Você está na página 1de 30

KONSEP KB DAN PROGRAM KB NASIONAL, KONSEP CTU, MOTODE

KONTRASEPSI DAN ASUHAN KEBIDANAN KB

1. KONSEP KB DAN PROGRAM KB NASIONAL

a. Definisi Keluarga Berencana (KB)

Menurut WHO, Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan

membantu pasangan suami istri untuk :

(1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

(2) Mendapatkan kelahiran yang diinginkan,

(3) Mengatur interval diantara kehamilan,

(4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

dan istri,

(5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Keluarga

Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak yang

diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk

mencapai keinginan tersebut.


b. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan keluarga berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang

menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui

pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia sedangkan dalam era otonomi

daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan

untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju,

bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian

diharapkan.

1. Terkendalinya tingkat kelahiran

2. Meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan

dasar pertimbangan moral dan agama.

3. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan

ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.

c. Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana

Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga

Berencana adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya

Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada

masyarakat Indonesia. Sasaran yang mesti digarap untuk mencapai target

tersebut adalah
1. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama

dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus menerus

sehingga menjadi peserta Keluarga Berencana Lestari.

2. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi,

pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat,

3. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah

dan swasta.

d. Program Nasional Keluarga Berencana

Program keluarga berencana ini memilik visi untuk mewujudkan keluarga

berkualitas tahun 2015”. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera,

sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,

bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Guna mewujudkan visi tersebut ada enam prioritas misi utama yang akan

dilaksanakan yaitu :

1. Pemberdayaan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas

2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian,

dan ketahanan keluarga

3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

4. Meningkatkan promosi, perlindungan danupaya mewujudkan hak-hak

reproduksi

5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender melalui program keluarga berencana.


6. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan

dalam kandungan sampai dengan lanjut usia.

e. Pelayanan Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan

suami istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang

semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target

melalui subsidi penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi

suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia

membayar untuk memenuhinya.

Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang

tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan

berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin

keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan

menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah

cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat berguna dalam mengatur

kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat

waktu.
Ada 5 (lima) hal penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu

diperhatikan :

1. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur

yang istrinya mempunyai keadaan 4 terlalu, yaitu terlalu muda (usia kurang

20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak

kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

2. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami

dan istri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan

menggunakan alat/metoda kontrasepsi untuk pria.

3. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan

masing-masing metoda kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat

informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metoda

yang paling cocok bagi dirinya.

4. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil

pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk

memudahkan klien menentukan pilihan.

5. Memberi informasi teentang kontraindikasi pemakaian berbagai metoda

kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau

penyaringan melalui pemeriksaan fisik terhadap klien untuk memastikan

bahwa tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi

yang akan dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat

pernyataan setuju (informed consent) dari klien.


e. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Masalah kesehatan reproduksi bukan hanya masalah individu yang

bersangkutan tetapi menjadi perhatian bersama, karena dampaknya luas

menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan

negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat.

Keluarga berencana termasuk dalam empat pilar upaya Safe

Motherhood. Tujuan dari upaya Safe Motherhood adalah untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, di

samping menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Untuk itu

program KB memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu

melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta

menjarangkan kehamilan.

f. Akseptor KB

Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang mana salah seorang

menggunakan salah satu alat kontrasepsi untuk pencegahan kehamilan,

baik melalui program maupun non program.

g. Kontrasepsi

adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan,

serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan

“konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi

adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan

sperma tersebut.

2. KONSEP CTU (CONTRACEPTION TECHNOLOGY UP DATE)

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology

Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan

teknologi kontrasepsi dan dirancang untuk menyiapkan petugas kesehatan

agar mampu memberikan pelayanan KB yang efektif dan berkualitas.

Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan penggunaan

peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai

teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber daya

terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan memberi manfaat

maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan pelayanan

kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang teknologi terkini, juga

diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara

petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga

yang membutuhkan pelayanan KB.

Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan

penyegaran pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan kemajuan

teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu terbaru untuk

meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat. Pengembangan


terbaru dari Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive

Technology Update (CTU) dengan pemasangan implant dengan alat (trochar)

dispossible (sekali pakai) menggunakan dua batang implant dengan jangka

waktu tahun dengan nama implant plus, dan implant 2 fin. Pada pemasangan

AKDR atau IUD bisa dipasang segera setelah proses persalinan disebut

pemasangan pascaplacenta, apabila persalinan pervaginam dengan

memperhatikan ketuban pecah dini disertai korioamnionitis, sepsis

peurperalis, perdarahan postpartum, trauma jalan lahir. Ibu yang tidak

mengalami kondisi di atas langsung diinsersi IUD begitu pula untuk

persalinan perabdominal. Pemasangan juga dapat dilakukan pada 48 jam

postpartum, tidak harus menunggu masa nifas berakhir.

