Você está na página 1de 23

DASAR – DASAR PERHITUNGAN ANALISIS PENAMPANG

Pengantar
Dalam dunia rekayasa beton dikenal adanya istilah analisis dan disain.
Perbedaan mendasar antara analisis dan disain :
Hasil dari suatu analisis penampang yang diketahui dimensi penampangnya diharapkan
dapat dihitung momen yang dapat dipikul oleh gelagar , sedangkan disain penampang
merupakan kebalikan dari analisa. Dengan disain diharapkan dari suatu momen yang
diketahui akan dapat ditentukan dimensi penampang, pembesian serta spesifikasi bahan,
sehingga suatu penampang yang di disain kuat memikul muatan yang akan bekerja
diatasnya.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan akan dapat membedakan
perbedaan antara proses analisis dan proses desain serta mampu menganalisis suatu
penampang beton baik plat maupun balok.

3. Tujuan Instruksional Khusus


1. Menyebutkan perbedaan antara proses desain dan proses analisis.
2. Mendefinisikan prinsip-prinsip analisis penampang
3. Menganalisis penampang elemen-elemen struktur seperti plat, balok dan kolom.
4. Merencanakan suatu penampang yang termasuk elemen struktur sekaligus
menganalisisnya.

4. Kegiatan Belajar
4.1. Kegiatan Belajar 1

DASAR – DASAR PERHITUNGAN ANALISIS PENAMPANG

a. Ringkasan Teori
Dasar – dasar perhitungan analisis beton :
1. Penampang yang semula rata akan tetap rata setelah terjadi deformasi atau perubahan
bentuk sampai beton mengalami kehancuran . (Bernouli)
2. Ikatan antara beton dan tulangan akan tetap dipertahankan sampai saat kehancuran.
Dalam hal ini berarti regangan yang terjadi di dalam beton sama dengan regangan yang
terjadi di dalam baja tulangan
εc = εs
3. Diagram tegangan – regangan beton sesuai pada grafik dan regangan maksimum
yang terjadi di dalam beton, εec ( max. ) adalah 0,0003
4. Didalam perencanaan, kemampuan tegangan tarik beton dianggap nol ( 0 )

Dari grafik poin 4, bila regangan εs lebih kecil dari εy ( regangan leleh ) diperoleh
hubungan linier antara tegangan dan regangan :

Setelah dicapai titik leleh berlaku rumus

Tegangan di dalam tulangan tidak boleh melebihi tegangan leleh besi / baja

Analisa Penampang Beton Bertulang

Suatu penampang dengan kondisi seperti di bawah :

Segera setelah tegangan tarik hancur beton tercapai pada serat balok yang tertarik, retak
rambut akan terbentuk diawali dari dasar balok dan menjalar sampai pada penampang
netral.
Gaya Normal yang bekerja pada penampang berupa tegangan tekan beton f’c di atas garis
netral dan tegangan tarik tulangan fy dibawah garis netral

Pada penampang yang dilakukan penambahan beban, retak – retak pada daerah tertarik
akan meningkat cepat sebagai akibat melelehnya tulangan

Kehancuran gelagar akan terjadi karena :


1. Regangan beton diserat teratas ( serat tertekan ) mencapai nilai maksimum 0.003
2. Regangan tulangan sama εs dengan atau lebih besar dari εy dan tegangan ulangan
sama dengan tegangan leleh fy
Pada kondisi di atas merupakan beban yang dapat dipikul gelagar dan penampang telah
mencapai kekuatan batas ( ultimit )
Letak garis netral “ c “ yang tidak diketahui, dihitung dengan keseimbangan gaya dalam
T=C

dimana :

Letak garis netral yang ditentukan, perbandingan antara regangan baja dengan beton
maksimum ditetapkan berdasarkan distribusi regangan linier.
Letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik yang dipasang pada suatu
penampang.
Pada saat beton dalam keadaan under reinforced dimana tulangan baja tarik kurang dari
yang diperlukan maka εs yang diperoleh akan lebih besar dari regangan leleh atau
kehancuran balok diawali dengan melelehnya tulangan.

Letak garis netral pada kondisi under reinforced berada diatas garis netral pada keadaan
seimbang.
Pada kondisi over reinforced dimana tulangan baja tarik yang dipasang lebih besar dari
yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan, letak garis netral bergeser ke bawah.
Kehancuran beton pada kondisi over reinforced akan terjadi keruntuhan secara mendadak

Pada saat beton hancur, selalu mencapai tegangan fc = 0.85 f’c, penambahan luas
tulangan akan mengakibatkan perbesaran T dan garis netral akan bergeser ke bawah atau
sebaliknya.

Contoh Soal
Tentukan Mn dari suatu balok penampang persegi dengan b=250 mm, d=570mm dengan
tulangan tarik 3 Ø 25, bila f’c=30 Mpa dan fy=400 Mpa.
Penyelesaian contoh soal :
1.

Dengan menggunakan anggapan bahwa tulangan baja tarik telah mencapai tegangan leleh
(fy), maka harus diperiksa :

Menghitung Mn :

Cek regangan :

dengan segitiga diagram regangan, dicari regangan yang terjadi dalam tulangan tarik baja
bila beton mencapai regangan maksimum 0,003.

