Você está na página 1de 13

ARTIKEL BASIC SIKUEN STRATIGRAFI

TUGAS INDIVIDU

Disusun Oleh

M. JAIDIN (410016113)

Kelas 03

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2018
BASIC SEQUENCE STRATIGRAPHY

Gambar 1.1. Faktor pembentuk Sikuen Stratigrafi

Gambar 1.2. Tingkatan unit stratigrafi

Diagram sederhana dari suatu tingkatan kecil Sikuen yang dimulai


berupa lamina sampai sequence. Tapi, yang dibahas untuk saat ini batasannya hanya
sampai sequence aja ya. Pembagian tingkatan stratigrafi ini dipengaruhi oleh perubahan
ruang yang terjadi selama waktu geologi yang meliputi proses tektonik (penurunan dan
pengangkatan), dan perubahan muka air global (eustacy).

Gambar 1.3. Perbedaan konsep stratigrafi tradisional dengan modern

SIKUEN STRATIGRAFI

secara sederhana dapat diartikan sebagai cabang stratigrafi yang mempelajari paket-
paket sedimen yang dibatasi oleh bidang ketidakselarasan tersebut. Suatu sikuen diendapkan
selama satu siklus perubahan muka laut, yaitu terbentuk pada saat kecepatan turunnya
permukaan laut yang paling besar sampai kecepatan turunnya permukaan laut yang paling
besar berikutnya. Analisis sikuen stratigrafi akan menghasilkan kerangka kronostratigrafi dari
endapan yang dianalisa.

Gambar 1.4. Perbedaan litostratigrafi dengan kronostratigrafi


Singkatnya Chronostratigraphy adalah korelasi menggunakan waktu. Tiap
satu layer sedimen dalam suatu paket sikuen akan terdiri dari beberapa litologi, berbeda
kontras dengan gambar pertama yang memiliki kesamaan litologi dalam satu layer.

Parasikuen (Parasequence Set)

Parasikuen merupakan beberapa lapisan dan kumpulan lapisan batuan yang relatif
selaras, terbentuk oleh suatu proses pengendapan dan yang dibatasi oleh permukaan genang
laut atau permukaan yang setara (Wagoner, 1990). Parasikuen ini dibatasi di atas dan di
bawahnya oleh bidang permukaan marine flooding yaitu bidang batas yang memisahkan
lapisan muda dan tua yang dihasilkan oleh bertambahnya kedalaman air laut secara tiba-tiba
dan pelamparannya ke arah lateral.

Ada 2 macam mekanisme yang dapat membentuk parasikuen yaitu:

 Pertambahan kedalaman laut secara relatif cepat,


 Kenaikan muka air laut secara cepat

Tadi mengenai Parasikuen, lalu selanjutnya ada Parasikuen set, yang merupakan
gabungan parasikuen-parasikuen yang berkerabat secara genetik membentuk pola susunan
(stacking pattern) yang jelas.

Gambar 1.5. Tipe Parasikuen Set


Gambar 1.6. Faktor-faktor pembentuk Sikuen Stratigrafi

Ada empat 4 kata yang berupaeustacy, subsidence, akomodasi (ruang pasokan), suplai
sedimen. Kalau pengertian dari masing-masing ketiga parasikuen tersebut adalah ;

 Progradasi : Suplai sedimen > Akomodasi


 Aggradasi : Suplai Sedimen = Akomodasi
 Retrogradasi : Suplai Sedimen < Akomodasi

Proses eustacy yang terjadi selama masing-masing parasikuen set berbeda-beda,


dilihat dari sedimen yang diendapkan. Coba kita lihat parasikuen set Progradasi yang
dibentuk akibat penurunan muka air laut, yang bisa dilihat dari kehadiran batupasir,
batupasir-shale transisi, dan shale yang cenderung berarah menuju cekungan. Berlaku pula
untuk Retrogradasi set fase air laut yang terjadi selama pembentukan cenderung transgresi,
bisa dilihat dari kehadiran batupasir telah tererosi. Otomatis pada Retrogradasi set pola yang
dibentuk adalah fining upward atau menghalus ke atas. Berbeda dengan Aggradasi set fase air
laut yang dibentuk cenderung konstan.
Elektrofasies

Gambar 1.7. Jenis-jenis umum karakteristik respon log GR

Bentuk log ini merupakan bentuk dengan karakter GR yang relatif stabil. Fase air laut
yang terjadi stabil danparasikuen set yang dibentuk adalah aggradasi. Bentuk seperti ini
diasosiasikan dengan endapan sedimenfluvial channel, braided channel, estuarine.

