Você está na página 1de 15

PRAKTIKUM IV

DESAKAN DARAH MANUSIA DAN FREKUENSI DENYUT NADI

A. Tujuan

1. Mempelajari penggunaan sphygmomanometer untuk mengukur desakan darah arterial

dan menghitung Indeks Bugar (IB).

2. Mengetahui berbagai factor yang berpengaruh terhadap desakan darah yang meliputi

perubahan posisi, perubahan suhu, latihan dan berbagai kondisi tubuh seperti sehat,

sakit, perokok dan bukan perokok.

B. Dasar Teori

Aktivitas jantung dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode sistol dan

diastole. Jantung berkontraksi pada periode sistol sehingga kedua atrium bekerja sama

untuk menekan darah masuk ke dalam ventrikel kemudian darah ditekan masuk ke dalam

aorta melalui valvula semilunalis. Pada saat yang sama valvula bikuspidalis dan valvula

trikuspidalis menutup sehingga menghentikan darah yang masuk ke atrium. Pada periode

diastole, jantung berelaksasi baik pada atrium maupun pada ventrikel sehingga volume

jantung bertambah. Pada saat ini valvula bikuspidalis dan trikuspidalis membuka

sehingga darah dari vena mengalir masuk ke dalam jantung.

Pada saat systole, ventrikel kiri mendorong darah yang sudah ada di dalam aorta

sehingga mendesak dinding aorta yang kenyal jadi mengembang. Semakin banyak darah

yang dipompa maka semakin besar desakannya. Selanjutnya dinding aorta yang kenyal

mendesak darah sehingga sebagian darah terdesak ke valvula semilunaris yang

15
menyebabkan katup ini menutup dan sebagian darah terdesak ke dalam bagian aorta

berikutnya. Dengan demikian, bagian aorta yang tadinya mengembang akan mengenyal

dan aorta berikutnya mengembang. Proses mengembang dan mengenyal terjadi berturut-

turut di sepanjang dinding aorta hingga ke arteri. Pengenyalan dinding arteri

menyebabkan timbulnya satu gelombang atau denyutan yang bergerak di sepanjang

dinding arteri yang disebut pulsus arteriosus denyut nadi. Denyutan ini dapat dirasakan

dengan jari pada arteri-arteri tertentu misalnya pada pergelangan tangan dan leher. Makin

kecil arteri maka makin kecil pulsusnya. Pada saat diastole, darah masih mendapat

desakan dengan mengecilnya kembali arteri setelah mengembang, walaupun desakan ini

tidak sebesar pada saat systole. Oleh karena itu dapat dibedakan dua macam desakan

darah yaitu desakan sistolis dan desakan diastolis.

Pada saat darah mengalir melalui arteria, darah akan mengalami tahanan yang

disebut tahanan tepi atau perifer. Semakin kecil atrei maka semakin besar tahanannya.

Oleh karena ateri dapat mengecil (vasokontriksi) maka tahanan menjadi bertambah.

Apabila otot arteri relaksasi (vasodilatasi) maka tahanan perifer berkurang. Dengan

demikian pada darah yang berada di dalam arteri bekerja 3 kekuatan yaitu desakan darah

yang masuk arteri, tahanan dinding arteri, dan tahanan perifer. Terhadap tiga kekuatan ini

dapat dikatakan darah bereaksi menghasilkan desakan darah.

Terdapat dua cara pengukuran desakan darah yaitu dengan menggunakan

stetoslop dan alat spymomanometer untuk mendengarkan denyut nadi disebut cara

auskultatoir. Cara lain adalah dengan meraba arteri brachialis untuk merasakan denyut

nadi yang disebut palpatoir.

16
C. Bahan dan Alat

1. Spygmomanometer air raksa dan pegas

2. Stetoskop

3. Sepeda statis

4. Air dingin (suhu ± 5oC)

D. Cara Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Tentukan 2 orang sebagai probandus untuk masing-masing kelompok (latihan dan

pengaruh dingin)

b. Catatlah data probanduas yang meliputi jenis kelamin, umur, tinggi/berat badan

dan kebiasaan merokok.

