Você está na página 1de 8

1

PEMBEKUAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) DI PT. AWINDO


INTERNATIONAL, PENJARINGAN, JAKARTA UTARA

Elsa Yolanda1, Eko Waluyo2

1. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang


2. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) merupakan komoditas tuna potensial karena
menyumbang ekspor perikanan terbesar. Praktek kerja lapang dilaksanakan di PT. Awindo
International, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara pada tanggal 1 – 8
September 2014. Tujuan praktek kerja lapang adalah untuk mempelajari proses, tata letak, dan sanitasi
dan higiene pembekuan ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) di PT Awindo International.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu aktivitas eksplorasi dalam rangka
memahami dan menjelaskan masalah pada tujuan melalui pengumpulan data primer dan sekunder.
Pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi terhadap
sumber data yang diperlukan mulai dari proses penerimaan bahan baku sampai pengemasan. Bahan
yang digunakan pada proses pembekuan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) terdiri dari ikan tuna
sirip kuning segar yang ditangkap di Laut Jawa sebagai bahan baku; air, es, klorin dan refrigeran
sebagai bahan tambahan; plastik PE, plastik bubbles dan karton sebagai bahan pengemas. Proses
pembekuan meliputi penerimaan bahan baku, pencucian I, pemotongan kepala, pencucian II,
pemotongan loin, pembuangan daging merah, pembuangan kulit, perapihan, penimbangan dan
grading, pengemasan plastik, pemvakuman, pengemasan kardus, pembekuan, penyimpanan beku dan
export stuffing. Metode pembekuan yang digunakan adalah ABF (Air Blast Freezing). Tata letak di PT.
Awindo International menggunakan tipe product layout yaitu penyusunan mesin dan peralatan sesuai
dengan aliran proses produksi. Bahan pembersih yang digunakan adalah sabun cuci tangan untuk
pekerja, klorin, serta air yang disuling pH-nya untuk produk dan alat.

Kata kunci: Thunnus albacares, Air Blast Freezing, proses pembekuan, tata letak, sanitasi

FREEZING OF YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares) AT PT. AWINDO


INTERNATIONAL, PENJARINGAN, NORTH JAKARTA

Elsa Yolanda1, Eko Waluyo2

1. Student of Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Brawijaya, Malang


2. Lecturer of Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Brawijaya, Malang

Yellowfin tuna (Thunnus albacares) is a potential tuna commodity because it contributes as the
largest fishery export. The internship was done at PT. Awindo International, Penjaringan, North
Jakarta on 1st – 9th September 2014. The purposes of the internship are to study about process,
layout, sanitation and hygiene at Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) freezing in PT. Awindo
International. The method used is qualitative approach which means to understand and explain the
problems in purposes through the primary and secondary data collecting. Data were collected through
the observation, interviews, active participation and documentation of the necessary data sources
started from the receiving of raw materials until packaging. The materials used in the process of
yellowfin tuna (Thunnus albacares) freezing consists of fresh yellowfin tuna which caught in the Java Sea
as raw material; water, ice, chlorine and refrigerant as addition materials; PE, bubble plastic and
cardboard as packaging materials. Freezing process includes receiving of raw materials, first washing,
head cutting, second washing, loin cutting, red meat removing, skinning, trimming, weighing and
grading, plastic packing, vacuuming, cardboard packing, freezing, cold storing and export stuffing.
Freezing method that used is ABF (Air Blast Freezing). The layout in PT. Awindo International uses
product layout type which means machinery and equipment location setting is in accordance with the
flow of the production process. Sanitizers that used are hand-washing soap for workers, chlorine and
distilled pH water for products and tools.

Keywords: Thunnus albacares, Air Blast Freezing, freezing process, layout, sanitation
2

