Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
elektrolit), sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil. Itu merupakan
proses normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia. Namun hal ini tidak
menyebabkan kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar
yang dapat ditolerir ginjal dan tubuh. Tetapi karena berbagai sebab, dapat terjadi
kelainan di mana penurunan fungsi ginjal terjadi secara progresif sehingga menimbulkan
berbagai keluhan dari ringan sampai berat. Kondisi ini disebut gagal ginjal kronik
(Colvy, 2010).
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan ireversibel dari berbagai penyebab :
a. Infeksi : pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan : glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular hipertensif : nefroskeloris benigna, nefrosklerosisi maligna,
stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus
ginjal.
f. Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
g. Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
h. Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis
retroperitoneal) dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital apada leher kandung kemih dan uretra).
1
C. Tahap-Tahap Perkembangan Gagal Ginjal Kronik
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
4) pasien asimtomatik
Tahap ini merupakan tahap perkembangan penyakit ginjal yang paling ringan,
karena faal ginjal masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu, penderita juga belum
Selain itu, kreatinin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) masih berada
dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal baru
diketahui setelah pasien diberi beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
2
5) nokturia dan poliuria
Pada tahap ini, penderita masih dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa,
walaupun daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pengobatan harus dilakukan dengan
cepat untuk mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, dan gangguan jantung.
Selain itu, penderita juga harus diberi obat untuk mencegah gangguan faal ginjal.
Pada stadium ini, lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak.
Selain itu, kadar BUN dan kreatinin serum juga mulai meningkat melampaui batas
normal.
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
3
5) berat jenis urine tetap 1,010,
6) oliguria, dan
Pada stadium akhir, kurang lebih 90% massa nefron telah hancur. Nilai GFR
10% di bawah batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan
kurang dari jumlah tersebut. Selain itu, peningkatan kreatinin serum dan kadar BUN
homeostatis cairan dan elektrolit didalam tubuh. Biasanya, penderita menjadi oliguri
stadium akhir gagal ginjal, penderita harus mendapatkan pengobatan dalam bentuk
gagal ginjal tidak menunjukan gejala apapun. Kemudian, penyakit ini berkembang
pemeriksaan laboratorium. Pada tahap ringan dan sedang, penderita penyakit gagal
Pada stadium ini, ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sehingga
volume air kemih bertambah. Oleh karena itu, penderita mengalami nokturia (sering
berkemih pada malam hari). Selain itu, penderita juga mengalami tekanan darah
tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan garam dan air. Hal inilah
Lambat laun, limbah metabolik yang tertimbun didalam darah semakin banyak.
Maka, penderita menunjukan berbagai macam gejala, seperti mudah lelah, letih,
4
kurang siaga, kedutan otot, kelemahan otot, kram, anggota gerak seperti tertusuk
jarum, dan hilangnya rasa pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, nafsu makan
penderita menurun, merasa mual dan muntah, terjadi peradangan pada lapisan mulut
(stomatitis), rasa tidak enak dimulut, dan penderita mengalami penurunan berat
badan dan malnutrisi. Apabila tekanan darah tinggi, penderita akan kejang. Dan
2012).
D. Patofisiologi
Fungsi ginjal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam
tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat
kreatinin urine tampung 24 jam yang menunjukan penurunan clearance kreatinin dan
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi.
Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya
hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H⁺) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men sekresi
5
ammonia dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan
akibat status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang
diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menhasilkan sel darah merah,
dan produksi eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai
serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat, maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum
ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal (Nursalam dan Fransisca, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Menurut Muhammad (2012), manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut
bakteri usus seperti ammonia dan metal gaunidin, serta sembabnya mukosa .
2) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri
6
3) Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui .
3) Ensefalopati metabolik
Klien tampak lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus, kejang.
