Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Arus listrik, kerapatan arus, dan kerapatan fluks
listrik?
2. Bagaimana konsep resistansi, kondukstansi, resistivitas, dan
konduktivitas?
3. Bagaimana konsep hukum Ohm?
4. Bagaimana konsep daya dan hukum joule ?
5. Bagaimana konsep konduktor dan semi konduktor?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Arus listrik, kerapatan arus, dan kerapatan fluks
listrik
2. Untuk mengetahui konsep resistansi, kondukstansi, resistivitas, dan
konduktivitas
3. Untuk mengetahui konsep hukum Ohm
4. Untuk mengetahui konsep daya dan hukum joule
5. Untuk mengetahui konsep konduktor dan semi konduktor
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Kita semua tentu paham bahwa arus listrik terjadi karena adanya aliran
elektron dimana setiap elektron mempunyai muatan yang besarnya sama. Arus
listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-
elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus
listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Jika kita
mempunyai benda bermuatan negatif berarti benda tersebut mempunyai kelebihan
elektron. Derajat termuatinya benda tersebut diukur dengan jumlah kelebihan
elektron yang ada. Muatan sebuah elektron, sering dinyatakan dengan simbul q
atau e, dinyatakan dengan satuan coulomb, yaitu sebesar.
3
Besarnya arus listrik diukur dengan satuan banyaknya elektron per detik, namun
demikian ini bukan satuan yang praktis karena harganya terlalu kecil. Satuan yang
dipakai adalah ampere, dimana :
Rapat arus (current density) adalah aliran muatan pada suatu luas
penampang tertentu di suatu titik penghantar. Dalam SI, rapat arus memiliki
satuan Ampere per meter persegi (A/m2).
4
Dimana I adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang memiliki
arah sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan
arah jika muatannya negatif, dan dA adalah vektor luas elemen yang tegak lurus
terhadap elemen. Jika arus listrik seragam sepanjang permukaan dan sejajar
dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA sehingga persamaan
menjadi:
Maka:
di mana A adalah luas penampang total dan J adalah rapat arus dalam satuan A/m2.
5
Ini karena E tidak selalu dalam arah normal terhadap permukaan dan misalkan
adalah sudut antara dengan normal permukaan dan adalah vektor elemen
permukaan yang mempunyai arah (normal).
Kerapatan fluks listrik tergantung pada media dimana muatan ditempatkan (ruang
bebas). Misalkan medan vektor (E) didefinisikan oleh :
dengan:
E = medan listrik
A = luasan (m2 )
Dengan θ adalah sudut antara arah E dan arah normal bidang n. Arah normal
bidang adalah arah yang tegaklurus terhadap bidang, lihat gambar dibawah:
6
Jumlah garis gaya yang menembus luasan ini disebut fluks listrik dan disimbolkan
sebagai ). Fluks listrik yang tegak lurus melewati luasan A adalah:
Sehingga jika :
Contoh soal :
7
Jadi dalam konteks kejadian seperti simulasi diatas,maka muncul yang
namanya pernyataan Hukum Gauss, yang mana ada pernyataan untuk
menghitung fluks listrik dalam keadaan menembus bidang lurus dan dalam
keadaan tidak menembus bidang lurus, sebagaimana dengan pernyataan diatas.
Jadi, Fluks listrik FE adalah ukuran aliran medan listrik yang melalui sebuah
permukaan tertutup.
karena medan listrik ini berbanding lurus dengan jumlah garis gaya per luas
satuan, maka fluks ini akan berbanding lurus dengan jumlah garis gaya medan
yang melewati luasan tersebut.
maka :
Φ = E .n A = E A cos θ = En A
Jika
8
Besar tahanan pada suatu konduktor dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
Luas penampang
Panjang penghantar
Jenis bahan
Temperatur
Jadi Luas penampang dan panjang konduktor yang sama, nilai tahanannya
bisa berbeda jika bahan dan tahanan jenisnya berbeda.
Bahan konduktor yang baik adalah bahan yang mudah mengalirkan arus
listrik, umumnya terdiri dari logam dan air. Kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik ditunjukkan oleh besarnya harga konduktivitas listrik
9
Tabel 1. Konduktivitas Listrik (
Kebalikan dari harga konduktivitas listrik suatu bahan adalah resitivitas atau
yang rendah.
