Você está na página 1de 15

Borang Portofolio I (Kasus Medik)

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Uni Insyirah


No. ID dan Nama Wahana:/ Perawatan Dahlia RSUD Arifin Nu’mang
Topik: Hemoroid Interna Grade IV
Tanggal (kasus) : 09 Januari 2018
Nama Pasien : Tn.P No. RM : 036715
Tanggal Presentasi : Pendamping: dr.
Tempat Presentasi: RSUD Arifin Nu’mang
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Laki-laki, 45 tahun, benjolan pada anus yang dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu,
benjolan menetap sejak 2 bulan terakhir, dan tidak dapat masuk kembali, nyeri saat BAB, setiap
BAB disertai darah, darah berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feses.
Tujuan: Melakukan penanganan awal dalam rangka life saving pasien sesak nafas.
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. P No.Registrasi:


Nama klinik RSUD Arifin Nu’mang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: benjolan pada anus yang dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu.
Benjolan awalnya kecil yang semakin lama semakin membesar. Benjolan terasa sakit dan
tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri
disekitar anus, kadang keluar darah merah segar menetes di akhir BAB, tidak bercampur
dengan feses dan tidak berlendir. Benjolan awalnya masih bisa keluar masuk dengan
sendirinya, namun sejak ± 2 bulan SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien dan tidak
dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan ibu jari pasien. Pasien mengeluh BAB tidak
teratur, BAB terkadang 2 kali seminggu.
2. Riwayat pengobatan: (-)
3. Riwayat kesehatan/penyakit: riwayat keluhan yang sama (+), riwayat sulit saat BAB (+),
riwayat kebiasaan jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (+)
4. Riwayat keluarga: riwayat penyakit ayah (-), ibu (-)
5. Riwayat pekerjaan: (-)
Lain-lain: riwayat duduk lama (+)

Daftar Pustaka:
1. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
hal 587-90.
2. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
Hasil pembelajaran:
1. Penanganan awal dan life saving kasus hemoroid
2. Edukasi pasien mengenai hemoroid

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Benjolan pada anus yang dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya kecil
yang semakin lama semakin membesar. Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat
jalan maupun duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri disekitar anus,
kadang keluar darah merah segar menetes di akhir BAB, tidak bercampur dengan
feses dan tidak berlendir. Benjolan awalnya masih bisa keluar masuk dengan
sendirinya, namun sejak ± 2 bulan SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien
dan tidak dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan ibu jari pasien. Pasien
mengeluh BAB tidak teratur, BAB terkadang 2 kali seminggu. .
 Demam (-), riwayat demam (-), batuk (-), mual (-), nyeri ulu hati (-)
 BAK : kesan lancar
 Nafsu makan menurun (-)

2. Obyektif:
a. Status Generalis :
Sakit Sedang/Gizi baik/Compos Mentis/GCS (E4M6V5)
b. Status Vitalis :
- TD = 120/80 mmHg
- N= 80 x/menit
- P= 20 x/menit (Thoracoabdominal)
- S= 36,5 °C (axilla)
c. Kepala :
- Anemis (-/-),
- Ikterus (-/-),
- Sianosis (-),
d. Leher :
- Pembesaran kelenjar tiroid (-),
- Massa tumor (-),
- Nyeri tekan (-),
- Deviasi trachea (-),
- Pembesaran kelenjar getahbening (-),
e. Thorax :
- I= Simetris (ki=ka), mengikuti gerak napas, reguler, jejas (-)
- P= Nyeri tekan (-), massa tumor (-), krepitasi (-)
- P= Sonor ki=ka, batas paru hepar ICS V dextra anterior.
- A=Bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
f. Jantung :
- I= Ictus cordis tidak nampak
- P= Ictus cordis sulit teraba
- P= Batas jantung normal, pekak relatif
Batas kanan atas ICS II linea sternalis lateralis dextra,
Batas kanan bawah ICS V linea parastenalis dextra
Batas kiri atas ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah ICS V linea mediocalvicularissinistra.
- A= BJ I/II murni reguler.
g. Abdomen :
- I= Datar, ikut gerak napas.
- A= Peristaltik (+) kesan normal.
- P= Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
- P= Timpani (+), acites (-)
h. Ektremitas :
- Edema (-/-), deformitas (-/-), krepitasi (-/-) , fraktur (-/-)
Status Lokalis :
Regio anus
Inspeksi : Benjolan arah jam 3, berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus
dengan ukuran ± 2 x 2 x 2 cm.
Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan, batas tegas, permukaan
rata, tidak dapat direposisi (dimasukkan kembali).

