Você está na página 1de 26

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO


INVESTASI ANTARA PASAR MODAL DAN PASAR VALAS
(Study Pada Pasar Keuangan Indonesia Periode 2005-2007)

Oleh:
TUTIK EFITYA
03610238

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO
INVESTASI ANTARA PASAR MODAL DAN PASAR VALAS
(Study Pada Pasar Keuangan Indonesia Periode 2005-2007)

A. Latar Belakang Masalah


Kondisi perekonomian di Indonesia sempat terpuruk ketika badai
moneter menghantam beberapa tahun silam. Tingkat kerusakan akibat krisis
moneter, bukan terjadi di sektor riil saja namun juga melanda bagian-bagian
yang paling sensitif dari seluruh bagan industri ekonomi seperti pasar modal
dan pasar valas.
Pasar keuangan Indonesia awal tahun 2007 diawali dengan antusiasme
yang tinggi, terutama didorong oleh ekonomi makro yang stabil, Indek Harga
Saham Gabungan (IHSG) di bursa efek Jakarta dan Kurs rupiah yang relatif
stabil, sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terus menurun. Indek
Harga Saham Gabungan terus meningkat hingga mencapai rekor tertinggi
sepanjang sejarah bursa di level 2.016,33 di bulan april tahun 2007. (jawa pos,
25 april 2007).
Aliran dana investor asing terlihat cukup kuat mendorong Indek Harga
Saham Gabungan di tahun ini. Seiring dengan tekanan inflasi yang terus
melemah hingga hanya mencapai 6,6 persen pada akhir 2006 juga
memungkinkan tingkat bunga patokan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk
terus turun hingga mencapai 9 persen. Dengan mempertahankan di posisi 9
persen kemungkinan Bank Indonesia ingin menjaga ekspektasi inflasi dan
stabilitas nilai tukar rupiah. (www.google.com)
Data dan fakta di atas, bukan berarti risiko bagi ekonomi Indonesia
menjadi nihil. Arah sentimen ataupun kepercayaan pasar tetap menjadi faktor
penting bagi ekonomi Indonesia. Selain instabilitas politik dan keamanan,
infrastruktur finansial yang masih belum memadai menyebabkan ekonomi
Indonesia masih sangat rentan terhadap pembalikan arah sentimen pasar.
Gejolak eksternal memiliki peranan yang besar dalam memacu krisis di
Indonesia. (jawa pos, 25 april 2007)
Nilai tukar rupiah yang terus meningkat RP 9.100/USD dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus naik sampai berada di level 2.016.
mencerminkan keadaan modal di dalam negeri sedang stabil. Dalam
pembangunan ekonomi, modal mempunyai peran penting dalam proses
pertumbuhan yaitu diperlukan untuk mempertinggi daya serap perekonomian.
Semakin tinggi modal yang tersedia, maka semakin tinggi pula kemampuan
perekonomian tersebut untuk menyerap tenaga kerja. Untuk menghimpun
dana atau modal di suatu negara tidak lepas dari peran penting para investor.
Investor merupakan pihak yang memiliki modal untuk diinvestasikan
baik berupa penanaman modal pada asset riil maupun pada asset sekuritas,
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi yang dilakukan oleh seorang investor dapat berupa financial asset
maupun real asset. Investasi pada financial asset dapat dilakukan di pasar
modal dan pasar uang, sedangkan investasi pada real asset dapat berupa
mesin, modal kerja, gedung dan sebagainya.
Salah satu sarana berinvestasi di pasar uang adalah pasar modal
merupakan lembaga sumber pendanaan di luar sektor perbankan. Sekuritas
yang di perdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah bukti
kepemilikan atau tanda penyertaan seseorang/badan atas suatu perusahaan
tertentu. (Putra, 2003: 19). Banyaknya investor yang bersedia menanamkan
modalnya pada sekuritas dan perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas
setelah go publik merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan berjalannya transaksi jual beli saham di pasar modal. Tujuan para
investor menanamkan dananya pada sekuritas (saham) adalah untuk
mendapatkan pengembalian (return). Hasil tersebut tentunya di harapkan lebih
besar dari pada tingkat bunga yang di berikan oleh perbankan.
Investasi lainnya dapat berupa valuta asing (valas). Valuta asing
(foreign exchange) yaitu suatu pasar keuangan yang memperdagangkan atau
mentransaksikan berbagai valuta asing. (Hidayat, 2005: 2). Disebut valuta
asing (valas)/mata uang asing karena mata uang tersebut bukan merupakan
mata uang negara yang bersangkutan (domestik). Perdagangan valas tidak
harus dilakukan melalui bursa sebagaimana perdagangan saham dan future,
namun bisa dilakukan setiap saat melalui telpon atau jaringan elektronik lain.
Dengan 24 jam sehari (5 hari seminggu), perdagangan valas dilakukan setiap
harinya dari Sidney, lalu kemudian bergerak keseluruh pusat keuangan dunia
di Tokyo, London, dan New York.
Valuta asing (foreign exchange) juga menjadi alternatif yang populer
karena pengembalian nilai investasi yang telah di tanam, serta profit yang
akan di peroleh bisa melebihi rata-rata perdagangan pada umumnya.
(www.wikipedia.valutaasing.co.id). Akibat pergerakan yang cepat, maka
valuta asing juga berisiko tinggi apabila investor tidak mempunyai
pengetahuan dan informasi yang cukup tentang pasar valas. Mata uang yang
diperdagangkan dalam transaksi valas adalah semua mata uang dunia dan
mata uang tersebut memiliki daya jual tinggi diantaranya dollar Amerika