Regangan leleh baja tulangan ( εy ) dapat ditentukan berdasarkan hokum Hooke :

Hasil tersebut menunjukkan nilai regangan tulangan baja pada saat tegangan baja
mencapai 400 Mpa. Karena regangan yang timbul pada baja tulangan (0,0127) lebih
besar dari regangan luluhnya(0,002), baja tulangan mencapai tegangan luluh sebelum
beton mencapai regangan maksimum 0,003, ini berati permisalan didepan adalah benar.
4.2 Kegiatan Belajar 2 :
PENAMPANG SEIMBANG DAN PENAMPANG
DENGAN TULANGAN RANGKAP

a. Ringkasan Teori
Kehancuran beton akan terjadi bila beton mencapai regangan batas εc = 0.003 dengan
waktu yang relative lama atau sering disebut “kehancuran dengan daktilitas tinggi”
(ductile failure )

Ductile failure akan tercapai bila penampang dalam keadaan under reinforced dengan
luas pembesian tidak melebihi batas tertentu
Rasio pembesian merupakan perbandingan luas tulangan terhadap luas penampang beton

Suatu penampang dalam keadaan setimbang (balanced section) bila kehancuran serentak
antara tercapainya regangan beton maksimal (εc=0.003) dan melelehnya tulangan.
Rasio pembesian setimbang disebut ρb

ρb dihitung dari diagram regangan beton yang ditentukan sebesar εc = 0.003 dan
regangan tulangan sebagai regangan leleh εy = fy / Es

Luas pembesian Asb didapatkan dari kesetimbangan gaya C = T


0.85 f’c * a * b = As. fy
0.85 (30) ( 0.537d ) b = Asb (350)
Asb (350) = 0.0391 bd
Jadi ρb = 0.0391 = 3.91 %

Kesimpulan :
ρ. < ρ b tulangan akan meleleh sebelum beton hancur dengan εc = 0.003 dan
penampang dalam keadaan “under reinforced”
ρ = ρ b tulangan akan meleleh dan beton hancur dengan εc = 0.003 secara serentak dan
penampang dalam keadaan “balanced“
ρ. < ρ b beton hancur dengan εc = 0.003 sebelum tulangan leleh dan penampang dalam
keadaan “over reinforced”
v Penampang dengan tulangan rangkap

Kemampuan suatu penampang balok akan dapat ditingkatkan dengan penambahan luas
tulangan tarik sebagai salah satu alternatif.
Penambahan tulangan ini dibatasi rasio pembesian setimbang ρb, sehingga penampang
tetap dalam keadaan under reinforced
Selain penambahan tulangan, alternative peningkatan kemampuan penampang bisa juga
dengan cara :
1. Memperbesar luas penampang balok ( memperbesar b dan d )
2. Menggunakan tulangan rangkap, sehingga luas tulangan tarik As dapat ditingkatkan
tetapi kehancuran balok tetap diawali dengan melelehnya tulangan tarik

Contoh Soal :
Sebuah Penampang beton bertulang dengan Asb = 0,0391bd, f’c = 30 Mpa dan fy = 350
Mpa mempunyai rasio pembesian ρb. Maka momen maksimum yang dapat dipikul :

Lengan Momen Z didapat dari persamaan :


Z = d – ½ a = d – ½ (0,537 d ) = 0,732 d

Gaya Tarik pada tulangan


T = Asb fy = 0,0391 bd (350) = 13,685 bd

Momen Lengkung yang dapat dipikul penampang :


Mr = T.Z
= 13,685. Bd (0,732d)
= 10,017 bd2 Nmm

Gaya Tekan dalam beton :


Mr = C.Z
= 0,85 . f’c b.a(0,732d)
= 0,85. 30 ( b. 0,573d ) ( 0,732d)
= 10,023 bd2 Nmm

Bila kemampuan balok ditingkatkan, maka penambahan luas tulangan tarik As


merupakan salah satu alternatif
Penambahan tulangan tarik tetap dibatasi oleh rasio ρb sehingga penampang tetap under
reinforced
Penambahan penampang dapat ditempuh dengan jalan :
1. Memperbesar luas penampang balok dengan memperbesar b dan d
Penggunaan tulangan rangkap sehingga luas tulangan tarik dapat ditingkatkan tapi
kehancuran beton tetap diawali dengan melelehnya tulangan tarik tersebut

Penampang diatas memiliki tulangan rangkap dengan luas tulangan tekan A’s bertitik
tangkap d’ dari serat teratas, sehingga d’ = 50 + ½ f
Rasio pembesian menjadi : A’s = ρ’ bd
Letak garis netral belum diketahui dan akan ditentukan berdasarkan diagram regangan
dengan εc = 0,0003 dan εs > εy
Bila Tulangan tekan telah meleleh dan ε’s > εy, maka tegangan tulangan f’s tekan
dihitung dengan rumus :
f’s = fy

Bila tulangan tekan belum meleleh, dan ε’s < εy, maka di dapat :

Bila ε’s lebih kecil dari εy maka disimpulkan bahwa tulangan tekan belum meleleh dan
tulangan tekan f’s < fy. Harga f’s

Gaya tekan dalam tulangan disebut “ C’ “ dan besarnya :


