Você está na página 1de 8

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

“S” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS,


NEONATAUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS
KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO

RENI FIFI FITRIANI


NIM. 1415401040

Subject : Asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB

DESCRIPTION

Masalah Kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar,
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tertinggi di ASEAN. Tujuan studi kasus
ini adalah menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan KB sesuai standar asuhan dengan menggunakan
pemdokumentasian SOAP dengan pendekatan managemen kebidanan.
Studi kasus ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten
Mojokerto, subyek studi kasus ini adalah Ny. “S” G2P1001 usia 33 tahun. Managemen
asuhan kebidanan diselesaikan dengan metode SOAP yakni pengkajian (data subyektif
dan data obyektif), analisa data (merumuskan diagnosa) dan penatalaksanaan rencana
asuhan.
Pemberian asuhan kehamilan pada Ny. “S” secara umum berjalan normal.
Asuhan persalinan pada Ny. “S” berlangsung normal, namun terjadi perpanjangan pada
kala I fase laten ±16 jam, persalinan pasien berlangsung pervaginam dengan OD
(Observasi Drip). Asuhan masa nifas secara umum berjalan normal. Asuhan kebidanan
bayi baru lahir menunjukkan hasil pemeriksaan kondisi bayi baik, normal dan tidak ada
kelainan kongenital. Pada asuhan keluarga berencana Ny. “S” menggunakan KB suntik 3
bulan.
Berdasarkan hasil perawatan kebidanan yang dilakukan, ibu hamil secara rutin
dapat memeriksa kehamilan mereka pada petugas kesehatan (bidan) agar komplikasi pada
kehamilan dapat diatasi dan juga ibu harus berkonsultasi mengenai kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

ABSTRACT

Maternal and infant mortality problems in Indonesia is still a big problem, the
maternal and infant mortality rate in Indonesia is still the highest in ASEAN region. The
purpose of this case study was to apply comprehensive midwifery care to pregnant
mother, parturient, postpartum, neonatal, and family planning according to standard
care using SOAP documentation with the approach of midwifery management.
This case study was conducted in the working area of Puskesmas Kutorejo
Kabupaten Mojokerto, the subject of this case study was Mrs. "S" G2P1001 aged 33
years old. The management of midwifery care was accomplished by the SOAP method of
assessment (subjective data and objective data), data analysis (formulating diagnosis)
and management of care plans.
The provision of maternal care to Mrs. "S" was generally normal. Parturition
care at Mrs. "S" was normal, but the first stage latent phase was elongated ± 16 hours,
the patient was having vaginal birth with OD (Drip Observation). Postpartum care
generally went normally. Neonatal midwifery care showed the results of the condition of
the baby was good, normal and there was no congenital abnormalities. In the care of
family planning Mrs. "S" using 3 monthy contraceptive injection.
Based on the results of midwifery care that was done, pregnant mothers should
routinely check their pregnancy on health workers (midwifes) in order if there were any
complications in pregnancy it can be overcame and also mother should do consultation
about pregnancy, parturition, postpartum, neonatal and family planning.

Keyword : Midwifery care of pregnancy, parturition, post-partum, neonatal,


contraception.

Contributor : 1. Dyah Siwi Hety, M.Kes.


2. Zulfa Rufaida, M.Sc.
Date : 26 Mei 2017
Type Material : Laporan Penelitian
Identifer :
Right : Open Document
Summary :

