Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
f. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sitohang NA. 2004)
4. Patofisiologi
(Pathway terlampir)
5. Klasifikasi
Ada dua golongan bayi berat badan lahir rendah : (Mitayani, 2009)
a. Prematuritas Murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Bayi Small for Gestational Age (SGA)
Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri
atas tiga jenis :
1) Simetris (intranterus for gestational age)
Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu
yang lama.
2) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Yaitu terjadi deficit nutrisi pada fase akhir kehamilan.
3) Dismaturitas
Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
Bayi berat lahir rendah dapat juga dibagi menjadi 3 stadium : (Mitayani, (2009)
Asuhan Keperawatan Maternitas ; hal 173-174)
a. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar, kering seperti permen
karet, namun belum terdapat noda mekonium.
b. Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit,
plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam
amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebadfai
akibat anoksia intrauterus.
c. Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning, demikian pula kuku
dan tali pusat.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut : (Mitayani, 2009)
a. Berat badan kurang dari 2.500 gram.
b. Panjang badan kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
d. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
e. Kepala lebih besar dari tubuh.
f. Kulit tipis, tansparan, lanigo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
g. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
h. Genetalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
i. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna.
j. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapat serangan apnea.
k. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun, reflek mengisap dan menelan belum
sempurna.
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hematokri (Ht) : 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukka anemia atau hemoragic prenatal/perinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar yang lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan)
d. Bilirubin total : 6 mg/dl hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
f. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan : normal untuk analisa gas darah apabila
kadar Pa O2 50-70 mmHg dan kadar PaCO2 35-45 mmHg dan SaO2 92%-94%
g. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
h. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
i. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (missal : foto thorax)
8. Therapy/Tindakan Penanganan
a. Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering,
selimuti, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.
b. Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui
sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
c. Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini karena bayi
BBLR mudah hipotermia akibat ulas dari permukaan tubuh bayi relative lebih
besar dari lemak subkutan.
d. Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
e. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk mencegah
hipoglikemia .
f. Jika bayi sianosis aatau sulit bernapas (frekuesi kurang dari 30 atau lebih dari 60
kali permenit), tarik dinding dada ke dalam dan merintih, beri oksigen lewat
kateter hidung atau nasal prong.
g. Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan immunoglobulin G (IgG) dari ibu
ke janin terganggu.
h. Periksa kadar gula darah setiap 8-12 jam.
(Mitayani, (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas ; hal 175)
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut : (Mitayani, 2009)
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).
b. Hipoglikemi simtomatik, terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna /
cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk pernapasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum.
e. Hiperbilirubinemia.
a. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin
disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
11. Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95%,
tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang
tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolistisnekrotikans,
atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan
mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai
masa gestasi. Pada BBLR, makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin
besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.
12. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan: (Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,
2004)
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan
agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk mendapatkan data, baik
objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut :
a. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
2) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya, seperti
infeksi/perdarahan antepartum, imaturitas, dan sebagainya
3) Apakah ibu seorang perokok
4) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelaianan
kardiovaskular
d. Pengkajian Fisik
1) Sirkulasi
Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur, dalam batas normal 120-160
kali per menit
Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus
(PDA)
2) Pernafasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernafasan diafragmatik intermiten
atau periodic (40-60 kali per menit)
Pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga
derajat sianosis yang mungkin ada
Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menadakan sindrom distress
pernafasan (RDS)
3) Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat
Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek
mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju
Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan
atas serta keterbatasan gerak
Pelebaran tampilan mata
4) Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan
subkutan
Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia
5) Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat
dengan warna kehijauan
Menangis mungkin lemah
6) Seksualitas
Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada
skrotum
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah
2) Dektrosik : menyatakan hipoglikemi
3) Analisa Gas Darah (AGD) : menentukan derakat keparahan distress
pernafasan bila ada
4) Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia
5) Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia
6) Urinalisis : mengkaji hemostasis
7) Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai sepsis
8) EKG, EGG, USG, angiografi : defek congenital atau komplikasi
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosis 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan enregi atau kelelahan,
dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
Ekspirasi tidak memanjang
Penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas (-)
Pernafasan cuping hidung (-)
Dispnea (-)
Orthopnea (-)
Nafas pursed-lip (-)
Irama nafas regular
Frekuensi pernafasan dalam rentang normal (30-60 x per menit)
Pernafasan dada simetris
Intervensi Mandiri
1) Kaji frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apneu dan perubahan
frekuensi jantung.