4) Miopati
ekstremitas proximal.
d. Sistem kardiovaskular
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung
koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit, dan klasifikasi
metastatik
7
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual/libido; fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki serta gangguan
F. Pemeriksaan Penunjang
8
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal,
menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto polos
yang disertai tomogram memberi keterangan yang lebih baik.
e. Pielografi Intra-Vena (PIV)
Pada GGK lanjut tak bermanfaat lagi oleh karena ginjal tak dapat memerlukan
kontras dan pada GGK ringan mempunyai resiko penurunan faal ginjal lebih berat,
terutama pada usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati asam urat. Saat ini sudah
jarang dilakukan pada GGK. Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion
pyelography, untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obsstruksi yang reversibel.
g. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial. Tak jarang ditemukan juga
infeksi spesifik oleh karena imunitas tubuh yang menurun.
h. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama falang/jari), dan kalsifikasi metastatik.
Menurut Colvy (2010), Penanganan dan pengobatan penyakit gagal ginjal kronik
a. Transplantasi ginjal
sebuah ginjal sehat yang diperoleh dari donor. ginjal yang dicangkokkan ini
selanjutnya akan mengambil alih fungsi ginjal yang sudah rusak. Orang yang menjadi
donor harus memiliki karakteristik yang sama dengan penderita. Kesamaan ini
meliputi golongan darah termasuk resus darahnya, orang yang baik menjadi donor
biasanya adalah keluarga dekat. Namun donor juga bisa diperoleh dari orang lain
yang memiliki karakteristik yang sama. Dalam proses pencangkokkan kadang kala
9
kedua ginjal lama, tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang kecuali jika
ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi. Namun,
transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik.
Individu dengan kondisi seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskuler
(pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima transplantasi ginjal. Hal
sebagai penyaring darah sebagaimana layaknya ginjal sehat dan pasien tidak lagi
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis :
yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada prose ini, darah dipompa keluar dari
tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan
dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan
khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai dibersihkan, darah dialirkan
kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan
10
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
c. Obat-obatan
Obat ini membantu pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta
batas normal dan dengan demikian akan memperlambat proses kerusakan ginjal
3) Eritropoietin
Gagal ginjal juga menyebabkan penderita mengalami anemia. Hal ini terjadi
karena salah satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo)
tidak normal, kondisi ini menimbulkan anemia (kekurangan darah). Oleh karena
itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh PGK.
4) Zat besi
Anemia juga disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi. Pada penderita
gagal ginjal konsumsi zat besi (Ferrous Sulphate) menjadi sangat penting. Zat
besi membantu mengtasi anemia. Suplemen zat besi biasanya diberikan dalam
11
5) Suplemen kalsium dan kalsitriol
Pada penderita gagal ginjal kronik, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah,
sebaliknya kadar fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
12
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggal pengkajian :
No. Med. Rec :
Diagnose Medis : GGK ( gagal ginjal kronik )
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia,
hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis
metabolik.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan (Lismidar, 2005).
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(Insomnia/gelisah atau samnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi : nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak, tangan. Distritmia jantung.Nadi lemah halus,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya.
Perasaan yang tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
13
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
d. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit/kelembaban.
Edema (umum, tergantung).
Ulserasi (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
f. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “kaki
gelisah” bebas rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, strupor, koma.
Penurunan DTR.
Tanda chvostek dan trosseau positif, kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari).
Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.
h. Pernapasan.
14
Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan
kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer
(edema paru).
i. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritis.
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah
dari normal (efek GGK/depresi respon imun), petekie, area
ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang; deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas.
Gejala : Penurunan libido; amenonea; infertilitas.
Interaksi sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
k. Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit
polikistik, nefritis, herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
15
1. Rasio intake dan output pada batas normal
2. Berat badan normal
3. Tekanan darah dalam batas ketentuan (140/90 mmHg) dan elektrolit K, Ca, Mg,
Fosfat, Na pada batas normal.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji adanya edema dengana. Merupakan tanda-tanda lethargi cairan yang
distensi vena jugolaris, dispnea, menambah kerja dari jantung dan menuju edema
tachikardi, peningkatan tekanan pulmoner dan gagal jantung.
2 darah crakles pada auskultasi.
a.