1. PENDAHULUAN baik pada setiap langkah prosedur untuk


1.1. Latar Belakang pembekuan ikan, ikan akan mempertahankan
Perairan Indonesia sangat luas dan kesegarannya selama berbulan-bulan. Kualitas
banyak berbagai macam ikan di dalamnya, tetapi ikan beku dikendalikan oleh banyak faktor.
potensinya belum dimanfaatkan secara Pertimbangan harus dilakukan pada jenis
maksimal. Pemenuhan kebutuhan akan protein kemasan pelindung yang digunakan, menjaga
hewani melalui pemanfaatan sumberdaya suhu penyimpanan yang tepat dan sifat
perikanan masih sangat memungkinkan. Protein pembekuan spesies yang berbeda (Aberoumand
ikan sangat diperlukan oleh manusia karena dan Jooyandeh, 2010).
selain mudah dicerna juga mengandung asam PT. Awindo International yang berlokasi
amino dengan pola yang hampir sama dengan di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara
asam amino yang terdapat di dalam tubuh merupakan salah satu pabrik pembekuan
manusia. Ikan segar mempunyai sifat-sifat yang berskala ekspor yang bergerak di bidang
masih sama dengan ikan hidup, baik mengenai pembekuan ikan-ikan pelagis besar seperti Tuna
rupa, bau, rasa, maupun tekstur (Afrianto dan (Thunnus albacares), Tuna albakora (Thunnus
Liviawaty, 2005). alalunga), Pedang (Xiphias gladius), Marlin
Subsektor perikanan dan peternakan Hitam/Putih (Makaira indica), Gindara
merupakan andalan utama sumber pangan dan (Lepidocybium flavobrunneum), Wahoo
gizi bagi masyarakat Indonesia. Ikan selain (Acanthocybium solandri) dan Mahi (Coryphaena
merupakan sumber protein juga diakui sebagai hippurus).
functional food yang mempunyai arti penting bagi
kesehatan karena mengandung asam lemak tidak 1.2. Tujuan dan Kegunaan
jenuh berantai panjang (terutama yang tergolong Tujuan PKL adalah untuk mempelajari
asam lemak omega-3), vitamin, serta makro dan proses pembekuan, tata letak, dan sanitasi dan
mikro mineral (Heruwati, 2002). higiene pada proses pembekuan ikan Tuna Sirip
Indonesia terus menaikan potensi Kuning (Thunnus albacares) di PT Awindo
ekspor tuna. Saat ini, negara tujuan utama International, Kelurahan Penjaringan,
ekspor tuna yakni Jepang dan Amerika Serikat. Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan yakni Kegunaan PKL bagi mahasiswa adalah
Syarif Cicip Sutardjo, kinerja ekspor tuna dapat menerapkan dan membandingkan antara
Indonesia terus meningkat sejak tahun 2009. pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan
Komoditas tuna potensial karena menyumbang dengan kenyataan di lapangan. Selain itu juga
ekspor perikanan terbesar. Tahun 2011, realisasi untuk mengetahui dan dapat melakukan proses
ekspor tuna asal Indonesia 141.774 ton senilai pembekuan ikan tuna sirip kuning dan
499 juta dollar AS, naik 30,1 persen diharapkan mahasiswa dapat memberikan
dibandingkan tahun sebelumnya, 122.450 ton informasi dan saran untuk meningkatkan
senilai 383 juta dollar AS. Produksi tuna, kualitas produk bagi pengusaha.
cakalang, dan tongkol nasional tahun 2011
sebesar 955.520 ton. Produksi tuna sendiri 1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
sebanyak 230.580 ton (Kementerian Kelautan Tempat dan waktu pelaksanaan praktek
dan Perikanan, 2012). kerja lapang ini yaitu dilaksanakan di PT.
Ikan sirip kuning atau Thunnus albacares Awindo International, Jl. Muara Baru no. 11-12,
memiliki panjang tertinggi yang tercatat sekitar Perum Prasarana Perikanan Samudera Nizam
210 cm dengan berat sekitar 176,4 kg. Tubuh Zachman, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan
lonjong memanjang, mempunyai warna biru tua Penjaringan, Jakarta Utara pada tanggal 1-9
metalik pada bagian belakang dan berubah September 2014.
menjadi kuning keperak-perakan pada perut.
Balutan kuning bergulir pada bagian sisinya dan 2. METODE PRAKTEK KERJA
perutnya sering mempunyai sekitar 20 garis LAPANG
putus-putus vertikal sebagai karakteristik yang Metode praktek kerja lapang yang
tidak ditemukan pada jenis tuna lainnya, digunakan adalah pendekatan kualitatif yang
meskipun tidak selalu ada. Pada ikan Tuna Sirip didasarkan pada rumusan yang muncul dalam
Kuning yang besar mudah untuk dikenal, yaitu penelitian sehingga menuntut peneliti untuk
dengan bentuk bulat sabit dari sirip dubur dan melakukan aktivitas eksplorasi untuk memahami
sirip punggung kedua yang memanjang ke dan menjelaskan masalah yang ada dalam tujuan
belakang (Miazwir, 2012). praktek kerja lapang. Data yang digunakan
Pembekuan adalah cara terbaik untuk adalah data primer dan data sekunder.
menjaga kualitas ikan. Dengan penanganan yang Pengumpulan berbagai data dan informasi
3

dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, diterima bervariasi ukurannya dengan kisaran 30
partisipasi aktif dan dokumentasi terhadap kg sampai 130 kg. Standar mutu bahan baku di
sumber data yang diperlukan. PT. Awindo International berpedoman pada
Menurut Raco (2013), ciri khas dari SNI 2729: 2013 tentang bahan baku ikan segar.
metode ini adalah penekanannya pada proses. Ikan yang baru diterima ditimbang dengan
Proses berarti melihat bagaimana fakta, realita, timbangan digital jenis bench scale. Kemudian
gejala dan peristiwa itu terjadi dan dialami serta ikan ditaruh di atas palet. Pada proses
mencari pengertian yang mendalam (verstehen). penerimaan bahan baku sampai ke tempat
Artinya metode ini hendak mempelajari produksi dilakukan pengecekkan setiap satu jam
bagaimana orang mengerti sesuatu. Data yang sekali terhadap kebersihan, organoleptik (bau,
diambil pada praktek kerja lapang Pembekuan warna, dan tekstur), dan suhu ikan dengan
Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) di tujuan untuk menjaga mutu ikan. Pencatatan
PT. Awindo International meliputi data primer terhadap hasil pengecekkan dilakukan di lembar
dan data sekunder. kertas kuisioner yang dimiliki PT. Awindo
International oleh Quality Control (QC).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dari praktek kerja 3.1.2. Pencucian I
lapang yang telah dilakukan sebagai berikut. Pencucian I dilakukan saat ikan
Diagram alir proses pembekuan ikan tuna sirip diletakkan di atas palet. Ikan dibersihkan
kuning (Thunnus albacares) adalah sebagai berikut: dengan air dingin yang mengandung klorin 50
ppm dengan tujuan untuk mengurangi kotoran
Penerimaan Bahan yang menempel yang dapat mempengaruhi
Baku (CCP) tingkat kesegaran ikan. Suhu air yang digunakan
berkisar antara 0-2oC yang bertujuan agar tidak
terjadi kenaikan suhu pada ikan yang dapat
Pencucian I Export Stuffing mempercepat kemunduran mutu ikan. Kadar
klorin pada air pencuci juga dicek dengan
mencelupkan kertas uji klorin ke dalam air dan
Pemotongan Kepala Penyimpanan Beku dibandingkan warna yang terbentuk dengan
acuan warna konsentrasi klorin pada kemasan
sehingga diketahui tingkat konsentrasinya.
Pencucian II Pembekuan
3.1.3. Pemotongan Kepala
Pemotongan kepala dilakukan dengan
menggunakan pisau yang selalu dijaga
Pemotongan Loin Pengemasan Kardus kebersihannya. Kepala ikan yang telah dipotong
tidak langsung dibuang tetapi diambil sisa
daging yang masih menempel pada kepala serta
Pembuangan Daging Pemvakuman dipotong sirip dada (pectoral fin). Sisa daging dan
Merah sirip dada masing-masing diletakkan di polybag
terpisah. Sedangkan tulang kepala ikan
Pengemasan Plastik dimasukkan ke dalam ruangan khusus limbah
Pembuangan Kulit kepala yang letaknya dekat dengan meja
produksi. Baik sisa daging, sirip dada, maupun
tulang kepala nantinya akan dijual kepada pihak
Penimbangan dan
Perapihan tertentu.
Grading
Gambar 1. Diagram Alur Proses Pembekuan 3.1.4. Pencucian II
Ikan Tuna Sirip Kuning Pencucian II dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang masih tersisa
3.1. Proses Pembekuan Ikan Tuna Sirip setelah pemotongan kepala. Pada tahap ini,
Kuning pencucian dilakukan dengan air dingin yang
3.1.1. Penerimaan Bahan Baku mengandung klorin 50 ppm, sama seperti
Bahan baku yang digunakan dalam pencucian pertama. Suhu air yang digunakan
proses pembekuan ini adalah ikan tuna sirip juga berkisar antara 0-2oC. Suhu air yang
kuning (Thunnus albacares) yang ditangkap di digunakan dijaga agar tetap dingin maka
daerah Laut Jawa. Pada tahap ini, ikan diterima dilakukan penambahan es jika es dalam bak
di ruang penerimaan bahan baku. Ikan yang pencuci sudah mulai habis.
4

grading. Pada proses penimbangan, loin


diletakkan di atas timbangan digital dan
3.1.5. Pemotongan Loin kemudian dicatat beratnya. Setelah itu, loin
Pemotongan loin dilakukan dengan dilihat mutu dagingnya dari segi kenampakan
memfillet daging ikan dengan pisau sehingga warna dan teksturnya. Bila warna masih merah
daging ikan terpisah dari tulangnya. Pemfilletan sangat cerah maka akan langsung dimasukkan
dilakukan dengan memisahkan daging ikan dari ke dalam plastik dan dikemas vakum sebagai
tulangnya dan dimulai dari arah kepala lalu ke tuna loin fresh. Namun bila kenampakan warna
arah ekor dan kembali ke arah kepala. merah sedikit kurang cerah maka loin akan
Kemudian fillet daging ikan dibelah menjadi dua masuk ke golongan CO treated. Golongan ini
bagian yang memanjang sehingga terbentuk loin nantinya akan disuntik dengan CO di ruang
tuna yang bentuknya memanjang seperti pipa. proses suntik CO.

