Você está na página 1de 15

ANALISIS PROBABILITAS LONGSORAN PADA LERENG DI

SISI TIMUR PHASE 6 PENAMBANGAN PIT BATU HIJAU


PT NEWMONT NUSA TENGGARA BERDASARKAN
HASIL PEMETAAN GEOTEKNIK
Randy Pariza Patah Asbi
Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
randy.pariza@gmail.com
Abstrak
Kondisi struktur pada lereng timur penambangan phase 6 pit Batu Hijau, dimana arah (strike) muka lereng
memotong arah (strike) struktur dan kondisi massa batuan yang lemah menjadi faktor utama penyebab model
longsoran baji (wedge) terjadi, serta nilai sudut lereng mempengaruhi besarnya nilai Probabilitas Kelongsoran
(PK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai PK model longsroan baji,serta faktor yang
mempengaruhi model longsroan baji dan nilai PK pada lereng penambangan phase 6 pit Batu Hijau. Data yang
digunakan di dalam penelitian ini yaitu, orientasi lereng timur dan orientasi struktur geologi disepanjang lereng
timur. Lereng timur penambangan phase 6 pit Batu Hijau dibagi menjadi tujuh blok area analisis (LWR1, LWR2,
MDL2, MDL3 Over, MLD3 Below, UPR1, UPR2). Model longsoran ditentukan menggunakan metode analisis
kinematika dan nilai PK menggunakan pendekatan probabilitas relatif. Kemudian sudut lereng efektif ditentukan
berdasarkan ketentuan standar kriteria penerimaan (acceptance criteria) PK ≤ 20%. Hasil analisis model longsoran
baji dan probabilitas kelongsoran (PK) menunjukan bahwa pada lereng timur penambangan phase 6 pit Batu Hijau
terdapat 5 blok dalam kondisi model longsoran baji stabil (stable wedge) dengan PK ≤ 20% yaitu, blok MDL2,
MDL3 Over, MLD3 Below, UPR1, UPR2, dan terdapat 2 blok dalam kondisi model longsoran baji tidak stabil
(unstable wedge) dengan PK ˃ 20% yaitu, blok LWR1 dan LWR2.

Kata kunci: analisis kinematik, analisis probabilitas kelongsoran (PK), model longsoran baji stabil (stable wedge),
model longsoran baji tidak stabil (unstable wedge), standar kriteria penerimaan (acceptance criteria).

1. Pendahulan 2. Metode Penelitian


Kondisi struktur yang kompleks pada massa batuan Penlitian ini merupakan penelitian deskriptif
di sekitaran badan bijih merupakan faktor penyebab dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
utama terjadinya longsoran, sebagaimana struktur Penelitian deskriptif adalah penelitian yang metode
(fault, shear, vein, joint, dll) merupakan salah satu penyelesaian masalah dengan cara menggambarkan
bidang batas ketidak menerusan massa batuan objek penelitian pada saat keadaan sekarang
(diskontinuitas). Dijelaskan oleh Read dan Stacey berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya,
(2010), bahwa pada batuan yang kuat (hard rock) kemudian dianalisis dan diinterpretasikan, bentuknya
struktur merupakan faktor pengontrol terjadinya berupa survei dan studi perkembangan, dan
longsoran. Senada dengan Read dan Stacey (2010), pendekatan kuantitatif merupakan suatu proses
pada penambangan phase 6 pit Batu Hijau PT. penyelesaian masalah yang mementingkan adanya
Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), faktor utama variabel-variabel sebagai objek penelitian, serta
penyebab longsoran adalah struktur yang intensif, variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam
kemudian ditambah lagi kekuatan massa batuan yang bentuk operasionalisasi dari masing-masing variabel
lemah (Adriansyah, 2013 dalam Aprilia, 2014). (Syofian Siregar, 2015).
Khususnya pada lereng di sisi timur, dimana arah
2.1Metode Pengumpulan Data
(strike) struktur dan arah (strike) lereng yang saling
Metode pengumpulam data yang digunakan dalam
berpotongan menjadi faktor penyebab model
penelitian ini adalah metode observasi, dimana
longsoran baji (wedge) terjadi dan besarnya nilai
peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap
sudut lereng mempengaruhi nilai probabilitas
kondisi aktual lereng sisi timur phase 6 pit Batu
kelongsoran (PK). Oleh Karena itu model longsoran
Hijau, beserta kondisi struktur yang ada. Kegiatan
dan PK sangat dipengaruhi oleh orientasi struktur
pengumpulan data ini dilakukan bersama dengan
terhadap orientasi lereng, serta sudut gesek dalam
engineer-engineer Departemen Geoteknik dan
(friction angle). Tingkat keberagaman dan intensitas
Hidrogeologi PT. NNT. Metode observasi yang
keberadaan struktur yang tinggi pada massa batuan
digunakan dalam penilitian ini adalah metode Line
membutuhkan suatu metode analisis model longsoran
Mapping, metode ini merupakan salah satu metode
yang mampu menggambarkan kondisi longsoran
dalam ilmu geoteknik untuk memperoleh data pada
secara lebih spesifik, sehingga resiko model longsoran
struktur permukaan lereng tambang.
dapat digambarkan dalam bentuk persentase nilai PK.

