Você está na página 1de 11

Nama : Muhammad Ikbar Fauzan

Kelas : Alpha 2015


NIM : 04011281520173

Laporan Hasil Belajar Mandiri Tutorial Blok 28 Skenario C Tahun 2018

Learning Issue
1. Croup
Etiologi
Croup sindrom ini biasanya dianggap terjadi karena infeksi virus. Nama lain
menggunakan istilah yang lebih luas, untuk menyertakan laryngotrakeitis akut, batuk
tidak teratur, difteri laring, trakeitis bakteri, laryngotrakeo-bronkitis, dan
laryngotrakeobronkopneumonitis. Dari macam-macam penyakit tersebut terdapat
kondisi yang melibatkan infeksi virus dan umumnya lebih ringan sehubungan dengan
simptomatologi,akan tetapi terdapat pula yang dikarena infeksi bakteri dan biasanya
dengan tingkat keparahan lebih besar. Selain dapat disebabkan virus dan bakteri, croup
sindrom juga bisa dikarenakan infeksi jamur yaitu berupa Candida albican.

Viral
Viral croup / laryngotrakeitis akut yang disebabkan oleh Human Parainfluenza Virus
terutama tipe 1 (HPIV–1), HPIV-2, HPIV-3, dan HPIV-4 terdapat pada sekitar 75%
kasus. Etiologi virus lainnya adalah Influenza A dan B, virus campak , Adenovirus dan
Virus pernapasan/Respiratory Syncytial Virus (RSV). Batuk hebat disebabkan oleh
kelompok virus yang sama seperti laryngotrakeitis akut, tetapi tidak memiliki tanda-
tanda infeksi biasa (seperti demam, sakit tenggorokan, dan meningkatkan jumlah sel
darah putih). Perawatan, dan respon terhadap pengobatan, juga serupa.

Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan batuk dapat dibagi menjadi beberapa antara lain,
difteri laring, trakeitis bakteri, laryngotrakeobronkitis, dan
laryngotrakeobronkopneumonitis. Difteri laring disebabkan Corynebacterium
diphtheriae sementara trakeitis bakteri, laryngotrakeobronkitis, dan
laryngotrakeobronkopneumonitis biasanya karena infeksi virus primer dengan
pertumbuhan bakteri sekunder. Sebagian besar bakteri yang umum terlibat adalah
Staphylococcus aureus , Streptococcus pneumoniae , Hemophilus influenzae , dan
Catarrhalis moraxella.

Penyebab Lain
Etiologi lainnya selain dikarenakan infeksi berupa virus, bakteri, dan jamur. Terdapat
pula penyebab lain yaitu:
 Mekanik
 Benda asing
 Pasca pembedahan
 Penekanan massa ekstrinsik

 Alergi
 Sembab angioneurotik

Komplikasi
o Obstruksi jalan napas
Jika obstruksi jalan napas tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan:
 Kesulitan bernapas berat (respiratory distress)
 Respiratory arrest (dimana pernapasan berhenti namun jantung terus berdetak)
o Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terkadang dapat terjadi mengikuti infeksi virus pertama yang
menyebabkan croup. Infeksi sekunder dapat menyebabkan:
 Pneumonia, infeksi dada yang menyebabkan pembengkakan jaringan satu atau
kedua paru
 Trakeitis bakterial, yang merupakan infeksi serius dan mengancam nyawa yang
terjadi setelah infeksi pernapasan akibat virus
o Komplikasi lainnya
Meskipun jarang, komplikasi croup lainnya yang mungkin terjadi termasuk infeksi
telinga tengah dan limfadenitis, suatu infeksi kelenjar sistem imun (limfonodus).
2. Kegawatdaruratan nafas pada anak
Penilaian awal (penilaian umum) pediatrik dimulai dengan kesan umum melalui
observasi yang disebut sebagaiPediatric Assessment Triangle (PAT). Teknk penilaian ini
dilakukan tanpa memegang anak. Dengan melihat dan mendengar, pemeriksa dapat
mendapatkan kesan kegawatan anak.

Tiga komponen PAT adalah:

o Penampilan anak/Appearance
o Upaya napas/Work of Breathing
o Sirkulasi/Circulation

1. Penampilan anak/Appearance
Merupakan cerminan kecukupan ventilasi dan oksigenasi otak.

Tampilan umum anak adalah hal yang sangat penting untuk dinilai ketika menentukan
seberapa berat penyakit atau cedera, kebutuhan terapi, dan respon terapi. Tampilan
(appearance) merefleksikan kecukupan ventilasi, oksigenasi, perfusi otak, homeostatis
tubuh, dan fungsi sistem saraf pusat (CNS, central nervous system).

Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metode ‘tides’ meliputi penilaian :
Tonus (T=tone)
Interaksi (I = interactiveness)
Konsolabilitas (C = consolability)
Cara melihat (L = look/gaze)
Berbicara atau menangis (S = speech/cry)
Karakteristik Hal yang dinilai Normal Pada kasus
Tone Apakah anak dapat Dapat bergerak dengan Sewaktu hendak
bergerak aktif atau spontan diperiksa Yudi berontak
menolak pemeriksaan Dapat duduk atau dan langsung menangis
dengan kuat? Apakah berdiri (tergantung usia) memeluk ibunya
tonus ototnya baik atau
lumpuh?
Interactiveness Bagaimana Dapat berinteraksi Tidak ada pada
kesadarannya? Apakah dengan orang disekitar skenario
suara Dapat mengambil
mempengaruhinya? mainan
Apakah dia mau
bermain dengan
mainan atau alat
pemeriksaan? Apa anak
tidak bersemangat
berinteraksi dengan
pengasuh atau
pemeriksa?
Consolability Apakah anak dapat Berhenti menangis Yudi masih bisa
ditenangkan oleh ketika dipegang oleh ditenangkan oleh
pengasuh atau ibunya ibunya
pemeriksa? Atau anak Memiliki respon yang
menangis terus atau berbeda ketika
terlihat agitas sekalipun dipegang oleh
dilakukan pendekatan pemeriksa
yang lembut?
Look/gaze Apakah memfokuskan Terdapat kontak mata Tidak ada pada
penglihatan pada muka dengan pemeriksa skenario
atau pandangan
kosong?
Speech/cry Apakah anak berbicara Suara tangisan yang Yudi menangis terus
atau menangis dengan kuat dengan suara sekali-
kuat atau lemah atau Dapat mengucapkan sekali terdengar parau
parau? kata-kata atau kalimat
(tergantung usia)

 Jadi, maknapenilaian anak sadar, menangis terus dengan suara sekali-sekali


terdengar parau, masih bisa ditenangkan oleh ibunya dan sewaktu
anak hendak diperiksaanak berontak dan langsung menangis memeluk
ibunya menandakan penampilan anak/appearance normal.
2. Upaya napas/Work of Breathing
Indikator cepat yang lebih menunujukkan keadaan oksigenasi dan ventilasi dibandingkan
laju pernafasan (Respiratory Rate/RR) atau suara nafas pada auskultasi. Usaha bernafas
menunjukkan kemampuan anak untuk mengkompensasi adanya abnormalitas dalam
oksigenasi dan ventilasi. Penilaian usaha bernafas ini memerlukan observasi yang cermat
terhadap adanya tanda dan gejala peningkatan usaha nafas dan menilai secara cermat
suara abnormal pada pernafasan.
Upaya napas merefleksikan usaha anak dalam mengatasi gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Karakteristik yang dinilai adalah:

Karakteristik Hal yang dinilai Pada kasus


Suara napas yang tidak Mengorok, stridor, parau, Terdengar stridor inspirasi
normal/Abnormal breath merintih, mengi
sound

Posisi tubuh yang tidak Sniffing, tripoding, menolak Tidak dijelaskan pada
normal/Abnormal berbaring skenario
positioning

Retraksi/Retraction Supraklavikula, interkosta, Tidak dijelaskan pada


substernal, head bobbing skenario
Cuping hidung/Flaring Napas cuping hidung Tidak dijelaskan pada
skenario

 Pada kasus terdengar stridor insprirasi dengan mekanisme sebaga berikut:


Infeksi virus di nasofaring secret mukus dan reaksi inflamasi yang bersifat diffuse
(menyebar ke epitel laring dan trakea)  inflamasi, eritema, edem di dinding laring
dan trakeapenyempitan saluran nafas atas obstruksi parsial jalan napas
peningkatan resistensi jalan napas turbulensi udara saat masuk (menggetarkan plica
vokalis)  stridor inspirasi

Pada pasien Croup awalnya stridor bernada rendah (low pitched), keras dan terdengar saat
inspirasi tetapi bila obstruksi semakin berat stridor akan terdengar lebih lemah, bernada tinggi
(high pitched) dan terdengar juga saat ekspirasi.
 Pada kasus terlihat nafas cepat dengan peningkatan usaha nafas tetapi tidak dijelaskan
apakah ada retraksi dan nafas cuping hidung saat penilaian umum.
 Penilaian nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar stridor
inspirasididapatkan work of breathing abnormal hal ini dapat menunjukkan keadaan
gawat napas.