3
b. Kaji kelemahan otot tidak adanyab. Tanda-tanda hipernatremia dihasilkan dari tanda
reflek tendon dalam, kram fungsi tubular ginjal.
abdomen dengan diare, tidak
teraturnya nadi.
c.
c.
4 Kaji kelemahan, kelelahan,c. Tanda-tanda hipertermia dihasilkan dari
penurunan reflek tendon ketidakmampuan nefron untuk memfiltrasi keluar
Na.
7
f. Kaji nausea, muntah, hipotensi,f. Tanda-tanda dari hipermagnesia di hasilkan dari
bradikardi dan perubahan reflek ketidakmampuan untuk mengeluarkan magnesium.
tendon dalam
g.
8
h. Monitor intake dan output setiap 4-g. Ketentuan batas cairan jika terjadi oliguri.
8 jam dengan memperhatikan
output di bawah 30 ml/jam
i.
j. Monitor tanda-tanda vital setiap 4h. Tanda-tanda peningkatan elektrolit
9
jam untuk meningkatkan tekanan
darah
k.
i. Monitor BUN, kreatinin, asam urati. Fungsi ginjal diketahui dan peningkatan BUN lebih
10
dari 25 mg/dl dan kreatiniin lebih dari 1,5 mg/dl.
ii.
16
11
l. Monitor urinalisasi sampaij. Ketentuan kemampuan ginjal untuk
hematuria, penurunan kreatinin mengkonsentrasi urine ekskresi elekrolit dan
clerence, ekskesi elektrolit, kerusakan pada ginjal.
penurunan gaya berat khas dan
ketidak normalan lainnya.
m.
12
k. Monitor elektrolit untuk K, Na,
Ca, Mg dan P tingkatkan. k. Evaluasi untuk kalium 5.0 mEq/dl Ca dibawah 6.0
mEq/dl P lebih dari 2.0 mEq/dl Mg lebih dari 3.0
mEq/dl.
13
l. Kolaborasi pemberian obatl. Bekerja sebagai obat diuresis (untuk mengeluarkan
diuretik, HCT kelebihan cairan dalam tubuh)
No Intervensi Rasional
1 Kaji anoreksia, nausea dan muntah Merupakan tanda dan gejala dari
peningkatan azotemia.
2 b. Kaji penerimaan ketidaksukaan dietb. Penurunan intake nutrisi akan
pembatasan protein. mengubah kebutuhan nutrisi
17
7 g. Beri informasi alasan untuk g. Informasi peningkatan keluhan, makan
pembatasan protein dan bagaimana sedikit tapi sering mengurangi nausea
memantang makanan selama 24 jam.
18
8. h. Bantu klien ketika diperlukan
h. Menyimpan energi dan mengurangi
dalam pemenuhan ADL tuntutan.
2. b. Kaji mukosa oral ada stomatitisb. Hasil dari peningkatan urea dan amonia
dan pernafasan bau ammonia dari pecahan bakteri dan urea.
4. d. Kering, rambut mudah rusak dand. Hasil dari retensi urine dan
19
kuku pucat, warna pada kulit. penurunan/peningkatan
10.j. Kesungguhan obat yang lembutj. Pergerakan lembut beku uremi dan
yang seperti baking soda/jagung memenangkan gatal-gatal.
kaji pada bak mandi gunakan sabun
dan kering rambut.
20
3. Klien memperbaharuhi coping, terbukti dengan layaknya.
4. Tidak tampak melemah, murung.
NooN No Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat cemas, ekspresi verbal
Rentang cemas dari sedang
perasaan tentang prognosa dan pengaruh
keberat, tingkat cemas akan tinggi
pada gaya hidup. akan gatal beradaptasi kebiasan
dan kemampuan koping.
2. b. Kaji tingkat penggunaan mekanismeb. Kebiasaan pemecahan masalah
koping, kemampuan menjelaskan diperlukan untuk koping dengan
masalah. penyakit
21
3. Orientasi tempat, waktu dan orangMampu memutuskan suatu yang bersifat dua
pilihan.