1. Funnel

Menunjukan dominasi yang berubah misalnya dari shale ke


arah sand (mengkasar keatas). Fase air laut yang terjadi berupa regresi dan parasikuen
set yang dibentuk adalah progradasi. Lingkungan pengendapannya meliputi estuarine
shelf, delta front.

2. Bell

Menunjukkan perubahan dominasi besar butiran misalnya dari batupasir


ke shale atau merupakan aspek penghalusan keatas. Fase air laut yang terjadi berupa
transgresi dan parasikuen set yang dibentuk adalah retrogradasi Daerah dengan
dominasi meandering, tidal channel, fluvial point bar.

3. Symmetrical

Bentuk karakteristik dari kurva GR ini menunjukkan adanya penurunan


kadar shale dilanjutkan kenaikan kembali. Karakter ini juga mengindikasikan adanya
perubahan yang cepat dalam lapisan itu. Perubahan yang terjadi yang terekam dalam
karakter ini adalah adanya progradasi serta retrogradasi yang sinergis dan cepat.
4. Serrated

Bentuk kurva pada jenis ini memperlihatkan adanya agradasi dari shale dan
lanau. Fase air laut yang terjadi berupa konstan dan parasikuen set yang dibentuk
adalah aggradasi. Bentuk kurva ini merepresentasikan area pengendapan yang
beragam seperti fluvial floodplain, alluvial plain, shelf .

Bidang Sikuen Dan System Tract.

1. Bidang Sikuen (Sequence Boundary/SB)


Suatu bidang keselarasan dan keselarasan padanannya yang terjadi selama
jangka waktu penurunan relatif permukaan laut. Menurut Wagoner, 1990 Ada dua
tipe batas sikuen, yaitu tipe 1 dan tipe 2 antara lain :
 Batas sikuen tipe 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf
sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan. Batas
cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih besar dari kecepatan
subsiden pada depositional shoreline break, sehingga menghasilkan muka laut relatif
turun.
 Batas sikuen tipe 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan erosi
subaerial yang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran fasies kearah
cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih kecil dari
kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, tetapi tanpa perubahan muka
laut relatif turun pada posisi tersebut.
2. Bidang Banjir Maksimum (Maximum flooding surface/MFS)
Dikenal keberadaannya sebagai bidang utama yang memisahkan endapan
transgresi(retrogradational parasequence sets) dari endapan regresi (progradational
parasequence sets) yang terletak diatasnya. Di daerah proksimal, maximum flooding
surface mungkin terletak di atas aggradational parasequence sets, sedangkan di daerah
distal bidang ini dapat diwakili oleh condensed section. Condensed section sendiri
dapat dicirikan oleh log facies atau litofasies yang khas seperti horizon yang kaya
akan glaukonit, lapisan rijang, lapisan batugamping, atau lapisan serpih dengan kadar
radioaktif tinggi atau berkecepatan seismik rendah.
Simpelnya adalah Bidang genang laut maksimal yang terbentuk pada saat fase
genang laut maksimum.MFS terbentuk pada bagian atas Transgressive System Tract
(TST) dan memisahkan back stepping parasequences yang terletak di atasnya.
3. Bidang Transgresi (Transgressive Surface/TS)
Bidang transgresi (transgressive surface) adalah marine flooding surface
pertama yang penting artinya dan melampar melalui paparan dan terletak di dalam
suatu sekuen (Van Wagoner dkk, 1988). Bidang itu menandai puncak lowstand
systems tract dan dasar dari highstand systems tract. Bidang transgresi umumnya
berimpit dengan batas sekuen yang pada daerah-antar-lembah-torehan yang telah
dijelaskan di atas. Bidang transgresi juga akan menindih endapan pengisi lembah
torehan.
Simpelnya aja deh yaa.. TS adalah Bidang genang laut (flooding surface) yang
terbentuk setelah terjadi suatu fase regresi maksimum atau akhir dari
pembentukan Lowstand System Tract (LST).

