Você está na página 1de 17

LAPORAN

CATUR MARGA YOGA

OLEH

IMADEPUTRAGANGGA

NIM171200203

KELASA2C

PROGRAMSTUDIFARMASIKLINIS

INSTITUTILMUKESEHATAN

MEDIKAPERSADABALI

DENPASAR

2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah yang berjudul “Catur Marga
Yoga“dapat diselesaikan dengan tepat.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama
Hindu yang diampu oleh Bapak / pada semester ganjil tahun akademik 2017.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengrtian
tentang Catur Marga Yoga.

Dalam penyusunan makalahini cukup banyak hambatan yang dialami,


namun berkat kerja keras dan adanya bantuan dari berbagai pihak. Hambatan dan
kesulitan tersebut dapat diatasi.Oleh karena itu melalui pengantar ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. /selaku dosen mata kuliah


2. Seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan paper ini
3. Sahabat penulis yang selalu memberikan motivasi

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang


sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
sangat diharapkan.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini ada
manfaatnya.

Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR…………………………………………......…………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………....………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang……………………………………….....……………

1.2 RumusanMasalah………………………………………...…………

1.3 Tujuan………………………………………………….....…………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Catur Marga Yoga……………………………………

2.2 Bagian-Bagian Catur Marga Yoga………………………………

2.3 Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga...............................

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan………………………………………………………

3.2 Saran…………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di dalam agama Hindu dikenal adanya berbagai jalan untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jalan atau cara itu bebas
dipilih oleh umat-Nya sesuai dengan sifat dan pembawaannya. Dalam kitab
Bhagavad Gita Bab IV Sloka (11)
. Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-
satu jalan, karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan
oleh-Nya untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk
menghubungkan diri, yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa
akan berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang
kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan
diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas pribadi masih
menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadap-Nya. Seperti yang kita
ketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena kemajuan zaman
dan factor penyebab lainnya..
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Catur marga Yoga?
2. Bagian-bagian Catur Marga Yoga?
3. Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Catur marga Yoga
2. Untuk mengetahui Bagian-bagian Catur Marga Yoga
3. Untuk mengetahui Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian Catur Marga Yoga


Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti
empat dan marga berarti jalan/cara atapun usaha. Jadi catur marga adalah empat
jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan
Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang W idhi Wasa. Catur Marga juga
sering disebut dengan Catur Marga Yoga. Sesungguhnya kata yoga, dapat
juga berarti masuk atau menyatukan diri, sehingga Catur Marga Yoga dapat pula
diartikan empat jalan untuk menyatukan diri dengan Tuhan untuk mencapai
moksa. Keempat jalan ini memiliki nilai yang sama namun menjadi sangat utama
apabila didasari dengan kesungguhan hati dan Sradha yang mantap.
Keempat jalan itu adalah Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana
Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan
dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang
karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang
membedakan antara ajaran subha karma ( p e r b u a t a n b a i k ) d e n g a n a j a r a n
a s u b h a k a r m a ( p e r b u a t a n ya n g t i d a k b a i k ) ya n g d i b e d a k a n menjadi
perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). Karma
memilikidua makna yakni karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti
tingkah perbuatan. Kedua,tentang bhakti yoga marga yakni menyembah Tuhan
dalam wujud yang abstrak dan menyembahTuhan dalam wujud yang nyata,
misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca ataumantra.
Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan pengetahuan suci menuju
Tuhan YangMaha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana (ilmu
pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam penetahuan itu). Keempat,
Raja Yoga Marga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi
(konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
WidhiWasa.
2. 2. Bagian-bagian Catur Marga Yoga
Di dalam ajaran kerohanian Hindu terdapat jalan untuk mencapai
kesempurnaan, yaitu moksa, dengan menghubungkan diri dan pemusatan pikiran
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang disebut dengan Catur Marga Yoga.
Catur marga yoga terdiri dari empat bagian yaitu bhakti marga yoga, jnana marga
yoga, karma marga yoga dan raja marga yoga.
a) Bhakti Marga Yoga
Kata Bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan cinta yang
tulus dan luhur kepada Tuhan, kesetiaan kepadaNya, perhatian yang
sungguh-sungguh untuk memujanya. Kata Marga berarti jalan atau usaha,
sehingga Bhakti Marga Yoga adalah jalan pengabdian kepada Ida Sang
Hyang Widhi melalui cinta kasih yang luhur dan mulia. Untuk memupuk
sradha harus adanya rasa bhakti dan kasih sayang terhadap Tuhan, dalam
ajaran Agama Hindu dikenal 2 bentuk bhakti yaitu:
1) Aphara Bhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan
atau persembahan dengan berbagai permohonan. Dan permohonan itu wajar
mengingat keterbatasan pengetahuan kita. Namun, permohonan yang
dimaksudkan itu wajar dan tidak berlebihan
2) Parabhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau
persembahan dengan rasa tulus iklas, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Penyerahan diri sepenuhnya kepadaNya
bukanlah dalam pengertian pasif tidak mau melakukan aktivitas, tetapi ia
aktif dan dengan keyakinan bahwa bila bekerja dengan baik dan tulus
niscaya akan memperoleh pahala yang baik pula.
Dalam pustaka hindu, diuraikan beberapa jenis bentuk bhakti yang disebuta
“Bhavabhakti”, sebagai berikut:
1. Santabhava adalah sikap bhakti seperti bhakti atau hormat seorang anak
terhadap ibu dan bapaknya.
2. Sakyabhava adalah bentuk bhakti yang meyakini Hyang Widhi,
manifestasiNya, Istadewata sebagai sahabat yang sangat akrab dan selalu
memberikan perlindungan dan pertolongan pada saat yang diperlukan
3. Dasyabhava adalah bhakti atau pelayanan kepada Tuhan seperti sikap
seorang hamba kepada majikannya.
4. Vatsyabhava adalah sikap seorang penyembah atau memandan Tuhan
seperti anaknya sendiri.
5. Kantabhava adalah seorang penyembah atau bhakta seperti sikap
seorang istri terhadap suami tercinta.
6. Madhuryabhava adalah bentuk bhakti sebagai cinta yang amat
mendalam dan tulus dari seorang bhakta kepada Tuhan.
Gejala-gejala dari adanya Bhakti Marga adalah:
a. Kerinduan untuk bertemu kepada yang dipujanya
b. Keinginan untuk berkorban
c. Keingingan untuk menggambarkan
d. Melenyapkan rasa takut
e. Melahirkan rasa seni
f. Melahirkan rasa terharu
g. Melahirkan mitologi
Seseorang yang menjalani Bhakti Marga disebut Bhakta, sikapnya selalu
merasa puas dalam segala-galanya, baik dalam kelebihan dan kekurangan.
Sikapnya yang tenang dan sabar membawanya pada keseimbangan batin
yang sempurna, seorang Bhakta akan selalu mengembangkan sifat Catur
Paramitha yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa. Selain itu, seorang
bhakta akan selalu membebaskan diri dari keangkuhan (ahamkara) dan
tidak ada ikatan sama sekali terhadap apapun karena seluruh kekuatannya
dipakai untuk memusatkan pikiran kepada Hyang Widhi.
b) Karma Marga Yoga
Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai
kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan dan bekerja tanpa pamrih.
Dalam Bhagawadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah satatam karyam karma samcara, asakto hy acaran karma
