Você está na página 1de 7

Apakah Yang Sedang Engkau Bangun?

Oleh Silvy Inawat

Pendahuluan

Saudara-saudara, beberapa saat yang lalu ketka saya pulang ke Karawang, Saya pergi dengan
kakak saya. Ketka melewat sebuah jalan di bypass, mobil kakak saya harus melaju dengan sangat pelan.
Mengapa? Karena jalannya rusak parah sekali. Kakak saya geleng-geleng kepala sambil berkata, “Duh
nih jalan, baru dibetulin udah rusak lagi. Gimana sih...” Saya pun jadi ikut geleng-geleng kepala. Jadi ikut
kesel. Terpikir dalam benak saya, past bahan yang digunakan ga sesuai standar, dikorupsi sana-sini untuk
kepentngan pribadi. Dalam kekesalan saya itu, saya jadi teringat beberapa fasilitas umum lain yang juga
cepat sekali rusak. Saya ingat jalan Tol menuju ke Bandung yang sesaat setelah diselesaikan sudah mulai
berlubang. Lalu baru-baru ini, jembatan Kutai nan megah di Kalimantan yang rubuh, padahal baru
dibangun 10 tahun yang lalu. Sungguh berbeda dengan jembatan di San Fransisco yang berumur 90
tahun, namun masih tegak berdiri sampai saat ini. Saudara-saudara, rasanya kesal sekali dengan orang-
orang yang diberi tanggung jawab untuk mengerjakan fasilitas-fasilitas umum ini. Mereka adalah pekerja
yang tdak bertanggungjawab. Pekerja yang mengerjakan fasilitas masyarakat seenaknya sendiri. Tidak
sesuai dengan standar yang seharusnya.

Saudara, ketka saya membayangkan tentang pekerja-pekerja ini, tba-tba saya tertegun. Kalau dipikir
lebih jauh bukankah kita juga adalah pekerja yang diberi kepercayaan membangun jemaat Allah?
Sepert sebuah lagu yang sering kita nyanyikan bersama: “Satu saat Yesus panggilku menjadi pekerja.
Melayani jadi saksi bagi-Nya. Bukan sembarang pekerja...ya...ya...ya...” Saudara-saudara, saya jadi
berpikir, bila pekerjaan kita dinilai oleh Tuhan yang adalah pemilik pekerjaan itu, apakah Ia puas dengan
kita? Atau jangan-jangan Tuhan geleng-geleng kepala ketka melihat pekerjaan kita, karena di mata-Nya
kita adalah pekerja sembarangan. Pekerja-pekerja yang bekerja tdak sesuai dengan standar Tuhan.
Mengerjakan ini dan itu, tampak begitu sibuk, tetapi jauh dari apa yang Tuhan harapkan.

Saudara, Tuhan ingin setap kita melakukan pekerjaan kita, yakni membangun jemaat Tuhan
sesuai dengan standar Allah. Dalam perikop yang kita baca kita bisa belajar bagaimana menjadi pekerja
Tuhan yang membangun jemaat Tuhan dengan benar dan bertanggungjawab.

I. Meletakkan dengan dasar yang benar, yakni Kristus

Penjelasan
Saudara-saudara, ini adalah foto gedung tngkat 20 di Shanghai yang baru selesai di bangun dan roboh
(perlihatkan di layar LCD). Saudara, lihatlah gedungnya tdak rusak sedikit pun. Diduga bangunan ini
roboh karena ada masalah dengan fondasinya. Fondasi suatu bangunan adalah sesuatu yang sangat
krusial. Tanpa fondasi, bangunan semewah apa pun yang dibangun tdak akan bertahan. Demikian pula
dengan jemaat Allah, tanpa fondasi yang benar tentu saja sia-sia jemaat itu dibangun.