Untuk bahan konduktor, restivitasnya berbanding lurus dengan suhu. Tetapi pada
suhu mendekati titik nol absolut (0 K), resistivitas bahan konduktor juga
mendekati nol. Hubungan resistivitas ρ dengan suhu absolut T dtunjukkan oleh
persamaan dibawah ini.
Keterangan:
10
ρ = resistivitas pada suhu T (Kelvin)
ρ0 = resistivitas pada suhu referensi (biasanya 20oC atau 293,16 K)
T0 = suhu referensi
Keterangan:
R0 = hambatan pada suhu T0 K,
RT = hambatan pada suhu T K,
α =koefisien suhu hambatan listrik
Koefisien suhu hambatan listrik (α) untuk beberapa jenis konduktor dan
resistivitas listriknya (ρ) dimuat pada Tabel 2
Tabel 2. Koefisien suhu hambatan listrik (α) dan resistivitas bahan logam.
11
memerlukan ketelitian dan presisi tinggi misalnya pada galvometer atau ammeter
analog.
Hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan dari suatu konduktor
dapat diterangkan berdasarkan hukum OHM.
Dalam suatu rantai aliran listrik, kuat arus berbanding lurus dengan beda
potensial antara kedua ujung-ujungnya dan berbanding terbalik dengan besarnya
hambatan kawat konduktor tersebut.
V A VB
i
R
I = kuat arus
R = hambatan
12
Menghitung Resistor Seri
Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun seri, maka dapat diperoleh
nilai resistor totalnya dengan menjumlah semua resistor yang disusun seri
tersebut. Hal ini mengacu pada pengertian bahwa nilai kuat arus disemua titik
pada rangkaian seri selalu sama.
13
2.5. Daya dan Hukum Joule
2.5.1 Daya
Bila pembawa muatan bergerak dalam konduktor, maka pembawa muatan
akan bertumbukan dengan atom logam. Akibat tumbukan tersebut, pembawa
muatan kehilangan energy. Hilangnya energy tersebut menyebabkan logam
menjadi panas. Dengan demikkian, pada peristiwa tumbukan tersebut pembawa
muatan menyerahkan energy kinetiknya kepada atom-atom logam yang ditumbuk,
sehingga energi itu berubah menjadi energy getaran atom yang dapat diketahui
gejalanya berupa timbulnya panas dalam logam konduktor.
Hambatan (R) yang dialiri arus listrik (I) akan menimbulkan
beda tengangan V antar ujung-ujung berarti daya listriknya: P = V.I Karena V =
I . R maka daya listriknya dapat dirumuskan menjadi :
P = ( I.R ) I = I2.
Bila arus listrik mengalir selama t detik energi listrik yang terpakai ialah:
14
tetap dalam suatu pengahantar, elktero itu akan mendapatkan tenaga kinetik pada
setiap tumbukan dant enaga itu berubah menjadi panas.
Joule juga merumuskan juga perbandingan jumlah satuan usaha denganjumlah
satuan panas yang dihasilkan selalu sama, sehingga:
W=Q
V.I.t=Q
Q = V.I.t,
dimana : Q = panas yang ditimbulkan arus listrik (Joule atau kalori) Keterangan:
T = waktu (sekon).
Bila sebatang logam dialiri arus listrik, maka tumbukan oleh pembawa
muatan dalam logam mendapat energi sehingga menjadi panas dan atom-atom
akan bergerak semakin kuat. Daya hilang yang diubah menjadi getaran atom
dalam logam, dengan kata lain hilang sebagai kalor. Ini dapat dipahami bahwa
muatan dq yang bergerak akan mendapat tambahan energi sebesar dU = (dq) V.
Karena arus dan kecepatan tetap, maka energi yang hilang persatuan waktu
(daya), adalah:
Persamaan (11.8) dikenal sebagai Hukum Joule yang menyatakan daya yang
hilang (daya disipasi) pada konduktor dengan hambatan R dan di aliri arus i.
Sedangkan besar kalor disipasi (kalor Joule) dalam waktu dt adalah:
15
Kalor ini disebut kalor Joule dimana 1 kalori = 4,2 Joule.
