan baik, baiklah
pertemuan kita sampai
disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang
telah kita buat dan mempraktekkan
perawatan diri yang kedua dan
ketiga yaitu berdandan/berhias
dengan gunting kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu
untuk berbincang-bincang dengan
saya besok? Bagaimana kalau 20
menit saja?”
di mana R mau berbincang-bincang
dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau
besok kita melakukannya di
ruangan tengah ini lagi ?selamat
pagi sampai jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat
dengan saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari
ini ? masih ingat dengan yang
kemarin R lakukan? sesuai dengan
janji kita kemarin, hari ini R akan
melakukan perawatan diri yang
kedua yaitu berdandan/berhias
sesuai dengan kesepakatan kita
kemarin, kita akan melakukannya
selama 20 menit, kesepakatan kita
kemarin Kita akan melakukannya
di ruang tengah, Agar tubuh tetap
terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba R
perlihatkan kepada saya bagaimana
cara menggosok gigi sesuai yang
kemarin dijelaskan dan
dipraktekkan ?
PS : pasien dapat mempraktekkan
dengan benar
P : Hebat, R dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita
mempraktekkannya perawatan diri
yang kedua berdandan/berhias.
Caranya siapkan sisir, bedak, dan
kaca. sisir rambut, kemudian mulai
berdandan sesuai yang dinginkan.
Ketiga menggunting kuku kaki,
caranya siapkan alat gunting kuku,
kemudian gunting kuku dari ibu jari
samapi jari kelinci. bagaimana
masih bisa ???
PS : R dapat mempraktekkannya
meskipun masih malu.
P : Bagus... R dapat mempraktekkan
dengan baik..bagaimana kalau
kegiatan di masukkan kedalam
jadwal kegiatan harian?apabila
kuku R mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita
berbincang-bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah
dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok gigi,
berdandan/berhias dan
menggunting kuku.
P : bagus, nah R sudah dapat
mempraktekkan 3 perawatan diri
yang telah diajarkan, Baiklah...
pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti
kita bertemu lagi di lain waktu
karena ses sudah selesai praktek
disini yah

Você também pode gostar