Saudara, kalau kita pikir-pikir, Jemaat Korintus itu “bets,” beda-beda tpis dengan jemaat kita saat ini.
Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang mengagung-agungkan kemampuan pribadi. Mereka
dikenal sebagai tukang pamer. Menilai orang dan diri mereka sendiri berdasarkan prestasi dan
pencapaian mereka. Mereka mengagung-agungkan orang yang mempunyai hikmat atau pemikiran yang
cemerlang. Karenanya tdak heran bila sebagian jemaat mengagung-agungkan Paulus, sebagian
mengagung-agungkan Apolos, Petrus, dan yang lainnya. Mereka berfokus pada manusia. Sebuah fokus
yang salah! Fokus yang tentu saja membuat jemaat mengalami perselisihan.

Di tengah kondisi jemaat yang sedang berselisih inilah Paulus menuliskan suratnya. Paulus menegur
mereka. Pada ayat 5-9, Paulus menjelaskan dengan metafora pertanian, bahwa ia dan Apolos hanyalah
pekerja tani. Dalam perikop yang sedang kita pelajari ini, kembali Paulus menegur mereka dengan
metafora yang berbeda, yakni bangunan (9c), dimana dirinya dan Apolos pun hanyalah pekerja
bangunan. Pada ayatnya yang ke-10, Paulus memposisikan dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap
yang telah meletakkan dasar, sedangkan pelayan yang lain sebagai orang lain yang membangun terus di
atasnya. Posisi ini menjelaskan perannya dalam jemaat Korintus, dimana ia adalah rasul Yesus Kristus
yang oleh anugerah Tuhan memberitakan Injil dan pekerja lain berkhotbah membangun jemaat. Posisi
yang tdak lebih tnggi dari yang lainnya. Mereka hanyalah pekerja di dalam bangunannya Allah. Mereka
tdak pentng, dasarlah yang pentng dalam sebuah bangunan.

Dasar yang telah diletakkan oleh Paulus adalah Kristus. Dalam Korintus 2:2 dikatakan bahwa “sebab aku
telah memutuskan untuk tdak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan. Kristuslah yang seharusnya menjadi fokus jemaat dan bukan yang lain. Kata kerja yang
digunakan untuk menjelaskan kata telah meletakkan adalah I laid, dalam bahasa Yunani ἔθηκα
merupakan kata kerja yang ditulis dalam bentuk aorist, yang berart satu kali untuk selamanya. Kristus
adalah fondasi mereka yang kekal. Karenanya pada ayat 11 dikatakan “tdak ada seorang pun yang dapat
meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” Hanya satu fondasi
yang diperlukan untuk membangun. Setelah fondasi itu diletakkan tdak perlu diulang lagi. Dan hanya
Kristuslah dasar yang benar dan bukan yang lain.

Saudara-saudara, Paulus pekerja yang tahu apa yang dibangunnya. Ia, tdak silau dengan orang-orang
yang mengagungkan dirinya sebagai guru yang besar. Atau tdak galau karena sebagian yang lain
mengagung-agungkan Apolos dan pekerja yang lain. Namun sebagai pekerja bangunan, ia menyadari
apa yang sedang dibangunnya. Ia menyadari apa yang menjadi fokus pekerjaannya, yakni Kristus, sang
fondasi yang kokoh dan kuat. Dalam pelayanannya, ia tdak menjadikan dirinya fokus, sebaliknya ia
bekerja keras mengabarkan Injil.
Ilustrasi