2. Pengukuran Desakan Darah manusia

a. Probandus tidur terlentang kemudian tangan kirinya dibebat.

b. Dicari posisi pembuluh darah arteri (arteria brachialis) yang berdekatan dengan

bagian lengan yang dibebat, kemudian di tempat tersebut diletakkan stetoskop.

Melalui stetoskop akan terdengar denyut nadi.

c. Perlahan-perlahan udara dipompa masuk ke dalam pembebat sehingga air raksa

menunjukkan ± 170mmHg atau jarum menunjukkan angka 170. Sejalan dengan

makin penuhnya udara maka bunyi mulai melemah dan akhirnya menghilang.

Pada saat bunyi mulai melamah dicatat skala pada alat (ketinggian permukaan air

raksa atau angka yang ditunjuk jarum), kemudian pengisian udara dilanjutkan.

17
d. Selanjutnya udara dikeluarkan kembali perlahan-lahan sambil mendengar bunyi

melalui stetoskop. Pada saat denyut nadi terdengar kembali untuk pertama kalinya

lalu dicatat skala pada alat tersebut.

e. Pengosongan dilanjutkan terus sampai bunyi mulai melemah dan dicatat lagi alat

pada skala.. Apabila memungkinkan catat juga skala pada alat ketika bunyi

menghilang sama sekali.

f. Pekerjaan tersebut di atas dilakukan 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata.

3. Latihan dengan sepeda statis

Probandus naik sepeda statis selama 5-10menit. Pengukuran desakan darah dilakukan

setelah probandus bersepeda selama 5 menit dan 10 menit. Selain itu dapat juga

dilakukan pengukuran pada probandus yang berdiri tegak setelah 5 dan 10 menit.

4. Pengaruh Pendinginan

Dingin merupakan stimulus yang mengakibatkan vasokonstriksi atau penyempitan

pembuluh darah. Tanggapan terhadap kondisi dingin yang ekstrim pada manusia

terlihat pada meningkatnya desakan darah hingga 10mmHg. Probandus diukur

desakan darahnya dalam keadaan duduk, kemudian tangannya dicelupkan dalam air

dingin selama 2 menit dan ditentukan lagi desakan darahnya. Dicoba juga dengan

pendinginan lebih dari 2 menit.

5. Penghitungan Indeks Bugar (Palpatoir)

a. Cari denyut nadi di bagian ventral pergelangan tangan kiri probandus.

b. Hitung frekuensi denyut nadi selama 10 detik. Hasil penghitungan dikalikan 6

sehingga diperoleh frekuensi denyut nadi per-menit.

18
c. Penghitungan dilakukan sebelum latihan (F1), pada saat latihan (F2) dan setelah

latihan (F3) dengan interval waktu pengukuran 5 menit.

d. Hitung Indeks Bugar dengan rumus sebagai berikut:

IB = (F1 + F2 + F3 – 200) x 10-1

Indeks Bugar menurut Ruffier:

IB = < 0 - + 2,9 = kebugaran istimewah

IB = + 3,0 – 5,9 = kebugaran sangat bagus

IB = =6 – 9,9 = kebugaran bagus

IB = + 10,0 – 14,0 = kebugaran normal

IB = > 14,0 = kebugaran buruk

19
PRAKTIKUM V

AKSI INTEGRATIF SUSUNAN SARAF

A. Tujuan: untuk mengetahui respon hewan terhadap berbegai stimulus yang berasal dari

lingkungan.

B. DASAR TEORI

Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian tubuh itu saja yang

bereaksi terhadap rangsangan tersebut tetapi juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini

terjadi karena bila suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut

diteruskan melalui saraf aferen ke pusat saraf. Di pusat saraf, rangsangan tersebut

diteruskan melalui beberapa saraf asesoris menuju ke beberapa saraf eferen dan lebih dari

satu efektor. Jadi, apabila saraf aferen sirangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak

bereaksi.