(USD), Euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling Inggris (GBP), dollar
Austaralia (AUD), franc Swiss (CHF), dan dollar Canada (CAD).
Mata uang yang yang dipergunakan dalam transaksi juga mengenal
mata uang yang relatif kuat atau stabil dan mata uang yang relatif lemah dan
tidak stabil. Hard currency, adalah sebutan untuk mata uang yang nilainya
relatif stabil, pada umumnya merupakan mata uang dari negara-negara industri
maju seperti dollar Amerika (USD), Euro (EUR), yen Jepang (JPY),
poundsterling Inggris (GBP), dollar Australia (AUD), dan frac Swiss (CHF).
Soft currency, adalah sebutan untuk mata uang yang nilainya relatif tidak
stabil, pada umumnya merupakan mata uang dari negara-negara berkembang
seperti rupiah (IDR), baht Thailand (THB), peso Argentina (ARS), dan
sebagainya. (Hidayat, 2005: 1-2)
Dalam berinvestasi dua hal yang dijadikan pertimbangan oleh investor
adalah tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk). Tingkat pengembalian
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi serta
merupakan imbalan atas investasi yang telah dilakukan (Tandellilin, 2001: 47).
Dalam berinvestasi investor mengharapkan modal kembali serta memberikan
keuntungan yang optimal, baik berinvestasi di pasar modal maupun di pasar
valas. Seorang investor akan berharap apabila keadaan membaik dan IHSG
meningkat, maka harga sahamnya juga meningkat.
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, dimana semakin
besar risiko yang di tanggung, maka semakin besar pula tingkat pengembalian
(return) yang diperoleh. (Jogiyanto, 2003: 130) Kenyataannya banyak investor
yang menginginkan tingkat pengembalian tinggi dan risiko yang rendah.
Dikarenakan rupiah yang belum begitu stabil, maka banyak investor yang
memilih berinvestasi pada mata uang dollar Amerika. Investasi tidak terlepas
dari risiko, baik itu di pasar modal ataupun pasar valas. Dengan
memperhatikan hal tersebut maka investor harus mampu memilih sarana
investasi mana yang sebaiknya digunakan agar dengan risiko tertentu dapat
memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya atau dengan risiko
yang rendah dapat memperoleh tingkat pengembalian tertentu sesuai dengan
yang diharapkan.
Penggunaan pasar modal dan pasar valas sebagai pembanding, karena
keduanya mempunyai hubungan erat dan merupakan sarana dalam
berinvestasi oleh para investor. Alasan pasar modal menggunakan saham
merupakan pilihan investasi terbaik dibanding dengan instrumen lain yang
diperdagangkan, dan dalam pasar valas sering menggunakan dollar Amerika
sebagai patokan dalam melaksanakan transaksi, karena dollar merupakan mata
uang yang mudah diperdagangkan dan nilainya relatif stabil. (Hidayat,
2005:1).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
membahas mengenai “ Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan
Risiko Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar Valas (Study Pada Pasar
Keuangan Indonesia Periode 2005-2007)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan tersebut, dapat
diambil suatu rumusan masalah yaitu sebagai berikut: “Apakah terdapat
perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi di pasar modal dan
pasar valas.”
C. Batasaan Masalah
Dalam penelitian ini agar pembahasan permasalahan dapat
terfokusakan maka dibatasi sebagai berikut:
a. Indikator pasar modal Indonesia adalah pengembalian yang diharapkan
dan risiko Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
b. Indikator pasar valas Indonesia adalah pengembalian yang diharapkan dan
risiko kurs RP/USD.
c. Data yang digunakan adalah data mingguan dengan periode tahun yang
digunakan adalah antara tahun 2005-2007.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko
investasi antara pasar modal dan pasar valas
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor
dalam berinvesatasi di pasar modal maupun di pasar valas
b. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
diperlukan oleh pemegang saham untuk berinvestasi di pasar modal
maupun di pasar valas
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang pasar modal
dan pasar valas
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam
penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai
pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa Kusumawati (2005)
dengan judul “Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan Risiko
Investasi antara Pasar Modal dan Pasar Valuta Asing periode 2001-2005”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi antara Pasar
Modal dan Pasar Valas, dan untuk mengetahui diantara Pasar Modal dan
Pasar Valas, pasar manakah yang rata-rata tingkat pengembaliannya lebih
besar, serta untuk mengetahui diantara Pasar Modal dan Pasar Valas, pasar
manakah yang rata-rata risiko lebih besar. Variabel yang digunakan adalah
Rm, E(Rm), Rm, dan Rv dimana variabel-variabel tersebut digunakan
untuk mengetahui tingkat pengembalian dan tingkat risiko.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengembalian
investasi pasar modal E(Rm) adalah 0,4262%. Sedangkan pengembalian di
pasar valas adalah E(Rv) 0,1357%. Untuk tingkat risiko investasi di pasar
modal adalah Rm 3.2256%. Sedangkan tingkat risiko investasi di pasar
