Você está na página 1de 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan
yang dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi,
pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong
kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi.
Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-
perubahan anatomi pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari
trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan.Perubahan-perubahan anatomi
tersebut meliputi perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem perkemihan, dan
perubahan sistem muskuloskeletal.
Dari masa kehamilan, persalinan dan nifas tentunya akan mengalami
perbedaan dan perubahan fisiologis pada sistem-sistem yang terjadi di dalamnya,
salah satunya adalah perubahan fisiologis masa kehamilan dan nifas pada sistem
musculoskeletal dan kadiovaskuler. Mengingat adanya perubahan itulah maka
penyusun membuat makalah yang membahas tentang perubahan sistem
musculoskeletal pada masa kehamilan dan nifas.

B. Tujuan
1. Mengetahui sistem musculoskeletal
2. Mengetahui sendi
3. Mengetahui otot
3.1 Mengetahui klasifikasi otot berdasarkan struktur dan lokasi
3.2 Mengetahui perbedaan fungsi 3 macam otot
3.3 Mengetahui apa yang berperan dalam kontraksi otot
3.4 Mengetahui mekanisme dan aktivasi refleks
4. Mengetahui fasia

1
5. Mengetahui hubungan sistem musculoskeletal pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas.
5.1 Sistem musculoskeletal pada masa kehamilan
5.2 Sistem musculoskeletal pada masa persalinan
5.3 Sistem musculoskeletal pada masa nifas

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus


pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan
ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih
50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175).

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari

a. Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligament


b. Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi

2. Skeletal

Skeletal/Rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang -tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sebagai kerangka
tubuh sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sebagai proteksi sistem
muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh
tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum
thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2 bagian besar:
Yaitu Axial dan appendicular :

1. Axial skeletal:
a. Tulang Kepala
Tengkorak otak = 8 buah

3
Tengkorak wajah = 14 buah
Tulang telinga = 6 buah
Tulang Hyoid (Tulang lidah di pangkal leher) = 1 buah

b. Tulang Belakang dan pinggul = 26 buah


c. Kerangka dada = 25 buah
2. Appendicular skeletal/ rangka pendukung gekak :
a. Ekstremitas atas, tulang yang membentuk anggota gerak atas = 64 buah.
b. Ekstremitas bawah, tulang yang membentuk anggota gerak bawah = 62
buah.
3. Sistem skeletal meliputi:
a. Cartilago: tulang rawan, kuat, fleksibel dan relative ringan
b. Osteum: tulang keras, kaku dan lebih berat
c. Articulatio: hubungan 2 tulang atau lebih
4. Fungsi system skeletal:
a. Menentukan bentuk tubuh
b. Menyangga berat badan
c. Melindungi organ visceral
d. Memproduksi sel darah (bagian medulla osseum)
e. Alat gerak pasif, tempat melekatnya otot untuk bekerja
f. Menyimpan mineral kalsium dan fosfor, dikeluarkan bila dibutuhkan.
5. Struktur tulang dewasa terdiri atas:
a. Periosteum: jaringan ikat kuat dan vascular yang melekat erat pada bagian
luar tulang. Periosteum penting untuk penebalan tulang dan perbaikan fraktur.
b. Substantia compacta: lapisan luar tulang yang keras dan padat.
c. Substantia spongiosa: bagian dalam tulang, berbentuk trabecula, tersusun
dalam pola yang memungkinkan untuk menahan berat dan tekanan.
d. Cavitas medularis: berisi medulla osseum, merupakan jaringan pembentuk
darah Terdapat 2 macam perkembangan tulang atau ossifikasi, yaitu:

4
1) Enchondral: terjadi pada tulang panjang, di mana perkembangan
tulang berasal dari kartilago, diubah menjadi tulang
2) Intramembranosa: tulang berkembang langsung dari jaringan ikat.
Contohnya adalah pada tulang-tulang cranium dan os sesamoidea.
6. Klasifikasi tulang berdasarkan bentuk:
a. Os longum: panjang tulang lebih dominan dibanding lebar. Contoh:
humerus, radius, phalanges.
b. Os breve: panjang dan lebar tulang seimbang. Contoh: ossa carpi, ossa tarsi
c. Os planum: tulang berbentuk pipih. Contoh: costae, scapula, sternum.
d. Os irregulare: bentuk tidak beraturan. Contoh: coxae, os sphenoidale.
e. Os pneumaticum: di dalam tulang terdapat rongga udara (sinus). Contoh: os
frontale, os ethmoidale, os maxillare.
3. Sendi
Sendi /Persambungan/ artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari
tulang rangka. Sendi Berdasarkan strukturnya :