3.1.6. Pembuangan Daging Merah 3.1.10. Pengemasan Plastik


Pembuangan daging merah dilakukan Pengemasan plastik dilakukan dengan
setelah proses pembentukan loin tuna. memasukkan ikan tuna sirip kuning dalam
Pembuangan daging merah dilakukan dengan bentuk potongan loin, stick, slice atau cube ke
memotong daging merah dengan pisau. dalam plastik vakum bening yang sesuai dengan
Kemudian daging merah diletakkan ke dalam ukurannya. Plastik vakum bening digunakan
tong plastik khusus untuk dikumpulkan dan sebagai kemasan pertama (primer) karena
kemudian dijual. Rospiati (2006) menyatakan bersentuhan langsung dengan produk. Pada
bahwa daging merah mengandung mioglobin produk berupa cube, slice dan steak terdapat label
dan hemoglobin yang bersifat prooksidan serta yang ditempel pada kemasan plastik vakum.
kaya akan lemak. Kandungan mioglobin pada Sedangkan pada bentukan loin hanya kemasan
daging merah ikan tuna dapat lebih dari 3.500 plastik vakum saja tanpa label. Ukuran plastik
mg/100 g. Hal ini yang menyebabkan yang digunakan untuk loin adalah 330 x 120
mudahnya terjadi ketengikan pada daging merah mm, 270 x 650 mm, 300 x 950 mm, 300 x 700
ikan tuna. mm; loin center cut 300 x 400 mm; slice dan cube
180 x 280 mm, 150 x 250 mm, 150 x 270 mm;
3.1.7. Pembuangan Kulit dan steak 200 x 250 mm.
Pembuangan kulit dilakukan dengan
memisahkan kulit dari daging ikan dengan pisau. 3.1.11. Pemvakuman
Pembuangan kulit dilakukan setelah ikan Pemvakuman di PT. Awindo
terbentuk menjadi loin agar lebih mudah dikuliti International dilakukan untuk melindungi
karena ukuran ikan yang diproses cukup besar. produk dari kontaminasi baik udara maupun
Pembuangan kulit berfungsi untuk mengurangi bakteri. Selain itu mutu produk yang dihasilkan
sumber kontaminan bakteri yang banyak juga lebih terjaga serta dapat memperpanjang
terdapat pada kulit sebagai permukaan tubuh umur simpan. Alat yang digunakan berupa
ikan yang kontak dengan air. mesin vakum dengan tekanan -1 atm atau -76
cmHg. Plastik vakum yang telah diisi ikan dan
3.1.8. Perapihan diberi label diletakkan di dalam mesin vakum
Perapihan atau trimming bertujuan untuk dengan ujung plastik yang masih terbuka berada
mengecek kembali loin tuna yang ada dengan pada bagian seal dari mesin vakum. Setelah
memeriksa kembali apabila masih terdapat proses pemvakuman selesai, maka produk akan
daging merah atau kulit yang menempel pada dibawa ke ruang pengemasan (packing).
daging ikan. Selain itu, perapihan juga dilakukan Menurut Rao dan Sachindra (2002),
untuk merapikan bentuk loin tuna agar didapat pengemasan vakum didefinisikan sebagai
bentuk yang bagus. Alat yang dilakukan untuk kemasan produk dalam kemasan pelindung yang
proses perapihan adalah pisau tajam. Pisau yang kuat dimana udara dihilangkan untuk mencegah
digunakan selain harus bersih juga harus dalam pertumbuhan organisme pembusuk aerobik,
keadaan tajam agar bisa memotong dengan penyusutan, oksidasi dan kerusakan warna.
akurat sehingga tidak banyak daging yang Ditambahkan oleh Rocha et al. (2003)
terbuang. Bila terasa kurang tajam, maka pisau penggunaan kemasan vakum sangat
dapat digosok-gosokkan pada batu asah pisau. menghambat perkembangan reaksi oksidatif dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
3.1.9. Penimbangan dan Grading aerobik, yang umumnya menyebabkan
Setelah loin tuna sirip kuning dirapikan, kerusakan bahan makanan selama penyimpanan.
tahap selanjutnya adalah penimbangan dan
5

