Você está na página 1de 5

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM MELALUI PROSES OZONISASI,

ULTRAVIOLET DAN RESERVE OSMOSIS

Saibun Sitorus
Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Mulawarman
Jln. Barong Tongkok No. 4 Telp. (0541) 749152 Samarinda 75123

Abstract
The aim of this research are to know the quality of drinking water through the process
of ozonization, ultraviolet and reserve osmosis. The result of analysis some parameters of
drinking water like color, TDS, pH, Mn, Fe, Cl, K dan E.Coli. The value of all parameters
were still under standard of Kep. Men. Kes RI No. 907/Menkes/SK/VI/2002. The total Coli at
drinking water through process of ozonization and reserve osmosis have exceeded standard.
Key words : process of ozonization, ultraviolet, reserve osmosis

A. PENDAHULUAN
Dari hari ke hari kita mengonsumsi air minum yang semakin berkurang manfaatnya
karena lingkungan hidup semakin tercemar. Para ilmuwan berusaha untuk menjaga kualitas
air minum dengan berbagai metode pengolahan sebelum air diminum dan pemanfaatan
lainnya. Pengolahan yang dilakukan mulai dari penggunaan asam karbonat, kemudian disusul
dengan air mineral dan air murni (seperti air suling). Pada dasarnya jenis – jenis air minum
tadi memang bagus, namun baru memperhatikan kadar kandungan air, belum secara penuh
mempertimbangkan daya serap tubuh manusia. Kini para pakar telah berhasil menemukan air
minum baru yaitu Bio Energi yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat alami, air jenis ini
sangat mudah diserap oleh tubuh manusia sehingga tubuh akan tetap sehat dan bugar yang
pengolahan seperti ini disebut teknologi Reserve Osmosis (RO).
Sudah tidak dapat dipungkiri, kantor – kantor, rumah – rumah hunian semi permanen
di areal tambang, perusahaan – perusahaan baik yang berskala besar maupun yang berskala
kecil di daerah Samarinda dan sekitarnya bahkan rumah tangga, sebagian besar sudah
menggunakan air minum isi ulang sebagai alternatif yang paling efesien untuk memenuhi
kebutuhan akan air minum mereka. Kenyataan ini menimbulkan efek menjamurnya Depot
Air Minum Isi Ulang di kota Samarinda, ini terlihat dari data DKK Samarinda dari tahun
2003 jumlah Depot air minum isi ulang sejumlah 23 buah meningkat menjadi 428 buah depot
(Anonim, 2008). Seiring dengan perkembangan itu, para konsumen sangat mengharapkan
kualitas dan jaminan pengelolaan dan pengawasan kesehatan yang cukup oleh pihak – pihak
terkait. Kualitas mesin penyuling air pada depot sangat menentukan kualitas air yang
dihasilkan.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota Samarinda, bahwa jumlah Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) yang telah memiliki izin rekomendasi dari DKK pada tahun
2008 sebanyak 428 depot dan masih ada 4 depot lainnya yang sedang dalam proses perizinan.
Perizinan dari DKK menentukan kelayakan depot sebelum beroperasi. Sampai pada bulan
Desember tahun 2008, pengawasan yang terus – menerus dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota (DKK) Samarinda secara rutin setiap bulan didapati angka 97,2% Depot Air minum isi
ulang yang dianggap memenuhi syarat operasional (Anonim, 2008).
Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan
faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana
yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Faktor
tersebut bisa berupa benda – benda mati mulai dari yang halus sampai yang kasar, kondisi
alam seperti cuaca, suhu, getaran, benturan dan sejenisnya (Purwana, 2003). Faktor kimia
adalah bahan – bahan organik dan non organik yang mungkin terlarut ke dalam air minum
atau benda dalam sarana pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Faktor
biologis adalah mikrobiologi seperti jasad renik, pathogen seperti bakteri, virus, kapang dan
jamur yang membahayakan kesehatan. Faktor biologi juga dapat berupa manusia yang
menangani air minum dalam seluruh rangkaian proses pengolahan, karena sebagai sumber
pencemar, perilaku yang tidak sehat atau kurangnya perhatian terhadap keamanan dan
keselamatan air minum (Anonim, 2004).
Di sisi lain, perkembangan industri berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan konsumen, bila tidak ada regulasi yang efektif. Isu yang mengemuka saat ini
adalah rendahnya jaminan kualitas terhadap air minum yang dihasilkan (Kompas, 2003).
Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tentang analisis
kandungan kualitas air yang diolah melalui proses ozonisasi, ultraviolet dan reserve osmosis.
B. METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crossectional yang
bertujuan untuk melihat hubungan jenis pengolahan dengan ozonisasi, Ultraviolet dan
Reserve Osmosis terhadap Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU).
2.2 Sampel
Sampel Depot AMIU dari pengolahan secara Ultraviolet terdiri dari 6 sampel yaitu,
sampel UV-1 (10 depot), sampel UV-2 (8 depot), sampel UV-3 (9 depot), sampel UV-4 (10
depot), sampel UV-5 (8 depot), sampel UV-6 (8 depot). Sampel depot AMIU dari pengolahan
secara Ozonisasi terdiri dari 2 sampel yakni sampel O-1 (4 depot) dan sampel O-2 (4 depot).
Untuk depot AMIU yang pengolahannya secara Reserve Osmosis diambil 2 sampel yakni
sampel RO-1 (2 depot) dan sampel RO-2 (2 depot).
2.3 Analisis Sampel
Sampel yang telah diperoleh kemudian dianalisa yang meliputi 10 parameter di
laboratorium
2.4 Analisa Data
Analisa data dengan menggunakan analisis secara deskriptif yang memenuhi standar
baku mutu dan yang tidak memenuhi standar baku mutu Kep.Men.Kes RI
No.907/SK/VII/2002 terhadap data kadar kandungan parameter fisik (warna, TDS dan TSS),
Kimia (pH, Fe, Mn, Cl, dan K) dan Biologi (Total Coli dan E. Coli) yang disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengolahan Depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) yang ada di Kota Madya Samarinda
saat ini terdiri dari tiga pengolahan yaitu secara Ultraviolet (UV), Ozonisasi (OZ) dan
Reserve Osmosis (RO). Pengolahan Depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) secara Ultraviolet
yang terdaftar sebanyak 293, 14 pengolahan secara Ozonisasi dan 10 pengolahan secara
Reserve Osmosis (Total Depot AMIU sebanyak 317).
Berdasarkan hasil pengamatan kualitas parameter fisik, kimia dan biologi secara
analisis laboratorium pada sampel air yang bersumber dari Depot seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis Penelitian Air dari Depot dengan Pengolahan Ultraviolet
(UV), Ozonisasi (OZ) dan Reserve Osmosis (RO)