valas adalah Rv 2.1652%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Latifa Kusumawati,
berinvestasi di pasar modal ternyata lebih menguntungkan dibandingkan
berinvestasi di pasar valas, tetapi juga menanggung konsekuensi risiko
yang tinggi pula sedangkan investor yang menginvestasikan dananya di
pasar valas akan cenderung memperoleh return dan risiko yang lebih
rendah.
2. Tinjauan Teori
a. Investasi
Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk
menghasilkan uang. Untuk maksud itu uang ditanam dalam obyek
yang memberikan hasil. Jumlah pokok tetap ada, disamping itu yang
didapat sebagai hasilpun ada, disebut bunga atau dividen. Tandellilin
(2001:3) berpendapat bahwa investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah
dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Pilihan investasi tidak
dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
Apabila pemodal mengharapkan memperoleh tingkat keuntungan yang
tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.
Karena itulah perlu dipahami proses investasi yaitu dimulai dari
perumusan kebijakan investasinya sampai dengan evaluasi kinerja
investasi tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan investasi
antara lain adalah: (Tandellilin, 2001:4-5)
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang
akan datang.
Seorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan
taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha
bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau
obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko
penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya
pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang
bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang usaha-usaha tertentu.
Investasi pada umumnya dikategorikan dalam dua jenis yaitu
financial asset dan real asset. Investasi pada financial asset berupa
deposito, saham ataupun obligasi, sedangkan investasi pada real asset
berupa tanah, mesin, emas, bangunan dan sebagainya.
Investasi dapat diklasifikasikan menurut berbagai macam cara:
(Warsono, 2001:02)
a. Berdasarkan jangka waktu perputaran dananya, investasi dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Investasi jangka pendek, yaitu investasi yang perputaran
dananya kurang dari atau sama dengan satu tahun. Bentuk
investasi jangka pendek ini, misalnya investasi pada modal
kerja ataupun investasi pada sekuritas jangka pendek, seperti
deposito.
2. Investasi jangka panjang, yaitu investasi yang perputaran
dananya lebih dari satu tahun. Bentuk investasi jangka panjang
ini, misalnya investasi pada aktiva tetap dan surat berharga
jangka panjang seperti saham dan obligasi.
b. Berdasarkan pihak yang mengadakan investasi di kelompokkan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Investasi Swasta, yaitu investasi yang dilakukan individu
maupun institusional swasta. Tujuan invesatsi ini, biasanya
lebih bersifat profit oriented.
2. Investasi Pemerintah, yaitu investasi yang dilakukan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah tujuan
investasi pemerintah ini, biasanya bersifat sosial oriented.
c. Berdasarkan bentuk asetnya investasi dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Investasi pada aset riil, yaitu investasi yang dilakukan pada
aset-aset nyata, seperti investasi pada gedung, mesin, modal
kerja dan sebagainya.
2. Investasi pada aset sekuritas, yaitu investasi yang dilakukan
pada surat berharga, seperti investasi pada saham, obligasi,
sertifikat deposito dan sebagainya.
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya
melakukan investasi dalam sekuritas : yaitu sekuritas apa yang akan
dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi
tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: (Husnan, 2001:47)
a. Menentukan kebijakan investasi
Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan
berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan, karena ada
hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi,
maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya
adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Ia
harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi,
jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan
maupun risiko.
Pemodal yang bersedia menanggung risiko lebih besar (dan
karena mengharapkan memperoleh keuntungan yang lebih besar),
akan mengalokasikan dananya pada sebagian besar sekuritas yang
lebih berisiko. Dengan demikian portofolio investasinya mungkin
akan terdiri dari saham dan bukan obligasi. Sahampun akan dipilih
saham dari perusahaan yang mempunyai risiko tinggi. Sebaliknya
untuk pemodal yang tidak bersedia menanggung risiko yang tinggi
mungkin akan memilih sebagian besar investasinya pada obligasi
dari perusahaan-perusahaan yang nilai aman. Dengan demikian
preferensi risiko perlu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Jumlah dan yang akan diinvestasikanpun mempengaruhi
keuntungan yang diharapkan dan risiko yang ditanggung. Pemodal
yang meminjam dana dan menginvestasikannya pada berbagai
saham, akan menanggung risiko yang lebih tinggi dari pada
pemodal yang menggunakan seratus persen modal sendiri.