C. BAHAN DAN ALAT

a. Katak e. Tali

b. Sonde f. Kawat

c. Gubting g. H2SO4 0,2% & 0,4%

d. Papan

D. CARA KERJA

a. Diamati reaksi-reaksi berikut ini pada katak normal

1. Sikap badan meliputi sudut antara kepala dengan lantai, sikap kaki

2. Kondisi kelopak mata

3. Refleks bangkit (letakkan pada punggungnya

20
4. Gerakan spontan, dilakukan dengan mengagetkan katak.
5. Cara mlehengambang dan berenang di air, meliputi kaki depan, cara mengambang
dan cara berenang.
6. Reaksi terhadap pengangkatan tiba-tiba. Letakan katak pada papan dan angkatlah
papan beserta kataknya dengan gerakan tiba-tiba. Amati arah kepala, sikap badan
dan sikap kaki.
7. Reaksi pada pemutaran papan. Amati arah kepala, sikap badan dan sikap kaki.
8. Dihitung frekuensi nafas selama 1 menit, dilihat pada bagian leher.
9. Dihitung frekuensi denyut jantung selama 1 menit, dilihat melalui bagian
dadanya.
b. Hambatan terhadap refleks-refleks pada katak normal
Ikatlah erat-erat kedua kaki depan katak dengan tali kemudian ulangi prosedur 1
di atas.

c. Katak deserebrasi
Potonglah bagian atas rahang katak dengan batas pemotongan tepat di depan
membran timpani. Diamkanlah selama 5 manit (Fungsinya?). Ulangi prosedur 1.

d. Katak spinal
- Rusaklah cerebelum dan medula oblongata dengan menusukkan sonde ±
1 cm ke belakang dari tempat pemotongan terakhir. Putarlah sonde
untuk merusak saraf. Ulangi prosedur 1.
- Gantung katak pada kawat.
- Celupkan salah satu kakinya pada larutan H2SO4 0,2%. Amati apa yang
terjadi?
- Celupkan salah satu kakinya pada larutan H2SO4 0,4 %. Amati apa yang
terjadi?

21
PRAKTIKUM VI

PENCERNAAN SECARA ENZIMATIS

A. TUJUAN
1. Mempelajari mekanisme pencernaan secara enzimatis (pencernaan kimiawi)yang terjadi
di dalam tubuh manusia menggunakan model percobaan.
2. Membandingkan proses pencernaan dari berbgai nutrient yaitu: karbohidratm protein dan
lipid.
B. DASAR TEORI
Bahan makanan mengandung berbagai substansi yang penting bagi tubuh hewan
termasuk manusia baik berupa senyawa organic maupun anorganik juga air. Bahan makanan
penghasil energy meliputi karbohidrat, protein dan lipid.

Pencernaan merupakan proses pemecahan suatu molekul bahan makanan yang


kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga dapat diserap olelh usus.
Kehadiran enzim dalam proses pencernaan di dalam tubuh organism hidup sangat penting.
Kerja enzim sangat spesifik utntuk suatu bahan makanan dan dipengaruhi oleh banyak
factor. Namun demikian secara garis besar reaksi enzim adalah sama, yaitu enzim dan
substratnya akan membentuk kompleks enzim-substrat dan selanjutnya menghasilkan
produk. Enzim sendiri tidak ikut bereaksi (berubah strukturnya), tetapi hanya membantu
berlangsungnya proses pencernaan sehingga setelah reaksi berakhir enzim tetap ada. Oleh
karena itu enzim disebut juga sebagai biokatalisator.

