Você está na página 1de 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam
kehidupannya. Banyak peralatan yang ada di sekeliling kita selalu menggunakan
bantuan listrik. Berkat bantuan dari listrik-listrik inilah manusia dapat dengan
mudah menyelesaikan pekerjaan mereka.
Listrik dibagi menjadi dua macam, yaitu listrik dinamis dan listrik statis.
Listrik dinamis mempelajari tentang muatan-muatan listrik bergerak, yang
menyebabkan munculnya arus listrik, sedangkan listrik statis mempelajari tentang
muatan listrik yang diam. Disini penulis akan menjelaskan tentang listrik dinamis.
Kuat arus pada rangkaian bercabang atau paralel sama dengan kuat arus yang
masuk sama dengan kuat arus yang keluar, sedangkan pada rangkaian seri kuat
arus tetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda
pada hambatan. pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan,
tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan.
Penghambat aliran listrik dari kutub positif ke kutub negatif disebut
hambatan. Hambatan sangat menentukan besarnya alur listrik yang mengalir pada
media perantara. Kemampuan listrik untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu disebut daya listrik. Jika sumber listrik dihubungkan
dengan alat-alat listrik sehingga terjadi rangkaian,maka muatan yang ada disetiap
kutub bereaksi.
Listrik merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan manusia. Setiap saat peranan listrik dalam kehidupan semakin jelas
terlihat. Banyak kebutuhan hidup yang tidak dapat di lepaskan dari peranan listrik.

1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Arus listrik, kerapatan arus, dan kerapatan fluks
listrik?
2. Bagaimana konsep resistansi, kondukstansi, resistivitas, dan
konduktivitas?
3. Bagaimana konsep hukum Ohm?
4. Bagaimana konsep daya dan hukum joule ?
5. Bagaimana konsep konduktor dan semi konduktor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Arus listrik, kerapatan arus, dan kerapatan fluks
listrik
2. Untuk mengetahui konsep resistansi, kondukstansi, resistivitas, dan
konduktivitas
3. Untuk mengetahui konsep hukum Ohm
4. Untuk mengetahui konsep daya dan hukum joule
5. Untuk mengetahui konsep konduktor dan semi konduktor

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Arus Listrik

Kita semua tentu paham bahwa arus listrik terjadi karena adanya aliran
elektron dimana setiap elektron mempunyai muatan yang besarnya sama. Arus
listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-
elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus
listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Jika kita
mempunyai benda bermuatan negatif berarti benda tersebut mempunyai kelebihan
elektron. Derajat termuatinya benda tersebut diukur dengan jumlah kelebihan
elektron yang ada. Muatan sebuah elektron, sering dinyatakan dengan simbul q
atau e, dinyatakan dengan satuan coulomb, yaitu sebesar.

q = 1,6 . 10-19 Coulomb

Besarnya hantaran pada kawat tersebut hanya tergantung pada adanya


elektron bebas (dari elektron valensi), karena muatan inti dan elektron pada
lintasan dalam terikat erat pada struktur kristal. Pada dasarnya dalam kawat
penghantar terdapat aliran elektron dalam jumlah yang sangat besar, jika jumlah
elektron yang bergerak ke kanan dan ke kiri sama besar maka seolah-olah tidak
terjadi apa-apa. Namun jika ujung sebelah kanan kawat menarik elektron
sedangkan ujung sebelah kiri melepaskannya maka akan terjadi aliran elektron ke
kanan (tapi ingat, dalam hal ini disepakati bahwa arah arus ke kiri). Aliran
elektron inilah yang selanjutnya disebut arus listrik.

Aliran Arus Listrik

3
Besarnya arus listrik diukur dengan satuan banyaknya elektron per detik, namun
demikian ini bukan satuan yang praktis karena harganya terlalu kecil. Satuan yang
dipakai adalah ampere, dimana :

1 Ampere = 1 coulomb/detik Contoh di bawah ini menggambarkan besarnya arus


listrik (ukuran konsumsi arus listrik dan kemampuan memberikan arus listrik)
dalam beberapa peralatan:

Stasiun pembangkit ………. 1000 A

Starter mobil ………………. 100 A

Bola lampu ………………... 1 A

Radio kecil ………………... 10 mA

Jam tangan ……………..…. 1 mA

2.1.1 Kerapatan Arus Listrik (Current Density)

Rapat arus (current density) adalah aliran muatan pada suatu luas
penampang tertentu di suatu titik penghantar. Dalam SI, rapat arus memiliki
satuan Ampere per meter persegi (A/m2).

4
Dimana I adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang memiliki
arah sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan
arah jika muatannya negatif, dan dA adalah vektor luas elemen yang tegak lurus
terhadap elemen. Jika arus listrik seragam sepanjang permukaan dan sejajar
dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA sehingga persamaan
menjadi:

Maka:

di mana A adalah luas penampang total dan J adalah rapat arus dalam satuan A/m2.

2.1.2. Kerapatan Fluks Listrik


Fluks listrik didefinisikan sebagai jumlah garis gaya yang menembus
permukaan yang saling tegak lurus. Dengan demikian muatan satu coulomb
menimbulkan fluks listrik satu coulomb. Jika fluks adalah besaran skalar, maka
kerapatan fluks listrik adalah medan vektor. Gambar di bawah ini memperlihatkan
distribusi muatan ruang kerapatan muatan yang ditutupi oleh permukaan A. maka
untuk elemen kecil da, kita memperoleh differensial fluks yang menembus da
sebagai berikut :

5
Ini karena E tidak selalu dalam arah normal terhadap permukaan dan misalkan
adalah sudut antara dengan normal permukaan dan adalah vektor elemen
permukaan yang mempunyai arah (normal).

