Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kondisi
Pada metode cawan agar tuang, untuk menghindari berkurangnya populasi bakteri akibat
panas yang berlebihan maka media agar yang akan dituang mempunyai suhu
45°C ±1°C.
Preparasi contoh
Berat contoh yang akan diuji diambil dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Contoh dengan berat lebih kecil dari 1 kg
Dengan menerapkan teknik aseptis, ambil contoh secara acak dan potong kecil-kecil hingga
beratnya mencapai 100 g.
b) Contoh dengan berat 1 kg–4,5 kg
Dengan menerapkan teknik aseptis, ambil contoh secara acak dan potong kecil kecil hingga
beratnya mencapai 300 g.
c) Contoh dengan berat lebih besar dari 4,5 kg
Dengan menerapkan teknik aseptis, ambil contoh secara acak dan potong kecil kecil hingga
beratnya mencapai 500 g.
Timbang contoh secara aseptik sebanyak 25 g untuk contoh dengan ketentuan a) dan b) dan
50 g untuk contoh dengan ketentuan c) diatas, kemudian masukkan dalam wadah atau plastik
steril. Untuk contoh 25 g tambahkan 225 ml larutan butterfield’s phosphate buffered dan
untuk contoh 50 g tambahkan 450 ml larutan butterfield’s phosphate buffered, homogenkan
selama 2 menit. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 10-1. Dengan menggunakan
pipet steril, ambil 1ml homogenat diatas dan masukkan ke dalam 9ml larutan butterfield’s
phosphate buffered untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Siapkan pengenceran selanjutnya
(10-3) dengan mengambil 1 ml contoh dari pengenceran 10-2 ke dalam 9 ml
larutan butterfield’s phosphate buffered. Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan
minimal 25 kali. Selanjutnya lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-4, 10-5 dst sesuai
kondisi contoh.
Langkah Kerja :
1.Teknik Dilusi (Pengenceran)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode
perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count).
Cara Kerja :
Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau larutan
buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian.
Dst
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada
tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung,
maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada
tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung,
maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Jumlah koloni x 1
Pengenceran
Misal :
Apabila pada dilusi 1/100 tumbuh sebanyak 20 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel
adalah : 20 koloni x 1 = 2000 sel
1/100
Apabila pada dilusi 1/1000 tumbuh sebanyak 3 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel
adalah : 2 koloni x 1 = 3000 sel
1/1000
Oleh karena itu, dengan metode dilusi kita dapat memperkirakan jumlah sel mikroba pada
suatu benda atau produk.
2.Metode Pour Plate
Teknik pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih
cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media
agar.
Pada cara ini dilakukan pengenceran dengan menggunakan sejumlah botol pengencer yang
diisi aquadestilata steril.Agar cair didinginkan sampai suhu sekitar 440 C dan baru kemudian
dituangkan ke cawan petri(gambar 7.2).Setelah agar membeku cawan dieramkan selama 24 –
48 jam (370C).Lempengan yang digunakan dalam perhitungan bakteri ialah lempengan yang
mengandung 30 – 300 coloni. Jumlah bakteri perml ialah jumlah koloni dikalikan factor
pengencer.
Cara kerja:
Hari pertama
Tandailah botol A,B dan C yang berisi aquadestilata steril.Tandai pula masing –masing
cawan petri dengan nilai pengencerannya .
Kocok suspensi kuman yang akan dihitung jumlah bakterinya dan pindahkan 1ml suspensi ke
botol A.
Kocok botol A sehingga bakteri tersebar dan terlepas dari kelompok atau rantainya (gambar
7.1)
Pindahkan 1ml dari botol A ke botol B,kemudian kocok.Dari botol B dipindahkan 0.1ml ke
cawan petri yang bertanda 10-5 dan 1.0ml ke cawan petri yang bertanda 10-4.Pindahkan 1ml
dari botol B ke botol C,kemudian kocok.Dari botol C dipindahkan 0.1ml ke cawan petri yang
bertanda 10-7 dan 1ml ke cawan petri yang bertanda 10-6.
Tuangkan agar nutrien bersuhu 500C ke dalam setiap cawan petri,putar –putar cawan tersebut
sehingga suspensi tercampur dengan baik.