1
Tabel 1: Data Primer Pemetaan Geoteknik A. Dip dari diskontinuitas (atau plunge dari garis
Blok ID Line Mapping Jumlah Data perpotangann 2 bidang) harus lebih besar dari
sudut gesek dalam.
LWR1 NE01-NE06 63 B. Diskontinuitas(ataugarisperpotongan2bidang)
harus daylight dalam muka lereng.
East Sector

LWR2 NE06-NE09 31 C. Dip dari diskontinuitas (atau plunge dari garis


perpotangann 2 bidang) harus lebih kecil dari
UPR1 E10-E15 70
pada dip muka lereng.
UPR2 E15-E18/ E01-E04 83 Selain dari 3 kondisi di atas, model longsoran
baji dan bidang ada syarat lain yang juga harus
Total 247 dipenuhi. Pada model longsoran bidang, kondisi
dip direction diskontinuitas ± 20଴ terhadap dip
Tabel 2: Data Sekunder Pemetaan Geoteknik
direction muka lerengGambar 2, dan untuk model
Blok ID Line Mapping Jumlah Data longsoran baji, plunge intersection (perpotongan 2
HD01-HD05, AT02-
bidang) harus daylight terhadap muka lereng
AT07, SH08-SH14, Gambar 4, (Hoek & Bray, 1981 dalam Charles
LWR1 DN6-DN9, DS1-DS4, 433 A. Kliche, 1999).
NT01-NT05
RG1-RG2, ES01-ES03
KTL01-KTL05, SH14-
SH22,
East Sector

DH01-DH03, RG2-RG7
LWR2 382
CW01-CW03, NT05-
NT10
ES03-ES07
YS11-YS14, GT1-GT6,
MDL2 237
SM7-SM15

YS15-YS18, SM1-SM6,
MDL3 293
GT6-GT12/ GT1-GT6

UPR1 DR1-DR4, YS19-YS21 236 Gambar 1. Model Longsoran Bidang (Planar)


Sumber: Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi (Hoek & Bray, 1981)
PT. NNT, 2016.