Contoh 3:
Suatu lampu pijar bertuliskan 120 V/150 W, artinya lampu tersebut menggunakan
daya listrik sebesar 150 watt bila dipasang pada beda potensial 120 V. Filamen
kawat tersebut dari bahan dengan resistivitas 6 x 10-5 ?-m dengan luas
penampang 0,1 mm2. Hitunglah:
a. Panjang filament
b. Arus yang melalui lampu jika dipasang pada tegangan 120 V
c. Arus dan daya pada lampu jika dipasang pada tegangan 60 V
Penyelesaian:
a.
b.
16
2.6. Dielektrik, Konduktor dan Semikonduktor
2.6.1 Dielektrik
Istilah "dielektrik" pertama kali dipergunakan oleh William Whewell (dari
kata "dia" dari yunani yang berarti "lewat" dan "elektrik") sebagai jawaban atas
permintaan dari Michael Faraday.
Dielektrik adalah sejenis bahan Isolator listrik yang dapat dikutubkan
(polarized) dengan cara menempatkan bahan dielektrik dalam medan listrik.
Ketika bahan ini berada dalam medan listrik, muatan listrik yang terkandung di
dalamnya tidak akan mengalir, sehingga tidak timbul arus seperti bahan
konduktor, tapi hanya sedikit bergeser dari posisi setimbangnya mengakibatkan
terciptanya pengutuban dielektrik. Oleh karena pengutuban dielektrik, muatan
positif bergerak menuju kutub negatif medan listrik, sedang muatan negatif
bergerak pada arah berlawanan (yaitu menuju kutub positif medan listrik) Hal ini
menimbulkan medan listrik internal (di dalam bahan dielektrik) yang
menyebabkan jumlah keseluruhan medan listrik yang melingkupi bahan dielektrik
menurun. Jika bahan dielektrik terdiri dari molekul-molekul yang memiliki ikatan
lemah, molekul-molekul ini tidak hanya menjadi terkutub, namun juga sampai
bisa tertata ulang sehingga sumbu simetrinya mengikuti arah medan listrik.
Walaupun istilah "isolator" juga mengandung arti konduksi listriknya
rendah, seperti "dielektrik", namun istilah "dielektrik" biasanya digunakan untuk
bahan-bahan isolator yang memiliki tingkat kemampuan pengutuban tinggi yang
besarannya diwakili oleh konstanta dielektrik. Contoh umum tentang dielektrik
adalah sekat isolator di antara plat konduktor yang terdapat dalam kapasitor.
Pengutuban bahan dielektrik dengan memaparkan medan listrik padanya merubah
muatan listrik pada kutub-kutub kapasitor.
Penelitian tentang sifat-sifat bahan dielektrik berhubungan erat dengan
kemampuannya menyimpan dan melepaskan energi listrik dan magnetik. Sifat-
sifat dielektrik sangat penting untuk menjelaskan berbagai fenomena dalam bidan
elektronika, optika, dan fisika zat padat.
17
2. 6.1.1 Kerentanan Kelistrikan
Kerentanan kelistrikan Xe pada bahan dielektrik adalah ukuran seberapa
mudah bahan ini dikutubkan dalam medan listrik, yang pada akhirnya
menentukan permitivitas listrik sehingga mempengaruhi sifat-sifat lain dalam
bahan dielektrik tersebut, misalnya nilai kapasitansi jika dipergunakan dalam
kapasitor. Nilai kerentanan listrik ini didefinisikan melalui sebuah konstanta
perbandingan antara medan listrik E dan pengkutuban bahan dielektrik P
sedemikian rupa sehingga:
Secara umum, sebuah bahan tidak dapat langsung terkutub (polarized) secara
mendadak pada saat berada dalam medan listrik. Bentuk umum rumus sebagai
fungsi waktu pengutuban ini adalah:
18
Artinya pengkutuban terjadi sebagai bentuk pembelokan (konvolusi) terhadap
medan listrik pada masa lampau (waktu sebelumnya) dengan nilai kerentanan
listrik saat ini yang bernilai . Batas atas dari integral ini dapat terus
kerentanan .
Lebih jauh, bahwa pengutuban hanya bergantung pada medan listrik pada
kerentanan .
