Você está na página 1de 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan secara optimal.
Sekarang ini, banyak sekali dijual bermacam – macam alat permainan. Apabila orang tua tidak
selektif dan kurang memahami fungsinya, alat permainan yang dibeli tidak dapat berfungsi secara
efektif. Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak
sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal. Jenis permainan tertentu hanya
cocok untuk anak dengan usia tertentu pula.

Dalam kondisi sakit atau anak yang dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap perlu
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Saat ini, para tenaga kesehatan sudah
memahami pentingnya aktivitas bermain sehingga di bagian anak di beberapa rumah sakit telah
disediakan sarana bermain.

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang konsep bermain yang bisa diterapkan
pada anak infant, namun disini kami fokus untuk membahas bagaimana pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi sekaligus Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan bayi (0 – 1 tahun).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep bermain ?


2. Apa pengertian alat permainan edukatif (APE) ?
3. Bagaimana alat permainan edukatif (APE) yang sesuai untuk bayi ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Menjelaskan tentang konsep bermain.


2. Menjelaskan tentang pengertian alat permainan edukatif (APE).
3. Menjelaskan tentang alat permainan edukatif (APE) yang sesuai untuk bayi.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Bermain

2.1.1 Definisi Bermain

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh


kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak – anak akan berkata – kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong, 2000)

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak,
dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser , 1995)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari – hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, media yang baik bagi anak untuk belajar
berkomunikasi dengan lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal
dunia sekitar kehidupannya, dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial
anak.

2.1.2 Fungsi Bermain

Wong (1995) menjelaskan bahwa bermain pada anak hendaknya mempunyai fungsi – fungsi
berikut ini :

Perkembangan sensorik – motorik

1. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi.


2. Meningkatkan perkembangan semua indera.
3. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia.
4. Memberikan pelampiasan kelebihan energi.

Perkembangan intelektual

1. Memberikan sumber – sumber beranekaragam untuk pembelajaran.


2. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur dan warna.
3. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak.
4. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa.
5. Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
ke dalam persepsi dan hubungan baru.

2
6. Membantu anak memahami dunia di mana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan
realita.

Perkembangan sosialisasi dan moral

1. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.


2. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
3. Mengembangkan keterampilan sosial.
4. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain.
5. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standar moral.

Perkembangan kreativitas

1. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif.


2. Memungkinan fantasi dan imajinasi.
3. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.

Perkembangan kesadaran diri

1. Memudahkan perkembangan identitas diri.


2. Mendorong pengaturan perilaku sendiri.
3. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri).
4. Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan orang lain.
5. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi
orang lain.

Nilai terapeutik

1. Memberikan pelepasan stres dan ketegangan.


2. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalm bentuk
yang secara sosial dapat diterima.
3. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
4. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut,
dan keinginan.

Prinsip – prinsip Bermain

Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktivitas
bermain bisa menjadi stimulus yang efektif, sebagaimana berikut ini:

 Perlu ekstra energi

Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai.
Asupan yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktivitas
bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan.

3
 Waktu yang cukup

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat
optimal, selain itu anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat – alat
permainannya.

1. Alat permainan

Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak.
Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat
berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus
aman dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.

1. Ruang untuk bermain

Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di tempat tidur.
Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, dimana ruangan
tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan mainannya.

1. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain dari mencoba – coba sendiri, meniru teman – temannya, atau diberi tahu
orang tuanya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan lebih
berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak
pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan umumnya membuat
hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.

1. Teman bermain

Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Pada
saat tertentu dimana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain
yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus
memberikan kesempatan pada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh
anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu dalam
memahami perbedaan.

2.1.3 Tujuan Bermain

Melalui fungsi yang terurai di atas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembanganya. Walaupun demikian, selama
anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungan.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide – idenya. Seperti telah terurai di
atas, pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagi perasaan yang sangat

4
tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikanya secara verbal, permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikanya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada
dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit. Stres
yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang
dialami orang tuanya. Untuk itu yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang
tua untuk dapat beradaptasi dengan stresor yang dialaminya di rumah sakit secara efektif.
Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan
rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1. Tahap Perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan
adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan
perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

1. Satus Kesehatan Anak

Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi. Walaupun demikian, bukan berarti anak
tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan
kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau
anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan
permainan yang dapat dilakukan anak sesuai prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di
rumah sakit.

1. Jenis Kelamin Anak

Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan permainan anak. Dalam
melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan
daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang
meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri
sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak
laki-laki. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-
laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.

5
1. Lingkungan Yang Mendukung

Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya
dipengaruhi oleh nilai moral, budaya, dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak selalu
harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus
imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau
berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif.
Keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak dididik
melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar rumah lebih banyak mempengaruhi ruang
gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk
bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-
mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya.