3. METODE KONTRASEPSI

A. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

1. Definisi

Metode kontrasepsi dapat digunakan sendiri, tanpa perlu bantuan

tenaga kesehatan atau disebut kontrasepsi mandiri.

2. Mekanisme Kerja

Senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus

menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi/ kehamilan.

3. Kelebihan KBA

a). Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan


b). Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi

c). Tidak ada efek samping sistemik

d). Murah atau tanpa biaya

e). Meningkatkan keterlibatan suami dalam ber KB

f). Mengeratkan hubungan kerjasama suami istri

4. Kekurangan KBA

a). Angka kegagalan 9-10 kehamilan per 100 perempuan

b). Keefektifan tergantung kemauan dan disiplin pasangan untuk

mengikuti instruksi

c). Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis

KBA yang efektif secara benar

d). Dibutuhkan pelatih/ guru KBA

e). Pelatih/ guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa

suburnya, memotivasi pasangan untuk menaati aturan jika ingin

menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu jika diperlukan,

misalnya buku catatan khusus

f). Perlu pantang pada masa subur untuk menghindari kehamilan

g). Perlu pencacatan setiap hari

h). Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai

i). Tidak terlindung dari IMS


5. Indikasi KBA

a). Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun

tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pra menopause

b). Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nullipara

c). Perempuan kurus ataupun gemuk

d). Perempuan yang merokok

e). Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu

f). Pasangan dengan alasan agama untuk tidak menggunakan metode lain

g). Perempuan yang tidak bisa menggunakan metode lain

h). Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada

setiap siklus haid

i). Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat,

dan menilai tanda dan gejala kesubuan

6. Kontra Indikasi KBA

a). Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya

membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi

b). Perempuan sebelum mendapatkan haid (menyusui, segera setelah

abortus)

c). Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur

d). Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang)

selama waktu tertentu dalam siklus haid.


7. Klasifikasi KBA :

a). Metode kalender

Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri

menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita.

Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum

menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup

selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah

melakukan hubungan seksual karena itu pembuahan bisa terjadi akibat

hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.

Metode ritmik kalender merupakan metode dimana pasangan

menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita

berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi,

jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma

untuk bertahan di saluran reproduksi wanita. Periode subur seorang

wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus

menstruasi terpanjang - 11)

Contoh bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan

siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 – 18)

dan (29 – 11) yang berarti hubungan seksual tidak boleh dilakukan

pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah menstruasi.


b). Metode suhu basal

Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan

temperatur. Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika

bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan

menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1° Celsius)

setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak

hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari

temperatur.

1. Efektivitas : Kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita

pada 1 tahun penggunaan pertama

2. Keuntungan : Tidak ada efek samping gangguan

kesehatan,ekonomis

3. Kerugian : Angka kegagalan tinggi, tidak melindungi dari

PMS, menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi

teratur.

c). Metode Lendir Serviks

Metode lendir serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi

Billing (MOB) adalah yang paling efektif. Metode lendir serviks

adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap

hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin.

Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama


menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir

serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari

setelah lendir masa subur itu berhenti.

d). Coitus Interuptus

Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina

sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami

orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar

sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta

penentuan waktu yang tepat.

e). Metode amenorea menyusui

Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan

perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang

menekan pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini

adalah metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4

jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan

tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.

Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6

bulan setelah melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah

melahirkan

Keuntungan : pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan,

tidak mengganggu kesehatan, ekonomis, merangsang seorang wanita


untuk menyusui

Kerugian : tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria,

tidak melindungi dari PMS

f). Kondom

Kondom merupakan pelindung tipis yang menutupi penis.

Kondom terbuat dari karet/ lateks yang merupakan satu-satunya

kontrasepsi yang melindungi penyakit menular seksual, termasuk yang

disebabkan oleh bakteri (seperti gonorrhea dan syphilis) dan

disebabkan karena virus (seperti HPV—human papillomavirus— dan

HIV—human immunodeficiency virus). Namun bagaimanapun,

perlindungan ini (dengan berbagai pertimbangan) tidaklah sempurna.

Kondom yang terbuat dari poliuretan juga menyediakan perlindungan,

namun kondom jenis ini lebih tipis dan lebih mudah sobek. Kondom

yang terbuat dari kulit lembu tidak melindungi dari serangan infeksi

virus seperti infeksi HIV.