a. Fibrosa : hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa


b.Kartilago/tulang rawan : ruang antar sendinya berikatan dengan tulang rawan.
c. Sinovial/sinovial joint : ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan
persendian.
Sendi Berdasarkan Jenis Persambungannya
a. Sinartrosis
Sendi yang terdapat kesinambungan karena di antara kedua ujung tulang yang
bersendi terdapat suatu jaringan, contohnya pada tulang tengkorak
b.Amphiarthrosis
Sendi yang dapat sedikit bergerak, contohnya tulang persendian vertebrae
c. Diartrosis
Sendi terdapat ketidak-sinambungan karena di antara tulang yang bersendi
terdapat rongga (cavum articulare), contohnya sendi panggul, lutut, bahu dan siku

5
4. Otot
Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik (gerak).

1. Sistem otot terdiri dari : Otot, Fascia, Tendon


2. Otot membentuk 43% berat badan; > 1/3-nya merupakan protein tubuh dan
setengahnya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
3. Proses vital di dalam tubuh (seperti. Kontraksi jantung, kontriksi pembuluh
darah, bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot
Fungsi Otot
Sebagai alat gerak aktif, Menyimpan cadangan makanan, Memberi bentuk luar tubuh

4.1 Klasifikasi otot berdasarkan struktur dan lokasi


a. Otot polos
Memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh
(viseral), sumber Ca2+ dari CES, sumber energi terutama dari metabolisme
aerobik, awal kontraksi lambat, kadang mengalami tetani, tahan terhadap
kelelahan.
b. Otot rangka/ otot serat lintang
Memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter),
melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (RS), sumber
energi dari metabolisme aerobik dan anaerobik, awal kontraksi cepat, mengalami
tetani dan cepat lelah
c. Otot jantung
Memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES
& RS, sumber energi dr metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak
mengalami tetani, dan tahan terhadap kelelahan

6
4.2 Perbedaan fungsi 3 macam otot
Ditinjau dari struktur, fungsi, letak, dan beberapa karakteristik lainnya, kita
bisa menemukan beberapa perbedaan otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
Perbedaan-perbedaan tersebut telah kami rangkum dalam bentuk tabel, sebagaimana
disajikan di bawah ini.

OTOT
KARAKTERISTIK OTOT POLOS OTOT LURIK
JANTUNG
Silindris, tidak Silindris,
Gelendong melancip
Bentuk Sel di kedua ujungnya
bercabang di kedua bercabang di
ujungnya kedua ujungnya

Satu di bagian Banyak di bagian Satu di bagian


Nukleus tengah sel tepi sel tengah sel

Miofibril Tidak terlihat Terlihat tidak jelas Terlihat jelas

Kendali Syaraf otonom Syaraf pusat Syaraf otonom

Jenis kerja Involunter Volunter Involunter

Kecepatan Lambat Cepat Sedang

Tidak terasa lelah Terasa lelah saat Tidak terasa lelah


Lama kerja saat bekerja lama bekerja lama saat bekerja lama

Tendon atau
Letak Dinding organ dalam melekat pada Jantung
rangka

Memberikan
gerakan diluar Menggerakkan
Menggerakkan
kehendak, yaitu pada tulang dan
jantung untuk
Fungsi otot pencernaan, melindungi rangka
memompa darah
dinding pembuluh dari benturan
ke seluruh tubuh
darah dan saluran benda keras
pencernaan.

4.3 Yang berperan dalam kontraksi otot


Otot memiliki mekanisme khusus untuk berkontraksi. Kontraksi pada otot
akan memunculkan gerakan. Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang.
Kontraksi otot dikenal dengan nama “model pergeseran filament” (sliding filament
mode)

7
Gambar (a) Kontraksi otot dipicu oleh impuls saraf. (b) Struktur myosin dan aktin
pada saat kontraksi dan relaksasi otot.

Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls,
sinapsis atau daerah hubungan antar saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin.
Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion
kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan tropomyosin yang
menyebabkan adanya sisi aktif pada filament tipis (aktin). Kepala myosin (filament
tebal), segera bergabung dengan filament tipis tepat pada sisi aktif. Gabungan sisi
aktif dengan kepala myosin disebut jembatan penyeberangan (cross bridges).

