Você está na página 1de 5

Mk.

Kespro Hari : Senin


Tanggal : 25 Agustus 2008

Oleh :

ANA FITRIAH

Dosen Pembimbing :
Zuchrah Hasan

TINGKAT Ib DIII KEBIDANAN


POLTEKKES DEPKES PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2007 / 2008
Penyalahgunaan OBAT TERLARANG Di Kalangan
REMAJA/PELAJAR
Oleh dr. Ch. Hartadi, M.Si.

Pendahuluan.
Penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja/pelajar merupakan masalah yang
kompleks. Kenapa? Oleh karena tidak saja menyangkut pada remaja atau pelajar itu
sendiri, tetapi juga melibatkan banyak pihak baik keluarga, lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah, teman sebaya, tenaga kesehatan, serta aparat hukum, baik sebagai
faktor penyebab, pencetus ataupun yang menanggulangi.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa puber. Pada
masa inilah umumnya dikenal sebagai masa "pancaroba" keadaan remaja penuh
energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang matang,
mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, selalu
ingin coba dan tidak mau ketinggalan. Pada masa-masa inilah mereka merupakan
kelompok yang paling rawan berkaitan dengan penyalahgunaan obat terlarang.
Pengetahuan mengenai bahaya obat terlarang ini hanyalah merupakan salah satu segi
yang perlu disampaikan agar mereka sadar akan dampaknya terhadap kesehatannya
bahkan ancaman terhadap kehidupannya. Kalau saja semua perilaku pada masa
remaja tersebut terarah dengan baik pada hal-hal yang positif tentunya akan
dihasilkan remaja/pelajar yang berprestasi sebagai tumpuan masa depan, tetapi
sebaliknya akan menghasilkan perilaku negatif seperti kenakalan remaja, tindak
kejahatan, rusaknya fisik dan mental yang sangat merugikan dirinya sendiri dan
masyarakat sekitarnya.

Definisi Obat Terlarang


Penyalahgunaan obat atau "drug abuse" berasal dari kata "salah guna" atau "tidak
tepat guna" merupakan suatu penyelewengan penggunaan obat bukan untuk tujuan
medis/pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya.
Dalam percakapan sehari-hari sering kita menggunakan kata narkotik sebagai satu-
satunya obat terlarang. Apakah memang demikian? Ternyata dari istilah-istilah yang
sedang populer sekarang seperti NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lainya)
atau NARKOBA (Narkotika, Psikotropika, dan bahan bahaya lainnya), maka obat
terlarang itu juga mencakup psikotropika, alkohol, tembakau, dan zat adiktif dan yang
memabukkan lainnya. Obat-obat ini apabila digunakan secara tidak benar akan
menyebabkan perubahan pikiran, perasaaan, dan tingkah laku pemakainya serta
menyebabkan gangguan fisik dan psikis dan kerusakkan susunan saraf pusat bahkan
sampai menyebabkan kematian.
Secara farmakologik, obat-obatan ini dapat menyebabkan terjadinya toleransi,
depedensi atau ketergantungan berupa adiksi dan habituasi, intoksikasi dan gejala
putus obat (withdrawal syndrome).
Dalam bidang hukum juga sudah dikeluarkan dua undang-undang, yaitu: UU
Narkotika No. 22 Tahun 1997 dan UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997. Dalam undang-
undang tersebut, narkotika dibedakan menjadi 3 golongan, masing-masing: Narkotika
golongan I (tidak digunakan untuk tujuan medis, seperti morfin, heroin, kokain dan
kanabis). Narkotika golongan II (digunakan untuk terapi sebagai pilihan akhir karena
adanya efek ketergantungan yang kuat, seperti petidin, metadon), dan Narkotika
golongan III (digunakan untuk terapi karena efek ketergantungannya kecil, seperi
kodein, doveri).
Sedangkan dalam UU Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat bukan narkotik
tetapi berkhasiat psikoaktif berupa perubahan aktivitas mental/tingkah laku melalui
pengaruhnya pada susunan saraf pusat serta dapat menyebabkan efek ketergantungan.

Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi


ketergantungan yang sangat kuat, contoh: LSD, MDMA dan mascalin.
2. Psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan
seperti amfetamin.
3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedatif, seperti barbiturat. Efek
ketergantungannya sedang.
4. Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan, seperti diazepam,
nitrazepam.

Bahaya penggunaan obat terlarang.