Rasional : membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan
normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi
minggu ke-30.
2) Isap jalan napas sesuai kebutuhan.
Rasional : menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
3) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok
di bawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi.
Rasional : posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolic, atau
hiperkapnea.
4) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat
depresi pernapasan pada bayi.
Rasional : magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan
aktivitas susunan saraf pusat ( SSP ).
Selain tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh seorang perawat, tindakan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain juga dapat dilaksanakan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya : AGD, glukosa, serum, elektrolit,
kultur, dan kadar obat) sesuai indikasi.
Rasional : hipoksia, asidosis metabolic, hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnetik.
2) Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : perbaiki kadar oksigen dan kabondioksida dapt meningkatkan
fungsi pernapasan.
3) Berikaan obat-obatan sesuai indikasi, seperti berikut ini :
Natrium bikaronat
Rasional : memperbaiki asidosis.
Antibiotik
Rasional : mengatasi infeksi pernapasan dan sepsis.
Aminopilin
Rasional : dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap CO2, menurunkan frekuensi apnea.
b. Diagnosis 2 : Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas
susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh
terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolic buruk).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan
termoregulasi menjasi efektif sesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal (35-37,3oC)
Frekuensi nafas dalam batas normal (30-60 x per menit)
Nadi dalam rentang normal (120-140 x per menit)
Capillary refill dalam batas norman (< 2 detik)
Menggigil (-)
Kejang (-)
Sianosis (-)
Kemerahan (-)
Pucat (-)
Intervensi Mandiri
1) Kaji suhu dengan memeriksa suhu rectal pada awlnya, selanjutnya periksa
suhu axial atau gunakan alat thermostat de ngan dasar terbuka dan penyebar
hangat.
Rasional : hipotermia membuat bayi cenderung merasa stress karena dingin,
penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbaharui bila ada dan penurunan
sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.
2) Tempatkan bayi pada incubator atau dalam keadaan hangat.
Rasional : mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah
stress karena dingin.
3) Pantau sistem pengatur suhu, penyebar hangat (pertahankan batas atas pada
98,6oF, bergantung pada ukuran dan usia bayi ).
Rasional : hipertemia dengan peningkatan laju metabolism kebutuhan oksigen
dan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan yang
terlalau tinggi.
4) Kajian haluaran dan berat jenis urine.
Rasional : penurunan keluaran dan peningktan berat jenis urine dihubungkan
dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stress karena dingin.
5) Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila pertambahan berat badan
tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.
Rasional : ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan
kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan
suhu lingkungan.
6) Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan, diaphoresis letargi,
apnea, atau aktivitas kejang.
Rasional : tanda-tanda hipertemia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila
tidak teratasi.
Kolaborasi
1) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (AGD, glukosa serum,
elektrolit, dan kadar bilirubin).
Rasional : stress dingin meningkatkan kebutuhan terhadap gula glukosa dan
oksigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami
metabolism anerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia.
Peningkatan kadar bilirubun indirek dapat terjadi karena pelepasan asam
lemak dari metabolism lemak coklat dengan asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada bagian ikatan di albumin.
2) Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi.
Fenobarbital
Rasional : membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan
fungsi SSP yang disebabkan hipertemia.
Natrium bikarbonat
Rasional : memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan
hipertermia.
Kolaborasi
1) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
Glukosa serum
Rasional : hipoglikemi dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA
saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
Nitrogen urea daran, keratin, osmolaritas serum/urin, elektrolit urine.
Rasional : mendeteksi perubahan fungsi gijal berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrient dan kadar cairan akibat malnutrisi.
2) Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi : misalnya kalsium glukonat
10%.
Rasional : ketidak stabilan metabolic pada bayi SGA / LGA dapat
memerlukan suplemen untuk mempertahankan homeostasis.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi asalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Santosa. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006, Jakarta : Prima
Medika
Doengoes, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Jakarta : EGC
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta : Salemba Medika
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah
(Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 19 Juli
2018].
Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas
Sumatera Utara. 2004
Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from :
http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. (diakses pada tanggal 19 Juli 2018).
United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New
York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update
: Nov 2007 (diakses tanggal 19 Juli 2018).
World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal
fetal growth. Avaliable from :
http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007
(diakses pada tanggal 19 Juli 2018).