C’ = A’s . f’s

Harga f’s adalah :


f’s = fy bila tulangan tekan meleleh dan ε’s>εy
f’s = Es.ε’s bila tulangan tekan belum meleleh dan ε’s < εy

Gaya tekan di dalam beton disebut “ C “


C = 0,85 f’c a.b
Gaya tekan total menjadi :
C’ + C = A’s f’s + 0,85 f’c ab
Sedangkan T = fy . As
Letak garis netral c dihitung dengan kesetimbangan gaya:
C’ + C = T A’s . f’s + 0,85 f’c ab = fy As
dengan a = β1 c

Tahapan Analisa Penampang dengan Tulangan Rangkap

1. Dimisalkan tulangan tekan dan tarik telah meleleh, sehingga ε’s > εy dan εs > εy
juga f’s = fy dan fs = fy
2. Mencari letak garis netral c dengan mempergunakan keseimbangan gaya
C’ + C = T, serta tinggi stress block a = β1 * c
3. Menghitung regangan ε’s dan εs dengan perbandingan segitiga
4. Bila ε’s > εy maka tulangan tekan belum meleleh dan harga f’s harus dihitung
kembali dengan rumus f’s = Es ε’s
5. Letak garis netral ditentukan kembali dengan rumus f’s = Es ε’s
6. Momen yang dipikul oleh gelagar dihitung sebagai M = C’ (d-d’) + C(d- ½ a )

Contoh Soal :
Hitung kuat momen tahanan MR untuk balok dengan b=300 mm, d=510 mm, d’=65 mm,
h=600 mm, As=6Ø32 (dua lapis), As’= 2Ø16, f’c=20 Mpa, fy=300 Mpa.
Penyelesaian :
Dianggap bahwa semua penulangan telah meleleh, maka fs’ = fy dan fs = fy , sehingga

Dari keseimbangan tekan beton dan tarik baja, tinggi blok tegangan tekan beton dapat
dihitung sebagai :

Pemeriksaan regangan untuk mengetahui apakah asumsi awal benar, yang berarti bahwa
kedua penulangan baik tekan maupun tarik telah leleh sebelum beton hancur :
Karena εs’ dan εs keduanya lebih besar dari εy baik tulangan tekan maupun tarik telah
mencapai leleh terlebih dahulu sebelum beton hancur, dengan demikian asumsi awal yang
digunakan sudah benar, sehingga :

4.3 Kegiatan Belajar 3 :


PLAT SATU ARAH (ONE WAY SLAB)

Ringkasan Teori

Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen plat lantai, balok anak,
balok induk dan kolom.
Petak plat dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan balok induk pada kedua
sisi pendek. Bila perbandingan balok tumpuan yang membatasi petak plat antara sisi
panjang dengan sisi pendek lebih dari 2, maka plat dianggap hanya bekerja pada satu
arah. Plat struktur satu arah didefinisikan sebagai plat yang didukung oleh kedua tepi
yang berhadapan hingga lenturan yang timbul hanya dalam satu arah saja.
Satu satuan lajur plat yang membentang diantara kedua tumpuan dianggap sebagai balok
dengan lebar satu satuan dan tinggi h sesuai dengan tebal plat tersebut.
Pembebanan disesuaikan dengan menjadi beban per satuan panjang lajur plat, dengan
demikian gaya momen yang timbul merupakan gaya per lebar satuan plat.
Pemasangan tulangan lentur sesuai dengan kelengkungan dan momen pada suatu balok
yang membentang diantara dua tumpuan.

Ketentuan yang harus dipenuhi pada desain plat satu arah :


Minimum terdapat dua bentang
Panjang bentang yang bersebelahan tidak berbeda 20% dari bantang yang pendek
Intensitas beban hidup tidak lebih dari tiga kali beban mati per unit
Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata
Komponen strukturnya prismatis

Pemasangan tulangan yang tegak lurus terhadap tulangan lentur diperuntukkan guna
mencakup efek susut beton.
Rasio baja tulangan yang ada didalam plat ditentukan dengan membagi luas tulangan
yang terpasang pada lebar satuan plat dengan luas beton dari lajur plat.
Plat satu arah biasanya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh dibawah rasio
maksimum yang diijinkan yaitu sebesar 0,75 ρb.
Luas beton merupakan hasil kali antara tebal plat h dengan lebar satu satuan lajur plat
yang ditinjau.
Ketebalan Plat
Beton menyusut ketika adukan semen mengeras. Penyusutan tersebut dapat diperkecil
dengan memakai beton berkadar air rendah dengan tetap memperhatikan kelecakan,
kekuatan beton yang direncanakan dan proses pembasahan (curing) setelah pengecoran.
Beton akan mengalami tegangan susut bila beton tidak mangalami kontraksi susut secara
bebas. Perbedaan suhu relatif terhadap suhu pada saat pengecoran akan menimbulkan
efek yang serupa dengan penyusutan.
Tegangan susut dan tegangan temperatur pada beton dapat menimbulkan retak. Retak
dapat diperkecil dengan memberikan tulangan susut.