Menurut Putri et al. (2014), penyimpanan


beku merupakan suatu cara pengawetan bahan
3.1.12. Pengemasan Kardus pangan dengan cara membekukan bahan pada
Pengemasan kardus merupakan tahap suhu di bawah titik beku pangan tersebut.
pengemasan akhir. Proses ini menggunakan dua Penyimpanan beku atau dengan terbentuknya es
jenis kemasan yaitu kemasan kedua (sekunder) (ketersediaan air menurun), maka kegiatan
dan kemasan ketiga (tersier). Kemasan kedua enzim dan mikroba dapat dihambat atau
(sekunder) berupa plastik bubbles yaitu plastik dihentikan serta mencegah reaksi-reaksi kimia
yang terdapat gelembung-gelembung udara di sehingga dapat mempertahankan mutu (rasa dan
dalamnya yang bertujuan untuk mengurangi nilai gizi) bahan pangan. Ditambahkan oleh
kerusakan fisik akibat benturan maupun gesekan Buckle et al. (2007), penyimpanan suatu
selama proses distribusi sehingga daging ikan makanan beku pada suhu sekitar -18oC dan
tuna sirip kuning tidak rusak dan tidak pecah. dibawahnya akan mencegah kerusakan
Pengemas ketiga (tersier) merupakan mikrobiologis dengan persyaratan tidak terjadi
kardus berjenis karton. Setiap karton memiliki perubahan suhu yang besar.
ukuran yang berbeda-beda tergantung
permintaan pembeli. Pada karton terdapat 3.1.15. Export Stuffing
beberapa informasi yang dicantumkan yang Export stuffing dilakukan dengan cara
meliputi, merk, berat bersih, ukuran (size), kode pengangkutan produk dari ruang penyimpanan
produksi, nama dan alamat perusahaan tujuan (cold storage) melewati ruang stuffing area dan
maupun produsen. selanjutnya dimasukkan ke dalam kontainer.
Truk kontainer didatangkan dari jasa forwarder.
3.1.13. Pembekuan Setelah kontainer masuk maka dilakukan proses
Pembekuan ikan tuna sirip kuning pembersihan atau sanitasi untuk menjamin
dengan berbagai bentukan di PT. Awindo kebersihan dan keamanan produk yang akan
International dilakukan dengan metode Air Blast dikirim. Selanjutnya adalah tahap plaging / pre-
Freezing (ABF). Pembekuan dengan metode cooling yaitu mengatur suhu kontainer ke setting
ABF termasuk dalam jenis pembekuan cepat point yang diinginkan oleh pembeli dan biasanya
(quick freezing) dengan cara produk berkontak suhu berkisar -18oC sampai -25oC. Perbedaan
langsung dengan refrigerant yang disirkulasikan suhu yang ditoleransi adalah sebesar ± 5oC.
dengan bantuan kipas. Menurut Barbosa- Setelah mencapai suhu yang diinginkan
Canovas et al. (2005) air freezing adalah cara maka produk diperbolehkan untuk masuk ke
pembekuan termurah dan memiliki keuntungan kontainer. Proses ini dinamakan loading. Produk
tambahan dari suhu konstan selama yang dimasukkan harus seragam atau tidak
penyimpanan beku, yang memungkinkan boleh tercampur-campur tiap barisnya. Saat
penggunaan produk massal belum diproses memasukkan produk dilakukan proses
seperti bagian daging sapi dan ikan. dokumentasi dengan difoto untuk digunakan
PT. Awindo International memiliki 3 sebagai barang bukti dan kemudahan traceability
buah ruang pembekuan ABF dengan kapasitas jika ada komplain kerusakan atau kekurangan
tiap ruangan yaitu 20 ton. Ruangan ini berfungsi dari pembeli. Produk yang telah dimasukkan
untuk membekukan ikan yang telah selesai dan disusun dalam container siap dibawa ke
dikemas. Pembekuan dilakukan pada suhu pelabuhan untuk diekspor ke negara tujuan
antara -30oC sampai -35oC. Refrigeran yang seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Vietnam,
digunakan adalah Freon. Hasil pembekuan dan Jepang dan negara lainnya.
jam operasional mesin pembekuan dicatat dan
diawasi oleh petugas QC. 3.2. Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan higiene dalam suatu proses
3.1.14. Penyimpanan Beku pengolahan bahan pangan merupakan suatu hal
Penyimpanan beku ikan tuna sirip kuning yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini
dilakukan di dalam cold storage dengan suhu dikarenakan suatu produk dapat dinikmati bila
penyimpanan -20oC sampai -25oC. Lama waktu memiliki mutu dan kualitas yang baik. PT.
penyimpanan produk di dalam cold storage Awindo International telah menerapkan sanitasi
bergantung pada banyaknya pesanan. Semakin dan higiene dalam proses produksinya sesuai
banyak pesanan, maka produk ikan beku akan dengan sertifikat HACCP (Hazard Analysis
semakin lama berada dalam cold storage. Namun, Critical Control Point) yang dimiliki. Sanitasi yang
rata-rata berdasarkan pengalaman lama waktu diterapkan dalam industri makanan adalah
produk di dalam cold storage maksimal 1 minggu. dengan menciptakan dan memelihara kondisi
higienis dan sehat. Sanitasi adalah aplikasi dari
6

ilmu pengetahuan untuk menyediakan makanan Peraturan Menteri Kesehatan RI no.