Saudara, saya bersyukur bisa berkuliah di SAAT ini. Selain mendapatkan pengajaran yang dalam sangat
baik melalui dosen-dosen di tempat ini, saya juga belajar melalui teladan hidup dari para dosen di
tempat ini. Salah satunya adalah Pdt. Peter Wongso. Sebagai salah satu orang yang turut merints SAAT
ini dari awal, beliau tdak silau dengan jabatan. Dalam buku berjudul “Hamba Yang Melayani” yang
didedikasikan untuk ulang tahun ke-80 dari Pak Peter Wongso. Pak Daniel Lukas menuliskan bahwa
Pelayanan Pak Wongso selama ini bukanlah pelayanan yang biasa-biasa saja. Sepanjang hidupnya ia
memberikan sebuah contoh kehidupan dan pelayanan yang berkualitas dan signifikan bagi kerajaan
sorga dan gereja-gereja Tionghoa di Indonesia maupun manca negara. Saudara-saudara, meski pun ada
banyak orang yang mengagumi pelayanannya, ia tdak menjadikan dirinya fokus atas apa yang
dicapainya. Dalam khotbahnya di wisuda tahun lalu, ia tdak menceritakan mengenai prestasi-
prestasinya, ia tdak membangun reputasi dirinya atas keberhasilan seminari ini, sebaliknya dengan
terharu ia mengatakan syukurnya kepada Tuhan atas pemeliharaan yang Tuhan beri untuk seminari ini.
Beliau memiliki hidup yang berfokus pada dasar yang benar yakni Kristus dan bukan dirinya. Pak Wongso
bukan sedang membangun dirinya. Ketka orang melihat SAAT, orang bukan melihat Peter Wongso
ataupun Andrew Gih, tapi orang melihat Tuhan yang menjadi dasar atas sekolah ini.

Aplikasi

Saudara-saudara, suatu saat nant mungkin kita akan dipakai Tuhan untuk melayani di berbagai bidang,
atau dipercayakan Tuhan sebuah jemaat, entah besar entah kecil. Akan jadi sepert apakah pelayanan
kita nant tergantung pada fondasi yang kita letakan hari ini di hat kita. Apakah kita ingin meletakkan
pelayanan kita di atas fondasi yang benar, yaitu Kristus, atau diri sendiri? Apakah kita sibuk dengan diri
kita? Membangun diri kita di tengah jemaat. Ataukah kita sungguh berfokus kepada orang-orang yang
kita layani dan meletakkan dasar, yakni Kristus dalam hidup mereka.

Hal kedua yang harus kita lakukan dalam membangun jemaat Allah adalah:

II. Membangun sesuai dengan standar Allah

Penjelasan

Saudara-saudara, bukan hanya fondasi yang pentng, melainkan juga pembangunan di atas fondasi itu
pun pentng. Pada ayatnya yang ke 10b, Paulus memperingatkan agar tap-tap orang memperhatkan
bagaimana ia membangun di fondasi yang telah diletakkan. Kata “orang lain” di sini mengacu pada
Apolos ataupun pekerja yang lainnya. Siapapun yang membangun di atas fondasi Kristus itu tdak
pentng karenanya hanyalah pekerja. Namun yang terpentng adalah setap orang, siapapun dia harus
memperhatkan, bagaimana ia harus membangun di atasnya! Apakah pekerja itu membangunnya
dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami (ay.12).

Ada standar yang Allah tetapkan dalam proses pembangunan jemaatnya. Keenam bahan bangunan yang
disebutkan pada bagian ini dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah emas, perak,
dan batu permata. Kategori ini merupakan bahan yang tahan terhadap api. Sedangkan kategori yang
kedua adalah kayu, rumput kering atau jerami. Kategori material yang tdak tahan terhadap api. Melalui
penggambaran ini Paulus hendak menjelaskan mengenai kualitas pekerjaan yang seharusnya dimiliki
oleh pekerja. Suatu kualitas yang berhubungan dengan kesungguhan pekerja dalam membangun ke arah
Kristus.

Pekerja yang membangun dengan emas, perak, dan batu permata adalah pekerja yang sungguh-sungguh
melakukan pekerjaanya sesuai dengan firman Tuhan. Seorang pekerja yang mengajarkan firman Tuhan
dengan sungguh-sungguh membangun jemaat Allah, bukan ke arah dirinya, namun ke arah Kristus.
Dalam kesungguhannya, pekerja Kristus akan mempersiapkan pengajarannya dengan baik sesuai dengan
Firman Allah, yang menolong jemaat bertumbuh semakin mengenal Kristus. Dalam kesungguhan juga,
seorang pekerja Kristus akan menghidupi kehidupannya sesuai dengan firman Allah. Dalam
kesungguhan ia pun akan terus menguji motvasi pelayanannya. Dengan demikian kualitas seorang
pekerja berhubungan dengan keseluruhan hidupnya yang sungguh-sungguh dipakai untuk membangun
jemaat ke arah Kristus.