Rasio minimum tulangan susut dan temperatur untuk plat :

Plat yang menggunakan tulangan ulir mutu 300


0.0020
Plat yang menggunakan tulangan ulir atau jaring kawat las mutu 400
0.0018
Plat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebihi 400 Mpa yang diukur
dengan regangan leleh 0,35%
0.0018 x 400/fy

Tulangan yang dipasang pada plat satu arah digunakan untuk menahan serta
mendistribusikan retak akibat susut dan perbedaan suhu.
Tulangan susut atau tulangan temperatur atau biasa dikenal dengan “ tulangan pembagi “
dipasang untuk mereduksi kontraksi beton yang terjadi ke semua arah dan dipasang tegak
lurus terhadap tegangan momen.
Tulangan pembagi ini harus dipasang pada plat struktur bila tulangan utamanya
membentang dalam satu arah. Jarak tulangan pembagi tidak boleh melebihi 5 kali tebal
plat atau lebih dari 200 mm.

Penulangan Plat satu arah


Pada prinsipnya penulangan plat sama dengan penulangan pada balok. Perbedaannya
terletak pada lengan momennya yang diberi harga sebesar jd = 0,9 d.

b. Contoh Soal :
Rencanakan suatu sistem plat lantai untuk perkantoran dengan intensitas beban 350
kg/m2. Jarak antar kolom 7 m pada bentang pendek dan 9 m pada arah memanjang.
Kualitas beton f’c = 25 Mpa dan mutu baja tulangan fy = 400 Mpa.
Rencana sistem plat :

Rasio panel Ly/Lx = 9 / 3,5 = 2,57 maka didisain sebagai plat satu arah.
Perkiraan dimensi lebar balok = 250 mm
Bentang bersih ln = 3500 – 250 = 3250 mm
Estimasi tebal plat = ln / 24 = 3250 /24 = 135 mm
Tebal plat diambil 150 mm
Pembebanan :
Beban hidup L = 350 kg/m2

Beban mati: (1) Pelat 150 mm = 360 kg/m2


(2) Penutup lantai = 70 kg/m2
(3) Langit-langit = 20 kg/m2

Total D = 450 kg/m2


Beban terfaktor 1,2 D + 1,6 L = 1100 kg/m2
Momen maksimum pada tumpuan dan tengah bentang :
1. Pada tumpuan interior Mneg = 1/9 x 1100 x 3,252 = 1290 kgm
2. Pada tengah bentang Mpos =1/14 x 1100 x 3,252 = 830 kgm
3. Pada tumpuan eksterior Mneg=1/24 x 1100 x 3,252 = 484 kgm

Prosentase tulangan :

Ambil

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai tersebut diatas, diperoleh :

Harga d lebih kecil daripada tebal efektif 150 – 30 mm = 120 mm, sehingga tebal pelat
asumsi yang dipakai. Untuk tumpuan interior, dengan menggunakan Mu = Asfy (d-0,5a)
luas baja tulangan As yang diperlukan adalah :

Dengan asumsi a = 20 mm, diperoleh :

Periksa nilai a yang diasumsikan dengan menggunakan persamaan keseimbangan


horizontal :

Solusi dengan a = 7mm


Nilai As yang diperoleh tidak jauh berbeda, dengan cara yang sama
1. untuk tengah bentang : As = 930 x 104 = 224 mm2
0,8 x 400 x 116
2. untuk tumpuan eksterior : As = = 484 x 104 = 130 mm2
0,8 x 400 x 116
Sedangkan tulangan minimum yang diperlukan untuk susut dan temperatur adalah 0,0018
x 1000 x 150 = 270 mm2. Harga ini lebih besar dari kedua nilai terakhir diatas, maka
pada harga tengah bentang dan tumpuan eksterior yang menentukan adalah jumlah
tulangan minimum.

Contoh Penulangan plat lantai :


4.4. Kegiatan Belajar 4 :
SISTEM PLAT DUA ARAH

Ringkasan Teori
Plat sistem dua arah merupakan suatu panel plat yang bebannya dipikul dua arah oleh
keempat balok pendukung sekeliling panel.
Pada plat dua arah perbandingan antara bentang panjang dan bentang pendek kurang dari
2. Pada sistem plat dua arah terdapat beberapa jenis lantai yaitu :
Plat lantai cendawan
Plat lantai datar.
Kedua plat diatas dicirikan dengan tidak terdapatnya balok – balok pada tepi luar lantai.
Perbedaan keduanya adalah dalam hal kekuatan geser dimana plat lantai cendawan
mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya salah satu dari kedua hal sebagai
berikut :
a. Drop panel yang merupakan pertambahan tebal plat pada area kolom
b. Kepala kolom yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom ke atas

Pada kepala kolom yang bekerja aktif hanya bagian yang terletak dalam kerucut dengan
sudut puncak 90o yang maksimal.