Gambar : (a) Otot rangka pada vertebrata dari tingkat otot sampai tingkat yang
membangunnya. (b) Posisi aktin dan myosin saat relaksasi dan kontraksi

8
Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan tersebut membebaskan
sejumlah energy dan menyampaikan energy tersebut ke arah filament tipis. Proses ini
menyebabkan filament tipis mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut
yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala myosin akan lepas dari filament tipis.
Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini,
maka filament tipis akan lepas dari filament tebal. Secara keseluruhan otot akan
relaksasi kembali.
Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Jadi,
kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada
rangsangan maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun tropomin dan
tropomyosin tidak memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat
memanjang berelaksasi.
ATP (adenosine trifosfat) merupakan sumber energy bagi otot. Akan tetapi,
jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam waktu beberapa
detik saja. Otot vertebrata mengandung lebih banyak cadangan energy fosfat yang
tinggi berupa kreatin fosfat sehingga akan dibebaskan sejumlah energy yang segera
dipakai untuk membentuk ATP dan ADP.
Persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini harus segera
dipenuhi lagi dengan cara oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat didalam otot
adalah glikogen. Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-fosfat.
Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel yang
berlangsung dalam mitokondria yang menghasilkan ATP.
Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau tidak terus-menerus, glukosa
dapat dioksidasi sempurna menghasilkan CO2 dan H2O dengan respirasi aerob.
Apabila kontraksi otot cukup intensif dan terus menerus maka suplai oksigen oleh
darah ke dalam otot tersebut tidak cepat dan banyak untuk mengoksidasikan glukosa.
Oleh karena itu, penyediaan energy bagi kontraksi otot didapatkan dari proses
respirasi anaerob, suatu proses yang tidak memerlukan oksigen. Keuntungan proses
ini dapat menyediakan energy bagi kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah
energy yang diberikan relative sedikit dibandingkan proses aerob.

9
Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi asam laktat dengan sejumlah
energy. Energy ini digunakan untuk membentuk kembali kreatin fosfat, yang
nantinya dapat menghasilkan energy untuk membentuk ATP dari ADP.
Asam laktat yang tertimbun didalam otot akan segera berdifusi pada sistem
perdarahan darah. Apabila penggunaan otot terus-menerus, pembentukan asam laktat
yang banyak akan menghambat kerja enzim dan menyebabkan kelelahan (fatigue).

4.4 Mekanisme dan Aktivasi Refleks


Gerak refleks merupakan gerak yang berlangsung tanpa disadari terlebih
dahulu. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan. Gerak refleks tidak diolah dahulu oleh otak (tanpa memerlukan
control dari otak).
Gerak refleks pada dasarnya merupakan suatu mekanisme yang bertujuan
menghindari suatu rangsangan yang dapat membahayakan tubuh. Jadi, gerak refleks
adalah gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu oleh kita.
Contoh gerak refleks, misalnya bila telapak tangan kita terkena benda yang
tajam secara tidak sengaja. Secara refleks atau tiba-tiba kita akan menarik tangan kita
dari benda tersebut. Timbulnya gerakan secara refleks tersebut merupakan reaksi
cepat yang tidak disadari terhadap rangsangan.
Mekanisme gerak refleks tersebut adalah bahwa rangsangan (impuls) berupa
rasa sakit yang diterima oleh indera peraba, yaitu telapak tangan. Rangsangan akan
diteruskan ke neuron sensorik. Dari neuron sensorik, rangsangan segera diteruskan ke
neuron asosiasi ( sel saraf penghubung) di sumsum tulang belakang, dan tanpa diolah
didalam otak tanggapan langsung dikirim ke neuron motoric. Selanjutnya dari neuron
motoric, impuls segera disampaikan ke efektor yaitu otot. Dalam contoh gerak refleks
ini, otot memberikan tanggapan dengan menarik tangn kita dari benda tajam tersebut.
Jadi, pada gerak refleks impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas.

10
Contoh gerak refleks : sentakan lutut, sentakan pergelangan kaki, refleks mengedip.

Gambar refleks pada jari yang tersentuh panas tiba-tiba

11
5. Fasia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Yang
demikian disebut fascia dalam.

6. Hubungan Sistem Muskuloskeletal pada Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas


6.1 Sistem Musuloskeletal pada Masa Kehamilan
a. Postur tubuh
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin
betambah. Adaptasi ini mencakupi peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum
system muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Bentuk tubuh ibu
hamil berubah secara bertahap menyesuaikan penambahan berat ibu hamil dan
semakin besarnya janin, menyebabkan postur dan cara berjalan ibu hamil berubah.
Gambar 2 .Postur tubuh perempuan tidak hamil.
( Sumber: Bobak, 2004).