3. Assesment:
Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan adanya benjolan pada anus yang
dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar.
Nyeri saat BAB, BAB disertai darah merah segar menetes di akhir BAB dan tidak bercampur
dengan feses. Benjolan awalnya masih bisa keluar masuk dengan sendirinya, namun sejak ± 2
bulan SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien dan tidak dapat masuk kembali
walaupun dengan bantuan ibu jari pasien. Dari pemeriksaan fisis di dapatkan pada
pemeriksaan inspeksi anal didapatkan adanya benjolan arah jam 3, berbentuk bulat berwarna
kemerahan di sekitar anus dengan ukuran ± 2 x 2 x 2 cm. Pada palpasi didapatkan adanya
nyeri tekan, konsistensi kenyal, mudah digerakkkan, batas tegas, permukaan rata, tidak dapat
direposisi (dimasukkan kembali).

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, pasien didiagnosis dengan Hemoroid


Interna Grade IV. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan
pembengkakan submukosa pada lubang anus. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.

Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa
rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular
ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari “hemoroid adalah dilatasi varikosus
vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior”.

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis
di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat
lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak
dan otot di sekitar anorektal.
Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Hemoroid
interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer,
yaitu kanan depan (jam 7), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang
lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Sedangkan hemoroid eksterna
merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Hemoroid eksterna yang merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea
dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Sesuai istilah yang
digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid
eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya
ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui
daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.

Gambar 1. Klasfikasi hemoroid


Hemoroid interna sendiri diklasifikasikan lagi menjadi 4 derajat, yaitu :
- Derajat I
Terjadi varises/pelebaran vena tetapi belum ada benjolan/prolaps saat defekasi.
- Derajat II
Adanya perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan selama defekasi
berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara spontan.
- Derajat III
Sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat kembali secara spontan dan
harus didorong (reposisi manual).
- Derajat IV
Prolaps tidak dapat direduksi/inkarserasi.

Gambar 2. Derajat hemoroid eksterna


Hemoroid sering terjadi pada dewasa dengan umur 45 sampai dengan 65 tahun . Di
Amerika Serikat, hemoroid adalah penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan umur
45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa.
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis
yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain faktor
mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak
memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban duduk sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan
(adanya penekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi
kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum
air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/mobilitas.
Hemoroid memiliki faktor resiko yang cukup banyak antara lain kurangnya mobilisasi,
konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang memakan makanan
berserat (sayur dan buah), kehamilan, penyakit yang meningkatkan tekanan intraabdomen
(tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati.
Konstipasi merupakan etiologi hemoroid yang paling sering. Konstipasi terjadi apabila
feses menjadi terlalu kering, yang timbul karena defekasi yang tertunda terlalu lama. Jika isi
kolon tertahan dalam waktu lebih lama dari normal, jumlah H2O yang diserap akan melebihi
normal, sehingga feses menjadi kering dan keras.
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya
dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang
mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma
oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur
dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Patofisologi terjadi hemoroid adalah anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi
bantalan (cushion) atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh
jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap
bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular
tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia. Efek
degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan dengan
usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan meningkatkan
tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang
mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin
membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika
buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra
abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma
mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya.
Pleksus hemorroidalis merupakan sistem arteriovenous anastomosis yang terletak
didaerah submukosa kanalis analis. Terdapat dua buah pleksus yaitu pleksus hemorroidalis
internal dan eksternal yang terpisah satu dengan yang lainnya, sebagai batas adalah linea
dentata. Ada 3 hal yang penting untuk diketahui, yaitu pertama adalah mukosa rektum atau
mukosa anodermal, kemudian stroma jaringan yang berisi pembuluh darah,otot polos dan
jaringan ikat penunjang serta ketiga adalah angkar(anchor) yang akan melindungi pleksus
hemorroid dari mekanisme kerja sfinkter ani. Dengan bertambah usia dan berbagai faktor
perburuk (seperti bendungan sistim porta, kehamilan, PPOK, konstipasi kronik, keadaan
yang menimbulkan tekanan intrapelvis meningkat) maka jaringan penunjang dan jangkar
tersebut dapat menjadi rusak akibatnya pleksus akan menonjol dan turun dan memberikan
simptom. Teori lain menyatakan bahwa hemorroid ini mirip dengan suatu AV malformation,
ini dibuktikan dengan adanya perdarahan yang berwarna merah (bukan hitam) seperti
perdarahan arterial. Teori terakir menyatakan bahwa defek utama merupakan kombinasi dari
lemahnya jaringan penyokong pleksus hemorroidalis – hipertrofi dari otot sfinkter ani. Pada
beberapa individu sfinkter ani interna hipertrofi sehingga kanalis analis makin menyempit,
pada saat mengedan terjadi kongesti, bolus feses menekan pleksus kebawah melalui sfinkter
yang hipertrofi, terjadi kongesti dan menjadi simptomatik. Dalam hal ini akan terjadi
sirkulus vitiosus yaitu; Penonjolan pleksus submukosa akan menimbulkan kanalis analis
menjadi kaku hal ini merangsang sfinkter menjadi lebih kencang sehingga kongesti aliran
darah menjadi semakin berat dan akhirnya penonjolan semakin besar.
Pemeriksaan penunjang :
a) Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

b) Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.

c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.

Penatalaksanaan
a) Terapi non bedah
1) Farmakologi dan Diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua
dapat ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur
dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun
lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
berlebihan.

Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang


bermakna kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang
mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali
secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri (Sjamjuhidajat, 2004).

2) Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa
dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan
dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.Penyulit penyuntikan
termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan


merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak
tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps (Sjamjuhidajat, 2004).

3) Ligasi dengan gelang karet


Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa
di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi
hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu 2 – 4 minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 – 10 hari (Sjamjuhidajat, 2004).

4) Krioterapi / bedah beku


Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin
diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini.
Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik.
Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel

5) Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )


Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid
tidak mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan
hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis

6) Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah


Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan

7) Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.

8) Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar


Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu
menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan
sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi.
Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi
dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul
kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami
perdarahan.

b) Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang


hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter
anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena
telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa (Mansjur, 2010)

Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan
bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).

1) Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi


elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal
dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa
rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit
daripada mengambil terlalu banyak jaringan (Mansjur, 2010).

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.


Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan
stenosis (Sjamsuhidajat, 2004).

2) Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan
dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf
rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional,
saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.

Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka
bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan
mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan (Linchan, 1997)

3) Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun
1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran


anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya
cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid
dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih
diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

Gambar 3. Stapler

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian
alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak


mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.Meskipun
jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

Plan : (-)
Usulan Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Rutin : Leukosit, Hb, Trombosit, CT/BT
• Pemeriksaan Radiologi  Foto Thorax
• Pemeriksaan EKG
• Pemeriksaan anoskopi dan Proktosigmoidoskopi
• Pro Hemoroidektomi
Diagnosis:
Hemoroid Interna Grade IV
Penatalaksanaan:
Non medikamentosa :
1. Edukasi untuk dilakukan tindakan operasi Hemoroidektomi
2. Perbaiki gaya hidup dengan :
- Banyak makan makanan berserat
- Banyak minum air putih
- Banyak olahraga

Medikamentosa :

- Ardium tab 3x1


- Asam traneksamat 3x1
- Asam mefenamat 3x1
- Ranitidin 2x1

1. Pendidikan : Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.


- Hindari mengedan terlalu kuat saat buang air besar.
- Cegah konstipasi dengan banyak mengonsumsi makanan kaya serat (sayur dan buah
serta kacang-kacangan) serta banyak minum air putih minimal delapan gelas sehari
untuk melancarkan defekasi.
- Jangan duduk terlalu lama.
- Senam/olahraga rutin.
Konsultasi : (-)
Rujukan : (-)
Kontrol : (-)

Sidrap, Januari 2018

Peserta, Pendamping,

dr. Uni Insyirah dr. Ernie Rahbiah, MPH

Você também pode gostar