Plat lantai datar digunakan pada plat datar yang tebalnya merata sehingga untuk
mengantisipasi kekuatan geser yang harus dipenuhi maka digunakan penanaman dari
beberapa sengkang berbentuk U yang lebih sebagai penguat dengan kepala geser.
Sebagaimana struktur yang lain, perancangan suatu plat dimulai dengan melakukan
analisa struktur kemudian mengalikan besar momen yang didapat dengan suatu faktor
beban.
Pada plat sistem dua arah terdapat dua jenis perletakan yaitu tertumpu beban serta
tertumpu penuh. Momen yang bekerja pada jalur selebar 1 meter masing – masing pada
arah -x dan arah -y.
Mlx adalah momen lapangan maksimum per meter lebar arah -x
Mly adalah momen lapangan maksimum per meter lebar arah -y
Mtx adalah momen tumpuan maksimum per meter lebar arah -x
Mty adalah momen tumpuan masksimumr per meter lebar arah -y
Mhx adalah momen jepit tak terduga per meter lebar arah -x
Mhy adalah momen jepit tak terduga per meter lebar arah -y
Pemakaian tabel mengenai beban sistem amplop diberi batasan :
Beban terbagi rata
Beban yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum pada panel plat Wu
min. > 0,4 Wu maks.
Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum pada panel yang berbeda. Wu
maksimum > 0.8 Vu maks
Perbedaan yang terbatas pada panjang bentang yaitu 0,8 x panjang bentang.

Bila syarat batas dipenuhi, maka tabel berikut akan aman terhadap momen lentur
maksimal

Mutu beton f’c (Mpa) 15 20 25 30 35


F Vs maks 1.55 1.79 2 2.19 2.37

Besarnya momen jepit tak terduga diangap sama dengan ½ momen lapangan panel yang
berbatasan.
Momen terjepit tak terduga arah -x, Mtix = ½ Mlx
Momen terjepit tak terduga arah -y, Mtiy = ½ Mly

Untuk menentukan tinggi efektif plat arah -x ( dx) dan pada arah –y (dy)
dx = h – p – ½ f dx
dy = h – p – ½ f dy
dimana,
f dx = diameter tulangan utama arah -x
f dy = diameter tulangan utama arah -y

b. Contoh Soal
Diketahui lantai ditumpu pada empat tepi seperti gambar dibawah ini,
mutu baja fy = 400 Mpa; mutu beton 15 Mpa terdapat pada lingkungan basah.
Lantai ditumpu pada dinding dan melalui rusuk beton tidak dapat menahan torsi.

Ditanyakan :
Tentukan tebal plat yang diperlukan
Tentukan jumlah tulangan yang diperlukan bila lantai menahan beban hidup 6,0 kN/m2
dan suatu lapisan finishing sebesar 0,8 kN/m2

Penyelesaian :
1. Lx = 3760 – 2 . ½ . 240 = 4000 mm
Ly = 6160 – 2. ½ . 240 = 6400 mm
Ly/Lx = 6400/4000 = 1.6
2. Untuk fy = 400 Mpa dan bentang terpendek Lx = 4000 mm, maka tebal plat h
minimum adalah lx/20 = 4000/20 = 200 mm

3. Beban – beban yang bekerja :


wu = 1.2 wD – 1.6 wL
wD plat sendiri = 0,20 . 24 = 4,8 kN/m2
wD finishing = = 0,8 kN/m2
wD total = 5,6 kN/m2

wL = 6 kN/m2
WD = 1,2 . 5,6 + 1,6 . 6,0 = 16,3 kN/m2

4. Momen yang menentukan


dari tabel, pada ly / lx = 1,6 didapat :
Mlx = 0,079 wu.lx2 = 0,079 . 16,3 . 42 = 20,6 kNm
Mly = 0,028 wu.lx2 = 0,028 . 16,3 . 42 = 7,3 kNm

Perhitungan Tulangan
- Tebal plat = 200 mm
Penutup beton p = 40 mm
Diameter utama diperkirakan dalam arah -x
fD arah y = 8 mm

Tinggi efektif d dalam arah -x adalah :

Tinggi efektif d dalam arah -y adalah :

Momen lapangan arah –x


Mlx = 20,6 kNm

dari tabel didapat


r = 0,028 ( diinterpolasikan)
rmin = 0,0018
r max = 0,0122
rmin < r < rmax

Aslx = r.b.d.106 = 0,0028 . 2,0 . 0,155.106 = 434 mm2 (45cm2)


Momen lapangan arah –y

Momen jepit tak terduga arah –x:


Mtix = 10,3 kNm

Dari tabel didapat r = 0,0014 ( diinterpolasikan)


Astix = 0,0014 . 1,0 . 0,155.106 = 217 mm2 ( 2,2 cm2)

Momen jepit tak terduga arah –y:


Mtiy = 3,7 kNm

dari tabel di dapat r = 0,0014 ( diinterpolasikan)


Astiy = 0,0005 . 1,0 . 0,146.106 = 73 mm2 ( 7,0 cm2)

Pemilihan tulangan :
Tulangan lapangan dalam arah –x:
Aslx = 434 mm2 > dipilih tulangan fD 10-175 = 449 mm2 (4,5cm2)
Asly = 342 mm2 > dipilih tulangan fD 8-175 = 287 mm2 (2,9 cm2)

Momen jepit tak terduga dalam arah –x:


Astix = 217 mm2 > dipilih tulangan fD 8-175 = 287 mm2 (2,9 cm2)
Astiy = 73 mm2 > dipilih tulangan fD 6-175 = 162 mm2 (1,6 cm2)

Tulangan pembagi pada tulangan jepit tak terduga


Dipilih fD 6-250 = 113 mm2 (1,1 cm2 )

saya menemukan suatu kasus dimana ada sebuah gedung yang sudah berumur +/-20
tahun, terjadi penurunan/lendutan pada tengah balok tepat di atas entrance (pintu
masuknya).

agar pintu tetap bisa digunakan maka setiap kali pintunya seret (pintu kaca) maka mereka
(pemilik gedung) membobok sisi bawah balok/bagian yang melendut tersebut sampai
sekarang sudah terlihat tulangannya. memang bentang antar kolomnya sangat besar.