1. Alat dan Jenis Permainan yang Cocok

Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan
tahapan tumbuh-kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu
sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak
selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus
imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau
berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif.
Alat permainan yang ahrus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk
dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang
lain.

Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersama-sama, tetapi yang harus diingat bahwa alat
permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak memilihkan
manian yang aman.

2.1.5 Klasifikasi Bermain

1. Berdasarkan isi permainan

1. Social affective play

Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan
orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
“ci luk ba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi untuk
menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyeum dan tertawa. Bayi akan
mencoba berespon terhadap tingkah laku orang tuanya dan/orang dewasa tersebut/ misalnya
dengan tersenyum, tertawa, dan/mengoceh.

6
2. Sense of pleasure play

Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimubulkan rasa senang pada anak yang biasanya
mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau
benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air
anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol,
bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah
dihentikan.

3. Skill play

Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi,
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.

4. Games atau Permainan.

Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan dan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau
dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun
yang modern. Misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dll.

5. Unoccupied behaviour.

Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar – mandir, tersenyum, tertawa, jinjit – jinjit, bungkuk
– bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekililingnya. Jadi, sebenarnya anak
tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya yang
digunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut.

6. Dramatic Play.

Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sembil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru,
ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.
Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak tehadap peran tertentu.

7
Berdasarkan Karakter Sosial

1. Onlooker play

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada
proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.

1. Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman
sepermainannya.

1. Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak yang
lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia todler.

1. Associative play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimipin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak
jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan, dan bermain
masak-masakan.

1. Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga tujuan dan
pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya
untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut.
Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus
dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan
permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

1. Berdasarkan kelompok usia anak

Apabila ditinjau dari kelompok usia anak, jenis permainan dapat dibagi menjadi permainan untuk
bayi, todler, prasekolah, sekolah, dan anak usia remaja.

8
Karakter Tipe paling Karakteristi Tujuan
Isi Perkembangan
Usia sosial lazim dari k aktivitas bermain
bermain rasa etik
bermain bermain spontan dramatik

BAYI Soliter Afektif – Sensorimoto Kesenangan Identitas diri –


sosial r
TODLER Pararel Imitatif Gerakan Penilaian Mempelajari Memulai nilai –
tubuh intuitif peran gender nilai moral

PRASEKOLA Asosiatif Imajinatif Fantasi Pembentukan Meniru Mengembangka


H permainan konsep kehidupan n perhatian pada
informal Ide konstan social teman – teman
yang Mempelajari bermain
beralasan peran sosial Belajar untuk
berbagi dan
bekerja sama

SEKOLAH Kooperati Permaina Aktifitas Menguji Penguasaan Loyalitas sebaya


f n fisik situasi pengalaman Bermain dengan
kompetitif Aktivitas konkret dan orang lain aturan
dan kelompok pemecahan
kontes masalah Kepahlawanan
Fantasi Permainan Menanbahkan
formal informasi
baru
Bermain
peran

REMAJA Kerja Permaina Interaksi Pemecahan Menunjukka Penyebab dan


sama n social masalah n ide – ide proyek
kompetitif abstrak
dan
kontes
Mimpi
siang hari

9
2.2 Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan
anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk pengembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan sosial anak (Soetjiningsing, 1995).

Pengembangan aspek fisik dilakukan melalui kegiatan – kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, seperti belajar berjalan atau merangkak, naik turun tangga,
dan bersepeda. Pengembangan bahasa dilakukan dengan melatih bicara dan menggunakan kalimat
yang benar. Pengembangan aspek kognitif dilakukan dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,
warna objek, dan lain-lainnya. Sementara pengembangan aspek sosial dilakukan dengan cara
berhubungan atau berinteraksi dengan orang tua, saudara, keluarga, dan masyarakat.

Untuk memberikan stimulus untuk berbagai aspek perkembangan, maka diperlukan alat
permainan yang bervariasi. Permainan yang monoton membuat anak merasa bosan atau jenuh.
Misalnya, bermain pasir atau krayon perlu diselingi dengan aktivitas otot seperti bermain tali, naik
sepeda, dan lain-lain. Dengan aktivitas bermain yang bervariasi diharapkan ada keseimbangan
antara bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif merupakan aktivitas bermain yang membuat
anak memperoleh kesenangan dan yang dilakukan sendiri, misalnya dengan:

1. Mengamati atau menyelidiki (exploratory play), misalnya memeriksa, memperhatikan,


mencium, menekan, dan kadang berusaha membongkar alat permainan.
2. Membangun (construction play), misalnya berusaha untuk menyusun balok-balok menjadi
bentuk rumah, mobil dan lain-lain.
3. Bermain peran (Dramtic play), misalnya bermain sandiwara, rumah-rumahan, dan boneka
4. Bermain bola voli, sepak bola, dan lain-lain.

Bermain pasif merupakan suatu hiburan atau kesenangan yang diperoleh dari orang lain. Dalam
hal ini, anak berperan pasif dan melihat atau mendengar saja, misalnya, melihat gambar,
mendengarkan cerita, menonton TV, dan lain-lain.