B. Kontrasepsi Untuk Perempuan Berusia Di Atas 35 Tahun

Perempuan berusia diatas 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang

aman dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan

morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil. Bukti-bukti terakhir

menunjukkan bahwa baik ppil kombinasi maupun suntikan kombinasi

dapat digunakan dengan aman oleh klien berusia > 35 tahun sampai masa
menopause, jika tidak terdapat faktor resiko alain. Kekhawatiran tentang

resiko kanker mammae pada pemakaian kontrasepsi hormonal sesudah

usia 35 tahun, menurut penelitian terakhir tidak terbukti. Di samping

terbukti turunnya tingkat prevalensi kanker payudara diantara perempuan

usia > 35 tahun, juga ternyata resiko kanker endometrium dean kanker

ovarium juga turun. Namun, perempuan usia > 35 tahun yang merokok

sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi maupun suntikan kombinasi.

Berbagai cara kontrasepsi yang bisa digunakan oleh perempuan > 35

tahun :

1. Pil kombinasi / suntikan kombinasi

a). Sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang perokok

b). Perokok berat (> 20 batang/hari) jangan menggunakan pil/ suntikan

kombinasi

c.) Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi sebagai terapi hormon

pada masa perimenopause

2. Kontrasepsi progestin (implant, kontrasepsi suntikan progestin,

kontrasepsi pil progestin)

a). Dapat digunakan pada masa perimenopause (usia 40-50 tahun)

b). Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun dan perokok

c).Implant dapat digunakan pada perempuan > 35 tahun yang

menginginkan kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum siap untuk

kontrasepsi mantap
3. AKDR

a). Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang tidak terpapar pada

IMS

b). AKDR Cu dan Progestin : sangat efektif, tidak perlu tindak lanjut, dan

memberikan efek jangka panjang (Tcu 380A efektif sampai 10 tahun).

4. Kondom

a). Satu-satunya kontrasepsi yang dapat mencegah IMS, HIV/AIDS

b). Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk mencegah kehamilan

5. Kontrasepsi Mantap

Sangat tepat untuk pasangan yang benar-benar tidak ingin mempunyai

anak lagi.

C. Kontrasepsi Menyusui

Pada ibu yang menyusui secara ekslusif dapat menggunakan Metode

Amenorhea Laktasi (MAL) yaitu kontrasepsi yang mengandalakan pemberian

Air Susu Ibu (ASI).

1. Cara kerja

Penundaan/ penekanan ovulasi

2. Keuntungan

a). Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan)

b). Sangat efektif


c). Tidak mengganggu senggama

d). Tidak ada efek samping secara sistemik

e). Tidak perlu pengawasan medis

f). Tidak perlu obat atau alat

g). Tanpa biaya

h). Mengurangi perdarahan pasca persalinan

i). Mengurangi resiko anemia

j). Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi

k). Bayi mendapatkan kekebalan pasif

l). Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang

bayi yang optimal

m). Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain

atau formula, atau alat minum yang di pakai.

3. Kerugian

a). Perlu persiapan sejak kehamilan agar segaera menyusui dalam 30 menit

pasca persalinan

b). Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

c). Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai 6 bulan

d). Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B dan HIV /

AIDS.
4. Indikasi

Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6

bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan

5. Kontra indikasi

a). Sudah mendapat haid setelah persalinan

b). Tidak menyusui secara ekslusif

c). Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

d). Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam.

D. Kontrasepsi Darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan

bila digunakan segera setelah hubungan seksual. Hal ini sering disebut “

Kontrasepsi Pascasenggama “ atau “ morning after pill ” atau “morning after

treatment” “sebutan kontrasepsi darurat menekankan bahwa dalam cara KB

ini lebih baik dari pada tidak ada sama sekali, namun tetap kurang efektif

dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada.

1. Metode Hormonal

a). Pil kombinasi dosis tinggi seperti microgynon 50, ovral, neogynon,

nordiol, eugynon. Dosisnya 2x2 tablet diminum dalam waktu 3 hari

pasca senggama, dosis kedua 12 jam kemudian


b).Pil kombinasi dosis rendah seperti microgynon 30, mikrodiol, nordette.