Nah, kira2 ada suggest pak ? terlebih lagi ada rencana untuk merubah fasade bangunan
tersebut (pakai curtain wall)…

terima kasih

taufik
Suatu kasus yang menarik, apalagi ternyata masalah pak Taufik di atas juga telah dikirim
ke milis dan telah banyak mendapat tanggapan, yang umumnya berupa resep “to the
point”.

Oleh karena itu saya mencoba memberi suatu pemikiran yang berbeda, saya akan
mencoba masuk pada falsafah permasalahan, baru kemudian mencoba mencari solusi.
Moga-moga membantu.

Ada balok beton yang berumur 20 tahun melendut, tapi belum runtuh. Meskipun
berperilaku daktail, tetapi adanya lendutan tersebut telah menunjukkan bahwa dengan
konfigurasi beban yang ada, balok tersebut tidak berfungsi dengan baik. Apabila tidak
diperhatikan dengan baik, yaitu dilakukan perawatan dan perbaikan, maka keruntuhan
hanya masalah waktu saja. Moga-moga pada saat runtuh nanti, tidak ada orang
dibawahnya.

Bagi pengawas bangunan, hal tersebut patut diperhatikan, khususnya bila itu bangunan
publik. Pemilik bangunan diberi pengertian. Bila tidak peduli, dan ternyata nanti
menimbulkan bencana maka pemilik bangunan tersebut bisa dituntut. Bila karena alasan
biaya belum ada, maka minimal perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengurangi
resiko timbulnya bencana itu.

Seperti diketahui bahwa lendutan merupakan suatu indikasi ketidak-mampuan suatu


struktur bekerja. Beton bertulang merupakan suatu struktur yang unik, meskipun balok
pada umumnya bentuknya hanya persegi saja, tetapi kadang-kadang para perencana lupa,
bahwa tidak hanya penulangannya memenuhi syarat, tetapi juga perlu memikirkan
dimensi penampang yang dipilih, khususnya jika menghadapi bentang yang besar.

Kenapa ?

Karena dalam analisis strukturnya, inersia balok umumnya belum memperhitungkan


crack. Adanya crack maka akan timbul redistribusi momen kelapangan. Sehingga ada
kemungkinan, momen rencana dengan momen aktual yang terjadi berbeda. Selain itu,
dengan bertambahnya waktu, maka beton desak bagian atas dapat mengalami creep, yaitu
berdeformasi pada beban konstan dengan bertambahnya waktu. Pengaruh creep dapat
dikurangi jika pada bagian desak dipasang tulangan desak yang mencukupi. Konsep yang
terakhir ini khan biasanya tidak dipahami oleh engineer muda, yang hanya berpedoman
pada perhitungan lentur penampang tunggal, dimana beton desak secara teori nggak perlu
penulangan.

Oleh karena itulah, maka pada perencanaan balok bertulang untuk bentang besar maka
harus cukup konservatif, pertama-tama haruslah dipilih dimensi yang cukup tinggi (ikuti
ratio bentang dibanding tinggi sesuai persyaratan SNI untuk lendutan balok tanpa
dihitung secara khusus), selanjutnya pastikan rasio rho tulangan terpasang tidak mepet.
Biasanya saya ambil 0.3 – 0.4 rho balance.

Sekarang kembali ke masalah pak Taufik.


Balok melendut, artinya balok gagal terhadap beban yang diberikan (ini beban tetap atau
vertkal). Selidiki, beban apa yang bekerja di atas balok tersebut, bisa nggak jika
dikurangi, misalnya jika lantai maka beban mati tambahan dari finishing diganti dari ubin
ke karpet. Dengan mengurangi beban yang bekerja maka jelas resiko keruntuhan akan
berkurang. Mungkin akan lebih gampang kalau diatasnya adalah dinding penuh, karena
kalau balok dibawahnya melendut maka dinding akan retak dan membentuk arch
(pelengkung) beban disalurkan ke samping. Kalau ternyata, balok tersebut memikul
sistem lantai, wah agak pelik juga, apalagi jika itu balok utama yang mendukung lantai.

Saya membaca pada milis, bahwa kerusakan seperti itu akan dapat diselesaikan dengan
memberi sika carbon (Sika CarboDur® Carbon Fiber Reinforced Polymer Strip) di
bawahnya. Memang sih, sika carbon tersebut banyak digunakan untuk perkuatan,
khususnya jika akan ada penambahan beban baru. Dengan catatan bahwa strength yang
menentukan, bukan stiffnes. Juga perlu dicatat, karena sika dipasangkan pada bagian
tarik, maka beton desak tetap menerima tegangan yang sama, sehingga resiko adanya
creep masih dapat terjadi. Jadi yang paling efektif perbaikan yang dikerjakan adalah
menambah kekakuan balok tersebut.