LATAR BELAKANG
Masalah Kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar,
kenyataannya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN.
Indikator yang umum digunakan adalah jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran
hidup. Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian yang bukan disebabkan oleh
kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain (Dinkes Mojokerto, 2014). AKB / Angka Kematian
Bayi terjadi pada minggu pertama dalam kehidupannya, sebagian besar bayi yang
meninggal dalam minggu pertama ialah bayi prematur, hal ini menjadi dorongan kuat
untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhui kehidupan janin dalam uterus,
termasuk apa yang menyebabkan prematuritas. Indikator yang umum digunakan adalah
kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo, 2014). Kegagalan dari
program keluarga berencana (KB) yang kurang efektif disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya KB, sehingga terjadi kondisi
4T pada ibu yakni : terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun) (Kemenkes RI, 2016).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 berdasarkan SUPAS
tercatat 305/100.000 KH , angka ini belum memenuhi target MDG’s yakni 102/100.000
KH. Angka kematian bayi (AKB) tahun 2015 menurut BAPPENAS mencapai 21/1000
KH, angka ini belum memenuhi target MDG’s yakni 17/1000 KH. Cakupan K1 pada
tahun 2015 sebesar 95,75% dan cakupan K4 sebesar 87,48%. Cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan sebesar 88,55%. Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas sebesar
87,06%. Cakupan KN1 sebesar 83,67% dan cakupan KN lengkap sebesar 77,31%.
Cakupan peserta keluarga berencana (KB) aktif sebesar 49,93% dan peserta KB baru
sebesar 47,78% dengan pasangan PUS sebesar 14,87% (Kemenkes RI, 2016).
Angka kematian ibu (AKI) Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 tercatat
93,52/100.000 KH. Angka kematian bayi (AKB) di Jawa Timur pada tahun 2014
mencapai 26,66/1000 KH. Pencapaian ini di bawah target RENSTRA (29,5/1.000 KH),
namun masih di atas target MDGs (23/1.000 KH). Cakupan K1 pada tahun 2014 sebesar
96,20% dan cakupan K4 sebesar 88,66%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 92,45%. Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas sebesar 91,15%. Cakupan KN1
sebesar 102,67% dan KN lengkap sebesar 100,54%. Cakupan peserta keluarga berencana
(KB) aktif sebesar 72,77% dan peserta KB baru sebesar 14,74%. (Dinkes Provinsi Jawa
Timur, 2014).
Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2014 tercatat
90,68/100.000 KH. Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Mojokerto tahun 2014
mencapai 7,68/1000 KH. Cakupan pelayanan K1 sebesar 92% dan K4 sebesar 82,88%.
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 87,91%. Cakupan pelayanan kesehatan
pada ibu nifas sebesar 89,22%. Cakupan KN1 sebesar 96,51% dan KN lengkap 95,50%.
Cakupan keluarga berencana (KB) aktif sebesar 78,72% dan cakupan KB baru sebesar
6,47%. Cakupan pasangan usia subur (PUS) sebesar 222.058 dengan jumlah penduduk
pada tahun 2014 sebesar 1.072.840 jiwa (Dinkes Mojokerto, 2014).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia disebabkan oleh penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung diantaranya pada saat persalinan,
perdarahan pasca persalinan, Eklampsia, infeksi, komplikasi Puerperium, partus macet,
Abortus, trauma obstetric, emboli, dan lain-lain. Faktor tidak langsung diantaranya 3
terlambat (3T) , terlambat mengambil keputusan dan mengenali tanda bahaya, terlambat
dirujuk dan terlambat mendapat penanganan medis (Syafrawati, 2011). Penyebab
kematian ibu di Jawa Timur tahun 2014 mengalami peningkatan pada faktor perdarahan
dan infeksi, namun dari proporsi tahun 2014 , faktor Pre-Eklampsia/Eklampsia masih
menjadi faktor dominan penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Dinkes Provinsi Jatim,
2014). Angka kematian ibu (AKI) di Mojokerto tahun 2014 disebabkan oleh perdarahan,
keracunan kehamilan (Preeklamsi) dan infeksi (Dinkes Mojokerto, 2014). Kematian bayi
di Indonesia disebabkan selama masa pasca persalinan termasuk prematuritas, neonatal
sepsis, infeksi saluran respirasi, neonatal tetanus dan infeksi pada ujung tali pusat,
kelainan bawaan serta trauma persalinan atau asfiksia. Bayi dengan prematuritas serta
berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki resiko lebih tinggi terjadi kematian neonatal
(Prawirohardjo, 2014). Angka kematian bayi (AKB) di Jawa Timur disebabkan oleh
sosial budaya serta ekonomi, tidak semata-mata karena ratio petugas kesehatan dengan
penduduk yang cukup besar, dan juga karena sarana / prasarana yang kurang berkualitas
(Dinkes Provinsi Jatim, 2014). Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Mojokerto
disebabkan oleh BBLR (berat badan lahir rendah), asfiksia, kongenital, dan infeksi
(Dinkes Mojokerto, 2014)
Pemerintah dalam menjalankan programnya (penurunan AKI dan AKB) berupaya
untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas
seperti yang tercantum di dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Angka Kematian Ibu
(RAN PP AKI) 2013-2015. Program utama yang dilaksanakan diantaranya:
menempatkan tenaga kesehatan dalamu jumlah dan kualitas sesuai standar; menyediakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar; menjamin terlaksananya
rujukan efektif pada kasus komplikasi melalui penyediaan pelayanan PONED dan
PONEK 24 jam 7 hari; memobilisasi masyarakat untuk pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K); penjaminan dukungan
pemerintah daerah terhadap regulasi yang mendukung pelaksanaan program kesehatan;
peningkatan kemitraan dengan lintas sektor dan swasta yang di dukung dengan penguatan
sistem pembiayaan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pemecahan masalah
kesehatan ibu dan bayi ada dalam suatu rangkaian upaya kesehatan berkelanjutan yang
dikenal sebagai continuity of care mulai dari hulu sampai ke hilir yaitu sebelum masa
hamil, masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pemerintah juga mengupayakan pelayanan
kesehatan untuk mengurangi ketidaktahuan dan kesadaran ibu tentang KB dengan lebih
meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja, meningkatkan konseling meliputi
pranikah untuk calon pengantin, dan calon akseptor KB (Kementerian Kesehatan RI,
2014).