No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu


UV OZ OR
1 pH - 6,915 4,83 6,62 6–9
2 Warna mg/L 0,00 0,00 0,00 15
3 TDS mg/L 34,13 27,75 11 1000
4 TSS mg/L 2,66 4 2 50
5 Fe mg/L 0,00 0,066 0,00 0,3
6 Mn mg/L 0,00 0,00 0,00 0,1
7 Cl- mg/L 13,234 10,365 8,426 250
8 K mg/L 0,617 0,4615 0,029 500
9 Total Coli mg/L 0,00 400 500 0/100ml
10 E.Coli mg/L 0,00 0,00 0,00 0/100ml

Dari tabel 1 tersebut di atas, ternyata berdasarkan hasil analisis kualitas air minum
dengan parameter warna, TDS, TSS, pH, Fe (Besi), Mn (Mangan), K (Kalium) dan Cl
(Klorida) serta E.Coli dari pengolahan Depot AMIU yang diolah melalui UV, OZ dan OR
masih sesuai dengan atau di bawah Baku Mutu Kep.Men.Kes RI
No.907/Menkes/SK/VI/2002. Total E.Coli dari air minum yang diolah melalui OZ dan OR
ternyata sudah diatas Baku Mutu Kep.Men.kes RI No. 907/Menkes/SK/VI/2002.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kualitas air minum dengan parameter warna, TDS, TSS,
pH, Fe, Mn, Cl, K dan E.Coli dari pengolahan Depot AMIU melalui UV, OZ dan RO masih
sesuai dengan Baku Mutu Kep.Men.Kes RI No.907/Menkes/SK/VI/2002 sedangkan untuk
Total Coli dari pengolahan secara Ozonisasi (OZ) dan Reserve Osmosis (RO) tidak
memenuhi baku mutu air minum menurut Kep.Men.Kes RI No.907/Menkes/SK/VI/2002.
Pengolahan air minum yang terbaik berdasarkan hasil analisis berdasarkan parameter –
parameter diatas secara umum bahwa air minum yang diolah melalui Reserve Osmosis.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian terhadap jumlah yang lebih banyak terhadap Depot,
misalnya pengaruh peralatan depot AMIU terhadap kualitas air minum. Dinas kesehatan
perlu melakukan peninjauan dalam dan menarik rekomendasi yang kualitasnya tidak
memenuhi baku mutu Kep.Men.Kes. RI No.907/Menkes/SK/VI/2002 hal proses operasional
terhadap depot – depot isi ulang

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2008, Dinas Kesehatan Kota Samarinda


2. Anonim, 2004, Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang,
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.3 No.1, (online),
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/ekologi
3. Anonim, 2003. Aspada Membantah Kualitas Air Depot Isi Ulang Tidak Layak untuk
Dikonsumsi, (Online), http://www.kompas.co.id diupdate tanggal 31 Mei 2003
4. Anonim, 2002, Permenkes RI No. 907/menkes/SK/VI/2002 tentang syarat – syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, Depkes RI Jakarta
5. Purwana, R., 2003. Pedoman Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (Refilling
Drinking Station). Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Você também pode gostar