Você está na página 1de 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia maupun ternak mempunyai kemampuan untuk melawan hampir
semua jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh.
Kemampuan itu disebut imunitas. Dari sebagian besar imunitas merupakan imunitas
didapat yang tidak timbul sampai tubuh pertama kali diserang oleh bakteri yang menang
menyebabkan penyakit atau toksin, seringkali memerlukan waktu berminggu-minggu
atau berbulan-bulan untuk membentuknya.
Selain imunitas bawaan, tubuh juga mampu membentuk imunitas spesifik yang
sangat kuat untuk melawan agen penyerbu yang bersifat mematikan, seperti bakteri,
virus, toksin, dan bahkan jaringan asing yang berasal dari binatang lain. Imunitas
semacam ini disebut imunitas didapat. Imunitas didapat dihasilkan oleh sistem imun
khusus yang membentuk antibodi dan mengaktifkan limfosit yang mampu menyerang
dan menghancurkan organisme spesifik atau toksin.
Vaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan apabila diberikan kepada
ternak tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan untuk merangsang pembentukan
antibody (zat kebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan vaksinasi adalah
membuat ternak mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap satu peyakit tertentu. Dan
hasil nyata yang akan diperoleh dari program vaksinasi adalah tingkat kesehatan dan
produktivitas
Penggunaan istilah Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi)
dan vaccinia (cacar sapi). Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko
efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk
terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Vaksin


Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri
yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.
Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein,
peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan
manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama
bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan
sel-sel degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh
dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa jenis vaksin.
Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa
menimbulkan penyakit.
Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk
menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang
menyerang tersebut. Setelah divaksinasi tubuh akan "mengingat" bagaimana melindungi
diri dari mikroba yang dialami sebelumnya.

2.2. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin


Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan
pada vaksin DPT dan Hepatitis B.

2
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena
dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai
bahan pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan
kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di
dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada
sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan
lain seperti :
 Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan
sistem pernafasan.

 Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur.


Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

 Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap
sebagai protein asing beracun.

2.3. Proses Pembuatan Vaksin

3
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah
tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari
produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin
yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium
yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi. Berikut
gambar proses pembuatan vaksin:

Gambar 1. Proses pembuatan vaksin

Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari


mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid bakteri yang
sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Bakteri atau mikroba ini menjadi tidak
berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misalnya
lapisan lendirnya. Bakteri yang telah disisipi gen ini akan membentuk antigen murni.

4
Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan manusia akan membuat
senyawa khas yang disebut antibodi. Munculnya antibodi ini akan mempertahankan
tubuh dari pengaruh senyawa asing (antigen) yang masuk dalam tubuh.

2.4. Jenis-Jenis Vaksin


1. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selamasatu tahun.Contoh :Vaksin
Difteri dan Tetanus

2. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor
virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenza
tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut
sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap
reseptor pre sel B.

4. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.
Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari
virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom

5
dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan
respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop
organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba
diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen
yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan
menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel
(kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid
mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi
imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode
antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil
akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan
bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian
klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial
ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.

7. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak
di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat
menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan
anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin. Kini terdapat lebih dari 90 jenis

6
Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan
penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia
dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap
antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya
adalah:
 Meningitis (Radang selaput otak)
 Bakteremia (infeksi dalam darah)
 Pneumonia (infeksi Paru-paru)
 Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.

2.6 Manfaat Vaksin


Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati. Salah
satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi. Vaksinasi sangat membantu untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri,
misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel,
kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri dan
virus yang menyerang. Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki tubuh
sebagai penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang
disebut antibodi untuk melawan mereka. Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan
normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk membela
serangan terhadap ribuan antigen setiap hari.
Mereka melakukannya-secara alami sampai-sampai orang bahkan tidak
menyadari mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika serangan sudah terlalu
banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau
berbagai gejala penyakit. Banyak antibodi akan menghilang ketika mereka telah
menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi

7
akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel memori ini dapat mengingat antigen asli
dan kemudian mempertahankan diri ketika antigen yang sama mencoba untuk kembali
menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa dekade kemudian. Perlindungan ini
disebut imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam
keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam
jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan
tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi
terhadap mereka.
Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka
kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu
yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan
kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga
diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya
tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena
itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam
atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan


vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya
vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan. Keuntungan lainnya dari vaksin virus hidup adalah tidak hanya
menstimulasi produksi protein antibodi yang mengenali patogen, tapi juga membuat
sejenis sel darah putih, yaitu sel T limfosit yang punya kelebihan mengenali dan
membunuh sel yang terinfeksi.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya,
tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen
atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aguskrisno, 2011, Rekayasa Produk Vaksin Virus dalam Kehidupan Sehari-hari,


http://www.biology-online.org, (Diakses 20 Februari, 2015).

Agustian, Ary. 2000. Kesehatan Modern. Jakarta : Puspa Swara.

Martin, Anthony. 1999. Pemikiran Kedokteran Modern. Bandung: Kawan Pustaka

Retnoningrum, Debbie S. 2010. Prinsip Teknologi DNA Rekombinan. Sekaloah Farmasi


ITB. Bioteknologi Farmasi-FA 4202

Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan. http://biomol. wordpress.com/bahan-ajar/


organisme-trans/ (Diakses 28 Desember 2011)

Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT Kalbe Farma

10

Você também pode gostar