Gambar 3 . (a). Postur tubuh perempuan hamil yang


Salah (b). Postur tubuh perempuan hamil yang benar
( Sumber: Bobak, 2004).

12
Pada Gambar 3 postur ibu hamil hiperlordosis sehingga menyebabkan rasa
cepat lelah dan sakit pada punggung. Postur tubuh hiperlordosis dapat terjadi karena
ibu hamil memakai alas kaki terlalu tinggi sehingga memaksa tubuh untuk
menyesuaikan maka sebaiknya ibu hamil supaya memakai alas kaki yang tipis dan
tidak licin, selain untuk kenyamanan juga mencegah terjadi kecelakaan atau jatuh
terpeleset.
b. Jaringan ikat dan kolagen
Peningkatan hormon seks steroid yang bersirkulasi mengakibatkan terjadinya
jaringan ikat dan jaringan kolagen mengalami perlunakan dan elastisitas berlebihan
sehingga mobiditas sendi panggul mengalami peningkatan dan relaksasi. Derajat
relaksasi bervariasi, simfisis pubis merenggang 4 mm, tulang pubik melunak seperti
tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang coccigis
bergeser kebelakang untuk persiapan persalinan. Otot dinding perut meregang
menyebabkan tonus otot berkurang. Pada kehamilan trimester III otot rektus
abdominus memisah mengakibatkan isi perut menonjol di garis tengah
tubuh,umbilikalis menjadi lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot
secara bertahap kembali tetapi pemisahan otot rekti abdominalis tetap. Di bawah ini
gambar perubahan yang mungkin timbul pada otot rektus abdominalis selama
kehamilan.

Gambar 4. (a) Posisi normal pada perempuan tidak hamil


(b) Diastesis rekti pada ibu hamil (Sumber: Bobak,2004).

13
c. Uterus
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan, yaitu perimetrium, myometrium dan
endometrium. Myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling tebal
yang terdiri dari otot polos. Di dalam serviks, serat otot ini melekat pada serat
kolagen sehingga memungkinkannya untuk meregang hingga dapat mendorong
isinya keluar pada persalinan. Sifat dan letak uterus ditengah-tengah rongga
panggul dipertahankan oleh tonus uterus, ligament-ligamen uterus dan otot-otot
dasar panggul. Ligamentum rotundum/ teres uteri pada waktu kehamilan
mengalami hipertropi dan dapat diraba melalui pemeriksaan luar. Fungsi Ligamen
ini adalah sebagai penggantung puncak vagina dan memelihara uterus dalam posisi
yang normal. Pada perempuan hamil sering mengalami nyeri pada daerah kaki
bawah dikarenakan ligamen rotundum tegang.

6.2 Sistem Musculoskeletal Pada Masa Persalinan


6.2.1 Perubahan Uterus
Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan yang terjadi sebagai
berikut:

14
1. Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen
2. Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)
Selama memasuki fase aktif, uterus berubah menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu:

 Segmen Atas Rahim (SAR): yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan maju, dibentuk oleh corpus uteri. Segmen atas memegang peranan yang aktif
karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan karena
diregang.
Jadi secara singkat segmen atas berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar,
sedangkan segmen bawah dan cerviks mengadakan relaksasi dan dilatasi dan menjadi saluran
yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.

 Segmen Bawah Rahim (SBR): yaitu analog dengan istmus uterus yang melebar dan
menipis. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika umur kehamilan tua dan
kemudian menipis sekali pada saat proses persalinan.
Dengan palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi,
sekalipun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras,
sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang.

• Bagian segmen atas uterus, berkontraksi ke bawah ketika isinya berkurang, tetapi
tegangan miometrium tetap konstan dan tidak berelaksasi. segmen atas uterus yang
aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan
menjadi tebal sekali tepat setelah pelahiran janin.
• Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara
segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut : “Lingkaran
Retraksi yang Fisiologis”.
• Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan
naik mendekati pusat dan disebut : “Lingkaran Retraksi yang Patologis” atau
“Lingkaran Bandl”
Perbedaan SBR dan SAR

Segmen Atas Rahim ( S.A.R.) Segmen Bawah Rahim ( S.B.R. )

15
Bersifat aktif , mendorong janin keluar dari Bersifat pasif, menjadi tempat janin yang
rongganya keluar ari rongga SAR

Isinya makin kurang Isinya makin tambah

Dindingnya makin tebal Dindingnya makin tipis

Gambar pembentukan SAR dan SBR


F. Lingkaran Retraksi
Lingkaran retraksi adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR makin tambah isi dari
SBR makin tipis SBR makin tinggi letak dari lingkaran retraksi.

