Você está na página 1de 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman yang mengalami kemajuan dan keemasan ini terlihat potensi
masyarakat akan budaya sendiri mulai menghilang. Tergesernya oleh budaya asing yang
takterbendung dalam menangganinya. Bahkan masyarakat kini cenderung mengikuti budaya barat
yang ngetrend.
Indonesia merupakan laboratorium sosial yang sangat kaya karena pluralitasnya, baik dari
aspek ras dan etnis, bahasa, agama dan lainnya. Itu pun ditambah status geografis sebagai negara
maritim yang terdiri dari setidaknya 13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu pihak adalah aset
bangsa jika dikelola secara tepat, di pihak lain pluralitas juga membawa bibit
ancaman disintegrasi. Karakter pluralistik itu hanya suatu pressing factor dalam realitas ikatan
negara. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu, nasionalisme sangat di butuhkan untuk
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar bagi negara indonesia yang merdeka, bersatu
dan berdaulat. Dengan ditempatkannya Pancasila sebagai dasar negara
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maka Pancasila mempunyai kedudukan
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental bagi negara Indonesia. Disamping faktor utama
Pancasila di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia terdapat faktor Undang-
Undang 1945. Faktor Pancasila dan UUD 1945 tidak dapat dipisahkan satu sama lain baik
dalam teori maupun praktek ketatanegaraan. Di satu pihak Pancasila sebagai sistem dasar dan
merupakan landasan ideal maka di pihak lain UUD 1945 adalah sub sistem dari Pancasila
yang merupakan landasan struktural dalam kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan sumbar dari dari segala sumber
hukum, merupakan pedoman tertinggi dan kaidah dasar Hukum Nasional.
Pancasila juga mempunyai kedudukan sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa.

Masalah nasionalisme dan patriotisme tidak lagi dapat kita lihat sebagai masalah sederhana
yang dapat kita lihat dari satu perspektif saja. Dalam dunia yang oleh sebagian orang disifatkan
sebagai dunia yang semakin borderless, banyak pengamat yang mulai mempertanyakan kembali
pengertian negara beserta aspek-aspeknya. Masalah pembangunan nasionalisme dan patriotisme
di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat, maka perlu dimulai upaya-upaya
untuk kembali mengangkat tema tentang pembangunan nasionalisme dan patriotisme. Apalagi di
sisi lain, pembahasan atau diskusi tentang nasionalisme dan patriotisme di Indonesia justru kurang
berkembang (atau mungkin memang kurang dikembangkan).
Pemahaman akan persatuan dan kesatuan sering kali menjadi kesalahan dalam ide dan
prakteknya sehingga ketika kita berbicara tentang nilai tersebut. Persatuan dan kesatuan memiliki
arti independen organik, atau sosial liberal dalam konteks manifestasinya. Independen organik ini
berarti sebuah penyatuan sosial secara individual dan kolektif. Ketika kita sebagai manusia
tersadarkan melalui nalar, perasaan, dan gerakan kemanusiaan untuk suatu keadilan, kemakmuran,
dan kemajuan. Dari sumber kekuatan nasionalisme ini kita akan bergerak ke arah revolusi nasional
sebagai gerakan perlawanan terhadap kejahatan dan ketidakadilan sistem yang mengatur manusia
untuk kepentingan nafsu dan syahwat. Namun, dalam memaknai revolusi, kita harus menyadari
juga bahwa revolusi nasionalisme yang dimaksud di sini bukanlah revolusi berdarah yang
menghadirkan konflik dan perpecahan nasional, karena kembali pada sumber ide nasionalisme itu
sendiri yaitu "persatuan dan kesatuan".
Pancasila telah terbukti sebagai
fundamen atau dasar yang kokoh dan kuat bagi tegaknya pembangunan negara Republik
Indonesia. Oleh karena itu belajar dari pengalaman
sejarahtekad pemerintah Orde Baru untuk mempertahankan Pancasila dan
melaksanakannya dalam seluruh kehidupan ketatanegaraan merupakan kemauan politik yang
sangat positif demi tegak dan utuhnya negara Republik Indonesia.
2. Rumusan
A. Bagimana hubungan Pancasila dan Nasionalisme?
B. Mengapa Pancasila bisa menjadi jiwa bangsa Indonesia?
Baca juga : Pancasila Nafas Islam