3. Sirkulasi
Sirkulasi mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ vital. Tujuan
penilaian sirkulasi yang cepat adalah untuk menetukan kecukupan cardiac output dan
perfusi organ-organ vital. Heart rate/HR, tekanan darah, dan suara jantung pada
auskultasi, merupakan indikator fungsi sirkulasi pada orang dewasa, namun kurang
bermanfaat jika digunakan sebagai indikator pada anak-anak. Tampilan (appearance)
anak adalah indikator terhadap fungsi perfusi, karena ketidakcukupan perfusi pada otak
akan menyebabkan timbulnya perilaku abnormal. Namun tampilan yang abnormal dapat
juga disebabkan oleh banyak hal selain penurunan perfusi. Oleh karena itu, tanda lain
dari gangguan perfusi harus dinilai pada evaluasi kondisi sirkulasi anak.

Hal yang dinilai:

Karakteristik Hal yang dinilai Pada kasus


Pucat/ -Kulit atau mukosa tampak kurang merah karena Kulit tidak pucat
Palor kurangnya aliran darah ke daerah tersebut.
-Tanda awal perfusi kulit dan membran mukosa yang
jelek. Dapat juga sebagai tanda anemia dan hipoksia.

Mottling -Kulit bercak kebiruan akibat vasokonstriksi. Tidak motled


-Karena konstriksi pembuluh darah di kulit dan juga
tanda perfusi yang buruk ke kulit.

Sianosis -Kulit dan mukosa tampak biru Bibir dan mukosa


-Diskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa. tidak sianosis
True cyanosis merupakan temuan akhir dari gagal
respirasi atau shock. Sianosis akut merupakan tanda
kritis dari hipoksia dan/atau iskemia yang
membutuhkan intervensi segera dengan manajeman
jalan nafas.

 Jadi, makna penilaian bibir dan mukosa tidak sianosis, kulit tidak pucat,
dan tidak motled menandakan sirkulasinormal.
Daftar Pustaka
1. Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO,DEPKES dan IDAI.
2009. p 104-105
2. Horeczko, T., Enriquez, B., McGrath, N. E., Gausche-Hill, M., & Lewis, R. J. (2013).
The Pediatric Assessment Triangle: Accuracy of Its Application by Nurses in the Triage
of Children. Journal of Emergency Nursing, 39(2), 182–189.
doi:10.1016/j.jen.2011.12.020

Analisis Masalah
1. Yudi,anaklaki-laki 2 tahun, BB 12 kg, TB 87 cm dibawa ibunya ke UGD RSMH karena
mengalami kesulitan bernapas. Tiga hari sebelumnya, Yudi menderita panas tidak tinggi
disertai batuk pilek. Batuk terdengar kasar, sepeti anjing menyalak.
a. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme kesulitan bernapas pada kasus?
Kesulitan bernapas terjadi apabila reaksi inflamasi mencapai laring dan trakea
yang merupakan salah satu saluran napas tersempit terutama di bagian subglotis. Reaksi
inflamasi tersebut akan menyebabkan edem di dinding laring dan trakea sehingga terjadi
penyempitan saluran napas, hal ini akan menyebabkan Yudi kesulitan bernapas seperti
pada kasus.Kesulitan bernapas lebih banyak terjadi pada anak dibandingkan dewasa. Hal
ini dikarenakan anak memiliki saluran pernapasan yang lebih kecil, kebutuhan oksigen
untuk metabolisme lebih tinggi, respiratory reserve (cadangan udara paru) sedikit, dan
mekanisme kompensasi yang tidak adekuat. Pada kasus, penyebab kesulitan bernapas
adalah croup.
Mekanisme: Infeksi virus di nasofaring sekret mucus dan reaksi inflamasi
yang bersifat diffuse (menyebar ke epitellaring dan trakea)  inflamasi, eritema, edem di
dinding laring dan trakeapenyempitan saluran nafas atasobstruksi parsial jalan
napas kesulitan bernafas.