Dosisnya 2x4 tablet diminum dalam waktu 3 hari pasca senggama,

dosis kedua 12 jam kemudian

c). Progestin : prostinor-2. Dosisnya 2x1 tablet diminum dalam waktu 3

hari pasca senggama, dosis kedua 12 jam kemudian

d). Estrogen seperti lynoral 2,5 mg/dosis, premarin 10 mg/dosis,

progynova 10 mg/dosis. Diminum dalam waktu 3 hari pasca senggama

2x1 dosis selama 5 hari

e). Mifepristone: RU-486. Dosisnya 1x600 mg diminum dalam waktu 3

hari pasca senggama

f). Danazol seperti danocrine, azol. Dosisnya 2x4 tablet diminum dalam

waktu 3 hari pasca senggama, dosis kedua 12 jam kemudian

2. Insersi IUD

IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke

dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit

tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan

mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral

tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan

terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu

untuk memastikan kecocokannya. IUD adalah suatu alat atau benda yang

dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka

panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif


a.Insersi Interval

1. Kebijakan (policy) lama : Insersi IUD dilakukan selama atau segera

sesudah haid. Alasan : Ostium uteri lebih terbuka, canalis cervicalis

lunak, perdarahan yang timbul karena prosedur insersi, tertutup oleh

perdarahan haid yang normal, wanita pasti tidak hamil. Tetapi,

akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena : Infeksi dan ekspulsi

lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid, Dilatasi canalis

cervicalis mid-siklus, memudahkan calon akseptor pada setiap ia

datang ke klinik KB.

2. Kebijakan (policy) sekarang : Insersi IUD dapat dilakukan setiap

saat dari siklus haid asal kita yakin seyakin-yakinnya bahwa calon

akseptor tidak dalam keadaan hamil.

b. Insersi Post-Partum

Insersi IUD adalah aman dalam beberapa haris post-partum, hanya

kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi

tetapi menurut penyelidikan di Singapura, saat yang terbaik adalah

delapan minggu post-partum. Alasannya karena antara empat-delapan

minggu post-partum, bahaya perforasi tinggi sekali.

c.Insersi post-Abortus

Konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD

dapat segera dipasang sesudah :


1. Abortus trimester I : Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama

seperti pada insersi interval.

2. Abortus trimester II : Ekspulsi 5 – 10x lebih besar daripada setelah

abortus trimester I.

d. Insersi Post Coital

Dipasangkan maksimal setelah 5 hari senggama tidak terlindungi.

4.Teknik insersi, ada tiga cara :

a). Teknik Push Out : mendorong : Lippes Loop, Bahaya perforasi lebih

besar.

b). Teknik Withdrawal : menarik : Cu IUD.

c). Teknik Plunging : “mencelupkan” : Progestasert-T.

5. Manfaat kontrasepsi darurat

a). Sangat efektif (tingkat kehamilan < 3%)

b). AKDR juga bermanfaat jangka panjang

6. Kerugian

a). Pil kombinasi hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam pasca

senggama tanpa perlindungan

b). Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, atau nyeri

payudara

c). AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari pasca senggama

d). Pemasangan AKDR memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya

tidak digunakan pada klien yang terpapar dengan resiko PMS


7. Indikasi

Indikasi kontrasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan

yang tidak dikehendaki. Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian

kontrasepsi seperti :

a). Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya

b). Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat

c). Kegagalan senggama terputus (misalnya ejakulasi di vagina atau

pada genitalia eksterna)

d). Salah hitung masa subur

e).AKDR ekspulsi

f). Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet

g). Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB

h).Perkosaan

i). Tidak menggunakan kontrasepsi

8. Kontra indikasi

Hamil atau tersangka hamil

9. Efek samping

a). Mual, muntah : perlu konseling. Jika muntah terjadi dalam 2 jam

sesudah penggunaan pil pertama atau kedua, dosis ulangan perlu

diberikan
b). Perdarahan / bercak : sekitar 8% klien dengan kontrasepsi oral

kombinasi mengalami bercak-bercak. Sekitar 50% mendapat

haidpada waktunya bahkan lebih awal.


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S”
DENGAN KONTRASEPSI IUD

Hari / tanggal : Senin / 23 April 2012

Tempat : BPS PROFESIONAL

Jam : 15.00 WIB

No. Register : 4869

Pukul 15.00 WIB

Subyektif : Ibu mengatakan :

 Bernama Ny. S, Umur 30 tahun

 Sudah mempunyai 3 orang anak

 Menginginkan KB jangka panjang namun tidak perlu diminum setiap hari

serta mengandung hormon

 Tidak menginginkan pertambahan berat badan dan merasa pusing bila berKB

 Tidak alergi memakai perhiasan yang terbuat dari emas, kuningan

 Tidak mengalami keputihan

 Ibu mengatakan dalam keluarga ada yang tidak menderita penyakit

Hipertensi, Jantung, Diabetes Mellitus, Tumor Payudara.