METODE PENELITIAN
Studi kasus dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus dengan penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan Lima Langkah
dan catatan perkembangan dalam bentuk SOAP. Responden studi kasus adalah Ny. “S”
usia 33 tahun. Lokasi studi kasus dilakukan di UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten
Mojokerto. Dimulai tanggal 13 Februari 2017 sampai 05 Mei 2017. Asuhan kebidanan
pada ibu hamil dilakukan sebanyak 3 kali, asuhan kebidanan ada ibu bersalin dilakukan
mulai dari persalinan kala I – II, asuhan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 4 kali, asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali dan asuhan kebidanan pada
keluarga berencana dilakukan sebanyak 1 kali.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada usia kehamilan 32 minggu, Ny.”S” mengeluh kakinya sering kram sejak 5
hari yang lalu. Kunjungan kehamilan kedua dilakukan pada usia kehamilan 33 minggu
dan ketiga pada usia kehamilan 34 minggu dengan keluhan sering buang air kecil apalagi
pada malam hari. Menurut Afifah (2014), keluhan yang sering terjadi pada ibu hamil
trimester III diantaranya adalah kram pada kaki dan sering buang air kecil. Kram pada
kaki timbul karena sirkulasi darah yang menurun atau karena kekurangan kalsium,
sedangkan sering buang air kecil pada ibu hamil terjadi karena pembesaran rahim, ketika
kepala janin turun ke rongga panggul akan akan semakin menekan kandung kemih ibu,
sehingga ibu akan sering buang air kecil. Keluhan yang dialami oleh Ny.”S” sesuai
dengan teori yang ada. Kehamilan ini termasuk dalam kehamilan fisiologis, karena
keluhan kram pada kaki dan sering buang air kecil sering terjadi pada ibu hamil trimester
III.
Hasil pemeriksaan TFU pada Ny.”S” setiap kunjungan antara lain, kunjungan
pertama (UK 32 minggu) yakni 30 cm, kunjungan kedua (UK 33 minggu) yakni 31 cm
dan kunjungan ketiga (UK 34 minggu) yakni 31 cm. Menurut Kamariyah (2014) usia
kehamilan berdasarkan TFU (tinggi fundus uteri) antara lain : usia kehamilan 22-28
minggu (24-25 cm di atas sympisis), usia kehamilan 28 minggu (26,7 cm di atas
sympisis), usia kehamilan 30 minggu (29,5-30 cm di atas sympisis), usia kehamilan 32
minggu (29,5-30 cm di atas sympisis), usia kehamilan 34 minggu (31 cm di atas
sympisis), usia kehamilan 36 minggu (32 cm di atas sympisis), usia kehamilan 38 minggu
(33 cm di atas sympisis), dan usia kehamilan 40 minggu (37,7 cm di atas sympisis).
Pemeriksaan TFU pada Ny. “S” sesuai dengan teori yang ada. Pertambahan TFU yang
sesuai dengan UK (usia kehamilan) dikatakan dengan kehamilan fisiologis dan keadaan
normal.
Pada kala I Ny.”S” mempunyai keluhan perutnya kenceng-kenceng pada tanggal
10 April 2017 pukul 22.00 WIB, kemudian ibu datang ke puskesmas pukul 23.45 WIB.
Dilakukan pemeriksaan dalam (VT) pada pukul 24.00 WIB dengan hasil pembukaan Ø 1
cm, effisement 10%, ketuban (+) utuh, presentasi kepala, Hodge I, denominator UUK.
Dilakukan pemantauan pembukaan serviks setiap 4 jam sekali (lembar observasi
terlampir). Persalinan kala I fase laten berlangsung ± 16 jam yakni mulai pukul 24.00
WIB pada tanggal 10 April 2017 hingga pukul 16.00 WIB pada tanggal 11 April 2017.
Pukul 16.20 WIB tanggal 11 April 2017 dirujuk ke rumah sakit karena terjadi
perpanjangan kala I fase laten yakni selama 16 jam. Menurut Prawirohardjo (2014) fase
laten berkepanjangan (Prolonge Latent Phase) terjadi apabila lama fase laten lebih dari
20 jam pada ibu nulipara / primigravida dan lebih dari 14 jam pada ibu multipara /
multigravida. Kala I pada persalinan berlangsung selama 16 jam. Dapat dikatakan kala I
berjalan abnormal dan patologis, sehingga memerlukan tindakan yang sesuai dengan
kondisi Ny. “S” yakni dilakukannya OD (Observasi Drip) dan dilakukan atas advice
dokter (dr. SpOG).
Hasil pengakajian kunjungan nifas yang pertama (6 jam post partum), Ny.”S”
mengalami keluhan nyeri pada jahitan perinium. Pada kunjungan kedua (6 hari post
partum) terdapat keluhan nyeri pada luka jahitan perinium sudah berkurang. Pada
kunjungan nifas ketiga (2 minggu post partum) dan kunjungan keempat (6 minggu post
partum) ibu mengatakan tidak ada keluhan. Menurut Yusari (2016) masalah yang sering
dialami pada masa nifas normal adalah nyeri perinium. Gangguan rasa nyeri pada masa
nifas banyak dialami meskipun pada persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut
menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu. Keluhan nyeri pada jahitan perinium yang
dialami Ny. “S” masih dalam batas normal (fisiologis), karena nyeri perinium banyak
dialami oleh ibu pada masa nifas. Selain itu, nyeri pada luka jahitan perinium sering