No Intervensi Rasional
1. a. Kaji luasnya gangguan kemampuana. Efek sindroma uremik dapat
berpikir, memori dan orientasi perhatikan terjadi dengan kekacauan dan
lapangan perhatian berkembang ke perubahan
kepribadian atau ketidakmampuan
untuk mengasimilasi informasi
dan berbartisipasi dalam
perawatan. Kewaspadaan terhadap
perubahan memberikan
kesempatan untuk evaluasi dan
intervensi.
b.
2. b. Pastikan dari orang terdekat, tingkatc. Membiarkan perbandingan untuk
mental klien biasanya. mengevaluasi
perkembangan/perbaikan
gangguan.
d.
3. c. Berikan informasi orang terdekat tentang
status klien c. Beberapa perbaikan dalam mental
mungkin diharapkan dengan
perbaikan kadar BUN, elektrolit
dan PH serum yang lebih normal.
22
Tingkat istirahat adekuat dan tidaki. Ganguan tidur dapat mengganggu
menganggu periode teratur. kognitif lebih lanjut.
23
i. Cedera, resiko tinggi terhadap (profil darah abnormal) penekanan
produksi/sekresi eritroetin berhubungan dengan penurunan produksi, gangguan
faktor pembekuan; peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan : Tidak mengalami tanda/perdarahan
Kriteria : Klien dapat mempertahankan/menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
No Intervensi Rasional
1. Perhatikan keluhan peningkatana. Dapat menunjukkan anemia dan
kelelahan, kelemahan. Observasi respon jantung untuk
takikadi, kulit/membran mucosa pucat, mempertahankan aksigen sel.
dispnea dan nyeri dada. Rencanakan
aktivitas pasien untuk menghindari
kelelahan.
2 b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku b. Anemia dapat menyebabkan
hipoksia serebral dengan
perubahan mental, orientasi dan
respon prilaku.
24
Kriteria :
1. Klien dapat mengidentifikasi keterbatasan seksual yang disebabkan oleh
masalah kesehatan (GGK)
2. Klien dapat mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam
respon terhadap keterbatasannya
3. Melaporkan adanya kepuasan dalam aktivitas seksual
No Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab dan penunjang a. Untuk mengetahui tindakan apa
yang dapat dilakukan sesuai kondisi
pasien.
2. b. Hilangkan atau kurangi faktor-faktor b. Untuk mengurangi masalah
penyebab bila mungkin
25
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M.R
DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIK
DI RUANGAN ANGGREK RSU BAHTERAMAS KENDARI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. Y.M
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kalawat jaga III
Agama : Kr. Protestsn
Suku / Kebangsaan : Bugis/Indonesia
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 11 Nov 2015
Tanggal pengkajian : 14 Nov 2015
No. Med. Rec : 41.61.88
Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
2. Gemogram
26
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Mual dan Muntah
b. Riwayat keluhan utama
Mual dan muntah dirasakan pasien 1 hari SMRS, pasien muntah dengan
frekwensi 6 kali sehari, muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan
pasien, volume muntah 4 gelas aqua sekali muntah, pasien juga merasa nyeri ulu
hati, 1 hari SMRS, nyeri bersifat hilang timbul dan diraskan 1 menit, pasien
juga mengatakan badan terasa lemah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, badan terasa lemah serta mengalami susah tidur dan
konstipasi (+) mual(+), muntah (-),pucat (+), edema palpebra (+), turgor kulit jelek,
bibir kering dan pecah-pecah, poliuri dan nyeri tekan pada gaster (-), .
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien menderita DM Tipe II sejak tahun 2011 begitu juga dengan Hipertensi.
Pasien juga menderita Hiperkolesterol, pasien meminum obat DM, HPT dan
Hiperkolesterol dengan teratur.
e. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien hanya pasien yang menderita penyakit ini.
f. Pola Fungsi Kesehatan Menurut Marilynn E. Doengoes
a) Aktivitas/istirahat.
Kelelahan dan kelemahan, malaise, gangguan tidur/ Insomnia. Pasien
beraktivitas di bantu oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan,
ambulasi dan imobilisasi, mandi/wc.
b) Sirkulasi.