Kerapatan fluks listrik tergantung pada media dimana muatan ditempatkan (ruang
bebas). Misalkan medan vektor (E) didefinisikan oleh :

1. Fluks Listrik ɸ yang kita ketahui secara singkatnya adalah Medan


listrik yang melalui sebuah permukaan tertutup. Sedangkan Muatan
yang terjadi diluar permukaan tertutup tidak berpengaruh pada fluks
listrik.
2. Arah Fluks listrik yang berlaku adalah tergantung pada tanda muatan
netto.
3. Untuk menghitung fluks listrik ɸ dalam keadaan menembus bidang
tegak lurus dapat didefinisikan dengan pernyataan 1:
1. ɸE = E.A

dengan:

Φ = fluks listrik (N m2/C)

E = medan listrik

A = luasan (m2 )

Sedangkan pernyataan 2 dalam keadaan yag berlainan (Tidak dalam keadaan


menembus bidang tegak lurus) dapat dinyatakan dengan pernyataan sebagai
berikut:

2. [ɸE = E.A Cos sudut ɵ]

Dengan θ adalah sudut antara arah E dan arah normal bidang n. Arah normal
bidang adalah arah yang tegaklurus terhadap bidang, lihat gambar dibawah:

6
Jumlah garis gaya yang menembus luasan ini disebut fluks listrik dan disimbolkan
sebagai ). Fluks listrik yang tegak lurus melewati luasan A adalah:

Sehingga jika :

1. arah medan listrik tegak lurus bidang maka F = E . A

2. arah medan listrik sejajar dengan bidang maka F = 0

3. arah medan listrik membentuk sudut θ, maka F = E. A cos θ

Contoh soal :

Medan listrik homogen sebesar 20 N / C menembus bidang yang luasnya 40 cm2.


Tentukan jika bidangnya :

 membentuk sudut 60o dengan medan listrik


 sejajar medan listrik
 tegak lurus medan listrik

7
Jadi dalam konteks kejadian seperti simulasi diatas,maka muncul yang
namanya pernyataan Hukum Gauss, yang mana ada pernyataan untuk
menghitung fluks listrik dalam keadaan menembus bidang lurus dan dalam
keadaan tidak menembus bidang lurus, sebagaimana dengan pernyataan diatas.

Jadi, Fluks listrik FE adalah ukuran aliran medan listrik yang melalui sebuah
permukaan tertutup.

karena medan listrik ini berbanding lurus dengan jumlah garis gaya per luas
satuan, maka fluks ini akan berbanding lurus dengan jumlah garis gaya medan
yang melewati luasan tersebut.

maka :

Φ = E .n A = E A cos θ = En A

2.2 Resistansi dan Konduktansi

Resistansi (dalam hukum Ohm ditulis dengan simbol R) adalah tahanan


dari suatu bahan konduktor untuk menghambat aliran arus listrik. Setiap logam
yang digunakan sebagai penghantar mempunyai karakteristik hambatan yang
berbeda.
Resistansi atau hambatan listrik berbanding terbalik dengan konduktansi
atau hantaran. Jika resistansi merupakan nilai seberapa besar menghambat arus
listrik, maka konduktansi merupakan nilai seberapa besar menghantarkan arus
listrik. Dengan prinsip ini dapat dirumuskan bahwa besarnya konduktasi
berbanding terbalik dengan resistansi. Satuan konduktansi dinyatakan dalam
siemens (S) dan ditulis dengan simbol G.

Jika

8
Besar tahanan pada suatu konduktor dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

 Luas penampang

 Panjang penghantar

 Jenis bahan

 Temperatur

Jadi Luas penampang dan panjang konduktor yang sama, nilai tahanannya
bisa berbeda jika bahan dan tahanan jenisnya berbeda.

Luas penampang konduktor yang kecil mempunyai tahanan yang lebih


besar dibanding konduktor dengan penampang yang lebih besar. Konduktor yang
lebih panjang mempunyai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor
yang pendek meskipun luas penampangnya sama. Konduktor dengan temperatur
yang tinggi mempunyai nilai tahanan yang lebih besar dibanding dengan
konduktor dengan temperatur yang rendah. Penyataan ini tertuang dalam
hukum Pouillet yang ditemukan oleh Claude Pouillet, seorang fisikawan asal
negara Prancis.

2.3 Resistivitas dan konduktivitas

Bahan konduktor yang baik adalah bahan yang mudah mengalirkan arus
listrik, umumnya terdiri dari logam dan air. Kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik ditunjukkan oleh besarnya harga konduktivitas listrik

atau daya hantar listrik bahan tersebeut ( . Konduktivitas

listrik berbagai bahan konduktor dalam satuan Mho/m. konduktivitas listrik


berbagai bahan konduktor dalam satuan Ohm/m ditunjukkan pada tebel berikut.
(Mho = Ohm-1)

9
Tabel 1. Konduktivitas Listrik (

Nama Bahan Konduktivitas ( ) /m


Air suling 4
Karbon 3 x 104
Grafit 106
Besi tuang 106
Merkuri (Hg, Air raksa) 106
Nichrome 105
Timah Putih 5 x 106
Timah hitam 9 x 106
Seng 1,7 x 106

Kebalikan dari harga konduktivitas listrik suatu bahan adalah resitivitas atau

hambatan jenis, dengan simbol (rho). Bahan konduktor memilik resistivitas

yang rendah.

Untuk bahan konduktor, restivitasnya berbanding lurus dengan suhu. Tetapi pada
suhu mendekati titik nol absolut (0 K), resistivitas bahan konduktor juga
mendekati nol. Hubungan resistivitas ρ dengan suhu absolut T dtunjukkan oleh
persamaan dibawah ini.

Keterangan:

10
ρ = resistivitas pada suhu T (Kelvin)
ρ0 = resistivitas pada suhu referensi (biasanya 20oC atau 293,16 K)
T0 = suhu referensi

α = koefisien suhu hambatan listrik


Hambatan listrik suatu bahan juga berbanding lurus dengan suhu.

Keterangan:
R0 = hambatan pada suhu T0 K,
RT = hambatan pada suhu T K,
α =koefisien suhu hambatan listrik
Koefisien suhu hambatan listrik (α) untuk beberapa jenis konduktor dan
resistivitas listriknya (ρ) dimuat pada Tabel 2
Tabel 2. Koefisien suhu hambatan listrik (α) dan resistivitas bahan logam.