2. Pada penilaian umum terlihat


Anak sadar, menangis terus dengan suara sekali-sekali terdengar parau. Masih bisa
ditenangkan oleh ibunya. Sewaktu anak hendak diperiksa anak berontak dan langsung
menangis memeluk ibunya. Bibir dan mukosa tidak sianosis, kulit tidak pucat dan tidak
mottled. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas. Terdengar stridor inspirasi.
a. Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme abnormal terhadap penilaian umum kasus?
Pada kasus Normal Interpretasi Makna/mekanisme

Anak sadar sadar normal

Nafas cepat 16-24 Adanya kompensasi tubuh akibat obstruksi


peningkatan saluran nafas atas dengan
usaha nafas memperlebar nares sehingga jalan
napas melebar dan tahanan menurun
Stridor Tidak Tidak Turbulensi udara akibat obstruksi
inspirasi terdengar Normal jalan nafas

3. Dokter juga memutuskanmemberikan O2 dengansungkup rebreathing, tetapianakmenolak,


menghindarsertaberontak.
a. Bagaimana cara pemberian (sekaliansebutinjenisalat-alatnya), dosis, lama pemberian, dan
monitoring pada kasus?
METODE PEMBERIAN O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
A. Sistem aliran rendah.
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 (Fraction of
inspired oxygen) yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan
patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini
ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas
dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500
ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit. Contoh system
aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula nasal, (3) sungkup
muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5)
sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Keuntungan dan kerugian
dari masing-masing system :

1. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara
kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. -
Keuntungan Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap. - Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang
lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
2. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2
kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan
kateter nasal. - Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan
laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
nyaman. - Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari
44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas
karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
3. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8
L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%. - Keuntungan Konsentrasi O2
yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. - Kerugian Tidak
dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 –
80% dengan aliran 8 – 12 L/mnt - Keuntungan Konsentrasi O2 lebih tinggi
dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir -
Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2
mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi - Keuntungan : Konsentrasi O2 yang
diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. -
Kerugian Kantong O2 bisa terlipat.

B. Sistem aliran tinggi


1. Sungkup muka venturi (venturi mask)
Oksigen : Aliran 4 -14 It / menit menghasilkan konsentrasi 02 30 -
55 %. Bahaya: Terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis karena
pemasangan sungkup yang terialu ketat.
2. Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag)
Oksigen : Aliran lebih dan 10 V menit menghasilkan konsentrasi
02 100 %. Bahaya: Penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta
nekrosis karena pemasangan sungkup muka yang terialu ketat.

Menentukan dosis oksigen :


1. PAO2 = ((P atmosfer- PH2O) x FiO2) – (PaCO2 x 1,25)
= ((760-47) x FiO2) – (PaCO2 x 1,25)
2. 2 . PAO2 = (713 x FiO2) – (1,25 x PaCO2)
3. 3. PaO2 = PaO2 yang diinginkan
PAO2 didapat dari hitungan PAO2 baru

4. 4. Jika sudah mendapat PAO2 yang baru, selanjutnya hitung FiO2 baru dengan rumus :
FiO2 = 150 + AaDO2 x 100%
760
Ket :
AaDO2 = (PAO2 yang baru) – PaO2 hasil AGD
PAO2 = tekanan parsial oksigen di alveoli
PaO2 = didapatkan dari hasil AGD
PaCO2 = didapatkan dari hasil AGD
FiO2 = fraksi oksigen pada pasien saat diambil AGD, jika tidak menggunakan oksigen dianggap 21%

(Patria & Fairuz. 2012)

- Pasien diobservasi 5 menit setelah terapi oksigen ditingkatkan dan jika saturasi tetap tidak

meningkat serta terdapat kondisi klinis setelah dievaluasi, AGD harus diulang.

- Jika sasaran saturasi diantara 88-92%, AGD harus diulang 30-60 menit jika dilakukan

peningkatan terapi oksigen untuk memastikan agar CO2 tidak meningkat.

Evaluasi
AGD atau oksimetri harus dilakukan dalam waktu dua jam setelah pemberian terapi oksigen
dan FiO2 diatur sesuai kebutuhan, respon yang adekuat adalah apabila PaO2 > 7,8 kPa (7,8 kPa
≈ 60mmHg) atau SaO2 > 90%.

Você também pode gostar