Ada dua cara yang dapat digunakan, cara aktif dan cara pasif. Aktif adalah dengan
memberi eksternal prestresed. Tapi cara ini juga beresiko, apalagi jika mutu beton rendah,
maka bisa saja tambah rusak karena adanya gaya internal tambahan pada salah satu sisi
penampang. Maka cara yang aman adalah cara pasif, yaitu memberi perkuatan tambahan
di bawah balok tersebut.

Agar perkuatan tambahan tersebut dapat bekerja menerima beban-beban yang sedang
bekerja, maka proses pemberian lawan lendut dengan mendongkrak (jacking) balok
adalah mutlak. Karena jika tidak, maka perkuatan tersebut hanya efektif untuk beban baru
tambahan, atau baru efektif jika balok yang lama sudah rusak. Jika tidak diberikan lawan
lendut maka dalam perencanaannya maka perkuatan tambahan tersebut harus dihitung
mandiri (beton lama tidak bekerja).

Jika beton lama dapat bekerja bersama-sama dengan beton baru atau struktur baja yang
baru maka proses jacking (lawan lendut) harus dikerjakan terlebih dahulu. Hati-hati
dalam merencanakan pendokrakan, jangan sampai merusak sistem yang ada.

Agar kesatuan antara struktur perkuatan yang baru dengan beton bertulang yang lama
cukup baik, maka perkuatan yang umum di pakai adalah memakai beton tembak atau
shotcrete atau gunite. Jadi nggak bisa seperti mengecor beton biasa. Lha jadi inget dulu di
Padang, waktu mengevaluasi kantor semen padang yang kebakaran. Perbaikan juga pakai
itu.

Pakai tambahan profil baja juga bisa, masalah yang utama adalah bagaimana menyatukan
keduanya. Ini biasanya problemnya. Jika hanya dihitung mandiri, maka dengan memberi
non-shrink-groute di antara profil dan beton sudah cukup, tetapi agar bekerja sebagai
komposit maka interfacenya perlu dipikirkan dengan baik.
Tapi ingat, semua itu perlu jacking dulu ya.

Ya saya kira itu ide perbaikannya. Tapi ingat, kondisi di atas perlu dievaluasi dengan
benar, karena umumnya harganya bisa lebih mahal dibanding mencor baru lagi. Proses
retrofit jelas lebih rumit, mahal. Jadi setiap tindakan yang akan dikerjakan perlu
dievaluasi plus dan minusnya dengan baik.
4.5 Kegiatan Belajar 5 :
BALOK ‘T’ DAN BALOK ’L’

Ringkasan Teori
Pada konstruksi beton bertulang, plat dan balok-balok pemikul merupakan satu kesatuan
yang monolit. Suatu bangunan struktur beton bertulang, dapat berupa plat dengan seluruh
beban yang didukung langsung dilimpahkan ke kolom selanjutnya ke pondasi bangunan.
Tetapi bentangan plat pada kondisi diatas tidak cukup efektif untuk bentang yang panjang
karena pada ketebalan tertentu menghasilkan struktur yang tidak praktis.

Pada balok “ T ” dan “ L “, penampang beton yang memikul tarik diabaikan, hanya
bagian beton tertekan yang memikul beban.
Bagian bawah garis netral berfungsi menyalurkan gaya tarik dari penampang beton pada
tulangan, dengan demikian bagian penampang beton harus diusahakan sekecil mungkin.

Balok T dan L ditinjau dari hubungan tebal plat dan tinggi stress block a, maka :
1. a < t garis netral jatuh di dalam sayap dan dalam perhitungan balok T tersebut
dapat dianggap sebagai balok empat persegi dengan lebar efektif bm yang disebut juga
balok T semu.
2. a > t garis netral jatuh didalam badan yang disebut balok T murni.
b. Contoh Soal :
Sebuah balok T seperti gambar mempunyai f’c = 30 Mpa dan fy = 350 Mpa.

Contoh diatas merupakan balok T semu karena letak garis netral berada pada sayap
penampang dan balok dianggap sebagai balok biasa.
Misal garis netral terletak pada sayap dan a < t = 90 mm.
Bila As = 4241 mm2, dengan kesetimbangan gaya dapat dihitung nilai a.
C = ( 0,85 f’c ).b.a
C = 600.a.(25,5)
C2 = gaya tekan dalam badan
= ( 0,85 f’c ) bo.a
= (25,5 ).300.a N
= 7,65 a kN
C = (688,5 + 7,65a ) kN
T = As.fy
T = 4241 (350)
= 1484,4 kN
dengan menggunakan keseimbangan gaya dalam, a dapat dihitung :
C1 + C2 = T
688,5 + 7,65a = 1484,4
a = 104,04 mm ------à a < 150 mm

Dari perbandingan diagram :


Untuk mengetahui suatu penampang balok T atau L dalam kondisi seimbang atau tidak,
Gaya tekan C = C1 + C2
C1 = gaya tekan dalam sayap
= (0,85 f’c) (bm – bo) t
= 25,5 (300 ) (90) N
= 688,5 kN

C2 = gaya tekan dalam badan


= (0,85 f’c) bo.a
= (25,5) 300.(354,42) N
= 2711,313 kN

C = 3399,8 kN
T = Asb. fy
= Asb. 350
C1 + C2 = T
3399,8 = Asb. 350
Asb = 9,714 mm2

Sehingga penampang over reinforced dan baeton tertekan akan hancur sebelum tulangan
tarik meleleh.