Riwayat hipertensi sejak tahun 2011, TD : 140/90 mmHg, N : 88x/m, CRT <3
detik.
c) Integritas Ego.
Pasien menerima penyakit yang ia derita saat ini, dan hubungan dengan
keluarga berjalan dengan baik.
d) Eliminasi.
27
Pasien mengalami poliuri dengan frekwensi 14-16 x/hari, pasien juga
mengalami konstipasi dimana pasien terakhir kali BAB pada tanggal 13 juli
2014.
e) Makanan/cairan.
Penurunan nafsu makan, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(Pernapasan ammonia). Pasien makan 3x/hari dengan menu Diit Protein(0,6 gr
/kg/bb/hari) dan Diit kalori (30ml/kg/bb/hari), makanan tidak dihabiskan (1/2
piring dihabiskan).
f) Neurosensori.
Kesadaran pasien compos mentis, konsentrasi baik, tidak ada penurunan fungsi
saraf.
g) Nyeri/kenyamanan.
pasien tidak merasakan nyeri ulu hati dan nyeri kepala. Pasien merasa aman
selama berada di rumah sakit.
h) Pernapasan.
Pernapasan pasien 20x/m tidak ada ronkhi dan wheezing, batuk tidak ada.
i) Integumen
Turgor kulit pasien jelek dan wajah tampak pucat.
j) Seksualitas.
Pasien pada saat ini sudah tak dapat lagi melakukan aktivitas seks karena
dalam keadaan sakit.
k) Interaksi sosial.
[asien sudah tak dapat lagi beraktivitas seperti biasa karena dalam keadaan
sakit, pasien tidak dapat lagi melakukan peran sebagai Ibu Rumah Tangga
karena sakit.
l) Pembelajaran/penyuluhan.
Pasien memiliki riwayat DM, salah satu penyebab GGK adalah DM, pasien
juga harus diberikan pendidikan tentang diit Protein dan Kalori.
28
4. Pemeriksaan Fisik
a. KU : sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD :140/90 mmHg R : 20x/mnt
N : 88x/mnt S : 36,8°C
BB SMRS : 67kg BB saat di kaji : 64kg
b. Sistem Integumen
Pucat (+), kulit kering, turgor lambat
c. Kepala
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering
d. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-) edema palpera (+)
e. Telinga
Secret (+), pendengaran baik
f. Hidung
Secret (+), penciuman baik
g. Mulut & Faring
Keadaan mulut kering (+), bau mulut (+), bibir kering dan pecah-pecah (+),
stomatitis (-)
h. Ekstremitas Atas : Pada tangan bagian kiri terpasang IVFD NaCl 0,9 %
i. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-), bu (+) normal
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik 14 Juli 2014
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
1. Leukosit 11.500 /mm^3 4000-10.000
2. Eritrosit 3,60 10^6/mm^3 4,25-5,40
3. Hemoglobin 10,9 g/dL 12,0-16,0
4. Hematokrit 29,7 % 37,0-47,0
29
5. Trombosit 391 10^3/mm^3 150-450
Kimia klinik
6. GDS 235 mg/dL 70-125
7. Natrium Darah 129 meg/dL 135-152
8. Kalium Darah 3,74 meg/dL 3,5-4,5
9. Chlorida Darah 94 meg/dL 98-109
10. Kreatinin Darah 2,9 mg/dl 0,6-1,1
11 Ureum Darah 53 mg/dl 20-40
3. Terapi obat-obatan
a. Ranitidin 2 x 1 amp IV
b. Merocloporanide 3x1 amp IV
c. Amlodipine 10 mg 1-0-0
e. Ciprofloxacin 1x400 mg IV
f. Simvastatin 10 mg 0-0-1
g. Captopril 3x25 mg
h. Kapsul garam 3x1
i. IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit
30
KLASIFIKASI DATA
DS :
1. Pasien mengatakan adanya bengkak di kelopak mata, bibir kering dan pecah-pecah.
2. Pasien mengatakan badan lelah dan lemah, malaise.
3. Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan karena mual dan berat badan menurun 3
kg.