b. Analisis Sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual
(atau sekelompok) sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan
analisis sekuritas. Pertama, adalah mereka yang berpendapat
bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah, mungkin
terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), dan analisis dapat
mendeteksi sekurutas-sekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk
melakukan analisis ini, tetapi pada garis besarnya nampak cara-
cara tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis
teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan
data (perubahan) harga di masa yang akan datang. Analisis
fundamental berupaya mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat
analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi) untuk bisa
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.
Kedua, adalah mereka yang berpendapat bahwa harga
sekuritas adalah wajar, kalaupun ada sekuritas yang mispriced,
analisis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pada dasarnya mereka
yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal
efisien. Dengan demikian pemilihan sekuritas bukan didasarkan
atas faktor mispriced, tetapi didasarkan pada preferensi risiko para
pemodal (pemodal yang bersedia menanggung risiko tinggi akan
memilih saham yang lebih berisiko), pola kebutuhan kas (pemodal
yang menginginkan penghasilan yang ajeg akan memilih saham
yang membagikan dividen dengan stabil), dan sebagainya.
Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat
ini, adalah sesuai dengan risiko yang mereka tanggung.
c. Pembentukan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa
proporsi dana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang
akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan
diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang
ditanggung. Sebagaimana telah disebutkan di atas, pemilihan
sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi risko, pola
kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.
d. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap
sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan
terhadap portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau
tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal
dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang
membentuk pertofolio tersebut.
e. Evaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap
kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat
keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung, tidak
benar kalau suatu portofolioyang memberikan keuntungan yang
lebih tinggi pasti lebih baik dari portofolio lainnya. Factor risiko
perlu dimasukkan, karena itu diperlukan standar pengukurannya,
dengan demikian langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memahami bagaimana mengukur tingkat keuntungan yang
diharapkan, dan risiko investasi(sekelompok investasi) tersebut.
b. Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi di Pasar Modal
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.
(Husnan, 2001:3). Tandellilin (2001:13) menyatakan bahwa pasar
modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga bisa diartikan sebagai
pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki
umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara
(intermediaries), fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal
dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
mempunyai kelebihan dana. Pasar modal dapat mendorong terciptanya
alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka
pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memlih alternatif investasi
yang memberikan pengembalian (return) yang paling optimal.
Asumsinya, investasi yang memberikan pengembalian (return) relative
besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar,
dengan demikian dana yang berasal dari investor dapat digunakan
secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Tingkat pengembalian merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas
investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001:47). Tingkat
pengembalian yang minus berarti investasi tersebut mengalami
kerugian, sedangkan tingkat pengembalian positif berarti mengalami
keuntungan. Suatu pengamatan, dilakukan jika harga dari suatu
sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus
dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami
kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Harga saham turun,
kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menunjukkan
tingkat keuntungan suatu saham tampaknya berkolerasi dengan
perubahan pasar. Perubahan pasar dapat dinyatakan sebagai tingkat
indeks pasar atau indeks harga saham gabungan.
Pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung dari suatu teori
tetapi tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar yang dapat dipilih
untuk pasar BEJ misalnya adalah IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan). Jika digunakan IHSG, maka return pasar untuk waktu ke-t
dapat dihitung sebesar: (Jogiyanto, 2003:232)
IHSGt  IHSGt 1
Rm = x100
IHSGt 1