Pencernaan enzimatis telah dimulai pada saat makanan didalam mulut. Pada mulut
terdapat saliva yang mengandung enzim amylase yang berperan dalam pencernaan
karbohidrat. Enzim amylase mampu menghidrolisis sebagian besar karbohidrat yang
dimakan. Selanjutnya didalam ventrikulus makan disimpan dalam waktu tertentu dan
mengalami proses pencrnaan mekanik oleh gerakan peristaltic serta pencernaan enzimatis
oleh adanya getah-getah ventrikulus (pepsin). Ventrikulus juga mengandung HCl sebagai
desinfektan. Selanjutnya pencernaan alkalis bersama dengan getah usus halus dan cairan
empedu menetralisir asam ventrikulus. . Empedu juga berperan dalam mengemulsi lemak,
penyerapan vitamin dan mengaktifkan lipase pancreas (steapsin). Pencernaan karbohidrat,

22
lemak dan protein lebih lanjut terjadi di dalam usus halus dengan bantuan enzim, tripsin,
amylase, dan lipase menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhanan sehingga dapat
diserap oleh usus halus.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Bahan
1. Tepung terigu, susu skim, minyak goreng, tahu, tempe, pisang, roti/mie
2. Cairan empedu, larutan pankreon, larutan Benedict, larutan iod, larutan Biuret,
NaOH 40%, HNO3 pekat, Na2CO3 2 %, CuSO4 0,5 %, phenol red
b. Alat
Gelas piala, tabung reaksi, rak tabung reaksi, corong gelas, pipet tetes, penjepit
tabung, lampu spiritus, kertas saring, kertas label, batang gelas pengaduk, hot
plate/water bath/incubator dan mortir.

D. CARA KERJA
a. Pengumpulan Saliva
1. Sediakan gelas piala dan corong gelas yang dilapisi kertas saring.
2. Ambil segumapal kecil kapas dan kunyahlah hingga saliva keluar sebanyak-
banyaknya.
3. Letakkan kunyahan kapas yang telah bercampur saliva dalam gelas piala, lalu
tambahkan air hangat kira-kira 2 mL.
4. Saring menggunkan corong gelas yang telah dilapisi kertas saring. Filtrat yang
terbentuk merupakan sediaan saliva yang akan digunakan dalam percobaan
beriktnya.
b. Penyediaan Inkubator
1. Menggunakan waterbath: Suhu diatur hingga mencapai 37o (Alasannya?). Tabung
reaksi sebagai tabung uji dimasukkan ke dalam alat ini dan agar dapat berdiri
dengan baik dibantu dengan rak tabung reaksi.
2. Menggunakan hotplate: Sediakan gelas piala besar yang diiisi air kemudian
letakkan di atas alat ini. Suhunya dikontrol dengan cara memasukkan thermometer
ruang ke dalam gelas piala hingga diperoleh suhu yang diperlukan.
3. Tabung reaksi sebagai tabung uji dimasukkan ke dalam gelas piala.

23
4. Menggunakan incubator: Atur suhu sesuai yang diperlukan. Tabung reaksi sebagai
tabung uji diletakkan pada rak tabung kemudian dimasukkan ke dalam alat ini.

