Você está na página 1de 12

DAFTAR ISI

Daftar Isi ......................................................................................... 1


Kata pengantar .............................................................................. 2
BAB I Pendahuluan ....................................................................... 3
BAB II Pembahasan ...................................................................... 5
A. Penamaan dan Sinonim .............................................. 5
B. Klasifikasi ..................................................................... 5
C. Nama lokal .................................................................... 6
D. Karakter Morfologi ....................................................... 6
E. Pemanfaatan. ............................................................... 8
F. Penjelasan Klasifikasi ................................................ 8
G. Persebaran dan Ekologi .............................................. 8
BAB III Penutup ........................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................ 10
B. Saran ........................................................................... 10
Daftar Pustaka ............................................................................. 11
Lampiran ........................................................................ 12

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah ber-
kontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun pikiran.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah penge-


tahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini , oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 Maret 2018

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

Majegau merupakan jenis tumbuhan, lebih tepatnya pohon, yang telah


ditetapkan sebagai tumbuhan identitas Provinsi Bali. Tapi apakah semua
orang Bali mengenal pohon majegau ini seperti apa rupanya? Tumbuhan ini
dahulu memang banyak terdapat di kawasan hutan di Pulau Bali. Tapi
sekarang, populasi pohon majegau di Bali mugkin sudah kalah dengan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali dalam sehari. Karena itu, tidak
mengherankan bila menemukan pohon ini bukanlah mudah, di kawasan hu-
tan habitat aslinya sekalipun. Jangan menemukan tumbuhannya,
menemukan informasi mengenai tumbuhan ini juga ternyata tidak semudah
menemukan informasi mengenai berbagai tumbuhan lainnya. Meskipun telah
ditetapkan sebagai tumbuhan identitas Provinsi Bali, website resmi
Pemerintah Provinsi Bali juga tidak menyediakan informasi mengenai tum-
buhan majegau ini.
Majegau merupakan kekayaan hayati khas Pulau Bali. Berbeda
dengan burung jalak bali yang sudah banya dikenal. Tidak banyak yang tahu,
bahwa pohon majegau adalah flora identitas Provinsi Bali.
Majegau di Bali bukan menjadi sekedar pohon atau identitas. Majegau
adalah pohon yang sangat disakralkan. Batang majegau dipercaya sebagai
simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam
upacara manusa yadnya, yaitu suatu upacara suci atau pengorbanan suci
yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manu-
sia. Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara kare-
na memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai
obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air.
Majegau yang dalam bahasa latin disebut Dysoxylum densiflo-
rum merupakan flora (tumbuhan) identitas provinsi Bali mendampingi jalak

3
bali sebagai fauna identitas. Pohon majegau yang sering disebut juga se-
bagai cempaga merupakan anggota famili Maleaceae (suku mahoni-
mahonian). Tanaman ini memiliki kualitas kayunya yang baik sehingga di Bali
banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (terutama bangunan-
bangunan suci) dan sebagai bahan kerajinan ukiran.

4
BAB II
PEMBAHASAN
Majegau yang dalam bahasa latin disebut Dysoxylum densiflo-
rum merupakan flora (tumbuhan) identitas provinsi Bali mendampingi jalak
bali sebagai fauna identitas. Pohon majegau yang sering disebut juga se-
bagai cempaga merupakan anggota famili Maleaceae (suku mahoni-
mahonian). Tanaman ini memiliki kualitas kayunya yang baik sehingga di Bali
banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (terutama bangunan-
bangunan suci) dan sebagai bahan kerajinan ukiran.

A. Penamaan dan Sinonim


Majegau memiliki nama latin Dysoxylum densiflorum Bl. Miq.dari su-
ku Meliaceae. Beberapa sinonimnya antara lain:
- Alliaria densiflora (Blume) Kuntze
- Dysoxylum densiflorum var. minus Koord. & Valet.
- Dysoxylum elmeri Merr.
- Dysoxylum griffithii Hiern
- Epicharis altissima Blume
- Epicharis densiflora Blume
- Guarea densiflora (Blume) Spreng.
- Hartighsea ramiflora Griff.

B. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae

5
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Dysoxylum
Spesies : Dysoxylum densiflorum Miq.