sehat diolah, dipersiapkan, dipromosikan, dan 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
dijual di lingkungan yang bersih oleh pekerja persyaratan kualitas air minum. Air yang
yang sehat untuk mencegah kontaminasi dengan digunakan berasal dari Perum Prasarana
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit Perikanan atau air tangki yang dipesan dari jasa
bawaan makanan dan untuk meminimalkan penyedia air bersih. Kemudian air ditampung
perkembangan mikroorganisme pembusuk terlebih dahulu dalam tandon yang terletak di
makanan. Sanitasi yang efektif mengacu pada bagian luar, lantai 2 pabrik. Air tersebut harus
semua prosedur yang membantu mencapai melalui proses treatment terlebih dahulu sebelum
tujuan (Marriott dan Gravani, 2006). disimpan di tandon air yang terletak di atas
Ditambahkan menurut Cramer (2013), bangunan pabrik. Proses treatment dilakukan
sanitasi yang efektif melibatkan kombinasi dari dengan menyinari air dengan sinar UV agar air
usaha oleh beberapa departemen. Sanitasi menjadi bersih dan steril sehingga aman untuk
sesungguhnya diawali dengan pelaksanaan digunakan. Selanjutnya air dalam tandon
desain sanitasi peralatan pabrik dan manufaktur, didistribusikan ke seluruh ruangan proses
dan desain saniter melibatkan upaya lintas- produksi dengan pipa-pipa dan keran yang
fungsional antara teknik, pemeliharaan, sanitasi, tersedia. Setiap keran di ruang proses produksi
kualitas, dan operasi. diberi tanda berupa nomor. Air tersebut
Sanitasi dan higiene bahan baku di PT. kemudian digunakan untuk mencuci ikan,
Awindo Internatioanal yaitu pada saat ikan mencuci tangan di wastafel, dan mencuci
datang langsung diperiksa dan dinilai mutunya peralatan produksi seperti meja, keranjang,
oleh QC dan kepala bagian penerimaan atau palet, serta pisau. Tangki air di PT. Awindo
kepala bagian produksi. Tujuannya agar International dibersihkan dua kali setiap bulan.
didapatkan bahan baku yang sesuai dengan Sanitasi dan higiene pada pekerja
kriteria perusahaan. Pengawasan terhadap dimulai sebelum pekerja masuk ke ruang
kualitas bahan baku dilakukan setiap satu jam produksi. Terdapat delapan wastafel dengan
sekali dengan mengambil sampel ikan secara fasilitas sabun cair, sikat pembersih kuku serta
acak untuk dicatat nomor lot, berat ikan, hasil air hangat bersuhu ± 40oC. Tujuannya agar
pengujian organoleptik (tekstur, warna, dan ketika pekerja hendak masuk ke ruang produksi
bau), dan suhu daging ikan pada lembar dapat dipastikan tangannya bersih dari kotoran
pencatatan yang disediakan. Proses pemindahan dan mengurangi bahaya kontaminasi. Sebelum
ikan tuna sirip kuning dari kontainer ke atas pekerja memasuki ruang produksi, pekerja harus
pallet dilakukan oleh dua orang dengan memastikan terlebih dahulu bahwa pakaian
menggunakan kait yang dikaitkan pada tali yang kerjanya telah bebas dari rontokan rambut,
ada pada bagian ekor serta satu kait lagi benang, maupun kotoran atau debu yang
dikaitkan di bagian kepala ikan. Setiap pekerja di menempel pada baju dengan melihatnya melalui
ruangan ini diwajibkan memakai sarung tangan. cermin yang tersedia di wastafel. Kebersihan
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah bahan kuku juga harus selalu dijaga. Bila kuku sudah
baku kontak langsung dengan tangan agar panjang maka terlebih dahulu pekerja harus
meminimalisasi jumlah mikroba yang dapat melakukan potong kuku dan bila sedikit kotor
mengontaminasi bahan baku. maka dibersihkan dengan sikat kuku. Selain itu,
Sanitasi dan higiene peralatan sebelum memasuki ruang produksi terdapat
dilakukan dengan mencuci peralatan baik genangan air (footbath) klorin dengan konsentrasi
sebelum atau sesudah digunakan. Air untuk 200 ppm untuk memastikan sepatu boot pekerja
mencuci menggunakan air yang dicampur telah bersih saat masuk ke ruang proses.
dengan klorin sehingga terbentuk air klorin Sanitasi dan higiene lingkungan yang
dengan konsentrasi larutan sebesar 100 ppm diterapkan adalah dengan menyemprotkan air
untuk mengurangi kontaminasi yang diakibatkan pada semua lantai dan dinding yang kotor pada
oleh bakteri. Selain itu, untuk menghilangkan pagi hari sebelum proses produksi dimulai, siang
bau amis, lemak dan kotoran yang menempel hari saat akan istirahat, dan sore hari saat
pada peralatan maka digunakan sabun pada saat aktivitas proses produksi selesai. Selain itu, di
pencucian. setiap akses perbatasan lingkungan luar menuju
Sanitasi dan hygiene air dilakukan ruang proses dipasang dengan lampu sinar
dengan menggunakan air bersih baik dalam Ultraviolet (UV) dilengkapi dengan insect killer.
pencucian ikan, lantai, dinding, peralatan, media Lampu ini mempunyai cahaya berwarna ungu
pembuatan es maka kebersihan air harus dijaga. terang yang dilengkapi dengan kawat halus yang
Air yang digunakan dalam industri pangan harus dialiri listrik, berfungsi untuk membunuh
memenuhi persyaratan mutu air minum sesuai serangga yang akan memasuki ruang proses. Di
7

