Você está na página 1de 13

MAKALAH BIOLOGI SEL

APOPTOSIS (KEMATIAN SEL TERPROGRAM)

Oleh :
Siti Aisyah
181610101017

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


drg. Dessy Rachmawati, M.Kes., Ph.D.
drg. Amandia Dewi P. Shita, M.Biomed.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu pada waktunya. Makalah ini
membahas mengenai Apoptosis (Kematian Sel Terprogram). Adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Biologi Sel.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada drg.
Dessy Rachmawati, M.Kes., Ph.D. dan drg. Amandia Dewi P. Shita, M.Biomed. selaku dosen
pengampu mata kuliah biologi sel yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga
terselesainya penyusunan makalah ini.
Dalam tugas yang diberikan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan dari pada yang diharapkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil penyusul makhluk hidup, sehingga sel juga
disebut sebagai kesatuan struktural yang berarti bahwa makhluk hidup itu terdiri atas
sel-sel. Sel memiliki masa hidup tertentu, ada yang berumur pendek namun juga ada
yang umurnya sangat panjang. Beberapa faktor dapat menjadi alasan kematian, yaitu
akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar.
Kematian sel dapat berupa nekrosis atau apoptosis. Nekrosis adalah kematian
sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh. Nekrosis biasanya
disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Sedangkan apoptosis adalah
mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting dalam berbagai proses
biologi. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk kematian sel sebagai
akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian
rupa yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu
organisme. Contohnya adalah pada diferensiasi jari manusia selama perkembangan
embrio membutuhkan sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat
terpisah.

II. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Apakah pengertian dari apoptosis?
b. Apa saja penyebab apoptosis?
c. Bagaimana ciri-ciri sel apoptosis?
d. Apakah perbedaan antara apoptosis dan nekrosis?
e. Bagaimana mekanisme apoptosis?
f. Apa saja contoh peristiwa apoptosis?

III. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian apoptosis.
b. Untuk menjelaskan penyebab apoptosis.
c. Untuk mengetahui ciri-ciri sel apoptosis.
d. Untuk menjelaskan perbedaan antara apoptosis dan nekrosis.
e. Untuk menjelaskan mekanisme terjadinya apoptosis.
f. Untuk mengetahui contoh-contoh peristiwa apoptosis.

IV. Manfaat
a. Mengetahui pengertian apoptosis.
b. Menjelaskan penyebab apoptosis.
c. Mengetahui ciri-ciri sel apoptosis.
d. Menjelaskan perbedaan antara apoptosis dan nekrosis.
e. Menjelaskan mekanisme terjadinya apoptosis.
f. Mengetahui contoh-contoh peristiwa apoptosis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sejak awal tahun 1990, penelitian mengenai apoptosis berkembang dengan pesat.
Penelitian mengenai apoptosis dimulai dengan studi pada Caenorhabditis elegans. Cacing
dewasa memiliki 1000 sel, di mana selama perkembangannya ada 131 sel yang mati. Ada 2
bentuk mutasi ditemukan yaitu ced 3 dan ced 4. Sekuen ced 3 homolog dengan Interleukin
Converting Enzyme (ICE) yang dibutuhkan untuk aktivasi proteolitik dari prekursor
interleukin 1, di mana selama aktivasi ada hormon tertentu yang dilepaskan oleh sel imun
tertentu yang dapat memacu terjadinya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa proteolisis
dibutuhkan untuk apoptosis.
Apoptosis adalah bentuk kematian sel yang terpogram (programmed cell death) yang
dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apoptosis dapat direspons secara fisologis,
adaptif dan patologis. Apoptosis disebabkan oleh suatu stimulus dengan dosis yang relatif
kecil dibandingkan stimulus yang menyebabkan nekrosis. Apoptosis merupakan proses yang
normal pada embriogenesis dan homeostasis untuk kelangsungan hidup organisme. Melalui
proses apoptosis, sel yang rusak akan dieliminasi, sedangkan sel yang masih berfungsi baik
akan dibiarkan tetap berproliferasi sehingga dapat melindungi organisme atau tubuh dari
kerusakan. Apoptosis dikendalikan oleh berbagai protein dalam sel terutama adalah
kelompok protein Bcl-2. Kelompok protein Bcl-2 terdiri dari protein pro-apoptosis seperti
Bax, Bad dan Bid; dan protein anti-apoptosis seperti Bcl-2 dan Bcl-x. Kontrol yang hilang
pada proses apoptosis mempunyai peran penting pada proses tranformasi keganasan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Apoptosis
Kata apoptosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti gugurnya kelopak bunga
atau daun dari pohon. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Kerr, Wyllie, dan Currie
tahun 1972 untuk menggambarkan kematian sel yang terprogram atau lebih dikenal
dengan Programmed Cell Death (PCD). Kematian sel, khususnya apoptosis merupakan
salah satu proses yang penting karena apoptosis tidak hanya menggambarkan patogenesis
suatu penyakit, namun juga dapat memberikan petunjuk cara pengobatan penyakit.
B. Penyebab Apoptosis
Penyebab apoptosis terbagi atas dua, yakni penyebab fisiologis, seperti pada
perkembangan embrionik saat pembentukan jaringan, involusi fisiologis seperti luruhnya
endometrium saat menstruasi, kehancuran sel epitel normal yang diiringi penggantian
proliferasi sel kulit baru, involusi kelenjar timus saat usia kanak-kanak. Penyebab
patologis diantaranya obat anti kanker, graft versus host disease, kematian sel CD-4
dalam Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), virus yang memicu kematian sel
seperti Hepatitis B atau C, radiasi, hipoksia, degenerasi sel seperti Alzheimer dan
Parkinson, serta kematian sel akibat infark miokardium.
C. Ciri-Ciri Sel Apoptosis
1. Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspase yang telah
diaktifkan di dalam sel.
2. Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai
mengalami degradasi dan kondensasi.
3. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada tahap
ini, membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun caspase
tertentu telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai mendegradasi
lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.
4. Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya terfragmentasi
(proses ini dikenal dengan karioreksis). Inti sel pecah melepaskan berbagai bentuk
kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan degradasi DNA.
5. Plasma membran mengalami blebbing.
6. Sel tersebut kemudian di ’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung yang
disebut apoptotic bodies dan kemudian di ‘makan’.
D. Perbedaan Nekrosis dan Apoptosis
Dalam apoptosis, sel adalah peserta aktif dalam kehancurannya sendiri. Jenis
kematian sel ini dikendalikan, bergantung pada energi dan dapat mempengaruhi individu
atau sekelompok sel. Sebaliknya, "Nekrosis" dianggap sebagai proses beracun di mana
sel adalah korban pasif, mengikuti mode kematian yang bebas energi dan biasanya
mempengaruhi bidang sel besar. (Elmore S 2000) Meskipun apoptosis dan necrosis
berbeda dalam mekanisme mereka, ada bukti yang menunjukkan bahwa keduanya
mewakili ekspresi morfologis dari jaringan biokimia bersama yang dikenal sebagai
"Apoptosis-Necrosis Continum". (Zeiss CJ 2003).