2.2 Metode Analisis Data


1. Analisis Kinematika
Analisis kinematika adalah analisis murni tentang
geometri, untuk meneliti model longsoran yang
berpotensi terjadi pada suatu massa batuan dengan
mempertimbangkan kenampakan yang ada pada
lereng batuan, dalam analisis kinematika orientasi
diskontinuitas, muka lereng, permukaan lereng
teratas, dan permukaan lereng lainnya yang juga
mempengaruhi pergerakan, kemudian diteliti
untuk menentukan model longsoran yang paling
mungkinterjadi(Charles A.Kliche,1999).Analisis
model longsoran dengan metode kinematika
didasarkan pada uji coba yang dilakukan oleh
Markland (1972, dalam Charles A. Kliche, 1999)
atau disebut juga Markland Test. Uji Markland Gambar 2. Stereonet Longsoran Bidang (Planar)
(Hoek & Bray, 1981)
untuk longsoran bidang berpotongan, baji (wedge)
dan bidang (planar) ada 3 kondisi yang Projeksi stereografis dapat juga digunakan untuk
memungkinkan longsoran terjadi (Hoek & menentukan potensi model longsoran guling
Bray, 1981; Piteu & Martin, 1982; Charles A. (toppling) secara kenematika Gambar 6. Dalam
Kliche, 1999) yaitu: menentukan kemungkinan model longsoran
guling secara kinematika, ada syarat kondisi yang
harus dipenuhi, sebagai berikut:

2
A. Terdapat bidang diskontinuitas yang
menghunjam kedalam dan arah nya (direction)
searah dengan muka lereng, serta dip
diskontinuitas lebih kecil dari Sudut gesek
dalam (β<θ).
B. Terdapat bidang diskontinuitas (join set
tegak lurus terhadap muka lereng) yang
memotong bidang diskontinuitas lainnya
(bidang diskontinuitas yang menghunjam
kedalam.

Gambar 6. Stereonet Longsoran Guling (Toppling)


(Hoek & Bray, 1981)

2. Analisis Probabilitas Kelongsoran (PK)


Pendekatan probabilitas berdasarkan analisis
kinematika merupakan pendekatan metode
probabilitas relatif, dimana suatu peristiwa atau
Gambar 3. Model Longsoran Baji (Wedge) event (E) terjadi tergantung dari jumlah kejadian
(Hoek & Bray, 1981) pada percobaan (n) dalam keseluruhan percobaan
(N), secara matematis sederhana dapat ditulis:

P(E) = ...........……… (1)

Pada setiap peristiwa yang terjadi dalam masing-
masing percobaan telah mancakupi variabel-
variabel persyaratan analisis kinematika seperti
dip dan dip direction diskontinuitas, sudut gesek
dalam, sudut lereng, serta arah umum (strike)
lereng. Peristiwa yang terjadi pada setiap
percobaan yang dimaksud dalam analisis
kinematika adalah bidang lemah untuk longsoran
bidang dan guling atau intersection untuk
longsoran baji yang berada dalam area kritis
(daylight). Bidang lemah atau intersection dalam
area kritis (daylight) maupun diluar area kritis
(nondaylight) merupakan total keseluruhan
percobaan Gambar 7.
Gambar 4. Stereonet Longsoran Baji (Wedge)
(Hoek & Bray, 1981)

Gambar 7. Ilustrasi Analisis Kinematik Longsoran Baji


Gambar 5. Model Longsoran Guling (Toppling) untuk Perhitungan Probabilitas
(Hoek & Bray, 1981) (Rocscience Inc. Dengan Modifikasi, 2016)