Setelah agar membeku,baliklah cawn petri dan masukan ke dalam lemari pengeram selama
24 – 48 jam(370 C)
Hari kedua
1. Hitung jumlah koloni pada lempengan agar.gunakan lempengan agar yang mempunyai
30-300 koloni.
Bila tidak ada lempengan yang mempunyai kisaran jumlah koloni tersebut gunakan
lempengan agar yang mempunyai koloni 300 koloni.
2. Tentukan jumlah mikroorganisme hidup dengan cara mengalihkan jumlah koloni
dengan faktor pengeceran.
3. Metoda cawan agar sebar /spread plate method
Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
mengapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah,
pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat sedangkan pour plate
kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar.
Cara kerja :
Tuang 12 ml – 15 ml PCA ke dalam cawan-cawan petri steril dan dinginkan. Pipet 1 ml dari
setiap pengenceran (10-1,10-2, dst) ke dalam cawan petri yang telah berisi media PCA diatas
dan ratakan dengan menggunakan batang gelas bengkok. Lakukan secara duplo untuk setiap
pengenceran.
CATATAN Untuk pengujian bakteri termofilik, media PCA yang dituang kedalam cawan
sebanyak 40 ml – 50 ml.
Setelah contoh meresap kedalam agar (diamkan sekurang-kurangnya 1 jam); Untuk
penentuan mikroorganisme aerob inkubasi cawan-cawan tersebut dalam posisi terbalik dalam
inkubator selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 22°C ±1°C (psikrofilik); 35°C (mesofilik); 45°C
(termofilik). Untuk penentuan mikroorganisme anaerob, inkubasi cawan-cawan tersebut
dalam posisi terbalik dalam anaerobik jar dan masukkan kedalam inkubator selama 48 jam ±
2 jam pada suhu 22°C ± 1°C (psikrofilik); 35°C (mesofilik); 45°C (termofilik).
Lakukan kontrol tanpa contoh dengan mencampur larutan pengencer dengan media PCA.
Pembacaan dan perhitungan koloni pada cawan petri
a. Cawan yang mengandung jumlah 25 koloni–250 koloni dan bebas spreader
Catat pengenceran yang digunakan dan hitung jumlah total koloni. Perhitungan Angka
Lempeng Total sebagai berikut :
N=ΣC
[(1 x n 1) + (0,1 x n2)] (x d)
dengan :
N adalah jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g;
ΣC adalah jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;
n1 adalah jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung;
n2 adalah jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung;
d adalah pengenceran pertama yang dihitung.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
N = (232 +244 +33+ 28)
[(1 x 2) + (0,1x 2)]10 −2
= 537/0,022
= 24.409
= 24.000
b.Cawan dengan jumlah koloni lebih besar dari 250
Bila jumlah koloni per cawan lebih besar dari 250 pada seluruh pengenceran maka laporkan
hasilnya sebagai terlalu banyak untuk dihitung (TBUD), tetapi jika salah satu pengenceran
mempunyai jumlah koloni mendekati 250 laporkan sebagai perkiraan ALT.
CONTOH:
Pengenceran : 1 : 100 1 :1000
Jumlah koloni : TBUD 640
Perkiraan ALT koloni per ml atau per g : 640.000
Spreader
Koloni spreader dibedakan menjadi 3 tipe :
Rantai koloni, antara koloni saling menyambung yang disebabkan karena bakteri yang saling
mengelompok.
Spreader berasal dari lapisan air antara agar dan dasar cawan.
Spreader berasal dari lapisan air pada sisi/pinggir cawan atau pada permukaan agar.
Jika cawan ditumbuhi spreader lebih besar dari 25% maka laporkan sebagai spreader:
• Spreader tipe 1, jika hanya ada 1 rantai maka nyatakan sebagai 1 koloni.
• Jika 1 atau lebih rantai terlihat berasal dari sumber yang berbeda, laporkan
masing-masing sumber sebagai 1 koloni.
• Spreader tipe 2 dan 3 umumnya berasal dari koloni yang berbeda dan laporkan
masing-masing sebagai 1 koloni.
Jumlahkan spreader dan koloni untuk menghitung “ Angka Lempeng Total”.
c. Jumlah koloni semua cawan kurang dari 25 koloni atau cawan tanpa koloni.