Keterangan:
Rm = Tingkat pengembalian pasar modal
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode yang
Bersangkutan
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode
sebelumnya
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin
besar risiko (risk) yang ditanggung, semakin besar pengembalian
(return) yang harus dikompensasikan. Sebaliknya, semakin kecil return
yang diharapkan, semakin kecil risiko yang ditanggung. Dalam risiko
realisasi, metode yang banyak digunakan untuk mengukur risiko ini
adalah deviasi standar yang mengukur standar absolut penyimpangan
nilai yang sudah terjadi dengan nilai rata-ratanya.
Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi
dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Untuk
menghitung risiko, metode yang banyak digunakan adalah deviasi
standar (standard deviation) yang mengukur absolute penyimpangan
nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya. Standar
deviasi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto,
2001:131)
N
 Rm  E ( Rm) 2
Rm = 
iI n

Keterangan:
Rm = Deviasi standar pasar modal
Rmt = Tingkat pengembalian pasar modal
E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar modal
n = Banyaknya periode pengamatan.
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi
besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:
(Tandellilin, 2001:48).

a. Risiko Suku Bunga


Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi akan
mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus.
Artinya jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun.
Demikian juga sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham
naik.
b. Risiko Pasar
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar.
Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh perubahan indeks pasar
saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti adanya kerusuhan, ataupun perubahan
politik.
c. Risiko Inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang
telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko investasi juga bisa
disebut risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan,
investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk
mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.
d. Risiko Bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri
disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi
yang bergerak pada indusri tekstil, akan dipengaruhi oleh
karakteristik industri tekstil itu sendiri.
e. Risiko Finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar
proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko
finansial yang dihadapi perusahaan.

f. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang
diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid
sekuritas tersebut, demikain sebaliknya. Semakin tidak likuid
suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi
perusahaan.
g. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata unag
domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang
negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan risiko mata uang
(currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
h. Risiko Negara (Country Risk)
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat
berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi
perusahaan yang beroperasidi luar negeri, stabilitas politik dan
ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk
menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
c. Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi di Pasar Valas
Valuta asing (valas) Foreign exchange (Forex) atau Foreign
currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran
lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi
ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs
resmi pada Bank Sentral. (Hady, 2001:15). Hidayat (2005:2)
menyatakan bahwa pasar valas (foreign exchange market) adalah suatu
pasar keuangan yang memperdagangkan atau mentransaksikan
berbagai valuta asing.
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan
kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional
di sebut hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan
kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan
dengan mata uang lainnya diantaranya adalah dollar Amerika (USD),
Euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling Inggris (GBP), dollar
Australia (AUD), dan franc Swiss (CHF). Berbeda dengan hard
currency, soft currency pada umumnya merupakan mata uang dari
negara-negara berkembang seperi rupiah (IDR), bath Thailand (THB),
peso Argentina (ARS), dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pokok dalam bursa valas adalah: (Hady,
2001:16)
a. Pengertian kurs jual dan beli selalu dilihat dari sisi atau pihak
Bank atau Money Changer atau Pedagang valas.
b. Kurs jual selalu lebih tinggi dari pada kurs beli atau sebaliknya
kurs beli lebih rendah kurs jual.
c. Kurs jual atau beli suatu mata uang (valas) adalah sama dengan
kurs beli atau jual mata uang (valas) lawannya.
Pelaku-pelaku utama ekonomi dalam pasar valuta asaing
(valas) adalah: (Hidayat, 2005:4)
a. Bank Sentral
Bank sentral suatu negara berkepentingan terhadap pasar valas
dengan tujuan untuk menstabilkan posisi nilai tukar.
b. Perusahaan dan Individu
Individu memiliki kepentingan terhadap kurs valas umumnya pada
saat bepergian ke luar negeri atau mentrabsfer uang. Kurs yang
dipakai untuk kepentingan seperti ini adalah kurs spot yang ada
pada bank atau money changer tempat ia melakukan valas,
sedangkan untuk perusahaan, kebutuhan terhadap valas biasanya
ada pada perusahaan ekspor-impor yang melakukan jual-beli
dengan valas.
c. Investor dan Spekulator
Investor yang memerlukan valas adalah mereka yang pada
umumnya berinvestasi pada efek atau surat berharga dalam mata
uang asing, sedangkan aktivitas yang dilakukan spekulator di
pasar uang adalah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan
dari naik turunya mata uang.
d. Dealer
Dealer bank dan non bank dapat beroprasi naik di pasar antar bank
(interbank market) atau pasar klien (client market) dengan tujuan
mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli
valas.
e. Commercial Bank
Bank komersial memerlukan valas mana kala mereka
menyediakan produk atau jasa yang berkaitan dengan valas,
seperti tabungan valas, deposito valas dan transfer valas.
Tingkat pengembalian pasar valas dapat diperoleh dari kurs
penjualan, dikurangi kurs pembelian dibagi dengan kurs pembelian,
yang dapat dihitung dengan rumus sebagia berikut: (Jogiyanto, 2003:
232)
Kurs t  Kurs t 1
Rv = x 100
Kurs t 1