3
Pada analisis kinematika dengan menggunakan nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 44.5଴.
penggambaran stereografis untuk memperhitungkan Terdapat 17.009 intersection yang terkonsentrasi
nilai Faktor Keamanan (FK) atau Factor of Safety di area kritis dan/ atau 17.009 interscetion dengan
(FoS) dapat dilakukan dengan menentukan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi
bidang lemah atau intersection yang berada tidak stabil (unstable wedge), dan 67.126 interscetion
dalam area kritis (daylight) dan yang berada yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi
di luar area kritis (nondaylight). stabil (stable wedge) Gambar 17. Analisis
Daylight = FK/FoS < 1..........(2) model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual
Non daylight = FK/FoS ≥ 1..……(3) 45଴ dengan slope aspect yang sama pada 85.045
intersection, terdapat 17.919 intersection yang
3. Hasil dan Pembahasan
terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 17.919
3.1Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan
interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok LWR1
(FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable
Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok
wedge), dan 67.126 interscetion yang nilai FoS
LWR1 untuk 494 data struktur, analisis model
lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil (stable
longsoran wedge menghasilkan 121.718 intersection
wedge), dengan nilai PK = 21.07%, Gambar 18.
bidang struktur dengan slope aspect 240଴, untuk nilai
PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 44଴. Terdapat
24.541 intersection yang terkonsentrasi di area
kritis dan/ atau 24.541 interscetion dengan nilai
FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak
stabil (unstable wedge), dan 97.177 interscetion
yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi
stabil (stable wedge), Gambar 15. Analisis model
longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 45଴
dengan slope aspect yang sama pada 121.718
intersection, terdapat 26.367 intersection yang
terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 26.372
interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
(FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge),
Gambar 9. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai
dan 95.351 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1
PK Pada Blok LWR2
(FoS>1) dalam kondisi stabil (stable wedge), dengan
nilai PK = 21.66%, Gambar 16. 3.3Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan
Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok MDL2
Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada
blok MDL2 untuk 237 data struktur, analisis
model longsoran wedge menghasilkan 27.962
intersection bidang struktur dengan slope aspect
265଴, untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut
lereng 58.5଴. Terdapat 5.592 intersection yang
terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 5.592
interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
(FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge),
dan 22.370 interscetion yang nilai FoS lebih dari
1 (FoS>1) dalam kondisi stabil (stable wedge)
Gambar 19. Analisis model longsoran wedge untuk
Gambar 8. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai sudut lereng aktual 39଴ dengan slope aspect
PK Pada Blok LWR1 yang sama pada 27.962 intersection, terdapat
982 intersection yang terkonsentrasi di area
3.2Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan kritis dan/ atau 982 interscetion dengan nilai
Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok LWR2 FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi
Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada tidak stabil (unstable wedge), dan 26.980
blok LWR1 untuk 413 data struktur, analisis model interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1)
longsoran wedge menghasilkan 85.045 intersection dalam kondisi stabil (stable wedge), dengan nilai
bidang struktur dengan slope aspect 280଴, untuk PK = 3.51%, Gambar 20.

4
3.5Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan
Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok MDL3
Below
Hasil analisis kinematika yang dilakukan
pada blok MDL3 Below untuk 43 data struktur,
analisis model longsoran wedge menghasilkan
903 intersection bidang struktur dengan slope
aspect 295଴, untuk nilai PK ≤ 20% terletak
pada sudut lereng 47଴. Terdapat 182 intersection
yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 182
interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
(FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable
wedge), dan 721 interscetion yang nilai FoS
Gambar 10. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai
lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil
PK Pada Blok MDL2
(stable wedge), Gambar 23. Analisis model
3.4Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 41଴
Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok MDL3 dengan slope aspect yang sama pada 903
Over intersection, terdapat 108 intersection yang
Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 108
blok MDL3 Over untuk 250 data struktur, analisis interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
model longsoran wedge menghasilkan 31.120 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable
intersection bidang struktur dengan slope aspect wedge), dan 795 interscetion yang nilai FoS
295଴, untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil
lereng 48଴. Terdapat 6.251 intersection yang (stable wedge), dengan nilai PK = 11.96%,
terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 6.251 Gambar 24.
interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
(FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable
wedge), dan 24.869 interscetion yang nilai FoS
lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil (stable
wedge), Gambar 21. Analisis model longsoran
wedge untuk sudut lereng aktual 41଴ dengan
slope aspect yang sama pada 31.120
intersection, terdapat 3.445 intersection yang
terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 3.445
interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1
(FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable
wedge), dan 27.674 interscetion yang nilai FoS
lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil (stable
wedge), dengan nilai PK = 11.07%, Gambar 22. Gambar 12. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai
PK Pada Blok MDL3 Below

3.6Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan


Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok UPR1
Hasil analisis kinematika yang dilakukan
pada blok UPR1 untuk 306 data struktur,
analisis model longsoran wedge menghasilkan
46.655 intersection bidang struktur dengan
slope aspect 295଴, untuk nilai PK ≤ 20%
terletak pada sudut lereng 60଴. Terdapat 7.118
intersection yang terkonsentrasi di area kritis
dan/ atau 7.118 interscetion dengan nilai FoS
lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi
tidak stabil (unstable wedge), dan 39.537
Gambar 11. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai
interscetion yang nilai FoS lebih dari 1
PK Pada Blok MDL3 Over

