Você está na página 1de 15

ANALISIS KASUS GREAT RIVER CORPORATION

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah


Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen

Disusun oleh:
1. Nur ain pratiwi
2. Sugi handayani
3. Agnes nataly
4. Viviana tantiara arsew
5. Andika chairunnisa
6. Henri kresnanda
7. Lien wyinata

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRILOGI

JAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah yang berjudul
“Analisis Kasus Great River Corporation” ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas
matakuliah Sistem Perencanaan dan Pengendalian Managemen.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam proses penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen matakuliah Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Managemen yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini.

Semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Jakarta, Oktober 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I..................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.

BAB II ..................................................................................................................... 5

LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6

2.1 Etika Profesi Akuntansi .............................. Error! Bookmark not defined.

2.2 Tata Kelola Perusahan ……………………………………………………Error!


Bookmark not defined.

BAB III .................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN...................................................................................................... 9

3.1 Indentifikasi kelemahan yang terjadi pada pengendalian internal


dan tat a kelola perusahaan
…………………………………………………………………………Error! Bookmark
not defined.

3.2 Pelanggaran standar professional akuntan public………………………........10

BAB IV .................................................................................................................. 13

PENUTUP ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi


dan terkemuka di Indonesia. PT Great River International Didirikan oleh Sukanta Tanudjaja
dan Sunjoto Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT. Great River Garments Industries.
Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great River International. Pada
awalnya, PT Great River International mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini
ditandai dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan dari majalah Asiamoney dan
berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality management. Namun mulai tahun 2002,
PT. Great River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan
permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga.
Permohonan PKPU tersebut diajukan sehubungan dengan permohonan pailit yang diajukan
oleh Citibank atas utang senilai US $10 juta yang berasal dari US $ 2 juta dari Revolving
Credit Agreement pada 16 Februari 1994 dan US $ 8 juta dari Revolving Credit
Agreement-Domestic Trade Payable Onshore tanggal 16 November 1995. PT Great River
International memperkirakan jumlah kewajibannya yang telah dan akan jatuh tempo, di luar
utangnya kepada Citibank, adalah sebesar US $179.291.292. Sedangkan total aset yang
dimiliki diperkirakan sebesar Rp1.674.716.315.355. Perusahaan garmen PT Great River
International Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 1,023 trilyun per September 2002,
melonjak dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan rugi bersih
Rp 11,298 milyar. Dimana Akuntan publik Justinus Aditya Sidharta terindikasi
melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional,

4
Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang
menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga
ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan
tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan
investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan
keuangan Great River ikut menjadi tersangka.

Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006


telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena
terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan
dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada
di Great River Corporation serta menemukan solusi atas masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi kelemahan Pengendalian Internal dan Tata kelola Perusahaan
Great River?
2. Bagaimana tindakan akuntan public yang sesuai dengan standar professional
yang baik?

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1.Prinsip Etika Profesi Akuntan :


1.Tanggung Jawab Profesi.
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
snantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2.Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum

6
untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Tata kelola perusahan


Menurut komite Cadburry, Good corporate governance adalah prinsip yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan yang mencapai keseimbangan antara
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggung jawaban kepada para share holders dan stakeholders.

Prinsip – prinsip dalam good corporate goveranance dalam undang-undang no 40 tahun


2007. Prinsip – prinsip good corporate hraus menceriminakan pada hal ;

1. Transparency (keterbukaan informasi)


Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan
prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat
waktu kepada segenap stakeholders-nya. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan
keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang
dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar
pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang
saham dapat ditingkatkan.
2. Accountability (akuntabilitas)
Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, system dan
pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif,
maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab
antara pemegang saham, dewan komisarisdan dewan direksi.

7
Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung
jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas
pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham
bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.

3. Responsibility (pertanggung jawaban)


Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan
yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan
kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif
bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan
menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga
mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-
lainnya.
4. Indepandency (kemandirian)
Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan
kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, prinsip ini menuntut bertindak
secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan. Tersirat dengan
prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-
hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkanfairness dapat menjadi faktor
pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara
beragam kepentingan dalam perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan
melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak
lain.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Indentifikasi kelemahan yang terjadi pada pengendalian internal dan tata kelola
perusahaan?

