Você está na página 1de 2

Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)

Metode cost benefit analysis (CBA) merupakan cara mengevaluasi suau proyek
dengan membandingkan nilai sekarang dari seluruh manfaat keuntungan yang diperoleh,
dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyek tersebut. Krieria keputusan penerimaan
proyek berdasarkan metode ini didasarkan pada proyek yang memberikan keuntungan yang
lebih besar dari biayanya.

Analisi Benefit-Cost Ratio dapa dirumuskan sebagai berikut:

𝑀1 𝑀2 𝑀𝑛
M = M0 + + + ......+
(1+1) (1+1)2 (1+1)𝑛

𝐶1 𝐶 𝐶𝑛
C = C0 + + 2 + ......+
(1+1) (1+1) (1+1)𝑛

Berdasarkan metode ini suatu proyek akan dilaksanakan bila (M/C) > 1. Meode ini
akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode Net Present Benefit apabila B/C > 1.
Hal tersebut juga berarti bahwa B –C > 0. Benefit cost ratio juga dapat dirumuskan sebagai
berikut:

𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖 /𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜


Gross Present Value :
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-
hal yang masuk dalam perhitungan biaya manfaat . Secara umum, kelemahan ini disebabkan
karena danya kesulitan dalam perhitungan manfaat dan biaya. Dengan demikian maka B-C
ratio dapa berpeluang memberikan hasil yang keliru dalam penentuan proyek.

Contoh: Pemerintah memiliki dua proposal proyek yang memerlukan investasi sebesar
Rp16.000.000 dan memberikan aliran kas masuk Rp9.200.000 satu tahun dari sekarang.
Proyek kedua memerlukan investasi sebesar Rp 24.000.000 dengan memberikan aliran kas
sebesar Rp7.200.000 per-tahun selama lima tahun. Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan
sebesar 10%, maka perhitungan B-C ratio adalah sebagai berikut:

Proyek Investasi Cashflow PV (10%) Gross Persen B-C Ratio


value
A Rp16.000.000 Rp9.200.000 0,909 Rp 17.452.800 1,09
1 tahun
B Rp24.000.000 Rp7.200.000 3,791 Rp 27.295.200 1,14
5 tahun
Berdasarkan benefit-cost ratio maka proyek B lebih layak diterima dibandingkan proyek A
karena memiliki rasio manfaat/biaya yang lebih besar.

Keputusan aktivitas investasi dalam private sector lebih menekankan apakah pemilik
perusahaan akan menjadi lebih baik dengan melakukan investasi tersebut. Sementara dalam
organisasi sektor publik lebih memfokuskan pada penilaian apakah masyarakat secara
keseluruhan akan menjadi lebih baik dengan adanya investasi tersebut. Untuk menentukan
manfaat sosial bersih tidak hanya diperhitungkan manfaat yang tangible melainkan juga
manfaat yang intangible seperti ; bebas polusi, hidup dengan lingkungan yang aman dan
penghematan waktu.

Menutut Dixon (1994) dalam Blundell dan Murdock (1997) analisis biaya manfaat
pada dasarnya harus dapat mengukur manfaat sosial bersih yang dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Sosial Benefit/ private benefit + Sosial cost/ private cost + Net social Benefit
External External

Dixon menerangkan bahwa terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis biaya manfaat
yaitu:

1. Memutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan


Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double counting,
yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau biaya yang lain
dimasukkan secara bersama-sama.
2. Mengukur dan megevaluasi biaya dan manfaat
Manfaat dan biaya yang berwujud lebih mudah dihitung dibandingkan dengan yag
bersifat tidak berwujud. Biasanya untuk mengukur digunakan harga bayangan
(shadow price), misalkan biaya nasional untuk merawat sejumlah x orang yang
menjadi korban kebakaran dan kehilangan pendapatan dan harta benda karena
peristiwa tersebut.
3. Timing dan aliran biaya dan manfaat
Hal ini berkaitan dengan masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang terjadi.
Biasanya nilai tertinggi dimasukkan pada biaya atau manfaat yang terjadi lebih awal.
Untuk menyesuaikan nilai biaya manfaat yang berbeda waktu, maka digunakan
tingkat diskonto (discount rate)

Você também pode gostar