Kepada jemaat Korintus yang seringkali menilai orang berdasarkan prestasi, kemampuan dan kecakapan
yang dilihat mata ini, Paulus mengatakan: “sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak.
Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan
masing-masing orang akan diuji oleh api itu.” Paulus menyatakan bahwa Tuhan adalah hakim yang
paling berhak menilai setap pekerja. Apa yang dibangun oleh pekerja akan diuji oleh Tuhan. Manusia
boleh saja mengevaluasi pekerjaan seorang akan yang lain, namun penilaian terakhir ada di tangan
Tuhan.

Pada akhir zaman, yakni ketka Kristus datang keduakalinya, setap pekerjaan kita akan diuji oleh Tuhan.
Hari penghakiman Tuhan ini digambarkan dengan api. Sebuah gambaran yang tdak asing bagi orang
Korintus. Kota Korintus adalah kota yang pernah dihancurkan dan dibangun kembali. Dan sebagian
bangunan baru dibangun dari kerangka bangunan lama. Selain itu daerah Korintus memiliki iklim yang
sangat kering sehingga bangunan mudah terbakar. Rumah-rumah penduduk biasanya dibangun dengan
rangka kayu dan dindingnya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan rumput kering dan jerami,
sehingga mudah sekali hangus terbakar. Sedangkan kuil-kuil dan bangunan pemerintah dibangun
dengan bahan yang berkualitas dan tdak mudah terbakar. Bagi orang Korintus, api merupakan ujian
tertnggi bagi bangunan-bangunan yang mereka miliki. Dengan api inilah pekerjaan setap pekerja Tuhan
akan diuji.

Tujuan pengujian dengan api ini bukanlah untuk menghukum (Yudas 7), menghancurkan (Matus 3:10),
atau untuk memperbaiki (Zakharia 13:9), tetapi untuk mengungkap kualitas dari pekerjaan orang Kristen.
Paulus mengatakan bahwa pada Hari Tuhan ini, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dalam
kegelapan, dan Tuhan akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hat. Maka tap-tap orang
akan menerima pujian dari Allah.

Orang-orang Kristen yang pekerjaannya bertahan dalam api akan mendapat upah, yakni pujian dari Allah
sepert dituliskan dalam Matus 25:14-30: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan seta;
engkau telah seta dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu... Pekerja Tuhan itu akan mendapatkan
pujian dari tuannya... “Well done, good and faithful servant.” Sedangkan orang-orang Kristen yang tdak
bekerja dengan sungguh... pekerjaannya akan terbakar, ia akan menderita kerugian tetapi ia sendiri akan
diselamatkan, tetapi sepert dari dalam api. Mereka yang pekerjaannya terbakar oleh api, kondisi
mereka sepert orang yang melompat keluar dari kerangka bangunan kayu mereka yang terbakar.
Mereka selamat, tetapi tanpa pekerjaan-pekerjaan yang dapat dipersembahkan kepada Kristus.

Ilustrasi

Saudara-saudara, beberapa saat yang lalu saya masuk ke auditorium SAAT yang sedang dibangun. Meski
belum jadi, namun bangunan itu sudah membuat saya dan teman-teman lain yang melihatnya
terkagum-kagum (Tunjukkan beberapa fotonya). Tahap demi tahap pembangunannya dikerjakan dengan
serius. Bukan hanya itu, pembangunan ini juga disertai dengan doa, kerja keras dan kemurnian motvasi
di dalamnya, sepert seorang dosen mengatakan, “SAAT membangun gedung ini bukan untuk mencari
nama, tetapi bangunan ini dibuat untuk kemuliaan Kristus.”

Hal yang sama juga seharusnya ada di dalam diri kita ketka kita membangun jemaat Allah. Kita harus
membangunnya dengan stadar Allah. Saudara, ketka Tuhan melihat pelayanan kita, sungguhkah Ia puas
dengan apa yang kita kerjakan?