19
Interaksi medan listrik dengan permodelan atom dielektrik klasik.
Ketika medan listrik hilang, atom-atom pada bahan tersebut kembali pada
keadaan sebelumnya. Waktu yang diperlukan untuk berubah-ubah keadaan ini
disebut waktu Relaksasi; grafiknya berbentuk penurunan secara ekponensial.
M = F (E)
20
Ketika medan listrik dan jenis bahan telah ditentukan, lalu ditentukan
fungsi F paling sederhana untuk mendapatkan hasil paling mendekati dari sifat
yang diinginkan.
21
Pengutuban ion menyebabkan transisi feroelektrik dan juga pengutuban
dwipolar. Transisi yang disebabkan berubahnya urutan arah kutub permanen
sepanjang garis tertentu, disebut transisi fase order-disorder. Sedang transisi yang
disebabkan oleh pengutuban ion dalam kristal disebut transisi fase pergeseran.
22
diperlukan molekul bahan sampai terkutub (polarized) ketika mengalami
perubahan medan listrik disekitar bahan dielektrik (misalnya, kapasitor yang
dialiri arus listrik). Relaksasi dielektrik ketika terjadi perubahan medan listrik
dapat dipersamakan dengan adanya histerisis ketika terjadi perubahan medan
magnet (dalam induktor atau transformer). Dalam sistem linier, relaksasi secara
umum berarti jeda waktu sebelum respon yang diinginkan muncul, oleh karena itu
relaksasi diukur sebagai nilai relatif terhadap keadaan dielektrik stabil yang
diharapkan (equilibrium). Jeda waktu antara munculnya medan listrik dan
terjadinya pengutuban berakibat berkurangnya energi bebas (G) tanpa dapat
dikembalikan.
dimana
23
2.6.1.7 Kapasitor
Dari sini, bisa kita lihat bahwa semakin besar ε makin besar pula muatan
yang disimpan (σε) dan akhirnya makin besar pula nilai kapasitansinya. Bahan
24
dielektrik yang digunakan dalam kapasitor juga dipilih yang sulit terionisasi agar
kapasitor dapat dipergunakan pada potensial tinggi tanpa khawatir bahan
dielektrik terionisasi dan mengalirkan arus (arus bocor).
25
ini disebut sebagai sifat piezoelektrik. Bahan piezoelektrik merupakan jenis
dielektrik yang sangat berguna dalam berbagai alat.
Beberapa bahan dielektrik dalam bentuk kristal ion dan polimer memiliki
momen dwikutub sendiri, yang dapat dimodifikasi oleh medan listrik dari luar.
Perilaku ini disebut efek feroelektrik. Bahan-bahan ini berperilaku seperti
bahan feromagnetik ketika terpapar medan magnet. Bahan feroelektrik sering kali
memiliki konstanta dielektrik yang sangat besar, sehingga bahan-bahan jenis ini
sangat berguna dalam pembuatan kapasitor.
2.6.2 Konduktor
Konduktor atau penghantar adalah zat atau bahan yang bersifat dapat
menghantarkan energy, baik energy listrik maupun energy kalor, baik berupa zat
padat, cair atau gas. Bahan-bahan yang bersifat konduktor ini biasanya digunakan
untuk membuat alat-alat yang sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energy,
misalnya panci, setrika, kabel dan solder. Konduktor yang baik adalah yang
memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat
konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki
tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik,
tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan
alumunium paling banyak digunakan.
26
sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling
banyak digunakan.
T = C + (T0 − C)ekt
T adalah suhu, T0 suhu awal, t waktu, C dan k adalah konstanta.
27
Gambar 2.6.1 Ikatan kovalen silikon dalam dua dimensi
Energi yang diperlukan mtuk memutus sebuah ikatan kovalen adalah sebesar 1,1
eV untuk silikon dan 0,7 eV untuk germanium. Pada temperatur ruang (300K),
sejumlah elektron mempunyai energi yang cukup besar untuk melepaskan diri dari
ikatan dan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi menjadi elektron bebas
(gambar 6.2). Besarya energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari pita
valensi ke pita konduksi ini disebut energi terlarang (energy gap). Jika sebuah
ikatan kovalen terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole). Pada
daerah dimana terjadi kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif, dan
daerah yang ditempati elektron bebas mempunyai kelebihan muatan negatif.