 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kelainan panggul dan perdahan

yang tidak normal.

 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kekurangan darah


Obyektif :

1. Pemeriksaan Umum

 K/U : Baik

 Kesadaran : Compos Mentis

 TTV

 TD : 120/90 mmHg

 Pols : 80 X / menit

 RR : 20 X / menit

 Temp : 370 C

 BB : 55 Kg

2. Pemeriksaan fisik

a. Muka

 Warna : Tidak pucat

b. Mata

 Konjungtiva : An anemis

 Skelera : An ikterik
c. Genetalia

Vulva vagina : Tidak ada kelainan

Pengeluaran : Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang

USG

Posisi Uterus : Tidak Retrospektif

Kelainan Panggul : Tidak Ada

Analisa :

P3A0 dengan pemasangan IUD Cover T CU. 308 A

Penatalaksanaan :

1. Pukul 15.30 WIB : Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami

 Ibu dan suami mengetahui bahwa Ibu akan

dipasangi IUD berdasarkan anamnesa, pemeriksaan

umum, dan pemeriksaan penunjang (uterus tidak

retrospektif).

2. Pukul 16.00 WIB : Memberikan informed consent

 Ibu dan suami mendapatkan penjelasan secara rinci

mengenai kontrasepsi IUD dengan berbentuk

seperti huruf T mengandung tembaga dimasukkan


ke dalam rahim, jangka waktu 8 tahun, setelah

pemasangan tidak boleh bersenggama, dan

mengalami perdarahan yang lebih banyak. Ibu dan

suami menandatangani surat informed consent.

3. Pukul 15.45 WIB : Melakukan persiapan pasien

 Ibu membuka pakaian bagian bawah dan bagian

dalam dan mengosongkan kandung kemihnya dan

pasien diposisikan litotomi di tempat tidur.

4. Pukul 16.50 WIB : Melakukan persiapan alat, lingkungan dan IUD

Cover T Cu 308 A

 Mempersiapkan lampu sorot dan mempersiapkan

IUD Cover T Cu 308 A dengan memasukkan

lengan IUD di dalam kemasan sterilnya dengan

cara buka sebagian plastik penutup, masukkan

pendorong ke tabung inserter, lalu diangkat tabung

inserter serta dorong dan putar untuk memasukkan

lengan IUD.

5. Pukul 16.00 WIB : Melakukan pemasangan IUD Cover T Cu 308 A

 Memakai sarung tangan steril, memasang

spekulum vagina, mengusap dengan larutan

antiseptik, menjepit serviks dengan tenakulum,

memasukkan sonde uterus dengan no touch


technique, mengukur sonde, lalu lakukan insersi

dengan menggunakan teknik withdrawl technique,

lalu keluarkan pendorong, menggunting benang 3-

4 cm, melepaskan tenakulum dan spekulum

vagina.

6. Pukul 16.30 WIB : Membereskan alat dan merapikan pasien

 Alat direndam dan Ibu memakai pakaian lagi

7. Pukul 16.40 : Memberikan konseling pasca pemasangan

 Mengajarakan cara memeriksa benang IUD dengan

menjongkok, jangan melakukan hubungan seks

sampai 1 minggu. Ibu datang untuk kunjungan

ulang 1 bulan setelah pemasangan atau apabila

terdapat keluhan.
REFERENSI

Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.

BKKBN, 2010. Kependudukan KB dan KIA. Bandung, Balai Litbang.

BKKBN. (2003). Buku Sumber Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi,


Gender,dan PembangunanKependudukan.Jakarta:BKKBN

Hartanto, Hanafi. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.www. bkkbn.go.id

NRC-POGI, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.

Pendit, Brahm U. (2006). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, sarwono.2003. Ilmu Kandungan. YBP. Jakarta.

___________. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. YBP. Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : YBP-SP.

Suratun, Sri Maryani, Tien Hartini (dkk). (2008). Pelayanan Keluarga Berencana
dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.

Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP:SP.


TUGAS

ASUHAN KEBIDANAN LANJUT II

KONSEP KB DAN PROGRAM KB NASIONAL, KONSEP CTU, MOTODE


KONTRASEPSI DAN ASUHAN KEBIDANAN KB

DISUSUN OLEH :

 SEPTI ARUANI
 SHINTA NOVIANTY
 SRI ASTUTIK

D IV KEBIDANAN

DOSEN PEMBIMBING : ELIANA, SKM, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN D IV KEBIDANAN KLINIK
2011/2012

Você também pode gostar