setiap pintu masuk menuju ruang proses Jika dibandingkan dengan kandungan gizi
dilengkapi dengan tirai plastik tebal yang ikan tuna sirip kuning beku dengan ikan Tuna
bertujuan untuk mencegah masuknya lalat dan segar menurut Suryani et al. (2007) seperti yang
serangga, debu serta membantu menjaga tertera pada Tabel 2, maka besarnya kandungan
kestabilan suhu ruang proses. Terdapat selokan protein pada produk tuna sirip kuning beku
sebagai saluran buangan air limbah yang berada yaitu 28 gram lebih besar dibandingkan dengan
di sisi ruangan jauh dari meja proses yang dibuat kandungan protein tuna segar yaitu sebesar 22
untuk mengalirkan air sisa pencucian maupun gram. Hal ini dapat dimungkinkan karena
buangan dari aktivitas proses produksi. Lantai sebagian protein yang larut pada air dalam sel-
produksi dibuat sedikit miring yang bertujuan sel terdifusi keluar sehingga ikan semakin kering
agar air buangan dapat mengalir ke selokan (dehidrasi) sehingga konsentrasi proteinnya
sehingga tidak menimbulkan genangan pada meningkat. Sedangkan besarnya kandungan
lantai. lemak tidak jauh berbeda. Pada Tuna Sirip
Kuning beku sebesar 1% dari 113 gram yaitu
3.3. Kandungan Gizi 1.13 gram dan kandungan lemak pada ikan segar
Kandungan gizi produk tuna sirip kuning sebesar 1,01 gram.
beku yang terdapat di PT. Awindo International
berdasarkan label yang tertera pada produk 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dapat dilihat pada Tabel 1. 4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari
Tabel 1. Komposisi Gizi Ikan Tuna Sirip pelaksanaan PKL di PT. Awindo International
Kuning Beku ada beberapa hal. Proses pembekuan ikan tuna
Serving Size 4 oz Raw (113 grams) sirip kuning (Thunnus albacares) melalui beberapa
Serving per Container Varies tahapan yaitu penerimaan bahan baku,
pencucian I, pemotongan kepala, pencucian II,
Amount per Serving pemotongan loin, pembuangan daging merah,
Calories 120 Calories From Fat pembuangan kulit, trimming (perapihan),
0 penimbangan dan grading, pemvakuman, packing,
% Daily Value penyimpanan beku dan stuffing export. Metode
Total Fat 0.5 g 1% pembekuan yang dipakai adalah Air Blast
Saturated Fat 0g 0% Freezing (ABF) dengan refrigeran yang
Trans Fat 0g digunakan adalah Freon. Suhu pembekuan yang
Cholesterol 45 mg 15% digunakan yaitu -35oC sampai -30oC dengan
Sodium 50 mg 2% kapasitas masing-masing ruangan ABF sebesar
Total Carbohydrates 0 g 0% 20 ton.
Dietetary Fiber 0g 0% PT. Awindo International menggunakan
Sugar 0g tipe product layout, yaitu penyusunan mesin dan
Protein 28g peralatan sesuai dengan aliran proses produksi.
Vitamin A 2% Vitamin C 0% Semua mesin dan peralatan pada perusahaan ini
Calcium 0% Iron 4% disusun menurut urutan proses mulai dari
produk yang akan diolah sampai dengan proses
% Daily Values are based on a 2000 calorie penyimpanan. Sanitasi dan higiene merupakan
diet. Your daily values maybe higher or lower hal yang sangat penting karena hal itu
depending on your calorie needs merupakan salah satu syarat adanya
implementasi jaminan mutu pangan.
Sedangkan kandungan gizi ikan tuna PT. Awindo International dalam
menurut Suryani et al. (2007) dapat dilihat pada menerapkan sanitasi dan higiene dinilai sudah
Tabel 2. baik dan memenuhi standar internasional untuk
layak ekspor. Akan tetapi perlu pengawasan
Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Ikan Tuna yang lebih serius terhadap karyawan produksi
Komponen Zat Gizi Ikan Tuna karena terkadang karyawan bertindak ceroboh
Air (g) 70,58 dan mengabaikan prinsip sanitasi. Penanganan
Protein (g) 22 limbah cair di PT. Awindo International dikelola
Mineral (g) 10,3 oleh PPPS Nizam Zachman sedangkan limbah
Lemak (g) 1,01 padat seperti kepala, tulang, kulit dan daging
Karbohidrat (g) 0 merah dijual kembali.
8