Batasan Luas tulangan


Untuk menghindari keruntuhan yang tiba-tiba sebuah penampang harus dalam keadaan
under reinforced.

Keadaan under reinforced akan terpenuhi bila :


Rasio pembesian tekan
Rasio pembesian tarik

Pembesian harus memenuhi persyaratan :

Sehingga :

Tes Formatif :

1. Penampang Balok berukuran 300 x 600 dengan pembesian tunggal 4 D19. Tebal
selimut beton 40 mm, f’c = 30 Mpa, fy = 400 Mpa. Tentukan Letak Garis Netral
penampang menggunakan beban merata “stress block”.
2 Buktikan bahwa kehancuran balok akan diawali dengan melelehnya tulangan terlebih
dahulu.
3 Suatu balok dengan b=350 mm, As = 3Ø25, f’c=30 Mpa, fy=300 Mpa tentukan kuat
momen (Mn) apabila :
a) d=360 mm
b) d= 540 mm
c) d= 720 mm
Gunakan selimut beton 40 mm dan Ø 10 untuk sengkang.
4 Hitung kapasitas momen ideal (Mn) untuk balok dengan mutu tulangan baja 400
Mpa, As = 4Ø28, b=300 mm, d=600 mm bila :
a) f’c = 20 Mpa
b) f’c = 30 Mpa
c) f’c = 35 Mpa
5 Plat satu arah dengan bentang 3 m dari pusat ke pusat dukungan seperti tergambar.
Hitung MR dan tentukan beban kerja hidup yang bisa didukung oleh balok, beban mati
yang bekerja hanyalah berat sendiri, f’c = 20 Mpa, fy = 300 Mpa, tebal plat 200mm dan
selimut 20 mm.

6 Suatu balok beton bertulang persegi terletak pada suatu perletakan sederhana dengan
bentang 7 m’, mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hidup merata 20
kN/m’ dan beban mati merata 24 kN/m’(termasuk berat sendiri), menggunakan fy=400
Mpa, f’c=20 Mpa. Pilih lebar balok 400 mm dan bilangan bulat untuk h, sengkang Ø10.
Periksalah apakah balok tersebut cukup kuat menahan beban dengan cara
membandingkan Mu dengan MR, buat sketsanya rancangannya.
7 Suatu balok T merupakan bagian suatu sistem plat lantai, b=1200 mm, bw=600 mm,
ht=160 mm, h=1000 mm, panjang bentang 6000 mm, jarak antar balok 1150 mm, As=
10Ø32(dua lapis), f’c=20 Mpa, fy=240 Mpa, sengkang Ø10, selimut beton 40 mm, dan
jarak antar lapis tulangan 25 mm
a) Hitung kapasitas momen MR. Periksa apakah tulangan terpasang masih dalam batas
sesuai peraturan.
b) Apabila seluruh luas flens tersedia untuk blok tegangan tekan, berapa tulangan baja
yang diperlukan pada penampang beton tersebut.
8. Hitung MR dari balok dengan b=400 mm, h=650 mm, d’=65 mm, As=8Ø29 (dua
lapis), As’=2Ø25, f’c=30 Mpa, fy=400 Mpa.
9. Balok dengan b=300 mm, h=600mm, d’=65 mm, As = 6Ø32 (dua lapis), As’=2Ø32,
panjang bentang tumpuan sederhana 10 m. Suatu beban merata (di luar berat sendiri)
bekerja diatasnya terdiri dari beban mati dan beban hidup. f’c =30 Mpa, fy=400 Mpa.
Tentukan besarnya beban kerja yang dapat didukung balok tersebut.
Umpan balik dan Tindak Lanjut
Beri dan diskusikan jawaban soal-soal di atas , dan hitung jumlah jawaban yang benar.
Gunakan rumus dibawah untuk mengetahui tingkat penguasaan materi .
JB
Rumus : TP = ---------- x 100 % dimana : TP = tingkat penguasaan
JB = jawaban benar

Tingkat penguasaan yang dicapai :

TP Predikat
90% - 100% Baik sekali
80% - 89% Baik
70% - 79% Cukup
- 69% Kurang

Bila tingkat penguasaan mencapai ≥ 80%, dapat melanjutkan dengan Kegiatan Belajar
berikutnya, tetapi bila tingkat penguasaan < 80%, harus mempelajar kembali Kegiatan
Belajar sebelumnya.

Daftar Pustaka
Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, 1994.
James MacGregor, Reinforced Concrete Mechanic and Design, Prentice Hall
International Inc, 1997.
Park&Paulay, Reinforced Concrete Structure, Harper Collins Publiser,1974.
V.N. Vasirani & MM.Ratwani, Reinforced Concrete,Khanna’s Technical Publication,Vol
2,2nd ed,1978.
Wang&Salmon, Design of Reinforced Concrete Structures, Harper Collins Publiser,
1974.

Você também pode gostar