terjadi setelah dilakukan jahitan pada robekan perinium saat persalinan.
Pemeriksaan fisik pada Ny.”S” tidak terdapat masalah apapun, semua dalam
batas normal. Pada kunjungan pertama hasil pemeriksaan TFU yakni 3 jari dibawah
pusat. Pada kunjungan kedua TFU 3 jari diatas sympisis dan. Pada kunjungan ketiga TFU
sudah tidak teraba dan. Pada kunjungan keempat TFU sudah tidak teraba lagi. Menurut
Yusari (2016) segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri (TFU) kurang lebih 2 jari
dibawah pusat. Hari ke lima post partum TFU kurang lebih setinggi 7 cm di atas sympisis
(3 jari di atas sympisis). Setelah 12 hari post partum TFU sudah tidak teraba lagi. Hasil
pemeriksaan TFU pada Ny. “S” masih dalam batas normal (fisiologis). Proses involusi
uteri dari pengukuran TFU berjalan normal, hal ini dikarenakan pola nutrisi yang baik
dan mobilisasi dini.
Pemeriksaan pengeluaran lochea pada Ny. “S” didapatkan hasil yakni pada
kunjungan pertama hasil pemeriksaan pengeluaran lochea rubra. Pada kunjungan kedua
hasil hasil pemeriksaan pengeluaran lochea sanguilenta. Pada kunjungan ketiga hasil
pemeriksaan pengeluaran lochea serosa. Pada kunjungan keempat pengeluaran lochea
sudah tidak ada. Menurut Wilis (2014) pengeluaran lochea pada ibu nifas yakni 2-3 hari
post partum lochea rubra yang berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban. Hari ke 3-7 post partum lochea sanguilenta yang berwarna merah
kekuningan berisi darah dan lendir. Hari ke 7-14 post partum lochea serosa yang
berwarna merah jambu berbentuk serum kemudian berwarna kuning. Mulai hari ke 14
sampai satu atau dua minggu berikutnya terdapat lochea alba (lochea terakhir), berwarna
putih seperti krim yang mengandung leukosit dan sel-sel desidua. Hasil pemeriksaan
lochea pada Ny. “S” masih dalam batas normal (fisiologis). Proses involusi uteri dari
pengeluaran lochea berjalan normal, hal ini dikarenakan pola nutrisi yang baik dan
mobilisasi dini.
Hasil pemeriksaan pada bayi Ny.”S” adalah suhu 37,3 oC, denyut jantung 140
x/menit dan pernapasan 48 x/menit. Gerak bayi aktif, menangis kuat, warna kulit
kemerahan. Berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan 51 cm. Menurut Sondakh
(2013) suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5 oC-37,5 oC, apabila suhu tubuh
kurang dari 36,5 oC dapat dikategorikan hipotermi dan jika suhu tubuh lebih dari 37,5 oC
dapat dikategorikan hipertermi. Denyut jantung normal yakni 120-160 x/menit dan
pernapasan normal yakni 40-60 x/menit. Berat badan bayi lahir cukup bulan normalnya
adalah 2500-4000 gram dan panjang badan 48-52 cm. Pemeriksaan umum pada bayi
Ny.”S” suhu bayi baru lahir, berat badan dan panjang badan sesuai dengan keadaan
normal. Hal ini dikarenakan bayi cukup bulan, sehingga dapat dikatakan bayi baru lahir
fisiologis sesuai dengan fakta dan teori.
Pemeriksaan fisik pada bayi Ny.”S” masih dalam batas normal tidak ada kelainan
kongenital. Hasil penilaian defekasi (BAB) didapatkan hasil konsistensi faeces lunak,
warna kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Hal ini karena bayi
benar-benar minum ASI eksklusif. Menurut Vivian (2013) faeces dari bayi yang benar-
benar minum ASI eksklusif lebih lunak, berwarna kuning emas, dan tidak menyebabkan
iritasi pada kulit. Sedangkan faeces dari bayi yang minum susu formula lebih berbentuk,
namun tetap lunak, berwarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta mengiritasi
kulit bayi. Ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, sehingga faeces bayinya
berbeda dengan bayi yang minum susu formula. Ibu dan keluarga percaya bahwa ASI
ekslusif sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya.
Asuhan kebidanan pada Ny.”S” usia 33 tahun dengan calon akseptor KB suntik 3
bulan pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 14.30 WIB. Ibu mengatakan ingin menggunakan
KB suntik 3 bulan. Menurut Affandi (2011) KB yang dapat digunakan pasca persalinan
yaitu metode KB alamiah, KB hormonal, KB non hormonal dan AKDR (alat kontrasepsi
dalam rahim). Keuntungan dari KB suntik yakni sangat efektif, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI, dapat digunakan
oleh perempuan usia >35 tahun sampai premenopause, dan sedikit efek samping.
Kelemahan dari KB suntik yakni gangguan haid, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan sering terjadi, dan terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Berdasarkan kasus yang diambil dan
teori yang ada, Ny. “S” berusia 33 tahun yang merupakan usia yang masih tergolong
dalam hitungan usia reproduktif (20-35 tahun), sehingga dapat menggunakan KB suntik 3
bulan karena cukup efektif dalam menunda kehamilan dan tidak mengganggu produksi
ASI dan proses laktasi.

