Você está na página 1de 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber tanaman obat yang secara
turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Masyarakat sekarang
lebih memilih untuk back to nature walaupun perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin modern.Penggunaan obat tradisional menjadi pilihan utama karena
efek samping obat tradisional yang relatif kecil jika digunakan secara tepat dan tanpa
penyalahgunaan (Krisyanella, 2009).
Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies
termasuk tanaman berkhasiat (Sukandar, 2003) salah satunya yaitu tanaman pinang.
Pinang pada dasarnya merupakan tanaman yang sering digunakan oleh mayarakat,
khususnya masyarakat pedalaman yang memiliki kebiasaan mengunyah pinang
bersama-sama dengan daun sirih dan kapur. Masyarakat menganggap bahwa
kebiasaan tersebut dapat menguatkan gigi mereka sehingga hal itu dilakukan secara
turun temurun (Satriadi, 2011).
Banyak jenis pemanfaatan tanaman pinang yang digunakan masyarakat antara
lain adalah air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti
haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), borok, bisul, eksim, kudis,
difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang). Selain itu, digunakan juga untuk
mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), luka, batuk berdahak, diare, beri-
beri, malaria. Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk
menguatkan gigi goyah, bersama-sama dengan sirih (Satriadi, 2011).
Biji pinang mengandung senyawa saponin dan flavonoid yang berguna sebagai
antimikroba, selain sebagai antimikroba flavonoid berupa katekin berfungsi sebagai
anti inflamasi (Vonna dkk., 2015). Biji pinang (Areca catechu L.) juga mengandung
senyawa-senyawa polifenol (flavonol, tanin) (Yernisa, 2013). Senyawa polifenol
yang terkandung dalam biji pinang termasuk katekin, epikatekin, leukosianidin dan
flavonoid kompeks (Yernisa dkk., 2013) yang dapat dimanfaatkan sebagai penangkal
radikal bebas (Satolom, 2015). Kadar katekin pada biji pinang sebesar 10%
(Amudhan, dkk., 2012). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengisolasi senyawa katekin yang ada dalam biji pinang (Areca catechu L.).

1.2 Identifikasi masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana proses isolasi senyawa katekin pada biji pinang ?
1.2.2 Berapa kadar senyawa katekin pada biji pinang ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui proses isolasi senyawa katekin pada biji pinang.
1.3.2 Untuk mengetahui kadar senyawa katekin pada biji pinang.

1.4 Kegunaan Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang proses
isolasi katekin dari biji pinangdan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
industri farmasi dan dapat meningkatkan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum ini dilaksanakan dari bulan September-Desember.di Laboratorium
Kimia Bahan Alam Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia. Pelaksanaan praktikum pada
hari senin, dimulai pukul 08.00 - 14.00 WIB.

Você também pode gostar