Você está na página 1de 16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil
a. Definisi Pengetahuan Gizi
Pengetahuan ibu tentang gizi adalah apa yang diketahui ibu
tentang pangan sehat, pangan sehat untuk golongan usia tertentu
(misalnya anak, ibu hamil dan menyusui) dan cara ibu memilih,
mengolah dan menyiapkan pangan dengan benar. Pengetahuan ibu
rumah tangga tentang bahan pangan akan mempengaruhi perilaku
pemilihan pangan dan ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan
dalam pemilihan dan pengolahan pangan. Pengetahuan tentang gizi dan
pangan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat, merupakan faktor
penentu kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Suhardjo (2006), suatu hal yang meyakinkan tentang
pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :
1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang di perlukan untuk pertumbuhan
tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk
dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan
gizi.
Tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang bermakna
dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan
berkesinambungan. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik,
maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik (Siswanto,
2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

Keterbatasan apapun yang diakibatkan kemiskinan dan


kekurangan pangan, kecuali pada keadaan tertentu, penggunaan yang
lebih baik dari pangan yang tersedia dapat dilakukan penduduk yang
memahami bagaimana mempergunakannya untuk membantu
meningkatkan status gizi (Suhardjo, 2006). Tingkat pengetahuan gizi
yang tinggi dapat membentuk sikap yang positif terhadap masalah gizi.
Pada akhirnya pengetahuan akan mendorong seseorang untuk
menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas gizi yang
sesuai dengan kebutuhan.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi
Menurut Cahyonoputra (2009), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian serta kemampuan baik di dalam maupun di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi.
2) Media masa / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

3) Sosial budaya dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena ada atau tidaknya timbal balik yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja
yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar
secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan


verbal.
c. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan Gizi
Menurut Arikunto (2010), setelah membagikan kuisioner
kemudian hasilnya dikumpulkan kemudian dilakukan pemberian skor
dan penilaian. Setiap satu item pertanyaan yang dijawab benar diberi
skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0. Hasil jawaban responden
dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan jumlah skor yang
diharapkan dan diperoleh persentase dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

N : Nilai pengetahuan
SP : Skor yang diperoleh
SM : Skor maksimal
Setelah data terkumpul dianalisa secara deskriptif dan hasil
pengolahan data berupa persentase diinterprestasikan dengan kriteria :
1) Baik : 76 – 100%
2) Cukup : 60 – 75%
3) Kurang : < 60% (Arikunto, 2010).
2. Asupan Gizi Ibu Hamil Trimester III
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat
sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan
gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae),
volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu
hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13 kg. Hal ini terjadi
karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel


tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan
makanan.
Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi
pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat
gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi
seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Kondisi
kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu
hamil. Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu
konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat
tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral (Kusmiyati, 2009).
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun
susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi.
Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang,
aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui
plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.
a. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanita
sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik
yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Pada
waktu terjadi kehamilan akan terjadi banyak perubahan baik perubahan
fisik,sosial, maupun mental. Walaupun demikian para calon ibu harus tetap
berada di dalam keadaan sehat optimal karena disini seorang ibu tidak hidup
dengan sendiri tetapi dia hidup bersama dengan janin yang dikandung. Oleh
karena itu, para calon ibu harus memiliki gizi yang cukup sebelum hamil dan
lebih lagi ketika hamil. Ibu yang hamil harus memiliki zat gizi yang cukup
karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga
janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama
masa kehamilan maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan
gizi. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus dan tidak segera diatasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