Pada gambar ini menjelaskan SB 1 memisahkan bagian bawah yang merupakan batas
dari paket sikuen (conformity) dan SB 2 yang sebagai batas atas dari paket sikuen
(unconformity). Kita lihat juga MFS yang berfungsi sebagai batas maksimal dari bidang
genang laut dan juga sebagai batas atas maksimal dari TST.Dan TS sebagai batas regresi
maksimum atau batas akhir dari pembentukan LST. Daritadi kita nyebutin TST, LST, dan
temennya satu yang belum kesebut yaitu HST.
System Tract

Istilah systems tract pertama kali didefinisikan oleh Brown & Fisher (1977) sebagai
suatu paket sistem pengendapan. Sistem pengendapan sendiri didefinisikan oleh Fisher
&McGowen, 1967 sebagai kumpulan tiga dimensional dari berbagai litofasies yang secara
genetik dihubungkan satu sama lain oleh proses-proses atau lingkungan pengendapannya
(Emery, et al., 1996).

Dalam satu siklus perubahan muka air laut relatif, dikenal adanya tiga systems
tract utama, masing-masing mencirikan tahap perubahan muka air laut relatif yang berbeda-
beda. Berturut-turut urutan dari yang terbawah meliputi :

5. Lowstand System Tract (LST)


6. Transgressive System Tract (TST)
7. Highstand System Tract (HST)

Lowstand System Tract (LST)

Gambar 1.9. System track terbawah (lowstand system track) kala awal pembentukan
Gambar 1.10. System track terbawah (lowstand system track) kala akhir pembentukan

Systems tract paling bawah. Systems tract ini diendapkan pada perioda antara
penurunan muka air laut relatif dengan penaikan mukaair laut relatif yang terjadi kemudian.
Tuh simpel kan ? hihi sebenernya kalo secara definisi resminya, itu panjang banget, jadi kita
bermain yang simpel dan mudah dipahami, inget.. dipahami loh bukan hanya dihafal supaya
gampang pengaplikasiannya nanti.

1. Kipas Dasar Cekungan (LST Basin Floor Fan)

Kipas dasar cekungan disusun oleh endapan kipas bawah laut yang terletak
pada lereng bawah atau dasar cekungan. Proses pembentukan kipas berasosiasi
dengan erosi ngarai bawah laut dan penorehan paparan oleh sungai. Sedimen
silisiklastik tidak diendapkan di paparan atau lereng, melainkan langsung diangkut
menuju bagian cekungan yang lebih dalam melalui lembah torehan dan ngarai
bawahlaut, untuk kemudian membentuk kipas dasar cekungan. Alas dari kipas dasar
cekungan, yang berimpit dengan batas bawah lowstand systems tract, berkorelasi
dengan batas sekuen tipe-1. Pengendapan kipas dasar cekungan, pembentukan ngarai,
dan erosi lembah torehan ditafsirkan terjadi selama penurunan muka air laut relatif.

2. Kipas Lereng (LST Slope Fan Complex)

Kipas lereng dicirikan oleh turbidit dan endapan aliran gravitasi di bagian
tengah atau bagian bawah dari lereng. Pengendapan kipas lereng dapat terjadi pada
waktu yang bersamaan dengan pembentukan kipas dasar cekungan atau dengan waktu
pembentukan bagian bawah dari Lowstand Prograding Wedge. Kipas lereng biasanya
disusun oleh kompleks alur-tepi alur.

3. LST Prograding Wedge

Lowstand prograding wedge adalah sistem topset-clinoform yang diendapkan


selama naiknya muka air laut relatif. Sistem ini dipisahkan dari transgressive system
tract, yang terletak diatasnya. Bidang itu menandai terjadinya perubahan geometri
tumpukan parasekuen dari geometri progradasional pada lowstand wedgemenjadi
geometri retrogradasional pada transgressive systems tract. Pada awalnya
pengendapan lowstand prograding wedge hanya terbatas di sekitar muara lembah
torehan. Hanya sedikit, jika ada, akomodasi topsetpada waktu itu; seluruh sedimen di-
bypass melewati topset kemudian diendapkan pada lereng klinoform. Pada waktu itu,
lereng kemungkinan tidak stabil dan pengendapan kipas terjadi sewaktu-waktu.
Bagian bawahlowstand prograding wedge. Ketika muka air laut relatif naik sedikit
demi sedikit, lembah torehan mulai terisi oleh endapan fluvial dan estuarium,
dan topset dari prograding wedge mulai terbentuk. Peningkatan laju penaikan muka
air laut relatif menghasilkan asosiasi fasies yang mengindikasikan pertambahan
volume akomodasi, misalnya bertambah banyaknya batubara, serpih dataran limpah
banjir, fasies laguna. Karena sering terletak di atas highstand systems
tract sebelumnya, yang bagian atasnya kaya akan shale, dan kemudian ditutupi
oleh shale transgressive system tract, lowstand wedge dapat berperan sebagai jebakan
stratigrafi.