param apnoti purusah. (Bhagawadgita III. 19)
Artinya:
Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat
pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari
keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.
Pada hakikatnya seorang karma yogi selalu mendambakan
pedoman rame inggawe sepi ing pamrih. dengan menyerahkan
keinginannya akan pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung
dengan tenang dan dia akan memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari
pikirannya. Bahkan masyarakat tempat hidupnya pun kana menjadi bahagia,
sejahtera, ia akan mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan.
c) Jnana Marga Yoga
Jnana artinya, kebijakan filsafat(pengetahuan). Yoga berasal dari
urat kata Yuj artinya, menghubungkan diri. Jadi, Jnana Marga Yoga artinya
mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan
mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-
ikatan keduniawian. Tiada ikatan yang lebih kuat daripada Maya, dan tiada
kekuatan yang lebih ampuh daripada Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan
Maya itu. Untuk melepaskan ikatan-ikatan kita harus mengarahkan segala
pikiran kita dan memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci. Akan tetapi,
bila kita ingin member suatu bentuk kebiasaan suci pada pikiran kita,
akhirnya pikiran harus menerimanya. Sebaiknya bila pikiran tidak mau
menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kita
ingin biasakan itu tidak ada gunanya. Jadi proses pertumbuhan merupakan
hal yang mutlak, sebagai jalan tumbuhnya pikiran, perbuatan lahir,
pelaksanaan swadharma, dan sikap batin (wikrama) sangat diperlukan
dimana perbuatan lahir adalah penting, karena jika tidak berbuat maka
pikiran kita tidak dapat diuji kebenarannya. Perbuatan lahir menunjukkan
kualitas sebenarnya dari pikiran kita. Ada tiga hal yang penting dalam hidup
ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri, dan
keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh,
tentram, dan damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakan Dhyana yoga.
Untuk tercapainya perlu dibantu dengan Abhyasa,yaitu latihan-latihan dan
vairagya yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri. Kekuatan pikiran kita
lakukan saat kita berbuat apa saja, dan pikiran harus kita pusatkan kepada-
Nya. Dalam urusan-urusan keduniawian pemusatan ini mutlak diperlukan.
Hal ini bukan hanya diperlukan untuk sukses di dunia, tetapi juga
dibutuhkan untuk kemajuan spiritual atau batin. Usaha untuk menjernihkan
kegiatan kita sehari-hari ialah kehidupan rohani. Apapun yang kita
laksanakan, berhasil atau tidaknya tergantung kepada kekuatan pemusatan
pemikiran kita kepada-Nya. Inilah kelebihan Jnana Marga (jalan ilmu
pengetahuan) dibandingkan dengan marga-marga lainnya. Dengan
dikuasainya ilmu pengetahuan, manusia dapat bekerja lebih efektif dan
efisien, dibandingkan dengan mereka yang dungu dan sedikit
pengetahuannya, baik itu masalah pengetahuan duniawi ataupun
pengetahuan tentang agama, karena ilmu pengetahuan itulah yangakan
menuntun manusia menuju ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan
akhir. Maka dari itu, kejarlah ilmu pengetahuan terlebih dahulu sebanyak
dan seluas mungkin.
d) Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk
mencapai moksa, raja marga yoga mengajarkan bagaimana mengendalikan
indria-indria dan vritti mental atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran
melalui tapa, brata, yoga dan semadhi. Tapa dan brata merupakan suatu
latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita
kearah yang lebih positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci.
Sedangkan yoga dan semadhi adalah latihan untuk menyatukan atma dengan
Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.
Adapun tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para raja Yogin yaitu
melakukan Tapa, Brata, Yoga, dan Samadhi. Tapa dan Brata merupakan
suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu dengan petunjuk ajaran
kitab suci. Sedangkan Yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat
menyatukan atman dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau
pemusatan pikiran.
2.3 Implementasi dari ajaran Catur Marga Yoga
A. Bhakti Marga Yoga
 Pelaksanaan tri sandya dan yadnya sesa
Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti ialah
rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dengan
melaksanakanTri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari yaitu
pagi, siang, dan sore hari serta melaksanakan yadnya sesa/ ngejot
setelah memasak. Dalam kehidupan sehari -hari sebagai upaya
dalam mewujudkan rasa bhakti sekaligus mendekatkan diri
kehadapan-Nya hendaknya melaksanakan puja tri sandya tersebut
dengan t ulus dan ikhlas.
Pelaksanaan pada hari-hari keagamaan
Implementasi bhakti marga yoga juga dapat dilihat pada hari-hari
keagamaan hindu, seperti hari saraswati, tumpek wariga dan tumpek uye.
Hari saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan dengan memuja dewi
yang dilambangkan sebegai ilmu pengetahuan yaitu Dewi saraswati. Hari
saraswati ini jatuh pada hari Saniscara UmanisWatugunung dan diperingati
setiap 210 hari. Pada hari ini semua pustaka terutama Wedadan sastra-sastra
agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati
untuk diberikan suatu upacara. Menurut keterangan lontar
Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati
harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai
tengah hari tidak diperkenankan membaca dan menulis terutama yang
menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata
Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama
24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa,
setelah tengah hari dapat membacadan menulis. Bahkan di malam
hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambaing samadhi.
Sedangkan Tumpek Wariga merupakan upacara untuk menghormati
keberadaan tumbuh-tumbuhan sebagai mahluk hidup didunia atau dikenal
dengan istilah “ngotonin sarwa entik-entikan”. Sementara Tumpek Uye
atau Tumpek Kandang upacara dalam menghormati keberadaan hewan
atau binatang yang hidup di dunia yang sering dikenal dengan istilah
“ngotonin sarwa ubuhan”. Keduanya jatuh tepat setiap 210 hari
dalam perhitungan hindu. Dalam konsep Tri Hita Karana penghormatan
kehadapan ida sanghyang widhi wasa atas pengadaan hewan dan
tumbuhan ini dilakukan dengan tulus dan iklas. Dengan kata lain
melaksanakan upacara tumpek ini adalah realisasi dari konsepTri
Hita Karana alam kehidupan. Jika semua itu sudah kita lakukan
dengan rasa tulusdan iklas berarti kita telah melaksanakan ajaran bhakti
marga yoga.
B. Jnana Marga Yoga
Ajaran brahmacari
Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus
ikhlas. Tugas pokok kita pada massa ini adalah belajar dan belajar. Belajar
dalam arti luas, yakni belajar dalam pengertian bukan hanya membaca buku.
Tetapi lebih mengacu pada ketulus iklasan dalam segala hal. Contohnya:
rela dan iklas jika dimarahi guru atau orang tua. Guru dan orang tua, jika
memarahi pasti demi kebaikan anak. Maha Rsi War aruci dalam
Kitab Sarassamuccaya, sloka 27 mengajari kita memanfaatkan masa muda
ini dengan sebaik- baiknya, yang beliau umpamakan seperti rumput ilalang
yang masih muda. Bahwa masa muda itu pikiran masih sangat tajam,
hendaknya digunakan untuk menuntut dharma, dan ilmu pengetahuan.
Dengan tajamnya pikiran seorang anak juga bisa meyadnyakan
tenaga dan pikirannya itu.
Ajaran aguron-guron
Ajaran aguron-guron merupakan suatu ajaran mengenai proses
hubungan guru dan murid . Namun istilah dan proses ini telah lama
dilupakan karena sangat susah mendapatkan guru yang mempunyai
kualifikasi tertentu dan juga sangat sedikit orang menaruh
perhatian dan minat terhadap hal ini. Maka untuk memenuhi
kualifikasi tertentu, hendaknya seorang guru mencari sekolah yang
mempunyai kurikulum yang membawa kesadaran kita melambung
tinggi melampaui batas-batas senang dan sedih, bahagia dan derita, lahir
danmati. Maka guru seperti itu pasti akan datang kepada kita.
Menuntun kita, menentukan arah tujuan kita, menunjukkan cara
dan metodenya, menghibur dan menyemangatinya. Jangan ragu, pasti
akan ada guru yang datang kepada kita.
Ajaran catur guru
Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu
(pendidikan tinggi yang berkualitas) tidak akan mungkin bila kita
tidak memiliki rasa bhakti kepada Catur Guru. Mereka yang
melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak -anak),
mereka pada umumnya memiliki disiplin diri dan percaya diri yang mantap
pula. Dengan disiplin diri dan percaya diri yang mantap, tidak saja akan
sukses dalam bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan.
Di sinilah kita melihat ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan
sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma.
Aktualisasi ajaran Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat
dikembangkan dalam situasi apapun, sebab hakekat dari ajaran ini adalah
untuk pendidikan diri, utamanya adalah pendidikan disiplin, patuh dan taat
kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya.
C. Karma Marga Yoga
Ngayah dan Matatulungan
Ngayah merupakan suatu istilah yang ada di Bali yang identik
dengan gotong royong. Ngayah ini bisa dilakukan di pura-pura dalam
hal upacara keagamaan, seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan
matulungan ini bisa dilakukan terhadap antar manusia yang
mengadakan upacara keagamaan pula, seperti upacara pawiwahan,
mecaru dan lain sebagainya. Sesuai dengan ajaran karma yoga, maka
hendaknya ngayahatau matatulungan ini dilakukan secara iklas tanpa
ada ikatan apapun. Sehingga apa yang kita lakukan bisa memberikan
suari manfaat.
Mekarme
Mekarme sane melah B e r b u a t ya n g b a i k a t a u mekarma
sane melah hendaknya selalu kita lakukan.Dalam dalam agama
hindu ada slogan mengatakan“Rame ing gawe sepi ing pamrih”,
slogan itu begitu melekat pada diri kita sebagai orang Hindu.
Banyaklah berbuat baik tanpa pernah berpikir dan berharap suatu
balasan. Niscaya dengan begitu kita akan selalu mendapat
karunianya tanpa pernah terpikirkan dan kita sadari. Untuk
melaksanakan slogan itu dalam kehidupan sehari -hari tidaklah
mudah untuk memulainya. Sebagai makhluk ciptaan Brahman,
sepantasnya kita menyadari bahwa sebagian dari hidup kita adalah
untuk melayani. Berkarma baik itu adalah suatu pelayanan. Kita akan
ikut berbahagia bila bisa menyenangkan orang lain. Hal ini tentudibatasi