c. Percobaan I
Pencernaan karbohidrat oleh amylase saliva
1. Isilah tabung reaksi 1 dengan 5 mL larutan amilum 1 %, kemudian tambahakan
1 mL sediaan saliva. Beri label untuk tabung ini (AS).
2. Isilah tabung reaksi 2 dengan 6 mL larutan amilum 1 %. Beri label untuk
tabung ini (A).
3. Inkubasikan kedua tabung tersebut di atas pada suhu 37oC selama 15 menit.
4. Ambil ke-2 tabung yang telah diinkubasi kemudian lakukan pengujian selama
10 menit selama 3x.
5. Isilah tabung reaksi 3 dengan 2 mL larutan Benedict kemudian tambahkan 5
tetes larutan dari tabung AS.
6. Panaskan di atas lampu spiritus selama beberapa saat dan lihatlah hasilnya
(Apakah terjadi endapan dan perubahan warna?). Catatlah hasil pengamatan
dan diskusikan.
7. Isilah tabung reaksi 4 dengan 2 mL larutan Bemdict tambhkan 5 tetes larutan
dari tabung A (control).
8. Panaskan di atas lampu spiritus selama beberapa saat dan lihatlah hasilnya
(Apakah terjadi endapan dan perubahan warna?). Catatlah hasil pengamatan
dan bandingkan dengan hasil pengujian dengan menggunakan larutan AS.
Pencernaan protein oleh larutan pankreon
1. Sediakan 3 buah tabung reaksi kemudian berilah label B1, B2 dan B3.
2. Isilah ke-3 tabung tadi dengan 3mL larutan susu skim 5%.
3. Tabung B2 dan B3 diisi dengan 10 tetes larutan pankreon sedangkan B1
sebagai control (tanpa larutan pankreon).
4. Inkubasikan ketiga tabung tadi pada suhu 37oC.. Tabung B1 dan B2 selama 15
menit dan B1 selama 30 menit.
5. Selnjutnya ke dalam ke-3 tabung tadi ditambahkan 1 mL NaOH 40% dan 4
tetes CuSO4 0,5 %.

24
6. Amatilah dan dicatat perubahan warna yang terjadi. Bandingkan ke-3nya dan
diskusikan.
Pencernaan lemak ol.eh pankreon dan empedu
1. Sediakan 4 buah tabung reaksi kemudian berilah label untuk masing-masing
tabung: C1 (control), C2, C3 dan C4.
2. Isilah tabung C1 dengan 2 mL minyak goring.
3. Isilah tabung C2 dengan 2mL minyak goring ditambah 10 tetes cairan empedu.
4. Isilah tabung C3 dengan 2mL minyak goring ditambah 10 tetes cairan empedu
dan 10 tetes cairan pankreon.
5. Isilah tabung C4 dengan 2mL minyak goring ditambah 10 tetes larutan
pankreon.
6. Inkubasikan keempat tabung tersebut pada suhu 370C selama 15 menit.
7. Kemudian pada masing-masing tabung tambahkan 10 tetes phenol red dan 5
tetes Na2CO3 2 %.
8. Amatilah apa yang terjadi. Bandingkan ke-4 nya dan diskusikan.
d. Percobaan II
Uji Benedict
1. Masing-masing bahan makanan digerus sampai halus kemudian tambahkan
sedikit air hangat.
2. Sediakan tabung reaksi sesuai dengan jumlah jenis bahan makanan kemudian
diberi label.
3. Isilah ke dalam tabung reaksi dengan 1 mL. larutan hasil penggerusan bahan
makanan.
4. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan bahan makanan dengan 5 mL
larutan Benedict.
5. Panaskan tabung reaksi dalam waterbath/hotplate/incubator (70oC) kemudian
dinginkan.
6. Amati perubahan yang terjadi dan catatlah jenis bahan makanan yang positif
dengan uji tersebut di atas (warna hijau kekuningan dan terdapat endapan
merah bata).
Uji Iod

25
1. Isilah ke dalam tabung reaksi dengan 1 mL. larutan hasil penggerusan bahan
makanan.
2. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan bahan makanan dengan 2 tetes
larutan Iod.
3. Amati perubahan yang terjadi dan catatlah jenis bahan makanan yang positif
dengan uji tersebut di atas (warna hitam/kebiruan).
Uji Biuret
1. Isilah ke dalam tabung reaksi dengan 1 mL. larutan hasil penggerusan bahan
makanan.
2. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan bahan makanan setetes demi
setetes larutan Biuret sambil dikocok sampai warna maksimum.
3. Amati perubahan yang terjadi dan bandingkan hasil uji tersebut antar setiap
jenis bahan makanan.
Uji Xantoprotein
1. Isilah ke dalam tabung reaksi dengan 1 mL. larutan hasil penggerusan bahan
makanan.
2. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan bahan makanan dengan 0,5 mL
larutan HNO3 pekat.
3. Panaskan tabung reaksi dalam waterbath/hotplate/incubator sampai mendidih
(larutan menjadi bening) kemudian dinginkan.
4. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan bahan makanan setetes demi
setetes larutan NaOH 30% sampai suasana menjadi netral (warna apa yang
terjadi?) .
5. Amati perubahan yang terjadi dan catatlah peruabahn yang terjadi pada setiap
langkah.
6. Bandingkan hasil uji tersebut antar setiap jenis bahan makanan.

