Você está na página 1de 32

Parameter Perencanaan 2016

BAGUS SOEBANDONO, ST., M.Eng


UMUR RENCANA
UMUR RENCANA
GEOMETRIK

Lebar jembatan ditentukan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang lewat setiap


jam, makin ramai kendaraan yang lewat maka diperlukan lebar jembatan lebih
besar.
GEOMETRIK

Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan, maka


lebar lantai jembatan ditentukan sebagai berikut:
a) Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A adalah 1+7+ 1 meter
b) Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
c) Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan.
d) Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar n ( 2,75 ~ 3,50 )m, dimana n
= jumlah lajur lalu lintas.
GEOMETRIK
Superelevasi/kemiringan Lantai Jembatan

Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang jembatan adalah tanjakan
atau turunan pada saat melalui jembatan. perbandingan kemiringan dari tanjakan serta turunan
tersebut disyaratkan sebagai berikut:
Perbandingan 1:30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam
Perbandingan 1:20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km/jam
Perbandingan 1:10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan maksimum adalah
1:20 atau 5%. Ketentuan tersebut di atas menyatakan bahwa semakin besar kecepatan kendaraan,
maka semakin landai pula tanjakan atau turunan yang diberikan pada jembatan. Hal ini memang
diberikan dengan tujuan agar pada saat kendaraan akan masuk ke badan Jembatan kendaraan
tersebut tidak "jumping", yang secara otomatis akan memberikan beban kejut tumbukan vertical
pada struktur jembatan. Struktur Jembatan tidak diperhitungkan terhadap beban tumbukan akibat
jumping kendaraan. Jembatan hanya diperhitungkan menahan beban kejut kendaraan yang melaju.
RUANG BEBAS ( VERTIKAL DAN HORISONTAL )
Ruang bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya
struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau
benda yang lewat di bawah jembatan. Clearance (ruang bebas) vertikal diukur
dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas jembatan.
Besarnya clearance bervariasi, tergantung dari jenis sungai dan benda yang ada di
bawah jembatan. Nilai ruang bebas di bawah jembatan ditentukan sebagai
berikut:
C = 0,5 m ; untuk jembatan di atas sungai pengairan
C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan .
C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya.
C = 5,1 m ; untuk jembatan jalan layang.
C ≥ 15 m; untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan untuk alur pelayaran.
LOKASI JEMBATAN
Lokasi jembatan menghindarkan tikungan di atas jembatan dan oprit. Peletakan
jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan
a) Teknik (aliran sungai, keadaan tanah)
• Aliran air dan alur sungai yang stabil (tidak berpindah-pindah)
• Tidak pada belokan sungai
• Tegak lurus terhadap sungai
• Bentang terpendek (lebar sungai terkecil)
b) Sosial (tingkat kebutuhan lalulintas)
c) Estetika (keindahan)
Untuk kebutuhan estetikapada daerah tertentu/pariwisata dapat berupa bentuk
parapet dan railing maupun lebar jembatan dapat dibuat khusus atas persetujuan
pengguna jasa.
LOKASI JEMBATAN
LOKASI JEMBATAN
Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah:
1. Secara geologis lokasi pondasi untuk kepala jembatan dan pilar harus baik. Dibawah
pengaruh pembebanan, permukaan tanah yang mendukung harus bebas dari faktor
geseran (slip) dan gelinding (slide). Pada kedalaman yang tidak terlalu besar dari
dasar sungai terdapat lapisan batu atau lapisan keras lainnya yang tidak erosif, dan
aman terhadap gerusan air sungai yang akan terjadi.
2. Batasan sungai pada lokasi jembatan harus jelas, jembatan diusahakan melintasi
sungai secara tegak lurus.
3. Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup tinggiterhadap
permukaan air banjir.
4. Untuk mendapatkan suatu harga fondasi yang rendah, usahakan mengerjakan
pekerjaan fondasi tidak di dalam air, sebab pekerjaan fondasi dalam air mahal dan
sulit.
BENTANG JEMBATAN
BENTANG JEMBATAN
BENTANG JEMBATAN
MATERIAL

a. Beton
Lantai jembatan dan elemen struktural bangunan atas lainnya menggunakan
mutu beton minimal K-350, untuk bangunan bawah adalah K-250 termasuk isian
tiang pancang. ( Fc’, Mpa )

b. Baja tulangan
Baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk D<13, dan BJTD 32 atau BJTD 39
untuk D≥13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan bangunan atas jembatan
standar Bina Marga seperti :