DO :
1. adanya edema palpebra, bibir kering, pecah-pecah dan bau amoniak, turgor kulit
jelek, kadar kreatinin 2,9Mg/dl dan kadar Ureum Darah 53 mg/dl.
2. Pasien beraktivitas di bantu oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan,
ambulasi dan imobilisasi, mandi/wc, HB 10,9 g/dl.
3. Selera makan pasien menurun, makan 3x1 diit protein dan kalori (1/2 piring
dihabiskan)
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1.
DS : Pasien Nefron yang terserang hancur Kelebihan Volume
mengatakan
Cairan
adanya bengkak di GFR
kelopak mata, bibir
kering dan pecah- (BUN & kreatinin ↗)
pecah.
Retensi natrium
DO :
-adanya edema
Total CES ↗
palpebra
-bibir kering,
pecah-pecah dan Vol Interstisial ↗
bau amoniak
-turgor kulit jelek
-kadar kreatinin Edema
2,9 Preload ↗
Mg/dl
-kadar Ureum Hipertrofi Ventrikel Kiri
Darah 53 mg/dl
COP
31
Retensi Na & H2O↗
Intoleransi Aktivitas
3 DS : pasien Nefron yang terserang hancur
mengatakan tidak
ada nafsu makan GFR
karena mual, (BUN & kreatinin ↗)
pasien juga
mengatakan Sekresi protein terganggu
mengalami
penurunan BB Sindrom uremia Gangguan nutrisi
3kg kurang dari
Do : Gangguan keseimbangan asam-basa kebutuhan tubuh
1. Selera makan
pasien menurun, Produksi asam lambung meningkat
makan 3x1 diit
protein dan kalori Nausea, Vomitus
(1/2 piring
dihabiskan) Gangguan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
32
33
INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 a. Gangguan Keseimbangan cairan dan 1. 1. Kaji adanya Tgl. 14 Nov 2015 S : Pasien
keseimbangan cairan edema dengan
elektrolit Jam : 11.00 mengatakan
distensi vena
dan elektrolit
1. Rasio intake dan output jugularis, dispnea, 1. Mengkaji adanya edema adanya edema
berhubungan dengan tachikardi, palpebra, dispnea (-), TD :
pada batas normal pada palpebra,
penurunan peningkatan tekanan 140/90 mmhg nausea (-
2. Berat badan normal darah crakles pada ) muntah (-). bibir kering,
glomerulo filtration
3. Tekanan darah dalam batas auskultasi.
rate. lemah dan lelah.
DS : Pasien ketentuan (140/90 mmHg) R :Merupakan Jam 11.00
dan elektrolit K, Ca, Mg, tanda-tanda lethargi 2. Mengkaji kelemahan
mengatakan adanya cairan yang otot (-) tidak adanya
Fosfat, Na pada batas O : adanya
menambah kerja reflek tendon dalam (-)
bengkak di kelopak normal. dari jantung dan kram abdomen (-) N : edema palpebra,
mata, bibir kering 4. Tidak ada edema menuju edema 88x/m, membran
mukosa/bibir
pulmoner dan gagal mukosa/bibir kering,
dan pecah-pecah. 5. Membran mukosa baik,
bibir lembab dan turgor jantung. pecah- pecah dan bau kering pecah-
DO : amoniak dturgor kulit :
kulit baik. pecah dan bau
22. Kaji kelemahan jelek.
-adanya edema
otot tidak adanya amoniak, turgor
palpebra reflek tendon dalam, Jam 11.00
kulit jelek, TD
kram abdomen 3. Mengkaji kelemahan (+)
-bibir kering, pecah-
dengan diare, tidak kelelahan (+) penurunan :140/90,
pecah dan bau teraturnya nadi, reflek tendon ?(-).
Kreatinin : 29
membran mukosa
amoniak
dan turgor kulit.. Jam 11.30 mg/dl Ureum
-turgor kulit jelek R :Tanda-tanda 4. Memonitor TTV TD :
Darah 53 mg/dl.
hipernatremia 140/90mmhg, N : 88x/m,
-kadar kreatinin 2,9
dihasilkan dari R : 20x/m, SB : 36,8 c,
34
Mg/dl tanda fungsi tubular Kreatinin : 29 mg/dl,
ginjal. Ureum Darah 53 mg/dl, K
-kadar Ureum Darah A : Masalah
: 3,74, Na : 129, Cl : 94.