5
(FoS>1) dalam kondisi stabil (stable wedge),
Gambar 25. Analisis model longsoran wedge
untuk sudut lereng aktual 38଴ dengan slope
aspect yang sama pada 46.655 intersection,
terdapat 2.967 intersection yang terkonsentrasi
di area kritis dan/ atau 2.967 interscetion
dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1)
dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge),
dan 43.688 interscetion yang nilai FoS lebih
dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil (stable
wedge), dengan nilai PK = 6.36%, Gambar 26.

Gambar 14. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai


PK Pada Blok UPR2

3.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Model Longsoran


Baji (Wedge) danProbabilitas Kelongsoran(PK)

Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Analisis Peneliti (PK ≤ 20%)


Slope Hasil Analisis Peneliti
Blok Aspect
IRA PK
(º)
(º) (%)
LWR1 240 44 20

Gambar 13. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai LWR2 280 44.5 20
PK Pada Blok UPR1
MDL2 265 58.5 20
3.7Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan
MDL3
Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok UPR2 Below
295 48 20
Hasil analisis kinematika yang dilakukan
pada blok UPR2 untuk 83 data struktur, MDL3
295 47 20
analisis model longsoran wedge menghasilkan Over
3.402 intersection bidang struktur dengan UPR1 240 60 20
slope aspect 265଴, untuk nilai PK ≤ 20%
terletak pada sudut lereng 52଴. Terdapat 678 UPR2 265 52 20
intersection yang terkonsentrasi di area kritis
dan/ atau 678 interscetion dengan nilai FoS Tabel 4: Rekapitulasi Hasil Analisis LerengAktual
lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak Analisis Lereng Aktual
Slope
stabil (unstable wedge), dan 2.724 interscetion PT. NNT
Blok Aspect
yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam IRA PK
(º)
kondisi stabil (stable wedge), Gambar 27. (º) (%)
Analisis model longsoran wedge untuk sudut LWR1 240 45 21.49
lereng aktual 38଴ dengan slope aspect yang
sama pada 3.402 intersection, terdapat 171 LWR2 280 45 21.07
intersection yang terkonsentrasi di area kritis
dan/ atau 171 interscetion dengan nilai FoS MDL2 265 39 3.51
lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak
MDL3
stabil (unstable wedge), dan 3.231 interscetion Below
295 41 11.96
yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam
kondisi stabil (stable wedge), dengan nilai PK MDL3
= 5.03%, Gambar 28. 295 41 11.07
Over