Bahan Α (oC-1;K-1) ρ (Ohm-meter)

Alumunium 0,0039 2,63 x 10-8

Kuningan 0,0020 7 – 8 x 10-8

Konstantan 2 x 10-6 3,5 x10-8

Tembaga 0,00393 1,72 x 10-8

Manganin 0,00000 4,4 x 10-7

Nichrome 0,0004 10-6

Perak 0,0038 1,47 x 10-8

Tungsten 0,0045 5,51 x 10-8

Relativitas bahan pada Tabel 2 diukur pada suhu 20 oC. Bahan-bahan


seperti manganin, konstantan, dan nichrome yang nilai koefisien suhu hambatan
listriknya sangat rendah banyak dipergunakan pada peralatan instrumentasi yang

11
memerlukan ketelitian dan presisi tinggi misalnya pada galvometer atau ammeter
analog.

2.4 Hukum Ohm

Hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan dari suatu konduktor
dapat diterangkan berdasarkan hukum OHM.

Dalam suatu rantai aliran listrik, kuat arus berbanding lurus dengan beda
potensial antara kedua ujung-ujungnya dan berbanding terbalik dengan besarnya
hambatan kawat konduktor tersebut.

Hambatan kawat konduktor biasanya dituliskan sebagai “R”.

V A  VB
i
R

I = kuat arus

VA - VB = beda potensial titik A dan titik B

R = hambatan

12
Menghitung Resistor Seri

Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun seri, maka dapat diperoleh
nilai resistor totalnya dengan menjumlah semua resistor yang disusun seri
tersebut. Hal ini mengacu pada pengertian bahwa nilai kuat arus disemua titik
pada rangkaian seri selalu sama.

Menghitung Resistor Paralel

Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun secara paralel, perhitungan


nilai resistor totalnya mengacu pada pengertian bahwa besar kuat
arus yang masuk ke percabangan sama dengan besar kuat arus yang keluar dari
percabangan (I in = I out). Dengan mengacu pada perhitungan Hukum Ohm maka
dapat diperoleh rumus sebagai berikut.

13
2.5. Daya dan Hukum Joule
2.5.1 Daya
Bila pembawa muatan bergerak dalam konduktor, maka pembawa muatan
akan bertumbukan dengan atom logam. Akibat tumbukan tersebut, pembawa
muatan kehilangan energy. Hilangnya energy tersebut menyebabkan logam
menjadi panas. Dengan demikkian, pada peristiwa tumbukan tersebut pembawa
muatan menyerahkan energy kinetiknya kepada atom-atom logam yang ditumbuk,
sehingga energi itu berubah menjadi energy getaran atom yang dapat diketahui
gejalanya berupa timbulnya panas dalam logam konduktor.
Hambatan (R) yang dialiri arus listrik (I) akan menimbulkan
beda tengangan V antar ujung-ujung berarti daya listriknya: P = V.I Karena V =
I . R maka daya listriknya dapat dirumuskan menjadi :

P = ( I.R ) I = I2.

Dengan: P = Daya listrik ( watt )

Bila arus listrik mengalir selama t detik energi listrik yang terpakai ialah:

W = I2R.t Dengan: t = Waktu ( dt )

2.5.2 Hukum Joule


Bunyi hukum joule: “ Pembentukan panas persatuan waktu
berbandinglangsung dengan kuadrat arus”. Hukum joule menuliskan bagaimana
tenaga diubah kedalam tenaga termal,yang didalam suatu penghantar merupakan
suatu proses yang tidak dapat dibalik ( hanya berlangsung satu arah ).
Dalam percobaannya, Joule mengunakan air didalam sebuah selinder
yangdiaduk dengan suhu yang berputar. Beberapa lama kemudian suhu air akan
naik, inidisebabkan karena suhu bergesekan dengan air. Menurut Joule gerakan
elektron dalam suatu penghantar dapat digambarkan sebagai serangkai percepatan
yang masing-masing terakhir karena tumbukan dengan salah satu pastikel yang

14
tetap dalam suatu pengahantar, elktero itu akan mendapatkan tenaga kinetik pada
setiap tumbukan dant enaga itu berubah menjadi panas.
Joule juga merumuskan juga perbandingan jumlah satuan usaha denganjumlah
satuan panas yang dihasilkan selalu sama, sehingga:

W=Q

V.I.t=Q

Dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q = V.I.t,

dimana : Q = panas yang ditimbulkan arus listrik (Joule atau kalori) Keterangan:

V = tegangan listrik (volt).

I = arus listrik (A).

T = waktu (sekon).

Bila sebatang logam dialiri arus listrik, maka tumbukan oleh pembawa
muatan dalam logam mendapat energi sehingga menjadi panas dan atom-atom
akan bergerak semakin kuat. Daya hilang yang diubah menjadi getaran atom
dalam logam, dengan kata lain hilang sebagai kalor. Ini dapat dipahami bahwa
muatan dq yang bergerak akan mendapat tambahan energi sebesar dU = (dq) V.
Karena arus dan kecepatan tetap, maka energi yang hilang persatuan waktu
(daya), adalah:

Persamaan (11.8) dikenal sebagai Hukum Joule yang menyatakan daya yang
hilang (daya disipasi) pada konduktor dengan hambatan R dan di aliri arus i.
Sedangkan besar kalor disipasi (kalor Joule) dalam waktu dt adalah:

15
Kalor ini disebut kalor Joule dimana 1 kalori = 4,2 Joule.

Contoh 3:

Suatu lampu pijar bertuliskan 120 V/150 W, artinya lampu tersebut menggunakan
daya listrik sebesar 150 watt bila dipasang pada beda potensial 120 V. Filamen
kawat tersebut dari bahan dengan resistivitas 6 x 10-5 ?-m dengan luas
penampang 0,1 mm2. Hitunglah:
a. Panjang filament
b. Arus yang melalui lampu jika dipasang pada tegangan 120 V
c. Arus dan daya pada lampu jika dipasang pada tegangan 60 V
Penyelesaian:

a.