SIMPULAN
1. Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “S” G 2P1001 usia 33 tahun dimulai dari usia
kehamilan 32 minggu. Ibu mempunyai keluhan kram pada kaki dan sering buang air
kecil, dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kesenjangan, hasil pemeriksaan dalam
batas normal. Asuhan kebidanan ini di dokumentasikan menggunakan SOAP.
2. Asuhan kebidanan persalinan berjalan pervaginam. Namun terjadi perpanjangan kala
I fase laten yang berlangsung selama ±16 jam, sehingga Ny.”S” harus dirujuk ke
rumah sakit. Akan tetapi Ny.”S” dapat bersalin secara normal di rumah sakit dengan
OD (Observasi Drip). Asuhan kebidanan ini di dokumentasikan menggunakan
SOAP.
3. Asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. “S” G 2P2002 menunjukkan hasil pemeriksaan
dalam batas normal tanpa ada penyulit. Ibu mempunyai keluhan nyeri pada luka
jahitan perinium. Proses involusi uteri berlangsung normal. Asuhan kebidanan ini di
dokumentasikan menggunakan SOAP.
4. Asuhan kebidanan bayi baru lahir menunjukkan hasil pemriksaan bayi dalam batas
normal dan kondisi bayi baik, serta tidak ada kelainan kongenital dan bayi minum
ASI eksklusif tanpa ada penyulit. Asuhan kebidanan ini di dokumentasikan
menggunakan SOAP.
5. Asuhan kebidanan keluarga berencana menunjukkan hasil bahwa Ny.”S” G 2P2002
usia 33 tahun telah merencanakan program KB suntik 3 bulan. Asuhan kebidanan ini
di dokumentasikan menggunakan SOAP.