Bahaya penggunaan obat terlarang ini dapat dibedakan menjadi bahaya dari segi
hukum dan bahaya dari segi kesehatan. Seperti diketahui dari UU Narkotika dan UU
Psikotropika maka semua orang yang terlibat dapat dikenai sanksi berupa hukuman
penjara, denda, bahkan sampai hukuman mati. Mereka yang dapat dijerat hukum
melalui undang-undang tersebut mencakup produsen, penyalur dan pemakai dengan
gradasi (tingkatan) hukuman dan denda yang bervariasi. Bahkan orang-orang yang
mempersulit penyelidikan pun dapat dijerat hukum. Denda maksimal yang tercantum
dalam undang-undang tersebut adalah sebesar Rp750 juta, sedangkan hukuman
maksimalnya adalah mati.
Bahaya dari segi kesehatan sangat berbeda, tergantung dari jenis obat yang digunakan.
Yang pasti semua obat terlarang itu menyebabkan adiksi dan gejala putus obat apabila
dihentikan pemakaiannya. Adiksi yang ditimbulkan menyebabkan si pemakai menjadi
ketagihan dan membutuhkan obat tersebut terus-menerus. Ketergantungan ini
mengganggu fisik dan psikisnya.
Intoksikasi timbul akibat dosis yang dipakai berlebihan sehingga terjadi keracunan.
Intoksikasi ini umumnya menyebabkan kematian. Gejala putus obat (withdrawal
syndrome) adalah, gejala-gejala yang timbul akibat dihentikannya pemakaian obat
terlarang tersebut. Dalam keadaan ini maka fungsi normal tubuhnya menjadi
terganggu seperti, berkeringat, nyeri seluruh tubuh, demam, mual sampai muntah.
Gejala ini akan menghilang kalau diberikan lagi obat terlarang itu. Semakin lama
gejala ini akan semakin hebat. Secara farmakologik, maka efek yang ditimbulkan oleh
obat terlarang itu dapat dikelompokkan menjadi depresan, stimulan, dan halusinogen.
Dalam kelompok depresan, maka obat terlarang ini akan menyebabkan depresi
(menekan) aktivitas susunan saraf pusat. Pemakai akan menjadi tenang pada awalnya,
kemudian apatis, mengantuk dan tidak sadar diri. Semua gerak refleks menurun, mata
menjadi sayu, daya penilaian menurun, gangguan terhadap sistem kardiovaskuler
(jantung dan pembuluh darah). Termasuk kelompok depresan ini ialah opioid seperti
heroin, morfin dan turunannya, sedativa seperti barbiturat dan diazepam, nitrazepam
dan turunannya.
Kelompok stimulan merupakan obat terlarang yang dapat merangsang fungsi tubuh.
Pada awalnya pemakai akan merasa segar, penuh percaya diri, kemudian berlanjut
menjadi susah tidur, perilaku hiperaktif, agresif, denyut jantung jadi cepat, dan mudah
tersinggung. Termasuk dalam kelompok ini contohnya adalah kokain, amfetamin,
ekstasi, dan kafein.
Kelompok halusinogen merupakan kelompok obat yang menyebabkan adanya
penyimpangan persepsi termasuk halusinasi seperti mendengar suara atau melihat
sesuatu tanpa ada rangsang. Persepsi ini menjadi "aneh". Termasuk dalam kelompok
ini contohnya ialah LSD, meskalin, mariyunana/ganja. Pemakai menjadi curiga
berlebihan, mata menjadi merah dan agresif serta disorientasi.
Cara-cara pemakaian obat tersebut di atas juga sangat bervariasi, dari secara oral
sampai suntikan. Menyangkut cara penyuntikan, maka bahaya yang timbul adalah
kemungkinan terjadinya infeksi pada tempat suntik, tertularnya radang hati (hepatitis
virus B) dan HIV/AIDS. Sedangkan cara pemakaian yang dihirup melalui hidung dapat
menyebabkan pendarahan di hidung (epistakis).
Di samping obat-obat terlarang tersebut di atas, juga pemakaian tembakau dan alkohol
sangat berbahaya bagi kalangan remaja/pelajar. Tembakau yang dihisap sebagai
rokok, dari penelitian ilmiah ternyata mengandung bahan aktif lebih dari 3000 macam,
termasuk nikotin, tar, CO2, CO, hidrogen sianida dan tembaga. Seorang perokok akan
dihadapkan pada resiko rusaknya jaringan paru-paru, sesak napas, kanker paru dan
penyakit jantung koroner. Pada intoksikasi akut dapat menyebabkan kematian.
Sekarang sudah banyak negara melarang pemakaian tembakau di depan umum dan
dalam setiap bungkus rokok tercantum bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh rokok.
Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol dengan fungsi menekan sistem
susunan saraf pusat. Dosis rendah memang membuat tubuh menjadi segar karena
bersifat merangsang. Namun pada dosis lebih besar akan timbul berbagai macam
gangguan berupa rusaknya jaringan otak, gangguan daya ingat, gangguan jiwa, mudah
tersinggung, menurunnya koordinasi otot (jalan jadi sempoyongan), reaksi refleks
menurun, kelumpuhan bahkan menyebabkan kematian.
Jadi terlihat jelas bahwa semua obat terlarang ini lebih banyak mudaratnya (ruginya)
dari pada manfaatnya, karena itu harus dijauhi oleh para remaja/pelajar.

Upaya pencegahan.
Moto bahwa, "Pencegahan lebih baik dari mengobati", akan benar-benar terbukti
dalam kasus pemakaian obat-obat terlarang. Mereka yang sudah terjerumus sampai
menimbulkan ketergantungan akan lebih sulit ditangani dan sukar diberikan
pengarahan. Umumnya sukar untuk menghentikan pemakaian obat. Jalan satu-
satunya adalah perawatan di RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) dengan
diusahakan pengurangan dosis sedikit demi sedikit sampai akhirnya pemakaiannya
berhenti sama sekali.
Tentunya biaya perawatan ini sangat mahal sekali. Dalam hal ini maka usaha
pencegahan menjadi sangat penting sekali. Usaha pencegahan yang dikenal dengan
"prevensi primer", yaitu pencegahan yang dilakukan pada saat penyalahgunaan belum
terjadi.

Usaha ini antara lain:

1. Pembinaan kehidupan beragama, baik di sekolah, keluarga dan lingkungan.


2. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dengan orang tua dan guru
serta lingkungannya.
3. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam penyaluran
energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
4. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di sekolah
maupun di rumah dan lingkungan sekitar.
5. Mengetahui secara pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
6. Saling menghargai sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
7. Penyelesaian berbagai masalah di kalangan remaja/pelajar secara positif dan
konstruktif.

Dengan berbagai usaha tersebut semoga kalangan remaja/pelajar dapat terhindar dari
penyalahgunaan obat terlarang. Masa remaja akan dapat dijalani dengan baik serta
membuahkan masa dewasa yang sehat dan bertanggung jawab.
dr. Ch. Hartadi, M.S., Fak. Kedoteran UKRIDA dan dokter Poliklinik BPK Penabur KPS
Jakarta

Você também pode gostar