b.

c. Lampu dengan spesifikasi 120 V/ 150 W, dengan hambatan:

Arus dan daya lampu pada beda potensial 60 V adalah:

16
2.6. Dielektrik, Konduktor dan Semikonduktor
2.6.1 Dielektrik
Istilah "dielektrik" pertama kali dipergunakan oleh William Whewell (dari
kata "dia" dari yunani yang berarti "lewat" dan "elektrik") sebagai jawaban atas
permintaan dari Michael Faraday.
Dielektrik adalah sejenis bahan Isolator listrik yang dapat dikutubkan
(polarized) dengan cara menempatkan bahan dielektrik dalam medan listrik.
Ketika bahan ini berada dalam medan listrik, muatan listrik yang terkandung di
dalamnya tidak akan mengalir, sehingga tidak timbul arus seperti bahan
konduktor, tapi hanya sedikit bergeser dari posisi setimbangnya mengakibatkan
terciptanya pengutuban dielektrik. Oleh karena pengutuban dielektrik, muatan
positif bergerak menuju kutub negatif medan listrik, sedang muatan negatif
bergerak pada arah berlawanan (yaitu menuju kutub positif medan listrik) Hal ini
menimbulkan medan listrik internal (di dalam bahan dielektrik) yang
menyebabkan jumlah keseluruhan medan listrik yang melingkupi bahan dielektrik
menurun. Jika bahan dielektrik terdiri dari molekul-molekul yang memiliki ikatan
lemah, molekul-molekul ini tidak hanya menjadi terkutub, namun juga sampai
bisa tertata ulang sehingga sumbu simetrinya mengikuti arah medan listrik.
Walaupun istilah "isolator" juga mengandung arti konduksi listriknya
rendah, seperti "dielektrik", namun istilah "dielektrik" biasanya digunakan untuk
bahan-bahan isolator yang memiliki tingkat kemampuan pengutuban tinggi yang
besarannya diwakili oleh konstanta dielektrik. Contoh umum tentang dielektrik
adalah sekat isolator di antara plat konduktor yang terdapat dalam kapasitor.
Pengutuban bahan dielektrik dengan memaparkan medan listrik padanya merubah
muatan listrik pada kutub-kutub kapasitor.
Penelitian tentang sifat-sifat bahan dielektrik berhubungan erat dengan
kemampuannya menyimpan dan melepaskan energi listrik dan magnetik. Sifat-
sifat dielektrik sangat penting untuk menjelaskan berbagai fenomena dalam bidan
elektronika, optika, dan fisika zat padat.

17
2. 6.1.1 Kerentanan Kelistrikan
Kerentanan kelistrikan Xe pada bahan dielektrik adalah ukuran seberapa
mudah bahan ini dikutubkan dalam medan listrik, yang pada akhirnya
menentukan permitivitas listrik sehingga mempengaruhi sifat-sifat lain dalam
bahan dielektrik tersebut, misalnya nilai kapasitansi jika dipergunakan dalam
kapasitor. Nilai kerentanan listrik ini didefinisikan melalui sebuah konstanta
perbandingan antara medan listrik E dan pengkutuban bahan dielektrik P
sedemikian rupa sehingga:

dimana adalah Permitivitas ruang hampa.

Kerentanan sebuah bahan memiliki hubungan dengan permitivitas relatifnya


yaitu:

Sehingga dalam ruang hampa,

Perpindahan medan listrik D berhubungan dengan kerapatan


pengkutuban P melalui:

Penyebaran (dispersi) dan hukum sebab-akibat

Secara umum, sebuah bahan tidak dapat langsung terkutub (polarized) secara
mendadak pada saat berada dalam medan listrik. Bentuk umum rumus sebagai
fungsi waktu pengutuban ini adalah:

18
Artinya pengkutuban terjadi sebagai bentuk pembelokan (konvolusi) terhadap
medan listrik pada masa lampau (waktu sebelumnya) dengan nilai kerentanan

listrik saat ini yang bernilai . Batas atas dari integral ini dapat terus

diperpanjang sampai tak terhingga karena untuk . Respon


pengutuban mendadak dapat terjadi karena Fungsi delta dirac dengan

kerentanan .

Namun perhitungan menjadi lebih mudah dalam sistem linear jika


menggunakan rumus Transformasi Fourier dan menulis persamaan ini sebagai
fungsi frekuensi. Karena adanya teorema konvolusi, bentuk integral berubah
menjadi perkalian sederhana,

Perlu diperhatikan bahwa frekuensi sederhada ini bergantung pada nilai


kerentanan, atau nilai permitivitas. Bentuk grafik kerentanan berdasar frekuensi
ini memberi sifat dispersi pada bahan dielektrik.

Lebih jauh, bahwa pengutuban hanya bergantung pada medan listrik pada

waktu lampau (yaitu untuk ), sebagai konsekuensi atas


hukum sebab-akibat, pengutuban memiliki hubungan Kramers–Kronig pada

kerentanan .

2.6.1.2 Pengutuban Dielektrik

Permodelan atom sederhana

19
Interaksi medan listrik dengan permodelan atom dielektrik klasik.

Dalam pendekatan teori klasik tentang permodelan dielektrik, sebuah


bahan terbuat dariatom-atom. Tiap atom terdiri dari awan bermuatan negatif
(elektron) terikat dan meliputi titik bermuatan positif di tengahnya. Dengan
keberadaan medan listrik disekeliling atom ini maka awan bermuatan negatif
tersebut berubah bentuk, seperti yang terlihat pada gambar yang atas-kanan .