Kelemahan yang terjadi pada pengendalian internal pada perusahaan Great River.
Dimana di dalam perusahaan ini tidak memiliki pengendalian internal yang dijalankan
dalam perusahaannya. Dimana terdapat kesalahan pencatatan atas laporan keuangan yang
tentunya sangat merugikan pihak perusahaan tersebut. Perusahan Great River mengalami
kesulitan arus kas dan gagal membayar hutang. Kesalahan pencatatan atas pelaporan
keuangan dapat menghambat arus kas masuk dan arus kas keluar karena kesalahan
pencatatan tersebut dapat mendefisitkan kas yang ada pada perusahaan tersebut. Sehingga
terjadi laporan keuangan dengan nominal yang salah sehingga tidak seimbang dengan asset
yang dimiliki perusahaan dan terjadi deficit. Jika perusahaan terjadi deficit pada anggaran
tentu saja kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya menjadi berkurang
sehinggga perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar hutang-hutangnya.
Perusahaan Great River ini harus mempunyai Pengendalian internal. Dimana pengendalian
internal meliputi struktur organisasi metode dan prosedur yang dikordinasikan dan
diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan,
mengecek ketelitian dan keandalan data dalam pencatatan akuntansinya, mendorong
efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan
sebelumnya. pentingnya struktur pengendalian intern bagi manajemen dan auditor
independen dimana untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dan untuk mencegah
kesalahan-kesalahan dan ketidak beresan terletak di tangan manajemen serta pengecekan
dan review yang melekat pada system pengendalian internal yang baik akan dapat
melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan

9
penyimpangan yang akan terjadi. Dalam akuntansi, struktur pengendalian internal yang
berlaku dalam perusahaan merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat atas
kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan kepercayaan atas efektivitas
Struktur pengendalian internal dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi. Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan
dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan: mungkin atau tidaknya audit
dilaksanakan, salah saji material yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan
pengujian substantif. Oleh karena itu bagi manajemen mempertahankan terus adanya
struktur pengendalian intern termasuk struktur pelaporan yang baik adalah sangat
diperlukan agar dapat melepaskan, menyerahkan atau mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawabnya dengan tepat. Serta Tata kelola perusahan Great River tidak baik
dilihat dari kondisi perusahaan Great River yang melanggar prinsip tata kelola pada
perusahaan great river. Yaitu:
1. Transparansi: prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampain
informasi.keterbukaan dalam penyampaian informasi. Dalam kasus perusahaan
Great River transparansi terlihat dilanggar pada: menggelembungkan akun
penjualan atau penyimpanan dana obligasi sehingga kenyataan isi laporan keuangan
perusahaan great river tidak sesuai dengan kondisi kenyataan sebenarnyaa.
2. Akuntabilitas: prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Dalam kasus Great river ini pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi
yang efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya.
Perhitungan pajak untuk menghindari sanksi pajak metode pencatataan akuntansi
yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. Menghindari
sansksi pajak untuk mengurangi biaya pembayaran pajak dimana jika cogs di
masukkan biaya bahan bakunya maka cogs akan lebih tinggi dan gross profitnya

10
menurun sehingga biaya untuk membayar pajaknya rendah. Padahal jelas sekali
disini bahwa perusahaan great river bahan bakunya dari pemesannya.

3. Independensi : keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan


bersifat profesional, bebas dari konflik kepentingan dan bebas dari pengaruh atau
tekanan. Pelanggaran prinsip ini terjadi pada: dimana empat orang direksi
perusahaan itu ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya Sunjoto
Tanudjaja. Dimana mnyebabkan hilangnya obyektifitas Justinus A.

Keterlibatan Pihak Auditor Eksternal


Dimana Justinus Aditya selaku akuntan public di perusahaan Great River
melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River
International, Tbk. Dugaan keterlibatan auditor semakin kuat setelah adanya
temuan auditor investigasi dari bapepam yang menemukan indikasi
penggelembungan account penjualan,piutang,dan asset hingga ratusan miliyar
rupiah pada laporan keuangan great river yang mengakibatkan perusahaan tersebut
akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Babepam juga
menyatakan bahwa akuntan public yang memeriksa laporan keuangan great river
ikut menjadi tersangka.