maka bayi kekurangan gizi, maka selama ia menyusui ASI yang dihasilkan
sedikit (Sukarni, 2013).
Kebutuhan selama hamil yag berbeda-beda untuk setiap individu dan
juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya,
kekurangan asupan salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan terhadap
sesuatu nutrient terganggu, dan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan selama
kehamilan :
1) Energi
Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori
sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan
penambahan berat badan yang akan meningkatkan penggunaan kalori
selama aktifitas. Pada awal kehamilan trimester I kebutuhan energi
masih sedikit dan terjadi sedikit peningkatan pada trimester II dan
trimester III. Kebutuhan energi pada wanita dewasa 2500 kalori, terjadi
peningkatan 300 kalori pada wanita hamil.
2) Protein
Protein diperlukan sebagai zat pembangun alias membangun
jaringan tubuh janin (asupan protein yang kurang dapat menghambat
pertumbuhan janin). Kebutuhan akan protein selama kehamilan
tergantung usia kehamilan. Total protein fetal yang diperlukan selama
masa gestasi berkisar antara 350-450 g. pada trimester pertama kurang
dari 6 gram tiap hari sampai trimester kedua, protein yang diperlukan
dan asam amino yang esensial sangat diperlukan pada trimester awal
ini. Pada memasuki trimester akhir, pertumbuhan janin sangat cepat
sehingga perlu protein dalam jumlah yang besar juga yaitu 10
gram/hari.
3) Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga yag vital dan untuk
pertumbuhan jaringan plasenta. Lemak dibutuhkan tubuh terutama
untuk membentuk energi dan serta perkembangan system saraf janin.
Oleh karena itu, ibu hamil tidak boleh sampai kurang mengkonsumsi
lemak tubuh.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

4) Karbohidrat
Kira-kira 50-60% dari total kalori yang di konsumsi selama
hamil harus berasal dari karbohidrat. Ibu hamil sehausnya
mengkonsumsi minimal 175 gram karbohidrat yang berasal dari
glukosa untuk pertumbuhan otak janin. Kandungan serat yang tinggi
dari makanan yang umumnya dilengkapi bermacam-macam
pitochemical yang bermanfaat dapat mencegah konstipasi pada ibu
hamil (Brown, J. E, 2005).
5) Besi
Besi membantu pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan
zat besi pada ibu hamil dapat menganggu metabolism energi sehingga
dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan dalam semasa kehamilan berbeda tiap
semester. Pada trimester I tambahan akan zat besi belum dibutuhkan,
trimester II kebutuhan
6) Zinc / Seng
Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang selubung syaraf
tulang belakang. Resiko kekurangan seng menyebabkan kelahiran
prematur dan berat bayi lahir rendah. Kebutuhan seng pada ibu hamil
sekitar 20 miligram per hari. Sumber makanan yang mengandung seng
antara lain: kerang, daging, kacang-kacangan, sereal.
7) Iodium
Ibu hamil juga perlu meningkatkan asupan cairan karena dapat
mencegah konstipasi selama kehamilan. Kebutuhan asupan air
ditingkatkan, sedikitnya 8 gelas setiap hari. Dan mengkonsumsi serat
yang banyak terdapat pada buah dan sayuran, yang berguna untuk
membantu kerja system ekskresi sehingga mudah buang air besar
(Astuti, 2011).
Agar kehamilan berjalan dengan sukses, keadaan gizi ibu pada
waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan selama hamil
mendapatkan tambahan protein, mineral, seperti zat besi dan kalsium,
vitamin, asam folat dan energi. Nutrisi yang baik selama kehamilan erat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

hubungannya dengan proses pertumbuhan berbagai organ pendukung


proses kehamilan seperti alat kandungan, mammae, dan lain-lain. Untuk
mendukung berbagai proses pertumbuhan dan peningkatan penggunaan
energi, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi meningkat
terutama pada trimester II. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi
membutuhkan pula, peningkatan kebutuhan suplai vitamin dan mineral.
Kondisi gizi dan konsumsi ibu yang sedang hamil akan berpengaruh
pada kondisi fetus dan neonates setelah lahir (Ambarwati, 2012).
b. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil Trimester III
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya
masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan
mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi.
Angka kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat
badan, tinggi badan, genetika, dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan
menyusui.
AKG 2004 menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada
trimester I sebanyak 180 Kkal diatas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak
300 Kkal pada trimester II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil
berusia antara 19-49 tahun berkisar antara 2000-2200 kkal. Penambahan
energi ini relativf tidak besar, yaitu 10-15 % dari kecukupan energi tidak
hamil (1800-1900kka). Penambahan energi ini hendaknya dilakukan dengan
penambahan makanan padat gizi, seperti susu, daging dan ayam tidak
berlemak, ikan, telur, kacang-kacangan.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,
namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan
beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. Kebutuhan energi untuk
kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa
kurang dari 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang
lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Sukarni, 2013).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Asupan Zat Gizi pada Ibu