Anak yang melakukan aktivitas bermain, baik aktif maupun pasif, hendaknya didampingi orang
tua agar anak memperoleh penjelasan mengenai hal-hal yang belum diketahuinya dan dapat
mendekatkan hubungan antara orang tua dengan anak. Agar orang tua dapat memberikan alat
permainan yang edukatif pada anaknya, syarat-syarat berikut ini perlu diperhatikan :

1. Keamanan

Alat permainan untuk anak dibawah 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil, catnya tidak beracun,
tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang-kadang
suka memasukkan benda ke dalam mulut.

2. Ukuran dan berat

10
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dans esuai dengan usia anak. Apabila mainan terlalu
besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlau kecil,
mainan akan mudah tertelan.

3. Desain

APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan, dan warna serta
jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari
kebingungan anak.

4. Fungsi yang jelas

APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak.

5. Variasi APE

APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang), namun tidak terlalu
sulit agar anak tidak frustasi, dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.

6. Universal

APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi, dalam
menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.

7. Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas

Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan
masyarakat, baik yang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat
menyediakannya. APE bisa didesain sendiri asal memenuhi persyaratan.

Masa Bayi (0 – 1 tahun)

Stimulus yang diberikan pada anak seharusnya sudah dimulai sejak dalam kandungan, misalnya,
dengan bisikan, sentuhan pada perut ibu, gizi ibu yang mencukupi, dan menghindari pemicu stres
yang mempengaruhi psikologis ibu.

Setelah lahir, stimulus langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun pertama kehidupan, stimulus
diberikan untuk perkembangan sensori motor, meskipun pada tahun – tahun berikutnya stimulus
ini tetap harus diberikan. Stimulus yang diberikan melalui aktivitas bermain bertujuan untuk :

1. Melatih dan mengevaluasi reflek – reflek fisiologis


2. Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga
3. Melatih untuk mencari objek yang tidak kelihatan
4. Melatih sumber asal suara
5. Melatih kepekaan perabaan

11
Tabel berikut ini menjelaskan mengenai bentuk stimulus yang diperlukan selama bulan demi
bulan pada masa bayi karena pada tahun pertama kehidupan tumbuh kembang anak berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan tahapan – tahapan berikutnya.

Tabel : Macam Stimulus yang Diperlukan pada Anak Berusia Kurang dari 1 Tahun

Usia Stimulus Visual Stimulus Auditif Stimulus Taktik Stimulus Kinetik


0 – 3 bulan – Objek warna – Mengajak bicara – Membelai, – Berjalan-jalan
terang di atas tempat – Mendengar musik menyisir,
tidur lonceng menyelimuti

– Menonton TV, – Bermain air


mainan warna terang – Mengajak bicara
4 – 5 bulan – Berdiri pada
yang dapat dipegang
– Panggil namanya paha orang tua

– Membantu
tengkurap, duduk

– Menonton TV,
mainan warna terang
– Membantu
yang dapat dipegang
tengkurap di lantai
– Mengenal
– Bermain cilukba – Panggil namanya
berbagai tekstur – Latih berdiri
7 – 9 bulan
– Ajari memanggil – Bermain air – Permainan tarik
orang tuanya dorong

– Memberitahu yang
– Ajak ketempat
sedang dilakukan
ramai
– Permainan tarik
– Kenalkan gambar dorong

– Suara binatang – Merasakan – Bersepeda


hangat/dingin
– Menyebutkan
bagian tubuh – Memegang
10–12 bulan makanan sendiri

Contoh alat permainan yang dianjurkan adalah benda yang aman untuk dimasukkan ke mulut,
boneka orang/binatang yang lunak, mainan yang bersuara, giring – giring, bola dan lain – lain.
Karakteristik permainan pada masa bayi berdasarkan isi adalah permainan yang memungkinkan
anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (social affective play) dan permainan yang
memberikan kesenangan pada anak (sense of pleasure play).

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk
pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak (Soetjiningsing, 1995)

Setelah lahir, stimulus langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun pertama kehidupan,
stimulus diberikan untuk perkembangan sensori motor, meskipun pada tahun – tahun berikutnya
stimulus ini tetap harus diberikan. Stimulus yang diberikan melalui aktivitas bermain bertujuan
untuk :

1. Melatih dan mengevaluasi reflek – reflek fisiologis

2. Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga

3. Melatih untuk mencari objek yang tidak kelihatan

4. Melatih sumber asal suara

5. Melatih kepekaan perabaan

3.2 Saran

Peran orang tua sangat penting dalam memberikan permainan yang dapat berkreasi dan
berinovasi serta memberikan edukasi pada anak. Sehingga dapat mengembangkan aspek-aspek
perkembangan motoric pada anak.

13

Você também pode gostar