4.2. Saran Miazwir. 2012. Analisis Aspek Biologi


Saran yang dapat diberikan kepada PT. Reproduksi Tuna Sirip Kuning
Awindo International adalah para karyawan (Thunnus albacares) yang
produksi sebaiknya selalu diberi pelatihan dan Tertangkap di Samudera Hindia
pengawasan terhadap pentingnya sanitasi dan (Tesis). Universitas Indonesia. Jakarta.
higiene sehingga karyawan dapat lebih disiplin hlm 20
dalam penerapan sanitasi saat diawasi maupun Putri, F. N. A., Agustin K. W., dan Harsojo.
tidak diawasi QC. Hal ini bertujuan agar produk 2014. Aplikasi Teknologi Iradiasi
yang dihasilkan lebih terstandarisasi mutunya Gamma dan Penyimpanan Beku
dan meminimalisasi komplain dari pembeli. sebagai Upaya Penurunan Bakteri
Selain itu, sistem pengamanan, sanitasi dan Patogen pada Seafood: Kajian
higiene yang telah diterapkan dengan baik saat Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3
ini agar tetap dipertahankan atau dikembangkan (2): 345-352
sesuai dengan keadaan yang ada. Sedangkan Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian
untuk mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan Kualitatif. Grasindo Widiasarana
yang akan melaksanakan kegiatan PKL di PT. Indonesia. Jakarta. hlm 62
Awindo International disarankan untuk Rao, D. N. dan N. M. Sachindra. 2002.
mengambil topik tentang penanganan limbah Modified Atmosphere and Vacuum
padat maupun cair, kesetimbangan alur proses, Packaging of Meat and Poultry
serta pelaksanaan HACCP dan GMP di Products. Food Reviews International 18 (4)
perusahaan ini. SNI 2729: 2013. Ikan Segar. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Suryani A., Erlina H., dan Encep H. 2007.
Membuat Aneka Abon. Penebar
Aberoumand, A. dan Hossein J. 2010. Storage Swadaya. Jakarta.
Quality and Chemical and Structural
Changes of Fresh and Frozen-
Thawed Fish. World Journal of Fish
Marine Sciences 2 (3): 251-253
Afrianto dan Liviawaty. 2005. Pengawetan dan
Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta. hlm 17
Barbosa-Canovas, G. V., Bilge A, Danilo J. M..
2005. Freezing of Fruits and
Vegetables: An Agribusiness
Alternative for Rural and Semi-rural
Areas. FAO Agricultural Services Bulletin
158
Buckle, K. A., R. E. Edwards., G. H. Fleet., dan
M. Wooton. 2007. Ilmu Gizi. UI Press.
Jakarta.
Cramer, M. M. 2013. Food Plant Sanitation:
Design, Maintenance, and Good
Manufacturing Practices. CRC Press.
Florida. p 136
Heruwati, E. S. 2002. Pengolahan Ikan Secara
Tradisional: Prospek dan Peluang
Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian
21 (2): 92-99
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012.
Ekspor Tuna Meningkat (Online)
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/
c/8029/Ekspor-Tuna-Meningkat/
(diakses pada 25 September 2014)
Marriott, N. G. dan Robert B. G. 2006.
Principles of Food Sanitation. New
York: Springer. p 3

Você também pode gostar