Keterangan:
Rv = Tingkat pengembalian pasar valuta asing
Kurst = Nilai kurs pada periode yang bersangkutan
Kurst-1 = Nilai kurs pada periode sebelumnya
Kurs dalam pasar valas dikutip menurut kurs beli (bid rates)
dan kurs jual (offer rate). Nilai kurs beli (bid rates) adalah kurs dimana
bank bersedia membeli suatu mata uang. Kurs jual (offer rate) adalah
kurs dimana bank bersedia menjual suaru mata uang. Bank dalam
prakteknya yang terjun di pasar valas diharuskan mencantumkan kurs
beli dan kurs jual sekaligus untuk mata uang yang diperdagangkan,
ketika mencantumkan kurs jual dan kurs beli mata uang tertentu,
biasanya kurs beli lebih rendah dari kurs jualnya.
3. Kerangka Pikir
Gambar : 1
Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi Antara
Pasar Modal dan Pasar V alas

Investor

Pasar modal Investasi Pasar valas

IHSG Tingkat pengembalian Kurs

Risiko Investasi

Perbedaan Tingkat Pengembalian dan Risiko


Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar Valas.

4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan
pustaka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: “Terdapat
perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi antara pasar
modal dan pasar valas.”
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini merupakan study kasus, dalam arti
kesimpulan dan implikasinya hanya dapat diterapkan di Indonesia dan
obyek penelitian periode Mei 2005 sampai Mei 2007.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penellitian ini adalah
dokumenter dengan sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan,
diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder meliputi:
1. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama tahun 2005 –
2007, yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
Malang.
2. Data nilai kurs USD yang merupakan nilai tengah antara kurs beli dan
kurs jual selama tahun 2005 – 2007, yang diperoleh dari Bank
Indonesia (BI) cabang Malang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan-catatan atau
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, dalam hal ini
mencatat data yang di terbitkan oleh BEJ dan BI cabang Malang.
4. Definisi Operasional Variabel
1. Pengembalian pasar adalah total keuntungan/kerugianyang dialami
pemilik modal/investor dalam satu periode tertentu yang dinyatakan
sebagai suatu tarif persentase.
a. Tingkat pengembalian investasi saham di pasar modal dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:232)
IHSGt  IHSGt 1
Rm = x100
IHSGt 1

Keterangan:
Rm = Tingkat pengembalian pasar modal
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode yang
Bersangkutan
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode
sebelumnya
b. Tingkat pengembalian investasi valas dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:128)
Kurst  Kurst 1
Rv = x 100
Kurs t 1
Keterangan:
Rv = Tingkat pengembalian pasar valuta asing
Kurst = Nilai kurs pada periode yang bersangkutan
Kurst-1 = Nilai kurs pada periode sebelumnya
2. Risiko pasar adalah kemungkinan adanya kerugian/variabilitas
pendapatan dihubungkan dengan aktiva tertentu.
a. Risiko investasi di pasar modal dengan mnggunakan deviasi
standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto,
2003:131)
N
 Rm  E ( Rm) 2
Rm = 
iI n