Aplikasi

Saudara-saudara, kepada kita Tuhan mempercayakan bangunan-Nya, jemaat-Nya yang begitu dikasihi-
Nya. Apa yang selama ini Saudara dan saya bangun? Apakah kita pekerja yang membangun sesuai
dengan standar Allah? Membangun dengan kualitas yang Ia inginkan? Pengajaran sepert apakah yang
kita berikan kepada jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita? Apakah kita sungguh mempersiapkan
diri dengan baik. Apakah kita sudah menggali firman Tuhan baik-baik, melakukannya dan
mengajarkannya dengan baik? Adakah hat yang sungguh rindu mempersembahkan yang terbaik bagi
Tuhan? Saudara-saudara, dengan bahan apakah engkau membangun jemaat Allah? Emas, perak,
permata ataukah kayu, rumput kering atau jerami?

Saudara-saudara, ketka saya merefleksikan firman Tuhan ini dalam kehidupan saya. Saya sungguh
gentar. Sejauh ini perjalanan saya mengikut Tuhan, menjadi pekerja baginya, “meninggalkan” pekerjaan
yang mapan, teman-teman yang menyenangkan, keluarga yang saya kasihi, berkuliah selama 3 tahun di
sini, melayani weekend setap minggu, sibuk ini dan itu, rasanya sudah mengerjakan banyak bagi Tuhan.
Namun, ketka pekerjaan saya diuji Tuhan, mungkin semuanya hangus, tanpa bekas, kecuali abu. Saat itu
mungkin saya akan tertunduk malu masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Saudara-saudara, saya menyadari ada banyak pelayanan yang saya tdak persiapkan dengan sungguh,
ada banyak pelayanan juga yang saya siapkan dengan sungguh namun dengan motvasi yang tdak
sungguh. Pelayanan yang nampak besar di mata orang, tetapi tdak bernilai, hangus ketka diuji Tuhan.
Saudara-saudara, saya sungguh rindu menjalani panggilan sebagai pekerja Tuhan ini dengan lebih
sungguh lagi. Ga pa pa cape sedikit, tdur malam, bangun pagi, untuk menggali firman Tuhan. Ga pa pa
diproses terus dalam hidup ini untuk semakin murni, karena saya ingin membawa persembahan
pelayanan yang berkenan di mata Tuhan. Saya ingin mendengar pujian dari mulut-Nya yang mengatakan,
“Well done my servant, well done!”

Saudara-saudara, biarlah kerinduan saya ini pun menjadi kerinduan kita semua. Saya yakin bukan
kebetulan kita bisa sama-sama mendapat kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan ini. Tuhan mau
kita membangun jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita dengan baik. Ia rindu kita meletakkan dasar
yang benar melalui Injil yang murni. Ia juga rindu kita membangun jemaat dengan bahan yang sesuai
dengan standar Allah, yakni kesungguhan kita dalam mengajarkan firman Tuhan yang murni dan
kesungguhan kita untuk menghidupi firman itu seumur hidup kita.

Saya percaya Tuhan akan memampukan kita menjadi pekerja yang baik. Mari terus berjuang, biarlah
setap kali kita selalu mengevaluasi diri kita pertanyaan: Apakah yang sedang kau bangun? Biarlah satu
kali ketka kita berada di tahta penghakiman Allah, Tuhan menemukan kita sebagai pekerja-Nya yang
seta.

Saya rindu menutup khotbah saya ini dengan sebuah pujian yang digubah oleh Cindy Berry, berjudul
Faithfull Servant.

Lord, we would be faithful

Lord we would follow You

We would be pure and holy, devoted and true

At the end of our journey, on the glorious day

When gaze into Your eyes, we want to hear you say...

Well done my good and faithfull servant

Enter to my kingdom, you have fouth the fight

You have kept the faith according to my Word

Well done my good and faithfull servant


Great is your reward

You have been faithfull, now your race is run

Well done my servant well done

Amin.

Dipostng oleh Benny Solihin di 08.53

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Label: Khotbah

Você também pode gostar