Apabila kepala janin karena sesuatu hal tidak dapat turun dalam rongga panggul
sehingga tidak mungkin dilahirkan maka isi dari SBR makin lama makin tambah, dindingnya
makin lama makin tipis, lingkaran retraksi maikn tinggi. Lingkaran retraksi yang letaknya
tinggi yaitu yang melampaui tengah-tengah jarak simfisis dan pusat menandakan adanya SBR
yang terlalu teregang dan adanya bahaya robekan dari SBR. Lingkaran retraksi yang
abnormal ini disebut Lingkaran Bandl.

16
Gambar lingkaran bandl

6.2.3. Perubahan Bentuk Rahim


Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk
rahim ini:
1. Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan punggung bayi turun
menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian tertekan Pintu
Atas Panggul.
2. Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang diregang dan
menarik. Segmen bawah rahim dan serviks akibatnya menimbulkan terjadinya
pembukaan serviks sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR).
6.2.4 Faal Ligamentum Rotundum
1. Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
berpindah ke depan mendesak dinding perut depan kearah depan. Perubahan
letak uterus pada waktu kontraksi ini penting karena menyebabkan sumbu
rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.
2. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat
sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.

17
6.3 Sistem Musculoskeletal Pada Masa Nifas
Sistem Muskuloskeletal otot-otot uterus berkontraksi segera setelah
persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
placenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi pulih
kembali ke ukuran normal. Pada sebagian kecil kasus uterus menjadi
retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang pula
wanita mengeluh kandungannya turun. Setelah melahirkan karena ligamen,
fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilitasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya
serat-serat kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus
pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk
sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang
alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan atau senam nifas, bisa dilakukan sejak 2 hari post
partum.
Peritoneum dan Dinding Abdomen Ligamentum latum dan rotundum
memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari peregangan dan
pelonggaran yang terjadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat
elastik pada kulit dan distensi lama pada uterus karena kehamilan, maka
dinding abdomen tetap lunak dan flaksid. Beberapa minggu dibutuhkan oleh
struktur-struktur tersebut untuk kembali menjadi normal. Pemulihan dibantu
oleh latihan. Kecuali untuk stria putih, dinding abdomen biasanya kembali ke
penampilan sebelum hamil. Akan tetapi ketika otot tetap atonik, dinding
abdomen juga tetap melemas. Pemisahan yang jelas otot-otot rektus (diastasis
recti) dapat terjadi (Cunningham et al., 2013).

18
Perubahan yang terjadi pada masa nifas :
6.3.1 Diastesis
Setiap wanita nifas memilki derajat diatesis atau konstitusi (yakni
keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh beraksi secara luar
biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang
itu lebih peka terhadap penyakit-penyakit tertentu). Kemudian demikian juga
adanya rectie/muskulus rektus yang terpisah dari abdomen. Seberapa diatesis
terpisah ini tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi umum dan tonus
otot. Sebagian besar wanita melakukan ambulasi (abulation = bisa berjalan) 4-
8 jam pospartum. Ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi,
meningkatkan involusi dan meningkatkan cara pandang emosional. Relaksasi
dan peningkatan mobilitas artikulasi pelvik terjadi dalam 6 minggu setelah
melahirkan.
Motilisasi (gerakan) dan tonus otot gastrointinal kembali ke keadaan
sebelum hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan. Konstipasi terjadi
umumnya selama periode pospartum awal karena penurunan tonus otot
usus, rasa tidak nyaman pada perineum dan kecemasan. Hemoroid adalah
peristiwa lazim pada periode postpartum awal karena tekanan pada dasar
panggul dan mengejan selama persalinan. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang
banyak, namun sel-selnya sendiri jelas berkurang ukurannya.

gambar diastasis recti


6.3.2 Abdominis dan Peritonium
Akibat peritonium berkontraksi dan ber-retraksi pasca persalinan dan juga
beberapa hari setelah itu, peritonium yang membungkus sebagian besar

19
uterus, membentuk lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum
rotundum sangat lebih kendor dari kondisi sebelum hamil. memerlukan waktu
cukup lama agar dapat kembali normal seperti semula.
Dinding abdomen tetap kendor untuk sementara waktu. Hal ini
disebabkan karena sebagian konsekuensi dari putusnya serat-serat elastis kulit
dan distensi yang berlangsung lama akibat pembesaran uterus selama hamil.
Pemulihannya harus dibantu dengan cara berlatih.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari otot-
otot rectus abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis, dan kulit.
a. Kulit Abdomen
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari
tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia
dan vertebrata lainnya. Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling
posterior tubuh, yang berada di belakang thorax atau cephalothorax
(sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan
perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas
abdominalis atau rongga perut.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal.
b. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus
trektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum,
aktivitas, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan
lama pengembalian tonis otot menjadi normal.

