Você está na página 1de 2

Di Indonesia pernah terjadi social movement besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dalam

menuntut turunnya Soeharto pada Mei 1998. Gerakan ini disebut gerakan reformasi karena
menginginkan suatu perubahan. Saat itu kondisi Indonesia sangat kacau, terjadi pengekangan dalam
berpendapat, pelanggaran HAM, dan krisis ekonomi yang cukup parah.

Saat itu mahasiswa yang kritis dan dianggap berbahaya bagi pemerintah ditangkap, diculik, bahkan
dipenjara. Banyak hal yang dilakukan oleh pemerintahan Soeharto untuk menghambat pola pikir mereka
yang kritis, seperti membuat NKK dan SKS.

Yang memicu terjadinya gerakan mahasiswa tersebut adalah krisis moneter yang sudah semakin parah
di negara ini dan dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat. Perjuangan mahasiswa menorehkan
sejarah yang kini kita kenal dengan Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan Tragedi Semanggi II,
Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, dan Tragedi Lampung. Perjuangan untuk menumbangkan rezim
Soeharto bukan hanya dilakukan oleh mahasiswa yang ada di Jakarta, namun juga mahasiswa di kota-
kota besar lainnya.

Dalam sejarah Mei 1998 ini mahasiswa mengambil bagian besar. Secara intelektual mereka berhasil
membawa Indonesia menuju perubahan. Banyak dampaknya yang kita rasakan sekarang. Yang paling
signifikan adalah penghapusan dwifungsi ABRI dan ruang gerak politik yang dibuka seluas-luasnya
membuat masyarakat Indonesia tidak takut lagi mengkritisi kebijakan pemerintah.

Ketika di kerangka teori kita menggunakan teori devipration, sebenarnya kasus ini juga bisa dianalisis
dengan mass-society theory, yang mana masyarakat yang merasa terisolasi membuat suatu gerakan
sebagai salah satu cara untuk keluar dari isolasi tersebut. Jadi harus ada rasa solidaritas diantara orang
yang satu dengan yang lainnya agar gerakan tersebut jelas arahnya. Seperti pengertian teori itu sendiri
yang disampaikan oleh William Kornhauser’s pada tahun 1959, isolated people seek out social
movements as a way to gain a sense of social movements that offer a sense of community to people
otherwise adriftin society.[14] Masyarakat Indonesia merasa tidak besar ruang geraknya dan mahasiswa
menyadari itu pada masa orde baru. Sebagai kelompok muda yang memiliki intelektualitas tinggi,
keadaan seperti itu mendorong mahasiswa untuk melakukan gerakan perubahan dan menyari dukungan
dari masyarakat.

Namun, lagi-lagi jika kita melihat awal dan tujuan terjadinya gerakan mahasiswa pada Mei 1998 ini
merupakan wujud dari kekecewaan masyarakat luas kepeda pemerintahan dan mahasiswa menjadi
aktor utama dalam membentuk opini publik.

Você também pode gostar