Kedua muatan inilah yang memberikan kontribusi adanya aliran listrik pada
semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari ikatan kovalen yang lain mengisi
lubang tersebut, maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan seolah-
olah sebuah muatan positif bergerak dari lubang yang lama ke lubang baru.
28
ambar 2.6.2 a) Struktur kristal silikon memperlihatkan adanya sebuah ikatan
kovalen yang terputus dan b) Diagram pita energi menunjukkan
tereksitasinya elektron ke pita konduksi dan meninggalkan lubang di
pita valensi
Proses aliran muatan ini, yang biasa disebut sebagai “a rus drift” dapat
dituliskan sebagai berikut
Akibat adanya dua pembawa muatan tersebut, besarnya rapat arus dinyatakan
sebagai:
29
J nn p p q
-3
dimana n dan p = konnsentrasi elektron dan lubang (m )
2 -1 -1
n dan p = mobilitas elektron dan lubang (m V s )
nn p p q -1
= konduktivitas (S cm )
Karena timbulnya lubang dan elektron terjadi secara serentak, maka pada
semikonduktor murni, jumlah lubang sama dengan jumlah elektron atau
dituliskan sebagai
n p ni
30
Tabel 2.3 Elemen semikonduktor pada tabel periodik
31
Gambar 6.3 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita
energi semikonduktor tipe-n, perhatikan letak tingkat energi atom
donor.
32
Gambar 6.4 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi
semikonduktor tipe-p, perhatikan letak tingkat energi atom aseptor
Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas
surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk
lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air,
uap,angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya
mulai muncul pada tahun 1839, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan
kristal silikon untuk mengkonversi radiasi matahari, namun sampai tahun 1955
metode itu belum banyak dikembangkan. Selama kurun waktu lebih dari satu abad
itu, sumber energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu bara.
Upaya pengembangan kembali cara memanfaatkan energi surya baru muncul lagi
pada tahun 1958. Sel silikon yang dipergunakan untuk mengubah energi surya
33
menjadi sumber daya mulai diperhitungkan sebagai metode baru, karena dapat
digunakan sebagai sumber daya bagi satelit angkasa luar.
34
terjadi ketika beberapa sel berada dalam bayangan sedangkan sisa panel berada di
bawah matahari penuh. Daripada menghasilkan daya, sel yang terteduh bertingkah
laku sebagai beban yang membuang daya. Dalam situasi ini, sel yang terteduh
dapat mengalami peningkatan suhu yang luar biasa (sekitar 85 sampai 100 derajat
Celsius.) Dioda penyingkat akan mencegah hot spot di sel yang terteduh, tetapi
mengurangi tegangan maksimum panel. Mereka sebaiknya hanya digunakan kalau
peneduhan tak dapat dielakkan. Adalah solusi yang jauh lebih baik untuk
menggelar seluruh panel di bawah matahari penuh sebisa mungkin.
35
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan elektrik adalah suatu material yang dapat dialiri ataupun
mengalirkan arus listrik.
2. Bahan konduktor, isolator, semikonduktor dan dielektrik merupan
bagian dari bahan elektrik.
3. Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah menghantarkan arus
listrik sehingga konduktor sering disebut juga penghantar listrik yang
baik.
4. Isolator listrik adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan
perpindahan muatan listrik
5. Semikonduktor yaitu bahan-bahan yang bukan merupakan konduktor
dan bukan isolator.
6. Semikonduktor dibagi menjadi dua yaitu semikonduktor intrinsik dan
semikonduktor ekstrinsik
7. Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang
sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ghartsen Christian, Listrik Magnet Dan Optik. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa
https://id.wikipedia.org/wiki/Isolator_listrik
http://www.slideshare.net/Renha2jk/tugas-makalah-isolator
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Jumadi,%20M.Pd.,
%20Dr./Bah an%20Semikonduktor.pdf
http://elhanif.staff.fkip.uns.ac.id/files/2012/11/8.KRISTAL_SEMIKONDU
KTOR.pdf
37