BAB II
PEMBAHASAN
3. Pancasila dan Nasionalisme
Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara. Perumusan
Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang
merupakan perkembangan dari pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme,
Islam, danMarxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang lain yang
mengkaitkan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya dia
menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis, sintese dari tiga hal inilah
memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri
adalah sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155).
Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa dan haluan
nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan umat manusia dinilai Soekarno
tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya. Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan
kemungkinan untuk memberlakukan hukum-hukum Islam dalam negara, karena bila anggota
parlemen sebagian besar orang-orang yang berjiwa Islam, mereka dapat mengusulkan dan
memasukkan peraturan agama dalam undang-undang negara. Itulah cita ideal negara Islam
menurut Soekarno (ibid, 2001:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno mengusulkan lima
asas untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah:
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan,
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial,
5) Ketuhanan.
Dalam upaya yang harus kita lakukan itu sesuai dengan kelima azas-azas diatas merupakan
bentuk nilai-nilai kebaikan dalam menanamkan rasa Nasionalisme pada diri kita. Dalam suatu
pembahasan yang lebih dalam ada sebuah usulan dalam bersikap nasionalisme. Usulan ini
menimbulkan perbedaan pendapat antara nasionalis sekuler dan nasionalis Islam dan mendorong
pembentukan sub panitia yang terdiri dari empat orang wakil nasionalis sekuler dan empat orang
wakil nasionalis Islam serta Soekarno sebagai ketua sekaligus penengah.
Sikap Nasionlaisme merupakan wujud dalam upaya kita untuk menyintai apa yang menjadi
bagian dari kita. Dalam Pancasila kita juga mengetahui akan sikap-sikap Nasionalisne. Pancasila
merupakan wujud dari sikap Nasionalisme terbaik untuk bangsa Indonesia.
Dalam pertemuan sub panitia yang terjadi kurang lebih 72 tahun yang lalu kita pernah
mendengar dan kita pernah membaca sejarah bangsa Indonesia. Pertemuan yang dihadari para
pejuang bangsa telah menghasilkan rumusan yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta.
Usulan Soekarno menjadi inti dari Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan: urutan
kelima sila dan penambahan anak kalimat pada sila ketuhanan. Akhirnya anak kalimat yang
tercantum dalam Piagam Jakarta diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang kemudian
menjadi bentuk akhir Pancasila dasar bagi nasionalisme Indonesia yang sekuler religius.
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia pada nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa:
1) Menempatkan persatuan-kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
2) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri
4) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama
bangsa
5) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
6) Mengembangkan sikap tenggang rasa
7) Tidak semena-mena terhadap orang lain
8) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
9) Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
10) Berani membela kebenaran dan keadilan
11) Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia
12) Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa


Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Dalam konteks secara luas Pancasila
mempunyai pandangan masa depan yang cerah bagi Indonesia. Secara tidak langsung gambaran
akan menuju pada sang Pencipta. Kita pasti tahu bahwa kandungan nilai-nilai sudah dibenarkan
dalam ajaran agama baik islam maupun agama lainnya. Secara kontinu hal ini akan memberikan
energi dalam semesta untuk menghadirkan nilai-nilai kebenaran hakiki. Selain dari
pengertian tersebut, Pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti :
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.
Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro, menerangkan bahwa
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata
bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN
1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Dalam nilai-nilai Pancasila selain unsur-
unsur lokal ("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui
adanya unsur universal dalam setiap agama. Perbedaan dalam agama yang berbeda menjadi
rasa cinta tanah air menjadi benteng kuat dalam menjaga keutuhan Indonesia. Maka
tanpa Pancasila, masyarakat nasional, kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang
kita miliki sekarang ini.
Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan perbandingan dengan keadaan
masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir
bersamaan waktu dengan kita. Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar
oleh sebagian bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim
sendiri, anarkis, sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan
sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan
diamalkannya Pancasila.
Pemahanan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila akan membendung diri kita pada hal
yang bersifat negatif. Kedudukan
pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan
UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang
menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan diatur
dalam peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, Pancasila juga bersifat yuridis ketatanegaraan
yang artinya Pancasila sebagai dasar negara. Pada hakikatnya adalah sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara
material harus berdasar dan bersumber pada Pancasila. Apabila ada peraturan
(termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur
Pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki sifat obyektif dan
subyektif. Sifat subyektif maksudnya Pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran
bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai Pancasila sesuai dengan kenyataan dan
bersifat universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif
universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka Pancasila selalu
dipertahankan sebagai dasar negara.
Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila
sebagai jiwa bangsa memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.
Wujud-wujud dalam Pancasila merupakan dasar nagara yang harus kita hayati dan pahami.
Dalam mencapai rasa Nasionalisme yang tinggi kita harus memegang teguh janji dan kepastian
Pancasila.
Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur pancasila dalam
kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan yang harmonis diantara masyarakat
Indonesia dapat terwujud. Untuk agar dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat
Indonesia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan masyarakat
lain.
Pancasila merupakan sebuah penuntun dalam menuju Indonesia gemilang. Jika kita kaitkan
dengan Kemerdekaan Indonesia kita akan mengetahui bagaimana bangsa Indonesia agar dapat
merdeka. Kemerdekaan yang didapat dengan susah payah. Nasib dan Nyawa demi rasa kebebasan
mutlak bagi rakyat Indonesia. kebebasan mutlak suatu kebebasan yang mendapat pengakuan dari
negara-negara tetangga.
Baca juga Indonesia Digital

BAB III
PENUTUP
5. Kesimpulan
Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara. Perumusan
Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang
merupakan perkembangan dari pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme,
Islam, dan Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang lain
yang mengkitaikan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya dia
menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis, sintese dari tiga hal inilah
memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri
adalah sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155).
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Dalam konteks secara luas Pancasila
mempunyai pandangan masa depan yang cerah bagi Indonesia. Secara tidak langsung gambaran
akan menuju pada sang Pencipta. Kita pasti tahu bahwa kandungan nilai-nilai sudah dibenarkan
dalam ajaran agama baik islam maupun agama lainnya. Secara kontinu hal ini akan memberikan
energi dalam semesta untuk menghadirkan nilai-nilai kebenaran hakiki. Selain dari
pengertian tersebut, Pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti :
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki sifat obyektif dan
subyektif. Sifat subyektif maksudnya Pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran
bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai Pancasila sesuai dengan kenyataan dan
bersifat universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif
universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka Pancasila selalu
dipertahankan sebagai dasar negara.
Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila
sebagai jiwa bangsa yang memiliki peranan sangat penting dalam mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.

Você também pode gostar