REKOMENDASI
1. Bagi Fasilitas Kesehatan
Diharapkan Puskesmas dapat meningkatkan pelayanan KIA (lebih kooperatif pada
pasien yang kurang peduli terhadap kondisinya), khususnya dalam memberikan
asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana dalam
batasan Continuity of Care.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Asuhan kebidanan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
memberikan wawasan yang luas mengenai asuhan kebidanan Continuity of Care
yang sesuai dengan prioritas ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga mengetahui tentang permasalahan dan penanganan
masalah kebidanan serta dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga
kesehatan agar apabila terdapat komplikasi pada kehamilan dapat segera di atasi dan
melakukan konsultasi tentang kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.
4. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mempraktekkan teori yang didapat secara
langsung dilapangan dan dapat mengembangkan konsep asuhan kebidanan secara
continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (Ed.3 ed.). (G.
Adriaansz, Penyunt.) Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Afifah. (2014, 03 10). digilib.unimus.ac.id/jtptunimus-gdl-afifahnimg-7416-3-babII.pdf.
Dipetik 12 05, 2016, dari digilib.unimus.ac.id:
http://digilib.unimus.ac.id/jtptunimus-gdl-afifahnimg-7416-3-babII.pdf
Andriyani, R. P. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (ASKEB
III) (Ed.1 ed.). Yogyakarta: Deepublish.
Asrinah, d. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Damayanti, I. P. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Dinkes Mojokerto. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto. Mojokerto: Dinas
Kesehatan Mojoketo.
Dinkes Provinsi Jawa Timur. (2014). profil kesehatan provinsi jawa timur. Surabaya.
Dwienda, O. R. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan Anak
Prasekolah (Ed.1 ed.). Yogyakarta: Deepublish.
Fitrisani. (2013, 02 20). Digilip.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-fitriasani-
7501-2-babII.pdf. Dipetik 11 25, 2016, dari jtptunimus files:
http://digilip,unimus.ac.id/filea/disk1/151/jtptunimus-gdl-fitrisani-7501-2-
babII.pdf
Handayani, R. M. (2015). Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Departement
Kesehatan RI.
Hartanto, d. H. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Hasibuan. (2015, 05 15). www.repository.usu.ac.id. Dipetik 12 05, 2016, dari
IKHasibuan/2015/ChapterII.pdf:http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/IKH
asibuan/2015/ChapterII.pdf
Ilmiah, W. S. (2015). Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Jannah, N. S. (2015). ASKEB II Persalinan berbasis Kompetensi. (E. K. Yudha,
Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kamariyah, N. Y. (2014). Buku Ajar Kehamilan Untuk Mahasiswa dan Praktisi
Keperawatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes, RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: World Health Organization.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Lindungi Ibu dan Bayi dengan Imunisasai. Jurnal
Kesehatan , 3 (1), 1.
Mandriawati, M. (2011). Asuhan Kebidanan Antenatal (Ed.2 ed.). (D. W. Yudha,
Penyunt.) Jakarta: EGC.
Muslihatun, W. N. (2011). Asuhan Neonataus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Notriastuti. (2014, 10 14). notriastuti.files.wordpress.com/2014/10/manajemen-
kebidanan-pada-ibu-bersalin-normal.pdf. Dipetik 11 29, 2016, dari
notriastutifiles:http://notriastuti.files.wordpress.com/2014/10/manajemen-
kebidanan-pada-ibu-bersalin-normal.pdf
Prawirohardjo, S. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan (Ed. 4 ed.). (T. Rachimhadhi, Penyunt.)
Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Reni Heryani, A. M. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui.
Jakarta: TIM.
Rina, A. W. (2013, 05 13). Jtptunimus – gd l – rinaarumwulan – 6008 – 2 - babII.pdf.
Dipetik 01 31, 2017, dari http://digilib.unimus.ac.id:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-rinaarumwulan-6008-
2-babII.pdf
Romauli, S. S. (2011). Buku Ajar ASKEB I : Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sukarni, I. d. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. (A. Suslia, Penyunt.) Jakarta:
Salemba Medika.
Vivian, N. L. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. (A. Suslia, Penyunt.)
Jakarta: Salemba Medika.
Wilis, d. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Yusari, A. S. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

ALAMAT CORRESPONDENSI
Email : renififi13@gmail.com
No Hp : 085646278163
Alamat : Dsn. Sidorejo RT 002 RW 001 Ds. Jeruk Kec. Gucialit Kab. Lumajang

Você também pode gostar