Hamil
Masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan
pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang
dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan
pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan,
rendahnya pendidikan dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu
makanan (Baliwati dkk, 2004).
1) Tabu Makanan (Pantangan)
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi
jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap
barang siapa yang melanggarnya (Sediaoetama, 1999). Beberapa alasan
tabu diantaranya khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul,
kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit,
larangan agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh
adat/budaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar pada tahun 2010,
menyimpulkan bahwa kepercayaan berpantang makanan tertentu
memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Diantara
makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat
besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya.
Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita,
telor bebek, dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun
kelor, rebung, tebu, nenas, durian, terong, serta beberapa jenis buah-
buahan.
Dibeberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan
larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak
terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak
semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan.
Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja,
sambil terus dipelajari pengaruhnya untuk jangka panjang
(Sediaoetama, 1999).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

2) Rendahnya Penghasilan dan Pendidikan


Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari
penyebab gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan
seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini
akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan
berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam menyiapkan
makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Supariasa et al,
2002).
Studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang
dikutip oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk
makan erat kaitannya dengan serentetan karakteristik masyarakat
daripada dengan pendapatan keluarga. Analisis Jerome menyimpulkan
bahwa pendapatan bukan sebagai faktor penentu dalam perilaku
konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya
hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok yang
kebudayaannya cenderung berubah (Suharjo, 2003).
3. Panjang Badan Lahir
Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum masa kehamilan
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek. Bayi yang
dilahirkan memiliki panjang badan lahir normal bila panjang badan lahir
bayi tersebut berada pada panjang 48-52 cm (Kemenkes R.I, 2010).
Penentuan asupan yang baik sangat penting untuk mengejar panjang
badan yang seharusnya. Berat badan lahir, panjang badan lahir, usia
kehamilan dan pola asuh merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting. Panjang badan lahir merupakan salah satu faktor risiko
kejadian stunting pada balita (Anugraheni dan Kartasurya, 2012; Meilyasari
dan Isnawati, 2014).
Menurut Riskesdas tahun 2013 kategori panjang badan lahir
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <48 cm, 48-52 cm, dan >52 cm, panjang
badan lahir pendek adalah bayi yang lahir dengan panjang <48 cm

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

(Kemenkes R.I, 2013). Panjang badan lahir pendek dipengaruhi oleh


pemenuhan nutrisi bayi tersebut saat masih dalam kandungan.
4. Ibu Hamil Trimester III
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),
dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2009).
Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran
bayi (Yuni, 2007). Ditinjau dari usia kehamilan dikatakan kehamilan
trimester III adalah kehamilan antara 28 minggu sampai 40 minggu.
Sejumlah ketakutan dapat terlihat selama trimester ketiga. Ibu
mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan tahu kapan
dia akan melahirkan. Ibu akan merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik
yang akan timbul pada waktu melahirkan. Akibat pertumbuhan janin, maka
organ sekitarnya mendapat tekanan sehingga memperburuk keadaan serta
menimbulkan keluhan baru. Sementara itu ukuran janin dan posisinya
tekadang membuat ibu hamil merasa tidak nyaman dan susah tidur, ditambah
lagi dengan lelah akibat membawa tambahan bobot tambahan sampai bayi
dilahirkan.
Perubahan-perubahan yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III
adalah pembesaran perut. Rahim terus membesar, sampai ke 36 ukuran
uterus mencapai pinggir bagian bawah tulang iga terendah pada dada.
Pembesaran perut sering membuat puser/udel jadi menonjol, nyeri perut kiri
atas (Heartburn). Heartburn sering dialami oleh ibu hamil, terutama di
trimester III. Akibat pertumbuhan janin, rahim akan mendorong lambung,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

sehingga mengakibatkan mengalirnya asam lambung kearah kerongkongan


dan menimbulkan rasa nyeri terutama setelah makan.

B. Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan tentang pengetahuan gizi dan asupan zat
gizi ibu hamil trimester III dengan kejadian bayi lahir pendek :
1. Olorunda, et al (2015) dengan judul ―Knowledge And Attitude Of Mothers
On Risk Factors Influencing Pregnancy Outcomes In Abeokuta South
Local Goverment Area, Ogun State‖. Metode penelitian menggunakan
descriptive kuantitatif, analisis dengan descriptive statistic, 100 orang ibu
yang berpartisipasi dipilih secara Simple Random Sampling. Hasil
penelitian menunjukkan Mayoritas ibu 74 (75,5%) memiliki pengetahuan
yang baik tentang gizi buruk sebagai faktor risiko pada kehamilan.
2. Uche, et al (2011) dengan judul ―Maternal and environmental factors
influencing infant birth weight in Ibadan, Nigeria‖. Metode penelitian
menggunakan Cross-sectional prospective yang diambil dari 1138 ibu
hamil yang memeriksakan kandungan di klinik bersalin. Hasil peelitian
menunjukkan sosial ekonomi dan lingkungan berpengaruh sangat
signifikan terhadap panjang badan bayi.
3. Coelho, et al (2014) dengan judul ―Dietary patterns in pregnancy and birth
weight‖. Metode penelitian menggunakan cohort prospective dengan
mengambil pola asupan makan wanita hamil sejumlah 1298 ibu hamil di
brazil. Hasil penelitian menunjukkan pada remaja yang hamil semakin
banyak mengkonsumsi makanan snack maka berat bayi yang dilahirkan
semakin besar.
4. Marte, et al (2014) dengan judul ―Dietary Patterns and birth weight‖.
Metode penelitian menggunakan cluster analyses dan one study logistic
regression. Hasil penelitian menunjukkan pola makan yang berhubungan
dengan panjang badan lahir yaitu asupan tinggi sayuran, buah dan produk
susu, sedangkan pola makan yang berhubungan dengan berat lahir rendah
yaitu sering mengkonsumsi daging yang sudah diolah dan tinggi lemak,
minyak dan produk yang mengandung gula yang tinggi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

5. Kurniati (2012), dengan judul ―Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan di BPM Haryanti Annas Singosari
Mojosongo Boyolali‖. Metode penelitian menggunkan deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik
sampling accidental sampling, jumlah responden 52 orang ibu hamil. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan baik sebanyak 5
responden (9,6%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 37 responden
(71,2%), tingkat pengetahuan rendah sebanyak 10 responden (19,2%).
6. Hitomi, et al. (2012) dengan judul ―Maternal dietary patterns in pregnancy
and fetal growth in Japan: the Osaka Maternal and Child Health Study‖.
Subjek dari penelitian ini adalah 803 wanita hamil di Jepang. Penelitian ini
dilakukan dengan desain Cohort Prospective, Ibu hamil dikelompokkan
menjadi tiga kelompok pola konsumsi, yaitu: ibu hamil dengan pola
konsumsi tinggi daging dan telur; tinggi produk gandum dan ibu hamil
dengan pola konsumsi tinggi nasi, ikan, dan sayur. Keluaran dari
penelitian tersebut adalah pengamatan terhadap pengukuran antropometri
pada bayi.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan pola
konsumsi tinggi produk gandum secara signifikan memiliki bayi dengan
berat lahir rendah (p= 0,045) dan lingkar kepala lebih kecil (p= 0,036)
dibandingkan dengan pola konsumsi pada tinggi daging dan telur dan pola
konsumsi pada kelompok tinggi nasi, ikan dan sayur.
7. Loy, et al (2011) dengan judul ―Higher intake of fruits and vegetables in
pregnancy is associated with birth size‖. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengamati hubungan antara konsumsi micronutrient, buah, dan
sayur terhadap BBL dan panjang badan bayi. Subjek penelitian tersebut
adalah 100 ibu hamil berusia 19-40 tahun dengan usia kehamilan 28-38
minggu.
Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapatnya hubungan yang signifikan
antara asupan micronutrient dengan birth size, namun hubungan antara
konsumsi sayur dan buah bernilai signifikan terhadap birth size.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