C. Nama lokal yang umum dijumpai adalah:


Kapinango, Maranginan, Pingku (Sunda)
Cempaga, Cepaga, Kraminan (Java)
Majegau (Bali)
Ampeuluh, Kheuruh (Madura)
Tumbawa Rendai, Tumbawa Rintek (Minahasa)
Humbi, Jolurut, Langsat-langsat, Mengkuang, Segera (Kalimantan)

D. Karakter Morfologi
Pohon dengan tinggi 30-50 m dan berdiameter hingga 1,5 m. Mem-
iliki akar papan/banir/buttress dengan tinggi hingga 3,5 m. Kulit pohon
abu-hijau dan lembut, bagian dalam kulit pohon tipis dan berwarna keme-
rahan atau kekuningan. Daun majemuk, tersusun berlawanan, oval,
berukuran 14-20 cm x 5-8 cm, berwarna hijau cerah pada bagian atas, hi-
jau pucat pada bagian bawahnya. Pembungaan majemuk-tersebar
menempel langsung pada batang pohon. Bunga berwarna putih, kelopak
menyatu membentuk tabung, berdaun 4, daun mahkota terpisah, ber-
daun 4 atau lebih, lanset, benang sari mengitari putik membentuk diskus.
Buah bulat, coklat, kasar, tiap buah memiliki biji 2-4, berwarna hitam.

Epithet “densiflorum” mengacu pada “dense flowers” yang artinya mem-


iliki bunga yang sangat banyak dan memadati batang pohonnya.

6
Close up

rea

Inflorences

dense flowers

7
E. Pemanfaatan.
Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Lantaran itu, di
Bali, tanaman batang tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bahan
pembangunan pura, tiang rumah dan sebagai bahan kerajinan ukir-
ukiran.
Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa,
sehingga sering digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu
upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara
hidup dan membersihkan lahir bathin manusia.
Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara kare-
na memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai
obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air, meskipun un-
tuk itu masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
F. Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan: Plantae (Tumbuhan); Subkingdom: Tracheobionta (Tum-
buhan berpembuluh); Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji);
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga); Kelas: Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil); Sub Kelas: Rosidae; Ordo: Sapindales; Famili:
Meliaceae; Genus: Dysoxylum; Spesies: Dysoxylum densiflorum Miq.
Nama Binomial: Dysoxylum densiflorum. Nama Indonesia: Majegau,
cempaga, kapinango. Kerabat dekat: Kedoya (Dysoxylum gaudichaudia-
num), Pingku (Dysoxylum excelsum)
G. Persebaran dan Ekologi
Pohon ini tersebar dari Myanmar, Cina, Thailand, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan
Sunda Kecil. Secara spesifik, Majegau mampu tumbuh dari dataran ren-
dah hingga elevasi 1.700 mdpl. Pada beberapa kondisi, Majegau mem-
iliki preferensi untuk tumbuh dan berkembang di sekitar sungai.

8
Majegau mampu tumbuh hingga 50 m untuk menyusun ekosistem hutan
sebagai komunitas klimaks. Kemampuan untuk mempertahankan tanah
dan air menyebabkan pohon ini menjadi salah satu alternatif sebagai
komponen restorasi hutan di Bali.

9
BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat me-
nyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Tumbuhan majegau
(Dysoxylum densiflorum)” tumbuhan Khas bali majegau adalah flora
(tumbuhan) identitas provinsi Bali mendampingi Jalak Ba-
li sebagai fauna .ke khasanNya dan manfaatnya yang terlalu sering
tampa diimbangi oleh pelestariannya membuat majegau menjadi lang-
ka di Bali.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak
yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Menyadari akan tumbuhan majegau sebagai tumbuhan khas pulau bali
yang hamper jarang di temukan / lagka sebaiknya perlu adanya peles-
tarian terhadap tumbuhan ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://alamendah.org/2010/07/24/majegau-dysoxylum-densiflorum-
identitas-provinsi-bali/ Diakses pada hari sabtu 24 maret 2018 pukul 18.09

http://bobo.grid.id/Sains/Flora-Dan-Fauna/Pohon-Majegau-Khas-Bali Di-
akses pada hari sabtu 24 maret 2018 pukul 15.09

http://www.thecolourofindonesia.com/2015/10/flora-dan-fauna-bali.html
Diakses pada hari sabtu 24 maret 2018 pukul 18.40

http://plantamor.com/species/info/dysoxylum/densiflorum Diakses pada


hari sabtu 24 maret 2018 pukul 17.01

http://tumbuhanbali.blogspot.co.id/2012/08/majegau.html Diakses pada


hari sabtu 24 maret 2018 pukul 17.55

https://snapshotkonservasi.wordpress.com/2015/07/10/majegau-
pasangan-jalak-bali-sebagai-ikon-bali/ Diakses pada hari sabtu 24 maret
2018 pukul 18.53

https://id.wikipedia.org/wiki/Majegau Diakses pada hari sabtu 24 maret


2018 pukul 18.30

11
LAMPIRAN

Buah majegau

Pohon majegau

12

Você também pode gostar