Transgressive System Tract (TST)

Gambar 1.11. System track tengah (transgressive system track)

Systems tract yang berada di tengah-tengah. Sistem ini diendapkan pada suatu bagian
dari fasa penaikan muka air laut relatif, pada saat laju pertambahan volume akomodasi lebih
tinggi dibanding laju pemasokan sedimen (Retrogradasi). Sistem ini diendapkan pada suatu
bagian dari fasa penaikan muka air laut relatif, pada saat mana laju pertambahan volume
akomodasi topset lebih tinggi dibanding laju pemasokan sedimen. Sistem ini sebagian besar
berupa topset, dengan sedikit klinoform, dan seluruhnya memiliki geometri retrogradasional.
Sistem-sistem pengendapan yang aktif pada saat terbentuknya systems tract adalah sistem-
sistem pengendapan topset seperti aluvial, paralik, dataran pantai, delta paparan, dan paparan.
Jenis sedimen yang sering ditemukan antara lain batubara serta endapan limpah banjir,
laguna, dan lakustrin. Sistem-sistem itu mengindikasikan rendahnya pasokan sedimen.
Sistem-sistem pengaliran mungkin ditutupi oleh air laut sedemikian rupa sehingga
membentuk estuarium. Luasnya paparan dan endapan yang dipengaruhi oleh pasut
merupakan sebagian dari ciri transgressive systems tract. Ke arah cekungan, transgressive
systems tractdapat berkorespondensi dengan condensed section yang mengindikasikan laju
pengendapan yang sangat lambat. Condensed section dapat berupa serpih glaukonitan, serpih
organik, serpih fosfatik, maupun karbonat pelagik. Laju penaikan muka air laut tertinggi
terjadi pada fasa pembentukan transgressive systems tract.Systems tract ini berakhir ketika
laju pertumbuhan volume akomodasi topset menurun hingga satu kondisi dimana laju
pertumbuhan tersebut sebanding dengan laju pemasokan sedimen. Produk kondisi itu
disebutmarine flooding surface. Pada saat laju pertumbuhan dengan laju pemasokan sedimen
mencapai kesetimbangan, pola endapan akan berubah dari pola retrogradasi menjadi
progradasi.

Highstand System Tract (HST)

Gambar 1.12. System track teratas (highstand system track)

Systems tract termuda. Sistem ini terletak diantara maximum flooding surface dan
batas sekuen. Sistem ini terbentuk pada saat laju penaikan muka air laut mulai menurun,
setelah melalui masa puncak, pada saat mana laju pembentukan akomodasi lebih kecil
dibanding laju pemasokan sedimen (Prograde). Sistem ini merupakan sistem topset-
clinoform yang terletak diantara maximum flooding surface dan batas sekuen. Penurunan laju
penaikan muka air laut pada mulanya menyebabkan terbentuknya geometri aggradasi, namun
sedikit demi sedikit kemudian berubah menjadi geometri progradasi. Sistem-sistem
pengendapan yang ada pada tahap awal pembentukan highstand systems tract mungkin sama
dengan sistem-sistem pengendapan yang ada pada tahap akhir pembentukan transgressive
systems tract. Namun, menurunnya laju penaikan muka air laut serta terisinya wilayah
paparan melalui proses progradasi, menyebabkan berkurangnya volume batubara, serpih
limpah banjir, endapan laguna, dan endapan lakustrin yang diendapkan pada waktu itu.
Tubuh-tubuh pasir endapan alur makin lama makin banyak diendapkan dan sifatnya menerus.

Referensi

1. Catuneanu, O., 2006 “Principles of Sequence Stratigraphy“


2. Emery, D. & Myers K.J., et al, 1996 “Sequence Stratigraphy“
3. Posamentier, H.W., 2010 “Sequence Stratigraphy Concepts and Application Relevant
to Exploration and Development”
4. Sukmono, S., 2011 “Fundamentals of Seismic Sequence Stratigraphy in Field
Exploration and Development

Você também pode gostar