Hal ini dapat dipandang secara sederhana sebagai dwikutub (dipole)


dengan menggunakan prinsip-prinsip superposisi. Dwikutub ini dicirikan oleh
momen dwikutubnya, yaitu besaran vektor yang ditampilkan pada gambar sebagai
panah biru dengan tanda M. Yang berperan membentuk perilaku dielektrik adalah
Hubungan antara medan listrik dan momen dwikutubnya. (Catatan bahwa pada
gambar momen dwikutub digambarkan mengarah pada arah yang sama dengan
medan listrik, hal ini tidak selalu benar-benar terjadi, dan ini hanya merupakan
penyederhanaan saja, namun penggambaran seperti ini biasanya masih sesuai
untuk berbagai bahan.)

Ketika medan listrik hilang, atom-atom pada bahan tersebut kembali pada
keadaan sebelumnya. Waktu yang diperlukan untuk berubah-ubah keadaan ini
disebut waktu Relaksasi; grafiknya berbentuk penurunan secara ekponensial.

Permodelan di atas merupakan penggambaran sederhana saja, pada


prakteknya perilaku dielektrik sangat bergantung pada situasinya. Makin rumit
situasinya (membutuhkan akurasi lebih) makin rumit pula permodelan yang harus
dibuat untuk menjelaskan perilaku bahan dielektrik secara

Hubungan antara medan listrik E dan momen dwikutub M mempengaruhi


perilaku bahan dielektrik, yang mana pada bahan tertentu, dapat dicirikan melalui
fungsi F dengan persamaan:

M = F (E)

20
Ketika medan listrik dan jenis bahan telah ditentukan, lalu ditentukan
fungsi F paling sederhana untuk mendapatkan hasil paling mendekati dari sifat
yang diinginkan.

2.6.1.3 Pengutuban dwikutub


Pengutuban dwikutub (dipole polarization) adalah pengutuban pada kutub-
kutub molekulnya. Pengutuban jenis ini berakibat pengutuban secara permanen,
contohnya ikatan asimetris antara atom oksigen dan hidrogen pada air, yang akan
mempertahankan sifat-sifat pengutuban walaupun medan listrik sudah hilang.
Pengutuban jenis ini membentuk pengutuban makroskopis.
Jika medan listrik dari luar dipaparkan pada bahan tertentu, jarak antara
muatan dalam atom, yang terkait denganikatan kimianya, tidak berubah selama
terkutub; namun, kutub-kutubnya akan berputar. Putarannya tergantung
pada torsi dan viskositas molekul yang bersangkutan. Karena perputaran ini tidak
dapat terjadi secara mendadak, pengutuban dwikutub belum terjadi ketika
frekuensi pengutuban masih rendah. Jarak waktu respon muatan listrik karena
adanya medan listrik ini menimbulkan gesekan dan panas.

2.6.1.4 Pengutuban ion


Pengutuban ion adalah pengutuban yang terjadi karena adanya
perpindahan relatif antara ion negatif dan positif dalam molekul yang
bersangkutan, misalnya pada NaCl). Sering kristal atau molekul tidak terdiri
hanya satu jenis atom saja, distribusi muatan listrik disekitar atom kristal atau
molekul cenderung positif atau negatif. Akibatnya, ketika getaran molekul
menginduksi perpindahan muatan dalam atom, titik setimbang muatan positif dan
negatif mungkin tidak berada pada lokasi yang sama. Titik setimbang ini
mempengaruhi simetri sebaran muatan listrik. Ketika titik setimbang ini tidak
setimbang, pengkutuban terjadi dalam kristal atau molekul tersebut.
Inilah pengutuban ion.

21
Pengutuban ion menyebabkan transisi feroelektrik dan juga pengutuban
dwipolar. Transisi yang disebabkan berubahnya urutan arah kutub permanen
sepanjang garis tertentu, disebut transisi fase order-disorder. Sedang transisi yang
disebabkan oleh pengutuban ion dalam kristal disebut transisi fase pergeseran.

2.6.1.5 Dispersi Dielektrik


Dalam ilmu fisika, dispersi dielektrik adalah ketergantungan bahan
dielektrik pada nilai permitivitasnya pada frekuensi tertentu ketika adanya medan
listrik. Karena adanya jeda waktu antara pengutuban dan perubahan medan listrik,
permitivitas bahan dielektrik menjadi sangat rumit, diperlukan fungsi
dengan bilangan kompleks dari frekuensi medan listrik. Hal ini sangat penting
dalam penggunaan bahan dielektrik dan analisis sistem pengutuban.
Kejadian umum atas fenomena ini disebut sebagai dispersi bahan: yaitu
respon yang tergantung pada frekuensi dari suatu bahan untuk menghantarkan
gelombang (wave propagation).

Ketika frekuensi meningkat:

Pengutuban dwikutub tidak mungkin mengejar perubahan medan listrik


ketika memasuki daeran gelombang mikrosekitar 1010 Hz, Ketika memasuki
daerah infra-merah atau infra-merah-jauh sekitar 1013 Hz, pengutuban ion tidak
lagi merespon terhadap medan listrik, Pengutuban listrik benar-benar tidak
mungkin terjadi ketika frekuensi memasuki daerah ultraungu sekitar 1015 Hz.
Dalam frekuensi di atas ultraungu, permitivitas mendekati nilai
konstanta ε0 untuk semua bahan, dimana ε0 adalah permitivitas ruang hampa.
Karena permitivitas merupakan kekuatan hubungan antara medan listrik dan
pengutuban, jika pengutuban tidak lagi merespon medan listrik, maka permitivitas
menurun.

2.6.1.6 Relaksasi dielektrik

Relaksasi dielektrik adalah komponen jeda waktu dalam konstanta


dielektrik suatu bahan. Jeda ini biasanya disebabkan oleh jeda waktu yang

22
diperlukan molekul bahan sampai terkutub (polarized) ketika mengalami
perubahan medan listrik disekitar bahan dielektrik (misalnya, kapasitor yang
dialiri arus listrik). Relaksasi dielektrik ketika terjadi perubahan medan listrik
dapat dipersamakan dengan adanya histerisis ketika terjadi perubahan medan
magnet (dalam induktor atau transformer). Dalam sistem linier, relaksasi secara
umum berarti jeda waktu sebelum respon yang diinginkan muncul, oleh karena itu
relaksasi diukur sebagai nilai relatif terhadap keadaan dielektrik stabil yang
diharapkan (equilibrium). Jeda waktu antara munculnya medan listrik dan
terjadinya pengutuban berakibat berkurangnya energi bebas (G) tanpa dapat
dikembalikan.