 Box culvert (single, double, triple) bentang1 s/d 10 m


 Voided Slab, bentang 6 s/d 16m.
 Gelagar Beton Bertulang Tipe T, bentang 6 s/d 25 m
 Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan box, bentang 16 s/d 40 m
 Gelagar Komposit Tipe I dan Box Bentang 20 s/d 40m.
 Rangka Baja Bentang 40 s.d 60m.
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
Acuan Perencanaan Teknis

 Perencanaan struktur atas menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan


Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS)

 Lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat, baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak telampaui batas yang diizinkan
yaitu simple beam <L/800 dan kantilever L/400.

 Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan jembatan


berada khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja dan
galvanis terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material.
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH

Pemilihan bangunan bawah dipengaruhi oleh hal-hal berikut :


 Memiliki dimensi yang ekonomis
 Terletak pada posisi yang Aman, terhindar dari kerusakan akibat : gerusan arus air,
penurunan tanah, longsoran lokal dan global.
 Kuat menahan beban berat struktur atas , beban lalu lintas ,beban angin dan
beban gempa.
 Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyutan, tumbukan kapal,
dan tumbukan kendaraan
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
JENIS PILAR
JENIS PILAR
JENIS PILAR

Acuan Perencanaan Teknis

a) Perencanaan bangunan bawah menggunakan Limit States atau Rencana


Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States
(SLS)

b) Struktur bangunan bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka


panjang material dan kondisi lingkungan antara lain: selimut beton yang digunakan
minimal 30 mm (daerah normal) dan minimal 50 mm ( daerah agresif )
JENIS PONDASI
 Pemilihan pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :

 Disarankan tidak menggunakan fondasi langsung pada daerah dengan


gerusan/scouring yang besar, jika terpaksa berikan perlindungan fondasi terhadap
scouring.

 Hindari peletakkan fondasi pada daerah gelincir local dan gelincir global, jika
kepala jembatan atau pilar jembatan harus diletakkan pada lereng sungai.

 Hindari penyebaran gaya dari fondasi kepala jembatan jatuh ke lereng/tebing


sungai.

 Gunakan fondasi sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala atau pilar jembatan
JENIS PONDASI
TAHAP PERENCANAAN JEMBATAN
TAHAP PERENCANAAN JEMBATAN
1. Melakukan survey pendahuluan untuk mengumpulkan data-data dasar
perencanaan dan untuk mengetahui letak jembatan.
2. Membuat pradesain/ rancangan awal berdasarkan hasil survey pendahuluan
3. Melakukan pengkajian hasil pradesain, dan jika perlu melakukan survey kembali
untuk memastikan:
 Lebar dan Bentang jembatan.
 Perlu tidaknya pilar.
 Letak kepala jembatan
 Posisi struktur atas jembatan terhadap muka air banjir atau permukaan air
laut tertinggi atau bangunan lain yang ada dibawahnya
 Bahan – beban lain/khusus yang mungkin bekerja pada jembatan
 Metoda konstruksi yang akan digunakan
TAHAP PERENCANAAN JEMBATAN

4. Menentukan desain akhir dari struktur atas dan bawah jembatan


5. Menentukan beban – beban yang bekerja pada jembatan
6. Melakukan perhitungan analisa struktur
7. Menentukan dimensi tiap elemen jembatan
8. Membuat gambar hasil perencanaan.
Selesai

Você também pode gostar