Tabel 1: Menampilkan Perbedaan antara Apoptosis dan Nekrosis


(Elmore S 2000, Roche) (Dimodifikasi)
Apoptosis Nekrosis
Aspek Fisiologis
Mempengaruhi sel individu atau sekelompok Mempengaruhi sel-sel yang sering
sel berdekatan
Ditimbulkan oleh fisiologis serta rangsangan Diinduksi oleh gangguan non-fisiologis
patologis (hipoksia, racun, virus iskemia, dll)
Fagositosis oleh makrofag atau sel lain
Fagositosis oleh makrofag saja
(parenkim atau neoplastik)
Terkait dengan respon inflamasi yang
Tidak berhubungan dengan peradangan
signifikan
Aspek Morfologi
Keutuhan diawetkan dengan blebbing dari
Hilangnya keutuhan membran
membran plasma utuh
Penyusutan sel dan konvolusi dengan
Pembengkakan sel dengan gangguan organel
organel-organel sebenarnya
Piknosis dan karioreksis Kariolisis, piknosis, lisis lengkap
Pembentukan vesikel yang terikat membran
Tidak ada formasi vesikel, lisis lengkap
(badan apoptosis)
Sitoplasma dengan organel yang disimpan
Sitoplasma dilepaskan
dalam tubuh apoptosis
Aspek Biokimia
Proses tidak tergantung energi (ATP tidak
Proses tergantung energi (diperlukan ATP)
diperlukan)
Hilangnya sementara potensi membran Hilangnya potensial membran mitokondria
mitokondria secara permanen
Tergantung caspase Tidak tergantung caspase
pH sel bersifat asam pH sel tidak berubah
Eksteriorisasi phosphatidylserine (PD) dari
dalam ke luar permukaan dari membran Tidak berubah
plasma
Mono non-acak dan fragmen panjang
Pencernaan acak DNA (membunuh DNA
oligonukleosomal DNA (pola tangga setelah
setelah elektroforesis gel agarosa)
elektroforesis gel agarosa)
Sebelum fragmentasi DNA litik Pasca fragmentasi DNA litik