Dalam ilmu fisika, relaksasi dielektrik mengacu pada waktu respon


relaksasi bahan dielektrik atas medan listrik dari luar pada frekuensi gelombang
mikro. Relaksasi ini sering diterangkan dalam permitivitas sebagai fungsi
terhadapfrekuensi, yang mana, dalam sistem ideal, dapat dinyatakan dalam
persamaan Debye. Namun di lain pihak, pergeseran pengutuban ion dan
pengutuban elektron menunjukkan perilaku sejenis resonansi atau osilasi. Ciri
proses pergeseran sangat bergantung pada struktur, komposisi, dan lingkungan
sekitar dari bahan.

Jumlah panjang gelombang yang bisa dipancarkan sebagai radiasi ketika


terjadinya relaksasi dielektrik dapat ditemukan menggunakan Hukum Hemmings
yang pertama

dimana

n adalah jumlah panjang gelombang yang bisa dipancarkan sebagai radiasi

adalah jumlah tingkat energi.

23
2.6.1.7 Kapasitor

Pemisahan muatan listrik dalam lempengan konduktor sejajar


menimbulkan medan listrik internal. Bahan dielektrik (oranye) mengurangi medan
internal sambil menambahkapasitansi. Kapasitor yang diproduksi untuk komersial
biasanya menggunakan bahan dielektrikpadat yang memiliki permitivitas tinggi
sebagai pemisah antara muatan positif dan negatif yang disimpan. Bahan ini
sering pula disebut sebagai "dielektrik kapasitor". Keuntungan yang jelas terlihat
jika menggunakan bahan dielektrik semacam ini adalah mencegah dua plat
konduktor yang mana terdapat muatan listrik saling berhubungan langsung. Dan
yang lebih penting, permitivitas tinggi memungkinkan lebih banyak muatan listrik
yang tersimpan pada potensial yang sama. Kerapatan muatan listrik σε yang bisa
disimpan jika menggunakan bahan dielektrik linear dengan permitivitas ε dan
ketebalan d untuk memisah dua konduktor dapat dihitung dengan

dan kapasitansi per satuan luas adalah

Dari sini, bisa kita lihat bahwa semakin besar ε makin besar pula muatan
yang disimpan (σε) dan akhirnya makin besar pula nilai kapasitansinya. Bahan

24
dielektrik yang digunakan dalam kapasitor juga dipilih yang sulit terionisasi agar
kapasitor dapat dipergunakan pada potensial tinggi tanpa khawatir bahan
dielektrik terionisasi dan mengalirkan arus (arus bocor).

2.6.1.8 Dielektrik dalam praktek


Bahan dielektrik dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas. Bahkan, ruang
hampa-pun dapat dianggap bahan dielektrik walaupun konstanta dielektrik
relatifnya merupakan identitas (bernilai 1).
Nampaknya dielektrik dalam bentuk padat lebih umum dipergunakan
dalam ilmu kelistrikan, dan banyak zat padat merupakan isolator yang baik.
Beberapa contoh antara lain porselen, kaca, dan sebagian
besar plastik. Udara,nitrogen, dan belerang hexafluoride adalah tiga gas yang
umum digunakan sebagai bahan dielektrik.
Pelapis industrial seperti parylene bertindak sebagai penghalang dielektrik
antara bahan yang dilapisi dan lingkungan sekitar. Minyak yang digunakan dalam
transformer (terutama yang besar) berguna sebagai bahan dielektrik cair dan
sebagai pendingin. Bahan dielektrik cair memiliki konstanta dielektrik yang lebih
tinggi, sehingga bisa dipergunakan dalam kapasitor tegangan tinggi sehingga
mencegah terjadinya muatan bocor bila terjadi korona dan juga meningkatkan
nilai kapasitansi.
Karena bahan dielektrik menghambat arus listrik, permukaan bahan
dielektrik bisa saja menangkap muatan listrik berlebih yang terlepas. Hal ini dapat
terjadi secara tidak sengaja ketika bahan dielektrik tergesek atau tersentuh bahan
lain sehingga terjadi efek tribolistrik. Namun demikian kadang kala kejadian
seperti ini justru diinginkan seperti dalam generator Van De Graff atau
elektroforus, atau dapat pula kejadian ini malah merusak seperti dalam pelepasan
listrik statis.
Bahan dielektrik khusus yang disebut elektret dapat menyimpan muatan
listrik cukup lama, hampir seperti magnet yang mampu menyimpan medan
magnet. Beberapa bahan dielektrik mampu menghasilkan potensial listrik ketika
mengalami tekanan, atau dapat berubah bentuk ketika diberi potensi listrik. Sifat

25
ini disebut sebagai sifat piezoelektrik. Bahan piezoelektrik merupakan jenis
dielektrik yang sangat berguna dalam berbagai alat.

Beberapa bahan dielektrik dalam bentuk kristal ion dan polimer memiliki
momen dwikutub sendiri, yang dapat dimodifikasi oleh medan listrik dari luar.
Perilaku ini disebut efek feroelektrik. Bahan-bahan ini berperilaku seperti
bahan feromagnetik ketika terpapar medan magnet. Bahan feroelektrik sering kali
memiliki konstanta dielektrik yang sangat besar, sehingga bahan-bahan jenis ini
sangat berguna dalam pembuatan kapasitor.

2.6.2 Konduktor
Konduktor atau penghantar adalah zat atau bahan yang bersifat dapat
menghantarkan energy, baik energy listrik maupun energy kalor, baik berupa zat
padat, cair atau gas. Bahan-bahan yang bersifat konduktor ini biasanya digunakan
untuk membuat alat-alat yang sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energy,
misalnya panci, setrika, kabel dan solder. Konduktor yang baik adalah yang
memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat
konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki
tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik,
tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan
alumunium paling banyak digunakan.