8. Bimal, et al. (2012) dengan judul ―Maternal Fish Consumption and


Prevention of Low Birth Weight in the Developing World‖ diperoleh
bahwa terdapat hubungan antara konsumsi ikan dengan BBL. Konsumsi
tinggi ikan dapat menurunkan risiko BBLR, karena ikan merupakan
sumber protein hewani dan micronutrient. Selain protein hewani dan
micronutrient, minyak ikan juga mengandung PUFA dan DHA.
9. Nurmilawati (2012) dengan judul ―Hubungan Pola Makan Ibu Selama
Hamil dengan Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir Bayi pada
Golongan Keluarga Miskin di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2005‖,
diperoleh hasil bahwa pola konsumsi berpengaruh terhadap BBL.
10. Marselina (2008) dengan judul ―Hubungan Tingkat Konsumsi Energi,
Protein, dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Usia Remaja Selama
Trimester III dengan Berat Badan Lahir‖. Desain yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah cohort study dengan uji chi-square. Hasil dari
penelitian tersebut adalah : peningkatan asupan energi, protein, dan
peningkatan BB berhubungan dengan kenaikan BBL. Konsumsi energi
berkorelasi positif terhadap BBL dengan nilai r=0,85. Sedangkan
konsumsi protein berkorelasi positif terhadap BBL dengan r=0,67.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

C. Kerangka Berpikir

Keterbatasan Produksi Sanitasi Adat/Tradisi Pengetahuan


Ekonomi Pangan Makanan Gizi
Pemenuhan Pantangan Kebiasaan Selera
Makanan Makan Makan Makan

Faktor Langsung
Faktor Ibu :
Pola Konsumsi 1. Penyakit Faktor Janin :
2. Usia 1. Hidramnion
Penyakit 3. Sosial Ekonomi 2. Kehamilan
4. Sebab lain ganda
(perokok, 3. Kelainan
Suplemen alkohol, Kromosom
Makanan narkotika)

Faktor Tidak Status gizi ibu hamil Panjang Badan


Langsung (LILA, RBW, Hb) < 48 cm

Pendidikan
Keluarga
Stunting
Sosial Budaya

Fasilitas
Kesehatan

Keterangan :

Diteliti Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Pengetahuan Gizi dan Asupan Zat Gizi Ibu
Hamil Trimester III dengan Kejadian Bayi Lahir Pendek

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Asupan Zat Gizi Ibu


Hamil Trimester III

 Energi
 Protein
 Lemak
 Karbohidrat
 Fe
Kejadian Bayi Lahir
 Zinc
 Iodium Pendek :
Normal ≥ 48 cm
Pendek < 48 cm

Tingkat pengetahuan
Gizi Ibu hamil :
Baik : nilai 76 – 100
Kurang : nilai 75- 60

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Gizi dan Asupan


Zat Gizi Ibu Hamil Trimester III dengan Kejadian Bayi Lahir Pendek

E. Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu hamil trimester III dengan kejadian bayi
lahir pendek di Kabupaten Karanganyar.
2. Ada hubungan asupan zat gizi ibu hamil trimester III (energi, protein, lemak,
karbohidrat, fe dan zinc) dengan kejadian bayi lahir pendek di Kabupaten
Karanganyar.

commit to user

Você também pode gostar