Gambar 1: Perbedaan antara Apoptosis dan Nekrosis

E. Mekanisme Apoptosis
Tahap awal apoptosis ditandai ekspresi Phosphatidylserine (PS) yang terlempar keluar
dari lapisan dalam ke lapisan luar membran sel. Badan apoptotik yang terbentuk di akhir
apoptosis menyebabkan sel mati ini dapat dikenali oleh makrofag tanpa dilepaskannya
komponen pro-inflamatori selular. Pemecahan DNA membentuk 50 hingga 300 kilobasa
bagian. Tahap akhir apoptosis menimbulkan pemecahan DNA internukleosomal menjadi
oligonukleosomal dari 80 hingga 200 pasangan dasar oleh endonuklease. Gambaran khas
apoptosis lain adalah aktivasi caspase. Huruf “c” atau Cys dari caspase menunjukkan
protease sistein, sedangkan “aspase” berarti bagian unik enzim yang membelah pada
terminal C pada residu Asp. Aktivasi caspase menyebabkan keluarnya protein vital
selular dan memecah perancah nuklear serta kerangka dinding sel. Regulator apoptosis
yang lain adalah anggota famili Bcl-2. Saat ini ada 18 anggota famili Bcl2 yang telah
diidentifikasi, dan dibagi ke dalam dua grup berdasarkan strukturnya. Anggota grup
pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL yang berfungsi sebagai protein anti-apoptosis.
Anggota grup kedua diwakili oleh subfamili Bax dan Bcl-2 associated killer (Bak), serta
subfamili a novel BH3 domain-only death agonist (Bid) dan the Bcl-2 associated death
molecule (Bad), sebagai protein pro-apoptosis.
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besar apoptosis dibagi
menjadi empat tahap, yakni adanya sinyal kematian (penginduksi apoptosis) yang
bersifat fisiologis (hormon dan sitokin), biologis (virus, bakteri, parasit), kimia (obat),
atau fisik (radiasi dan toksin). Tahap kedua adalah tahap integrasi atau pengaturan
(transduksi signal, induksi gen apoptosis yang berhubungan), selanjutnya adalah tahap
pelaksanaan apoptosis yakni terjadi perubahan morfologi dan kimia (degradasi DNA,
pembongkaran sel, pembentukan badan apoptotik). Tahap terakhir adalah tahap
fagositosis atau eliminasi oleh makrofag, dendritik atau sel yang berdekatan dengan sel
apoptosis. Peristiwa apoptosis melibatkan adanya pemadatan inti sel, pemadatan dan
pembagian sitoplasma ke dalam selaput ikat badan apoptotis, dan kerusakan kromosom
ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom.
F. Contoh-Contoh Peristiwa Apoptosis
Beberapa contoh peristiwa apoptosis adalah perkembangan embrionik saat
pembentukan jaringan, involusi fisiologis seperti luruhnya endometrium saat menstruasi,
kehancuran sel epitel normal yang diiringi penggantian proliferasi sel kulit baru, serta
involusi kelenjar timus saat usia kanak-kanak.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Apoptosis dianggap sebagai proses aktif yang diatur secara ketat, yang diprakarsai
oleh berbagai rangsangan fisiologis dan patologis, ditandai dengan perubahan morfologi dan
biokimia spesifik yang dimediasi oleh beberapa molekul dan diatur oleh keseimbangan antara
sinyal proapoptotik dan antiapoptotik. Pentingnya memahami mekanisme apoptosis sangat
penting karena telah mendapat peran penting dalam kesehatan dan penyakit. Selain itu,
asosiasi apoptosis pervasif dalam patobiologi penyakit cocok untuk intervensi terapeutik di
banyak titik pemeriksaan yang berbeda.
Daftar Pustaka
Liza Meutia Sari. Apoptosis: Mekanisme Molekuler Kematian Sel. Cakradonya Dent Jurnal,
Vol. 10, No. 2 : 65-70.

Supriyadi. 2008. Evaluasi Apoptosis Sel Odontoblas Akibat Paparan Radiasi Ionisasi.
Indonesian Journal of Dentistry, Vol. 15, No. 1: 71-76.

Megha Jain, Sowmya Kasetty, Samar Khan and Ami Desai. 2014. An Insight to Apoptosis.
Journal of Research and Practice in Dentistry, Vol. 2014.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya
suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
2. Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia,
social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
3. Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi
dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain seperti bidang biologi dan
sosialkultur. 4. Perkembangan antropologi kesehatan biological pole dan sosiocultural
pole memiliki perbedaan masing – masing.
5. Antropologi kesehata memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu memberikan
suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya.
6. Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.
Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus
menguasai berbagai macam latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Vol. 28, No. 4, tahun 2015, hal. 181-187

Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.2, Oktober 2011 ISSN: 2088-981X (KOMUNIKASI
KESEHATAN: PERLUNYA MULTIDISIPLINER DALAM ILMU KOMUNIKASI oleh
Nikmah Hadiati Salisah)

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 12 No. 2 Tahun 2010 (MASALAH-MASALAH


SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA oleh
Rusmin Tumanggor)
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL KOMUNIKASI KESEHATAN 2015 FAKULTAS
ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN Jatinangor, 16 September 2015 -
ISBN 978-602-70603-4-0 “Komunikasi Kesehatan di Indonesia: Prospek, Tantangan, dan
Hambatan”

Notoadmojo 2007, Universitas Sumatera Utara

(sumber : Prof. Dr. dr. H.M. Rusli Nagtimin, MPH. dari Hippo Crates sampai Winslow dan
pengembangan ilmu kesehatan masyarakat selanjutnya. Makassar 2005)

Você também pode gostar