Você está na página 1de 3

Nama : Siti Masita

NIM : 0301173518
Sem/Jurusan : I/PAI-4
Dosen Pengampu : Bu Ismaraidha M.Pdi

ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN

Pemikiran para ahli tentang pendidikan memunculkan berbagai macam aliran


pendidikan. Aliran aliran pendidikan yang dikemukakann para ahli tersebut yaitu aliran
empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi, progresivisme, dan kontruktivisme.

1. Aliran Empiris
Tokoh aliran ini adalah John Locke. aliran ini berpendapat bahwa anak lahir
kedunia tidak mempunyai kemampuan dan bakat. Aliran ini berpendapat bahwa faktor
keturunan tidak berpengaruh pada perkembangan anak. Perkembangan anak itu sama
sekali hanya ditentukan oleh lingkungan atau pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Sehingga aliran ini dipandang sebelah, sebab menurut kenyataan dalam kehidupan
sehari hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya
tidak mendukung.

2. Aliran Nativisme
Tokoh nativisme adalah Schopenhauer, seorang filfsuf Jerman yang hidup pada
tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia sudah
ditentukan faktor-faktor anak sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapan mengubah sifat sifat
pembawaan anak. Kalau pembawaan anak itu jahat maka ia akan menjadi jahat, begitu
juga sebaliknya jika pembawaannya baik, maka ia akan menjadi manusia baik. Jadi kalau
pendapat itu benar, percuma saja ada pendidikan kalau yang jahat tidak akan menjadi
baik.

3. Aliran Naturalisme
Naturalisme dipelopori oleh J.J Rousseau (1712-1778). Naturalisme merupakan
pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme. Aliran ini berpendapat bahwa
setiap anak yang lahir memiliki pembawaan yang baik, dan pembawaan itu akan rusak
karena pengaruh lingkungan. Sehingga aliran ini disebut juga dengan negativisme.
Dengan kata lain aliran ini berpendapat bahwa “anak yang lahir bagaikan kertas putih”.
Jadi intinya, lingkungan atau pengalaman berpengaruh terhadap perubahan atau
perkembangan seorang anak. Jika ia mendapat lingkungan yang jahat maka ia akan
terikut menjadi jahat, namun sebaliknya jika lingkungan serta pengalamannya bagus atau
baik maka ia akan menjadi manusia yang baik dan berkualitas.

4. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran aliran konvergensi adalah Willian Stern, seorang tokoh pendidikan
Jerman yang hidup pada tahun 1871-1939. Aliran ini merupakan kombinasi dari aliran
nativisme dan empirisme. Aliran konvergensi ini berpendapat bahwa setiap anak yang
lahir memiliki bakat atau pembawaan baik dan buruk. Sedangkan perkembangan anak
selanjutnya dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama
sama berperan penting.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang
tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Bakat yang sudah dibawa sejak lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai.
Lebih tegasnya, proses pendidikan adalah hasil kerja sama dari faktor faktor yang dibawa
ketika lahir dengan lingkungan.

5. Aliran Progresivisme
Tokoh aliran progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa
manusia memiliki kemampuan kemampuan yang wajar dan mereka dapat menyelesaikan
masalah yang bersifat menekan atau mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik atau manusia memiliki akal dan
kecerdasan, hal ini sesuai fakta bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki derajat
lebih tinggi dari makhluk lainnya karena diberi akal dan kecerdasan oleh Sang Pencipta.
Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik.

6. Aliran Konstruktivisme

Tokoh aliran konstruktivisme ini adalah Giambatista Vico, seorang epistemiolog


Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Paul
Suparno,1997:24). Bagi vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang
dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui.

Kemudian aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget mengemukakan


bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lainnya.
Pengetahuan itu merupakan suatu proses, bukan suatu barang.

Aliran konstruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari


hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima oleh
pancaindera manusia (Penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba). Jadi,
aliran ini menolak dengan tegas yang namanya transfer ilmu, atau transfer pengetahuan
dari seseorang ke orang lain, karena alasan bahwa ilmu atau pengetahuan itu bukan
merupakan suatu barang yang bisa dipindahkan. Namun harus didapatkan dengan
pengalaman yang diterima oleh pancaindera.

Sumber Buku : Khadir, Abdul. Dasar dasar Pendidikan

Você também pode gostar