53 mg/dl 3. 3. Kaji kelemahan, BelumTeratasi
kelelahan, Jam 12.00
penurunan reflek 5. Berkolaborasi
tendon pemberian obat diuretik, P : Lanjutkan
R :Tanda-tanda HCT
Intervensi
hipertermia a. Ranitidin 2 x 1 amp
dihasilkan dari
IV
ketidakmampuan
nefron untuk b. Merocloporanide 3x1
memfiltrasi keluar
amp IV
Na.
diperlukan aibsorps c. Amlodipine 10 mg 1-
Ca dari intestinum.
0-0
4. 4. Monitor tanda- d. Asquidone 2x30 mg
tanda vital, kreatinin
e. Ciprofloxacin 1x400
R :Tanda-tanda
peningkatan mg IV
elektrolit
f. Simvastatin 10 mg 0-
5. 5. Kolaborasi 0-1
pemberian obat
g. Captopril 3x25 mg
diuretik, HCT
R :Bekerja sebagai h. Kapsul garam 3x1
obat diuresis (untuk
i. IVFD NaCl 0,9 20
mengeluarkan
kelebihan cairan gtt/ menit
dalam tubuh)
35
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi1. 1. Kaji tingkat Jam 11.00 S : Pasien
b/d aktivitas dan
keperawatan selama 2x24 1. Mengkaji tingkat mengatakan
toleransi, pola
produksi eritrosit aktivitas dan toleransi :
jam diharapkan Kebutuhan aktivitas badan lelah
menurun ditandai Pasien mengatakan
kemampuan dalam
aktivitas sehari-hari dapat badan lelah dan lemah, dan lemah,
dengan : ADL keadaan
malaise. , pola aktivitas
DS : Pasien terpenuhi. bedrest, TTV. malaise.
kemampuan dalam
R : Merupakan data
mengatakan badan KH : ADL : makan, minum,
dasar terhadap
berjalan, ke wc di bantu
lelah dan 1.
lemah, Kontinuitas partisipasi ADL kemampuan O : - Pasien
oleh suami. TTV: TD :
beraktivitas dan
malaise. 2. Mengemukakan 140/90, N : 88x/m, SB : beraktivitas di
untuk tindakan
36,8c, R : 20x/m.
kemampuan untuk berikutnya. bantu oleh orang
DO :- Pasien memelihara tingkat energy Jam 11. 05 lain baik dalam
2. 2. Kaji kelemahan
beraktivitas di bantu3. Hilangnya komplikasi. dyspnoe, pucat dan 2. Mengkaji kelemahan makan, minum,
pusing perdarahan (+), dyspnoe (-),
oleh orang lain baik berjalan,
dari gusi, luapan pucat(+) dan pusing (-
dalam makan, menstruasi berat ) perdarahan dari gusi ambulasi dan
saluran (-), luapan menstruasi
minum, berjalan, imobilisasi,
gastrointestinal. berat saluran
ambulasi dan R: Tanda dan gejala gastrointestinal (-). mandi/wc.
anemia dengan
imobilisasi, -HB 10,9 g/dl
penurunan produksi Jam 12.00
mandi/wc. eritropoetin yang -Eritrosit 3,60
menstimulasi 3. Memonitor jumlah
-HB 10,9 g/dl darah merah : 3,60 106mm3
produksi.