oleh perbuatan Dharma. Slogan “Tat Twam Asi” adalah salah satu dasar
untuk ber-Karma Baik. Engkau adalah Aku, Itu adalah Kamu juga. Suatu
slogan yang sangatsederhana untuk diucapkan, tapi memiliki arti
yang sangat mendalam, baik dalam arti pada kehidupan sosial umat dan
juga sebagai diri sendiri/individu yang memiliki pertanggungjawaban karma
langsung kepada Brahman.
Ajaran Karma pahala
Karma phala merupakan hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan.
Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil
yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang
buruk. Seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan
diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang
akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada kitauntuk
mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara
yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan
dan tujuan yang buruk. Karmaphala mengantarkan roh (atma) masuk Surga
atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu berkarma baik maka pahala
yang didapat adalah surga. Sebaliknya bila hidupnya selalu berkarma buruk
maka hukuman nerakalah yang terjadi. Dalam pustaka- pustaka dan ceritera-
ceritera keagamaan dijelaskan bahwa Surga artinya alam atas, alam
suksma, alam kebahagiaan, alam yang indah dan serba
mengenakkan. Neraka adalah alam hukuman, tempat roh atau
atman mendapat siksaan sebagai hasil dan perbuatan buruk selama
masa hidupnya. Selesai menikmatiSurga atau neraka, roh atau atma
akan mendapatkan kesempatan mengalami penjelmaankembali sebagai
karya penebusan dalam usaha menuju Moksa.
D. Raja Marga Yoga
Setiap pengikut Raja Marga Yoga akan dapat menghubungkan
dirinya dengan kekuatan rohaninya melalui Astangga Yoga. Astangga Yoga
adalah delapan tahapan yoga untuk mencapai moksa. Astangga Yoga
diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya yang disebut dengan
Yoga Sutra Patanjali. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga yang
merupakan implementasi dari ajaran Raja Marga adalah:
a. Yama
Yama yaitu bentuk larangan atau pengendalian diri yang harus
dilakukan oleh seorang dari segi jasmani, misalnya dilarang membunuh
(ahimsa), dilarang berbohong (satya), pantang menginginkan sesuatu yang
bukan miliknya (asteya), pantang melakukan hubungan seksual
(brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain (aparigraha).
b. Nyama
Nyama yaitu bentuk pengendalian diri lebih bersifat rohani,
misalnya Sauca (tetap suci lahir batin), Santosa (selalu puas dengan apa
yang datang), Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara
pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan).
c. Asana
Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, terartur dan disiplin.
d. Pranayama
Pranayama yaitu mengatur napas sehingga menjadi sempurna
melalui tiga jalan yaitu puraka (menarik napas), kumbhaka (menahan napas)
dan recaka (mengeluarkan napas).
e. Pratyahara
Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari
ikatan objeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
f. Dhyana
Dharana yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan
kepada suatu objek. Dhyana dapat dilakuakan terhadap Ista Dewata.
g. Dharana
Dharana yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan
sasaran yang diinginkan
h. Samadhi
Samadhi yaitu penyatuan atman (sang diri sejadi dengan Brahman)
bila seseorang melakukan latihan yoga dengan terartur dan sungguh-
sungguh maka ia akan mendapat etaran-getaran suci dari wahyu Tuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam perekonomian terdapat berbagai organisasi perusahaan seperti
perusahaan perseorangan ,perkongsian, perseroan terbatas,perusahaan milik
Negara dan koperasi. Dalam teori ekonomi berbagai bentuk perusahaan itu
tidak dibeda-bedakan.Setiap perusahaan dipimpin oleh seorang tenaga kerja
yang memiliki keahlian keusahawanan (kewirausahaan). Tenaga kerja ini akan
menggunakan factor-faktor produksi lain dan mengorganisasikannya untuk
menjalankan kegiatan ekonomi.Fungsi produksi menggambarkan berapa
jumlah produksi maksimum yang mampu diproduksi oleh produsen pada setiap
kombinasi input atau faktor produksi yang ada.
Tujuan dari produksi tersebut salah satunya untuk memenuhi kebutuhan manusia
dan menghasilkan barang dan jasa. Untuk itu sebelum mencapai tujuan yang
diharapkan perlu di rencanakan dulu cara pengelolaan faktor produksi tersebut.
3.2. Saran

Catur marga yoga ini merupakan salah satu cara atau jalan terbaik untuk
mendekatkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, kita
sebagai umat Hindu hendaknya melaksanakan ajaran Catur Marga Yoga dengan
hati yang iklas, sehingga kualitas kehidupan kita akan lebih meningkat dan
cenderung kea arah yang lebih baik untuk menuju jalan kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

Pendit, Nyoman S. 1996. Hindu Dharma Abad XXI. Denpasar: Yayasan Dharma
Naradha.

Kirit Patel dan Vijay C. Amin. 1999. Karma Yoga. Jakarta: Yayasan Sri Sathya
Sai Indonesia.

Praptini, dkk. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita

Pidarta, Made. 2005. Hindu Untuk Masyarakat Umum Pada Jaman Pasca
Modern. Surabaya: Paramita.

Parisada Hindu Dharma Indonesia www.parisada.org Di unduh tanggal 10 Mei


2016.

Você também pode gostar