2.6.2.1 Penghantar Listrik


Penghantar dalam teknik elektronika adalah zat yang dapat menghantarkan
arus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena sifatnya yang konduktif
maka disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah yang me miliki tahanan
jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas,
perak,tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis
semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena

26
sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling
banyak digunakan.

2.6.2.2 Konduktor Panas

Konduksi panas atau konduksi termal adalah penjalaran kalor tanpa


disertai perpindahan bagian-bagian zat perantaranya. Penjalaran ini biasanya
terjadi pada benda padat. Konduksi terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah. Benda suhunya tinggi akan melepaskan kalor,
sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, hingga tercapai
kesetimbangan termal.

Penjalaran panas ini diperikan oleh rumus matematika berikut:

T = C + (T0 − C)ekt
T adalah suhu, T0 suhu awal, t waktu, C dan k adalah konstanta.

2.6.3.1 Semikonduktor Intrinsik (murni)


Silikon dan germanium merupakan dua jenis semikonduktor yang sangat
penting dalam elektronika. Keduanya terletak pada kolom empat dalam tabel
periodik dan mempunyai elektron valensi empat. Struktur kristal silikon dan
germanium berbentuk tetrahedral dengan setiap atom memakai bersama sebuah
elektron valensi dengan atom-atom tetangganya. Gambar dibawah
memperlihatkan bentuk ikatan kovalen dalam dua dimensi. Pada temperatur
mendekati harga nol mutlak, elektron pada kulit terluar terikat dengan erat
sehingga tidak terdapat elektron bebas atau silikon bersifat sebagai insulator.

27
Gambar 2.6.1 Ikatan kovalen silikon dalam dua dimensi
Energi yang diperlukan mtuk memutus sebuah ikatan kovalen adalah sebesar 1,1
eV untuk silikon dan 0,7 eV untuk germanium. Pada temperatur ruang (300K),
sejumlah elektron mempunyai energi yang cukup besar untuk melepaskan diri dari
ikatan dan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi menjadi elektron bebas
(gambar 6.2). Besarya energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari pita
valensi ke pita konduksi ini disebut energi terlarang (energy gap). Jika sebuah
ikatan kovalen terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole). Pada
daerah dimana terjadi kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif, dan
daerah yang ditempati elektron bebas mempunyai kelebihan muatan negatif.
Kedua muatan inilah yang memberikan kontribusi adanya aliran listrik pada
semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari ikatan kovalen yang lain mengisi
lubang tersebut, maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan seolah-
olah sebuah muatan positif bergerak dari lubang yang lama ke lubang baru.

28
ambar 2.6.2 a) Struktur kristal silikon memperlihatkan adanya sebuah ikatan
kovalen yang terputus dan b) Diagram pita energi menunjukkan
tereksitasinya elektron ke pita konduksi dan meninggalkan lubang di
pita valensi
Proses aliran muatan ini, yang biasa disebut sebagai “a rus drift” dapat
dituliskan sebagai berikut

“ Peristiwa hantaran listrik pada semikonduktor adalah akibat adanya dua


partikel masing-masing bermuatan positif dan negatif yang bergerak dengan arah
yang berlawanan akibat adanya pengaruh medan listrik”

Akibat adanya dua pembawa muatan tersebut, besarnya rapat arus dinyatakan
sebagai:

29
J  nn  p p q  

-3
dimana n dan p = konnsentrasi elektron dan lubang (m )
2 -1 -1
n dan  p = mobilitas elektron dan lubang (m V s )

  nn  p p  q -1
= konduktivitas (S cm )

Karena timbulnya lubang dan elektron terjadi secara serentak, maka pada
semikonduktor murni, jumlah lubang sama dengan jumlah elektron atau
dituliskan sebagai

n  p  ni

dimana ni disebut sebagai konsentrasi intrinsik. Beberapa properti dasar silikon


dan germanium diperlihatkan pada tabel 6.1.

2.6.3.2 Semikonduktor Ekstrinsik (Tak Murni)


Kita dapat memasukkan pengotor berupa atom-atom dari kolom tiga atau
lima dalam tabel periodik (memberi doping) ke dalam silikon atau germanium
murni (lihat gambar 6.3). Elemen semikonduktor beserta atom pengotor yang
biasa digunakan diperlihatkan pada tabel 6.3.

30
Tabel 2.3 Elemen semikonduktor pada tabel periodik

2.6.3.1 Semikonduktor tipe-n


Semikonduktor tipe-n dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil
atom pengotor pentavalen (antimony, phosphorus atau arsenic) pada silikon
murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai lima elektron valensi
sehingga secara efektif memiliki muatan sebesar +5q. Saat sebuah atom
pentavalen menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal, hanya empat
elektron valensi yang dapat membentuk ikatan kovalen lengkap, dan tersisa
sebuah elektron yang tidak berpasangan (lihat gambar 6.3). Dengan adanya energi
thermal yang kecil saja, sisa elektron ini akan menjadi elektron bebas dan siap
menjadi pembawa muatan dalam proses hantaran listrik. Material yang dihasilkan
dari proses pengotoran ini disebut semikonduktor tipe-n karena menghasilkan
pembawa muatan negatif dari kristal yang netral. Karena atom pengotor
memberikan elektron, maka atom pengotor ini disebut sebagai atom donor.
Secara skematik semikonduktor tipe-n digambarkan seperti terlihat pada dibawah

31
Gambar 6.3 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita
energi semikonduktor tipe-n, perhatikan letak tingkat energi atom
donor.