20
c. Perubahan Ligamen
Ligamen (ligamentum) adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun
dari serabut-serabut liat yang mengikat tulang satu dengan tulang lain pada
sendi. Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligametum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
d. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan mordibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis
pubis antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalapasi. Gejala ii dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan
pasca meahirkan, bahkan ada yang menetap.

7 Gejala Perubahan Sisem Muskuloskeletal


Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
antara lain :
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya
dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung,
posisi istirahat dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air
hangat dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan
migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan

21
pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul
akibat setelah pemberian anastesi umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi
sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis
pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat
badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat
menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk
mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja,
serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis
dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah
menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada
posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan
mekanis yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi
simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selam mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu
dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat;
latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang
sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5cm pada
tepat setinggi umbilikus (Nobel, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap
linea alba serta akibat penangganan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering
terjadi pada multiparitas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan
postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.

22
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot
rektus, memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid
sternum sampai di bawah panggul, latihan transversus dan pelvis dasar sesering
mungkin pada semua posisi kecuali posisi telungkup-lutut, memastikan tidak
melakukan latihan sit-up atau curl-up, mengatur ulang kegiatan sehari-hari, menindak
lanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai
dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul serta adanya hendaya (tidak dapat
berjalan), ketidamampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurang
tinggi badan, postur tubuh yang buruk.
g. Disfungsi dasar panggul
Disfungsi dasar panggul meliputi :
a. Inkontinensia urin
Inkotinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah
berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkotinensia
urin.
Terapi: selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenani dan
dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan tranvesus selama
melakukan aktivitas yang berat. Selama pasca natal, ibu harus ddianjurkan untuk
mempraktikan latihan dasar panggul dan transvesus segera setelah persalinan. Bagi
ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang
akan mengkaji keefketifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program
retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
b. Inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau
kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks etal,
1985).
Penanganan: rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.

23
c. Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan
peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah
penurunan uterus. Sistokel adalh prolaps kandung kemih dalam vagina sedangkan
retrokel adalah prolaps rektum ke dalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan
ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan
yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem reproduksi akan mengalami perubahan setiap siklus kehidupan wanita,
seperti perubahan pada sistem reproduksi pada saat hamil seperti vagina dan
vulva, uterus, serviks uteri, dan ovarium. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil
merupakan hal yang wajar karena didalam tubuh ibu terdapat kehidupan lain
selain kehidupannya, sehingga tubuh perlu menyesuaikan diri dengan suasana
baru tersebut. Lalu perubahan tersebut akan terus berlanjut ketika bersalin
maupun ketika masa nifas.
Pada awal kehamilan penebalan otot-otot uterus distimulasi terutama sangat
berperan untuk menyangga rahim. Ketika masa persalinan, otot-otot uterus saling
berkoordinasi untuk mengeluarkan bayi dari rahim. Dan pada masa nifas otot
uterus mengalami involusi guna mengembalikan ke keadaan normal seperti
semula.
3.2 Saran
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa kehamilan, persalinan dan
nifas terkadang menyebabkan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu baiik itu
pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyuluhan tentang perubahan musculoskeletal pada saat hamil, bersalin dan
nifas serta latihan fisik untuk mencegah ketidaknyamanan yang dialami ibu.
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun diperlukan demi
perbaikan dalam makalah ini

25
DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Ferdinand, Fictor dan Moekti Aribowo. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada.
Firmansyah, Rikky, Agus Mawardi, dan M. Umar Riandi. Mudah dan Aktif Belajar
Biologi. PT Setia Purna Invet.
Mikrajudin, Lutfi dan Saktiyono. 2006. IPA Terpadu SMP dan MTS 3A. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Wahyuningsih, Heni Puji dan Siti Tyastuti. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian
Kesehatan RI.
Kurniarum, Ari . 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Wahyuni , Elly Dwi. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-muskuloskeletal/
anngunwirabuana.blogspot.com/2-13/10/perubahan-muskuloskeletal-pada-ibu-
nifas.html?m=1

26

Você também pode gostar