3.2 Tindakan akuntan public yang tidak sesuai dengan standar professional yang benar?

Melihat kasus perusahan Great River dalam pelanggaran atas tanggung jawab profesi
atau pelanggaran standar professional akuntan public (SPAP) berkaitan dengan laporan
audit atas laporan keuangan konsolidasi Perusahaan Great River interbational Tbk tahun
2003. Pelanggaran terhadap Prinsip Etika Profesi Akuntan :
1.Tanggung Jawab Profesi.
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus

11
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Tidak seperti hal yang dilakukan Akuntan public melanggar standar
professional Akuntan public dimana berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan
konsolidasi Perusahaan Great River. Pelanggaran etika dan prinsip profesi akuntansi telah
dilanggar dalam kasus ini, yaitu pada prinsip pertama berupa pelanggaran tanggung jawab
profesi untuk memelihara kepercayaan masyarakat pada jasa professional seorang akuntan
2.Kepentingan Publik
Pelanggaran ditemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan
Great River. Dimana Seharusnya Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Pelanggaran Seperti, 4
orang anggota direksi perusahaan ditetapkan sebagai tersangka, temasuk pemiliknya,
dalam kasus adanya temuan auditor instetigasi Aryanto, Amir, Jusuf dan Mawar, yang
menemukan indikasi pengelembungan akun penjualan, piutang, dan asset hingga ratusan
miliar rupiah. Tentunya dalam kasus Great River jelas tercoreng nama Profesi Akuntan
Publik, dimana statement masyrakat berubah menjadi negative mengenai akuntan public.
Padahal tidak semua akuntan public seperti itu.
4. Obyektivitas
Pihak Deputy managing director Johan Malonda dan Junstinus selama mengaudit tidak
menemukan adanya penggelembungan akun penjualan atau penyimpangan dana obligasi,
namun ia mengakui dimana metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River
berbeda dengan ketentuan yang ada, mereka tidak memikirkan kepentingan public
melainkan hanya mementingkan kepentingan klien. Padahal, Setiap anggota harus
menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.

12
5. Kompotensi dan kehati-hatian professional : dimana terdapat dugaan overstatement
pada laporan keuangan Great River tahun 2003 dimana pencatatan untuk akun
penjualan menggunakan metode yang berbeda dari ketentuan yang ada.
6. Kerahasiaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, terdapat indikasi penipuan dalam
penyajian laporan keuangan menemukan kelebihan pencatatan penyajian akun
penjualan dan piutang dalam laporan tersebut.

7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Dia telah melanggar
etika professional sebagai auditor dimana memberikan opini audit yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang ada.
8.Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-
hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Jelas sekali terlihat bahwa dia melanggar standar teknis professional dalam
menjalankan penugasaannya.

13
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Pelanggaran etika dan prinsip profesi akuntansi telah dilanggar dalam kasus ini, yaitu pada
prinsip pertama berupa pelanggaran tanggung jawab profesi untuk memelihara
kepercayaan masyarakat pada jasa professional seorang akuntan. Seorang akuntan
seharusnya tidak hanya mementingkan kepentingan klien saja, tapi juga kepentingan
publik. tanggung jawab profesi telah dilanggar. Karena auditor telah menerbitkan laporan
palsu, maka kepercayaan masyarakat terhadapnya yang dianggap dapat menyajikan laporan
keuangan telah disalahi. kepentingan publik juga telah dilanggar, karena dianggap telah
menyesatkan public dengan disajikannya laporan keuangan yang telah direkayasa.
Obyektivitas juga dilanggar, yaitu mereka tidak memikirkan kepentingan public melainkan
hanya mementingkan kepentingan klien.Seorang akuntan public harus memiliki nilai dasar
yang harus dimiliki oleh seorang akuntan agar seorang akuntan public dapat menghasilkan
suatu laporan yang sifatnya akurat dan dapat dipercaya. Tanpa adanya nilai – nilai dasar
yang dimiliki seorang akuntan public akuntan public yang tidak bermoral.
Perusahaan harus memiliki Tata kelola perusahan (good corporate governance) yang baik
untuk mengoptimalkan nilai perusahan bagi pemegang saham. Meningkatkan pengelolaan
perusahaan secara professional berdasarkan asas Transparansi,akuntabiitas, independen
serta kewajaran dan kesetaraan.

14
Daftar pustaka

Kenneth A,Merchant. Wim A, Van der stede. 2014. Management Control System.
Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat

15

Você também pode gostar