Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Daftar Pustaka:
1. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
hal 587-90.
2. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
Hasil pembelajaran:
1. Penanganan awal dan life saving kasus hemoroid
2. Edukasi pasien mengenai hemoroid
1. Subyektif:
Benjolan pada anus yang dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya kecil
yang semakin lama semakin membesar. Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat
jalan maupun duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri disekitar anus,
kadang keluar darah merah segar menetes di akhir BAB, tidak bercampur dengan
feses dan tidak berlendir. Benjolan awalnya masih bisa keluar masuk dengan
sendirinya, namun sejak ± 2 bulan SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien
dan tidak dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan ibu jari pasien. Pasien
mengeluh BAB tidak teratur, BAB terkadang 2 kali seminggu. .
Demam (-), riwayat demam (-), batuk (-), mual (-), nyeri ulu hati (-)
BAK : kesan lancar
Nafsu makan menurun (-)
2. Obyektif:
a. Status Generalis :
Sakit Sedang/Gizi baik/Compos Mentis/GCS (E4M6V5)
b. Status Vitalis :
- TD = 120/80 mmHg
- N= 80 x/menit
- P= 20 x/menit (Thoracoabdominal)
- S= 36,5 °C (axilla)
c. Kepala :
- Anemis (-/-),
- Ikterus (-/-),
- Sianosis (-),
d. Leher :
- Pembesaran kelenjar tiroid (-),
- Massa tumor (-),
- Nyeri tekan (-),
- Deviasi trachea (-),
- Pembesaran kelenjar getahbening (-),
e. Thorax :
- I= Simetris (ki=ka), mengikuti gerak napas, reguler, jejas (-)
- P= Nyeri tekan (-), massa tumor (-), krepitasi (-)
- P= Sonor ki=ka, batas paru hepar ICS V dextra anterior.
- A=Bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
f. Jantung :
- I= Ictus cordis tidak nampak
- P= Ictus cordis sulit teraba
- P= Batas jantung normal, pekak relatif
Batas kanan atas ICS II linea sternalis lateralis dextra,
Batas kanan bawah ICS V linea parastenalis dextra
Batas kiri atas ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah ICS V linea mediocalvicularissinistra.
- A= BJ I/II murni reguler.
g. Abdomen :
- I= Datar, ikut gerak napas.
- A= Peristaltik (+) kesan normal.
- P= Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
- P= Timpani (+), acites (-)
h. Ektremitas :
- Edema (-/-), deformitas (-/-), krepitasi (-/-) , fraktur (-/-)
Status Lokalis :
Regio anus
Inspeksi : Benjolan arah jam 3, berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus
dengan ukuran ± 2 x 2 x 2 cm.
Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan, batas tegas, permukaan
rata, tidak dapat direposisi (dimasukkan kembali).
3. Assesment:
Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan adanya benjolan pada anus yang
dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar.
Nyeri saat BAB, BAB disertai darah merah segar menetes di akhir BAB dan tidak bercampur
dengan feses. Benjolan awalnya masih bisa keluar masuk dengan sendirinya, namun sejak ± 2
bulan SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien dan tidak dapat masuk kembali
walaupun dengan bantuan ibu jari pasien. Dari pemeriksaan fisis di dapatkan pada
pemeriksaan inspeksi anal didapatkan adanya benjolan arah jam 3, berbentuk bulat berwarna
kemerahan di sekitar anus dengan ukuran ± 2 x 2 x 2 cm. Pada palpasi didapatkan adanya
nyeri tekan, konsistensi kenyal, mudah digerakkkan, batas tegas, permukaan rata, tidak dapat
direposisi (dimasukkan kembali).
Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa
rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular
ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari “hemoroid adalah dilatasi varikosus
vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior”.
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis
di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat
lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak
dan otot di sekitar anorektal.
Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Hemoroid
interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer,
yaitu kanan depan (jam 7), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang
lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Sedangkan hemoroid eksterna
merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Hemoroid eksterna yang merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea
dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Sesuai istilah yang
digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid
eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya
ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui
daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
b) Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.
c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.
Penatalaksanaan
a) Terapi non bedah
1) Farmakologi dan Diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua
dapat ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur
dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun
lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
berlebihan.
2) Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa
dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan
dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.Penyulit penyuntikan
termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 – 10 hari (Sjamjuhidajat, 2004).
7) Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
b) Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan
bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
1) Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa
rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit
daripada mengambil terlalu banyak jaringan (Mansjur, 2010).
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
2) Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan
dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf
rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional,
saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka
bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan
mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan (Linchan, 1997)
3) Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun
1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Gambar 3. Stapler
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian
alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
Plan : (-)
Usulan Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Rutin : Leukosit, Hb, Trombosit, CT/BT
• Pemeriksaan Radiologi Foto Thorax
• Pemeriksaan EKG
• Pemeriksaan anoskopi dan Proktosigmoidoskopi
• Pro Hemoroidektomi
Diagnosis:
Hemoroid Interna Grade IV
Penatalaksanaan:
Non medikamentosa :
1. Edukasi untuk dilakukan tindakan operasi Hemoroidektomi
2. Perbaiki gaya hidup dengan :
- Banyak makan makanan berserat
- Banyak minum air putih
- Banyak olahraga
Medikamentosa :
Peserta, Pendamping,