-Eritrosit 3,60 106mm3, hematokrit : -Hematokrit :
3. 3. Monitor jumlah 29,7 % , hemoglobin :
106mm3 10,9 g/dl. 29,7 %
darah merah,
-Hematokrit : 29,7 % hematokrit,
hemoglobin, jumlah
36
platelet RBC kurang Jam 01.00 A : Masalah
dari 6 juta Hct 4. Membantu klien ketika
belum teratasi
kurang dari 20% diperlukan dalam
Hgb kurang dari 10 pemenuhan ADL : P : lanjutkan
g/dl membantu berpindah
Intervensi
R : Penurunan kamar serta membawa
merupakan indikasi pasien ke wc.
suspek anemia, 5. Mengajari pasien
kehilangan darah. bagaimana untuk
merencanakan
4. 4. Bantu klien pembatasan untu
ketika diperlukan memodifikasi atau
dalam pemenuhan meningkatkan aktivitas
ADL yang disetujui pada
R: Menyimpan tingkat toleransi dan
energi dan tujuan realistis.
mengurangi tuntutan
Jam 01.30
5. 5.Ajari klien 6. Menganjurkan pasien
bagaimana untuk hindari aktivitas atau
merencanakan mengunakan alat (sikat
pembatasan untu gigi, pisau cukur) yang
memodifikasi atau mungkin menyebabkan
meningkatkan trauma pada jaringan
aktivitas yang
disetujui pada
tingkat toleransi dan
tujuan realistis.
R : Izinkan untuk
mengontrol pasien
ketika mencapai
perkembangan dan
37
menghindari
kelelahan
6. 6. Anjurkan pasien
hindari aktivitas
atau mengunakan
alat (sikat gigi,
pisau cukur) yang
mungkin
menyebabkan
trauma pada
jaringan: catat setiap
perdarahan dari
mukosa memar
berlebih
R : Kecenderungan
berdarah
menyebabkan
hilangnya darah
terutama jaringan
3 Gangguan nutrisi Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji pola nutrisi Tgl. 14 Nov 2015
kurang dari keperawatan selam 2x24 pasien dan Jam : 11.00
kebutuhan tubuh b/d jam diharapkan Kebutuhan perubahan yang 1. Mengkaji pola nutrisi
Hb, peningkatan nutrisi pasien dapat terjadi pasien
asam lambung di terpenuhi R : mengetahui - selera makan : Tidak
tandai dengan: KH : pola nutrisi klien baik
DS : Pasien 1. Hilangnya anoreksia serta intake Frekuensi : 3x/hari
38
mengatakan tidak 2. Hilangnya mual dan muntah makanan Menu makan : Diit
ada nafsu makan 3. Intake 2000 kalori perhari 2. Timbang berat Protein 0,6 gr/kg/bb/hari
karena mual 4. Porsi makan di habiskan badan Kalori 30ml/kg/bb/hari
5. Berat Badan
Dan berat badan R: Porsi : Tdk dihabiskan
menurun 3 kg. Mengidentifikasi (1/2piringdihabiskan)
DO : intake makanan 2. Menimbang BB
Pola Nutrisi Anoreksia -64 Kg
Selera makan : Tdk
baik/menurun 4. Berikan makanan Jam : 12.00
Frekuensi : 3x/hari porsi kecil tapi 4. Memberikan makanan
Menu makan : sering. -Pasien porsi kecil tapi sering
diberikan oleh ahli makan 3x/hari. Pada
gizi Diit Protein dan jam 8 pagi, jam 12 5. Menganjurkan
Diit Kalori siang dan jam jam 7 menghindari minum
Porsi makan : Tdk malam. berkafein, juice makanan
dihabiskan (1/2 panas/berbau
piring) 5. Anjurkan
menghindari minum
6. Berkolaborasi dengan
berkafein, juice
makanan dokter dlm pemberian
panas/berbau
diet dan pola makan
pasien
39
6. Kolaborasi dengan Protein 0,6 gr/kg/bb/hari
ahli gizi dalam Kalori 30ml/kg/bb/hari
pemberian diet dan
pola makan pasien 7. berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat :
7. kolaborasi dengan - Ranitidin 2 x 1 amp IV
dokter dalam - Merocloporanide 3x1
pemberian obat amp IV
- Amlodipine 10 mg 1-0-0
- Asquidone 2x30 mg
- Ciprofloxacin 1x400 mg
IV
- Simvastatin 10 mg 0-0-1
- Captopril 3x25 mg
- Kapsul garam 3x1
- IVFD NaCl 0,9 20 gtt/
menit
40