UPR1 240 38 11.05

UPR2 265 38 5.03

6
Tabel rekapitulasi hasil analisis yang dilakukan 4. Kesimpulan dan Saran
tidak dimaksudkan untuk membandingkan nilai 4.1Kesimpulan
sudut lereng aktual dengan nilai sudut lereng Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
hasil peneliti pada tingkat desain implementasi, terhadap ± 1828 data struktur di sepanjang lereng
melainkan pada tingkat desain analisis, timur penambangan phase 6 pit Batu Hijau,
sehingga nilai sudut lereng aktual diasumsikan menunjukkan dominan model longsoran baji
ke dalam kondisi kinematika, oleh karena itu (wedge) dalam kondisi stabil dengan probabilitas
evaluasi ataupun rekomendasi yang dilakukan longsoran (PK) kurang dari 20% (PK < 20%), kecuali
pada blok penelitian, disesuaikan pada standar blok LWR1 dan LWR2 , dan pada kondisi dimana
kriteria penerimaan PK ≤ 20%. orientasi struktur yang memiliki nilai tetap tidak
dapat dirubah ataupun direkayasa, serta arah (strike)
3.9Rekomendasi
lereng yang juga memiliki nilai tetap dikarenakan
Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis model
geometri bijih (ore), maka sudut lereng merupakan
longsoran baji (wedge) dan probabilitas
faktor yang mempengaruhi model longsoran baji
kelongsoran (PK) menunjukan terdapat 2 lereng
dan nilai PK.
dalam kondisi model longsoran baji tidak stabil
(unstable wedge) blok tersebut yaitu, blok LWR1
4.2Saran
dengan sudut lereng 45଴ nilai PK = 21,49% dan Dalam proses melakukan kegiatan studi pada
LWR2 dengan sudut lereng 45଴ nilai PK = tahap analisis untuk memperoleh hasil yang
21,07%. Kemudian rekomendasi nilai sudut maksimal, konsep-konsep dasar dan metodologi
lereng efektif disesuaikan dengan ketentuan teoritis perlu disesuaikan dengan kondisi aktual
standar kriteria penerimaan (acceptance criteria) dilapangan. Didasarkan pada hal tersebut maka
PK ≤ 20%. Berikut penjelasan rekomendasi ada beberapa saran dari peneliti untuk para
pembaca maupun peneliti selanjutnya, yaitu:
dari masing-masing blok:
1. Peneliti menyarankan untuk membagi atau
1. Blok LWR1 membatasi zona kinematika berdasarkan
Rekomendasi yang diberikan untuk sudut lereng geometri lereng yang ada, dengan tujuan
inter-ramp blok LWR1 adalah 44଴ yang hasil yang lebih maksimal namun tetap
diartikan lereng aktual (45଴) dilandaikan 1଴, sesuai dengan kaidah keilmuan yang benar,
dalam halnya melakukan proses pelandaian tetapi juga tidak mengurangi kualitas lereng
pada lereng inter-ramp ada 2 pilihan yang aktual yang ada.
ditentukan, yaitu: 2. Dari sekian banyak variabel yang ada pada
A. Melakukan pelebaran pada bench menjadi struktur berkaitan dengan konsep kinematika
10m/single bench hanya 2 variabel (dip/ dip direction) yang
B. Melakukan pelandaian pada BFA menjadi dijadikan bahan analisis, maka dari itu peneliti
68଴/single bench menyarakan untuk penelitian selanjutnya
2. Blok LWR2 agar dapat mempertimbangkan variabel lain
Rekomendasi yang diberikan untuk sudut lereng yang ada sebagai bahan analisis untuk
inter-ramp blok LWR2 adalah 44.5଴ yang mengetahui pengaruh yang lebih jauh dari
diartikan lereng aktual (45଴) dilandaikan 0.5଴, bidang struktur atau diskontinuitas yang ada
dalam halnya melakukan proses pelandaian terhadap performa lereng tambang. Variabel
pada lereng inter-ramp ada 2 pilihan yang yang dimaksud peneliti salah satunya adalah
ditentukan, yaitu: jarak antara kedua struktur atau lebih, jarak
A. Melakukan pelebaran pada bench menjadi sangat mempengaruhi suatu model longsoran
9.8m/single bench serta nilai probabilitasnya.
B. Melakukan pelandaian pada BFA menjadi
69଴/single bench Ucapan Terima Kasih
Catatan: Rekomendasi nilai sudut lereng Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Ir.
diasumsikan dalam kondisi kinematik dan Ircham, M.T., selaku Ketua Sekolah Tinggi
harus diuji dengan mempertimbangkan gaya- Teknologi Nasional Yogyakarta, kepada Bapak
gaya yang bekerja pada lereng dan aspek Dr. R. Andy Erwin Wijaya, S.T., M.T., selaku
penting lainnya. Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, dan tidak