2.6.3.2 Semikonduktor tipe-p


Dengan cara yang sama seperti pada semikonduktor tipe-n, semikonduktor
tipe-p dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecif atom pengotor trivalen
(aluminium, boron, galium atau indium) pada semikonduktor murni, misalnya
silikon murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai tiga elektron valensi
sehingga secara efektif hanya dapat membentuk tiga ikatan kovalen. Saat sebuah
ato trivalen menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal, terbentuk tiga
ikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan positif dari atom silikon
yang tidak berpasangan (lihat gambar 6.4) yang disebut lubang (hole).
Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini disebut
semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa muatan negatif pada kristal
yang netral. Karena atom pengotor menerima elektron, maka atom pengotor ini
disebut sebagai atom aseptor (acceptor). Secara skematik semikonduktor tipe-
p digambarkan seperti terlihat pada gambar 6.4.

32
Gambar 6.4 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi
semikonduktor tipe-p, perhatikan letak tingkat energi atom aseptor

2.7. Sel-Sel Konduktor

Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas
surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk
lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air,
uap,angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya
mulai muncul pada tahun 1839, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan
kristal silikon untuk mengkonversi radiasi matahari, namun sampai tahun 1955
metode itu belum banyak dikembangkan. Selama kurun waktu lebih dari satu abad
itu, sumber energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu bara.
Upaya pengembangan kembali cara memanfaatkan energi surya baru muncul lagi
pada tahun 1958. Sel silikon yang dipergunakan untuk mengubah energi surya

33
menjadi sumber daya mulai diperhitungkan sebagai metode baru, karena dapat
digunakan sebagai sumber daya bagi satelit angkasa luar.

Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya

1. Modul Sel Surya (modul photovoltaics)


Sel surya atau sel photovoltaic merupakan suatu alat yang dapat mengubah
energi radiasi matahari secara langsung menjadi energi listrik. Pada dasarnya sel
tersebut berjenis diode yang tersusun atas P – N junction. Sel surya photovoltaic
yang dibuat dari bahan semi konduktor yang diproses sedemikian rupa, yang
dapat menghasilkan listrik arus searah (DC). Dalam penggunaannya, sel-sel surya
itu dihubungkan satu sama lain, sejajar atau seri, tergantung dari penggunaannya,
guna menghasilkan daya dengan kombinasi tegangan dan arus yang dikehendaki.
Sel surya memiliki banyak aplikasi. Mereka terutama cocok untuk
digunakan bila tenaga listrik dari grid tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil,
satelit pengorbit [bumi], kalkulator genggam, pompa air, dan lain-lain. Sel surya
(dalam bentuk modul atau panel surya) dapat dipasang di atap gedung di mana
mereka berhubungan dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah pengaturan net
metering. Sebuah panel surya terbuat dari banyak sel surya. Sel tersambung secara
elektrik untuk memberikan arus dan tegangan tertentu. Masing-masing sel di
enkapsulasi untuk mengisolasi dan melindungi dari kelembaban dan korosi.
Ada perbedaan tipe modul yang tersedia di pasaran, tergantung pada
kebutuhan daya yang dibutuhkan. Modul yang paling umum digunakan terbuat
dari 32 atau 36 crystalline silicon sel surya. Sel-sel ini berukuran sama,
tersambung secara seri, dan terbungkus diantara bahan kaca dan plastik,
menggunakan polymer resin (EVA) sebagai insulator termal (thermal insulator).
Bagian muka modul biasanya antara 0,1 dan 0,5 m^2. Panel surya biasanya
memiliki dua kontak listrik, satu positif dan satu negatif.

Beberapa panel menyertakan kontak ekstra yang memungkinkan instalasi


dioda penyingkat atau bypass diode di antara masing-masing sel. Dioda ini
melindungi panel dari gejala yang dikenal sebagai “hot-spots”. Sebuah hot spot

34
terjadi ketika beberapa sel berada dalam bayangan sedangkan sisa panel berada di
bawah matahari penuh. Daripada menghasilkan daya, sel yang terteduh bertingkah
laku sebagai beban yang membuang daya. Dalam situasi ini, sel yang terteduh
dapat mengalami peningkatan suhu yang luar biasa (sekitar 85 sampai 100 derajat
Celsius.) Dioda penyingkat akan mencegah hot spot di sel yang terteduh, tetapi
mengurangi tegangan maksimum panel. Mereka sebaiknya hanya digunakan kalau
peneduhan tak dapat dielakkan. Adalah solusi yang jauh lebih baik untuk
menggelar seluruh panel di bawah matahari penuh sebisa mungkin.

35
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan elektrik adalah suatu material yang dapat dialiri ataupun
mengalirkan arus listrik.
2. Bahan konduktor, isolator, semikonduktor dan dielektrik merupan
bagian dari bahan elektrik.
3. Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah menghantarkan arus
listrik sehingga konduktor sering disebut juga penghantar listrik yang
baik.
4. Isolator listrik adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan
perpindahan muatan listrik
5. Semikonduktor yaitu bahan-bahan yang bukan merupakan konduktor
dan bukan isolator.
6. Semikonduktor dibagi menjadi dua yaitu semikonduktor intrinsik dan
semikonduktor ekstrinsik
7. Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang
sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.

36
DAFTAR PUSTAKA
Ghartsen Christian, Listrik Magnet Dan Optik. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa

Hertanti, Erina. 2014. Elektro – 4 (power point). Jakarta : Erlangga

Malvino. 1985. Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor Pengantar


Transistor dan Rangkain Terpadu (Edisi Keempat Terjemahan).
Jakarta : Erlangga

Robi, Ramdhani. 2012. Semikonduktor (Pdf). Malang: Universitas Negeri


Malang

Smallman, R. E dan R. J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan


Rekayasa Material (Edisi Keenam). Jakarta : Erlangga

Vlack Lawrence H. Van. 2001. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa


Material. Jakarta : Erlangga Chapter II. Pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Isolator_listrik

http://www.slideshare.net/Renha2jk/tugas-makalah-isolator

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Jumadi,%20M.Pd.,
%20Dr./Bah an%20Semikonduktor.pdf

http://elhanif.staff.fkip.uns.ac.id/files/2012/11/8.KRISTAL_SEMIKONDU
KTOR.pdf

37

Você também pode gostar