Keterangan:
Rm = Deviasi standar pasar modal
Rm = Tingkat pengembalian pasar modal
E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar modal
n = Banyaknya periode pengamatan.
b. Risiko investasi di pasar valas dengan menggunakan deviasi
standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto,
2003:131)
N
 Rv  E ( Rv) 2
Rm = 
iI n

Keterangan:
R = Deviasi standar pasar valas
Rv = Tingkat pengembalian pasar valas
E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar valas
n = Banyaknya periode pengamatan
4. Teknik Analisis Data
Analisis diskriptif kuantitatif membandingkan investasi di pasar.
modal dan pasar valas dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi saham di pasar
modal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto,
2003:232)
IHSGt  IHSGt 1
Rm = x100
IHSGt 1

Keterangan:
Rm = Tingkat pengembalian pasar modal
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode yang
Bersangkutan
IHSGt- = Indeks harga saham gabungan pada periode
sebelum
2. Untuk mengetahui tingkat pengembalian diharapkan di pasar modal
dapat dihitung dengan rumus: (Jogiyanto, 2003:128)
n

E(Rm) =  Rm
t 1

n
Keterangan:
E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pada pasar modal
Rm = Tingkat pengembalian pasar modal
n = Banyaknya periode pengamatan
3. Untuk menghitug risiko investasi di pasar modal dengan mnggunakan
deviasi standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Jogiyanto, 2003:131)
N
 Rm  E ( Rm) 2
Rm = 
iI n

Keterangan:
Rm = Deviasi standar pasar modal
Rm = Tingkat pengembalian pasar modal
E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar modal
n = Banyaknya periode pengamatan.
4. Untuk mengetahui nilai kurs tengah
Xjual  Xbeli
X =
2
Keterangan:
X = Nilai kurs tengah
Xjual = Kurs jual
Xbeli = Kurs beli
5. Untuk mengetahui tingkat pengambalian investasi valas dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:232)
Kurs t  Kurs t 1
Rv = x 100
Kurs t 1

Keterangan:
Rv = Tingkat pengembalian pasar valuta asing
Kurst = Nilai kurs pada periode yang bersangkutan
Kurst-1 = Nilai kurs pada periode sebelumnya
6. Untuk mengetahui tingkat pengembalian diharapkan dipasar valas
dapat dihitung dengan rumus: (Jogiyanto, 2003:128)
n

E(Rv) =  Rv
t 1

n
Keterangan:
E(Rv) = Tingkat pengembalian rata-rata pada pasar valas
Rv = Tingkat pengembalian pasar valas
n = Banyaknya periode pengamatan
7. Untuk mengetahui risiko investasi di pasar valas dengan menggunakan
deviasi standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Jogiyanto, 2003:131)
N
 Rv  E ( Rv) 2
Rv= 
iI n
Keterangan:
Rv = Deviasi standar atau tingkat risiko pasar valas
Rv = Tingkat pengembalian pasar valas
E(Rv) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar valas
n = Banyaknya periode pengamatan.
8. Uji hipotesis
1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
pengembalian dan risiko investasi antara pasar modal dan
pasar valas.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
pengembalian dsn risiko investasi antara pasar modal dan
pasar valas.
2 Dalam pengambilan keputusan untuk hasil uji hipotesis harus
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Ho ditolak, Ha diterima apabila F hitung > F tabel
Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
pengembalian dan risiko antara pasar modal dan pasar valas.
b. Ho diterima, Ha ditolak apabila F hitung < F tabel
Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
pengembalian dan risiko investasi antara pasar modal dan
pasar valas.
DAFTAR PUSTAKA

Eka Putra, Dianata. 2003. Berburu Uang di Pasar Valas. Effhar. Semarang.

Hady, Hamdy. 2001. Valas untuk manajer. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hidayat, Taufik. 2005. Learn to Earn Trading Valas Via Internet. Andi.
Yogyakarta.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 3.
UPP – AMP YKPN. Yogyakarta.

Indriantoro, Nur, dan Bambang, Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.


Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. BPFE.
Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi kedua.


BPFE. Yogyakarta.

Latifa Kusumawati, 2005. Perbandingan Tingkat Pengembaliandan Risiko


Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar Valas Periode 2001-2005.
Skripsi pada FE UMM. Tidak dipublikasikan.

Tandellilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portifolio. Edisi


Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Warsono. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi pertama.


UMM Press. Malang.

www.google.com (diakses 19 April 2007, jam 13.00 BBWI)

Você também pode gostar