7
lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada ............, 2016, Peta Aktual Topografi Lereng
PT. Newmont Nusa Tenggara khususnya Timur Phase 6 Penambangan Pit Batu Hijau,
Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi atas Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi,
waktu dan kesempatan yang telah diberikan PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara
untuk melakukan penelitian di tambang Batu Barat.
Hijau. ............, 2016, Peta Desain Pit Phase 6 Batu Hijau,
Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi,
Daftar Pustaka PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara
Aprilia, F., 2014, Analisis Tipe Longsor dan Barat.
Kestabilan Lereng Berdasarkan Orientasi ............, 2016, Peta Lokasi Line Mapping Geoteknik
Struktur Di Dinding Utara Tambang Batu Di Lereng Timur Phase 6 Penambangan
Hijau, Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Teknik, Pit Batu Hijau, Departemen Geoteknik dan
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gajah
Hidrogeologi, PT. Newmont Nusa Tenggara,
Mada.
Garwin, S., 2000, The Setting, Geometry and
Nusa Tenggara Barat.
Timing of Intrusion-related Hydrothermal
System in the Vicinity of the Batu Hijau
Porphyry Copper-gold Deposit, Sumbawa,
Indonesia: Disertasi doktor tidak dipublikasikan.
Nedland: University of Western Australia.
Garwin, S., Hall, R., Watanabe, Y., 2005, Tectonic
Setting, Geology, and Gold and Copper
Mineralization in Cenozoic Magmatic Arcs
of Southeast Asia and the West Pacific,
dalam Economic Geology 100th Anniversary
Volume hlm. 891-930.
Hall, R., 1995, Plate Tectonic Reconstruction of Gambar 15. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
the Indonesian Region, didalam Proceeding Blok LWR1
Indonesian Petroleum Association: 24th Annual
Convention-1995.
Hoek, E., dan Bray, J.W., 1981, Rock Slope
Engineering, edisi ke-4, London dan New
York: Penerbit Institute of Mining and
Metallurgic
Kliche, C.A., 1999, Rock Slope Stability, USA:
Penerbit Society for Mining, Metallurgy,
and Exploration, Inc.
Mathis, J.I., A Guide to Statistically Designing
A Rock Slope, USA: Penerbit Zostrich
Geotechnical. Gambar 16. Analisis Kinematik Longsoran Bji (Wedge)
Read, J., dan Stacey, P., (Ed.), 2010, Guedilines Sudut Lereng Aktual Blok LWR1
for Open Pit Slope Design, Australia: Penerbit
CSIRO PUBLISHING.
Siregar, S., 2015, Statistik Parametrik untuk
Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.
............, 2016, Data Pemetaan Geoteknik Lereng
Timur Phase 6 Penambangan Pit Batu Hijau,
Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi,
PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara
Barat.
............, 2016, Gambar Alat Muat dan Angkut,
Arsip, PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Gambar 17. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
Tenggara Barat. Blok LWR2

8
Gambar 18. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge) Gambar 22. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
Sudut Lereng Aktual Blok LWR2 Sudut Lereng Aktual Blok MDL2 Over

Gambar 19. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge) Gambar 23. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
Blok MDL2 Blok MDL3 Below

Gambar 20. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge) Gambar 24. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
Sudut Lereng Aktual Blok MDL2 Sudut Lereng Aktual Blok MDL3 Below

Gambar 21. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge) Gambar 25. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
Blok MDL3 Over Blok UPR1

9
Gambar 26. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)
Sudut Lereng Aktual Blok UPR1
Gambar 30. Pembuatan Line dengan Roll Meter

Gambar 27. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)


Blok UPR2

Gambar 28. Analisis Kinematik Longsoran Baji (Wedge)


Sudut Lereng Aktual Blok UPR2
Gambar 31. Interpretasi Bidang Struktur

Gambar 29. Plotting ID Lokasi Penelitian

10
Gambar 32. Peta Geologi Batu Hijau (Garwin, 2000)

Gambar 33. Peta Struktur Batu Hijau (Garwin, 2000)

11
Gambar 34. Geometri Lereng Timur

Gambar 35. Pembagian Blok Lokasi Penelitian

12
Gambar 36. Peta Blok Lokasi Penelitian

Gambar 37. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

13
Gambar 38. Peta Line Mapping Geoteknik (Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, 2016)

14
Gambar 39. Lembar Catatan Pemetaan Geoteknik (Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, 2016)

15

Você também pode gostar