Tabel Hasil Pengamatan


Bahan Makanan Karbohidrat Protein

26
Tahu

Tempe

Pisang Ranum

Pisang mentah

Mie

Roti

27
PRAKTIKUM VII

PENGUKURAN KADAR GLUKOSA DARAH

A. Tujuan: Membandingkan kadar glukosa darah hewan/manusia setelah makan dan puasa.
B. Dasar Teori
Glukosa merupakan suatu karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan
energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida,
disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan dikonversikan menjadi
glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama
bagi pembentukan energi di dalam tubuh.
Glukosa yang telah diserap oleh usus halus di dalam tubuh manusia kemudian akan
terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Glukosa tidak hanya dapat
tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati namun juga dapat tersimpan pada
plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Selain berperan sebagai bahan
bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja
otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa selanjutnya akan
digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan
molukel-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi keseharian, glukosa
menyediakan hampir 50—75% dari total kebutuhan energi tubuh.
Sesudah diabsorbsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan
akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah
sebagian besar tergantung dari ekstraksi glukosa, sintesis glikogen dan glikogenolisis dalam
hati. Selain itu, jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan glukosa sebagai
sumber energi. Jaringan-jaringan ini ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa
darah, meskipun secara kuantitatif tidak sebesar hati.
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh
jaringan-jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon-
hormon ini diklasifikasikan sebagai hormon yang menurunkan kadar glukosa darah dan
hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan hormon yang
menurunkan glukosa darah. Insulin dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans pankreas.
Sebaliknya, ada beberapa hormon tertentu yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah,

28
yaitu antara lain: glukagon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau Langerhans, epinefrin
yang disekresi oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin, glukokortikoid yang disekresi
oleh korteks adrenal dan growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior
(Price, 1995).
C. Alat Dan Bahan
1. Bahan
- Darah kapiler manusia/ mencit jantan dan betina jenis Swiss Webster berumur 2-2,5
bulan dengan berat badan berkisar 20-30 g
- Alkohol 70%
2. Alat
 Timbangan digital merek Ohaus dengan tingkat ketelitian 0,01 gram yang digunakan
untuk menimbang mencit.
 Kapas
 Lanset
 Glukometer merek Nesco dengan tingkat ketelitian 1 mg/dL digunakan untuk mengukur
kadar glukosa darah mencit.
D. Prosedur Kerja
1. Mencit diberi makan dan minum secara ad libitum. Sebelum diukur kadar glukosa
darahnya, terlebih dahulu mencit dipuasakan selama 16 jam.
2. Darah diambil melalui vena ekor mencit.
3. Mula-mula ekor mencit dibasuh dengan kapas yang telah direndam alkohol 70%.
4. Selanjutnya ekor ditusuk dengan lanset dengan jarak 5 cm dari pangkal ekor mencit.
5. Setelah darah keluar, darah tersebut diteteskan pada strip glukometer.
6. Setelah 6 detik, dicatat angka kadar glukosa darah pada layar glukometer.
7. Jika darah yg digunakan darah kapiler manusia, maka bersihkan jari ke-3 probandus
dengan alkohol 70%. Setelah alkohol kering, tusuklah pembuluh darah pada jari
tersebut dengan jarum, Francke sedalam 3 mm.
8. Hapuslah 2 tetes darah pertama dengan kertas tissue. Tetesan berikutnya diteteskan pada
strip glukometer.
9. Setelah 6 detik, dicatat angka kadar glukosa darah pada layar glukometer.

29

Você também pode gostar