Bila pada kedua pengenceran yang digunakan diperoleh koloni kurang dari 25, catat koloni
yang ada, tetapi nyatakan perhitungan sebagai kurang dari 25 dan dikalikan dengan 1/d,
dimana d adalah faktor pengenceran pertama yang digunakan dan dilaporkan sebagai
perkiraan ALT.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0
Perkiraan ALT koloni per ml atau koloni per g : lebih kecil dari 2.500 lebih kecil dari 2.500.
Pelaporan
Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat dan teliti, maka laporkan hasilnya dengan
dua angka (digit) pertama sebagai hasil pembulatan.
Bulatkan keatas dengan cara menaikkan angka kedua menjadi angka yang lebih tinggi bila
angka ketiga adalah 6, 7, 8 atau 9 dan gunakan angka 0 untuk masing-masing angka pada
digit berikutnya.
Bulatkan ke bawah bila angka ketiga adalah 1, 2, 3 atau 4. Bila angka ketiga 5, bulatkan
keatas bila angka kedua ganjil dan bulatkan kebawah bila angka kedua itu genap.
CONTOH:
Hasil perhitungan ALT
12.700 13.000
12.400 12.000
15.500 16.000
14.500 14.000
Beri tanda bintang (*) untuk cawan yang kurang dari 25 koloni.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0
Perkiraan ALT koloni : lebih kecil dari 2.500* lebih kecil dari 2.500*
per ml atau koloni per g
Jika seluruh cawan berisi spreader atau cawan terkontaminasi oleh sesuatu yang tidak
diketahui, maka laporkan hasil sebagai ’Kegagalan dalam pengujian’.
Contoh perhitungan :
1. Cawan dengan jumlah koloni 25-250
Perhitungan Angka Lempeng Total sebagai berikut :
N=ΣC
[(1 x n 1) + (0,1 x n2)] (x d)
dengan :
N adalah jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g;
ΣC adalah jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;
n1 adalah jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung;
n2 adalah jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung;
d adalah pengenceran pertama yang dihitung.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
N = (232 +244 +33+ 28)
[(1 x 2) + (0,1x 2)]10 −2
= 537/0,022
= 24.409
= 24.000
2. Seluruh cawan berisi spreader dan atau Kegagalan dalam pengujian. Laporkan hasil
sebagai “Spreader” (SPR) atau kegagalan dalam pengujian
3. Seluruh cawan berisi lebih dari 100 koloni/cm2 . Perkiraan jumlah angka lempeng total
adalah lebih besar dari (>) 100 dikalikan pengenceran tertinggi dan kalikan dengan luas
cawan. Contoh dibawah berdasarkan pada penghitungan rata-rata 110/cm2.
CONTOH:
Perkiraan ALT/ml (g)
Pengenceran : 1 : 100 1:1000
Jumlah koloni : tak hingga 7.150a lebih besar dari 6.500.000 b
tak hingga 6.490c lebih besar dari 5.900.000
• a berdasarkan luas area 65 cm2
• Perkiraan jumlah ALT
• c berdasarkan luas area 59 cm2
CATATAN : Untuk perhitungan koloni yang menggunakan metode cawan agar sebar/spread
plate, jumlah koloni yang dihitung dikalikan dengan 10 dari pengenceran yang digunakan.
BAB II
MPN
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum
digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri
yang bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk
spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam dan gas dalam waktu
48 jam pada suhu 35°C (Hadioetomo, 1993).
Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang
menggunakan medium padat (Agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas
dalam tabung durham (Sutedjo, 1991).
Mikroorganisme sebagai indicator kualitas air :
Panda pemeriksaan microbiologist yang rutin terhadap air untuk menentukan aman tidaknya
unstuck diminum, tidaklah cukup bila mendasarkan uji-uji yang digunakan hanya terhadap
adanya (terisolasinnya) mikroorganisme patogenik karena alasan sebagai berikut :
Kemungkinan besar pathogen masuk ke dalam air secara sporadic, tetapi karena tidak dapat
bertahan hidup lama mungkin saja tidak terdapat di dalam contoh air yang dikirimkan ke
laboratorium.
Bila terdapat jumlahnya amat sedikit, maka besar kemungkinan pathogen-patogen tersebut
ridak terdeteksi olah prosedur laboratories yang digunakan.
Hasil pemeriksaan laboratorium baru dapat diketahui setelah 24 jam atau lebih. Arabia
ternate ditemukan adanya pathogen sementara itu tentunya banyak orang telah
mengkonsumsi air tersebut dan telah tereksposi terhadap infeksi sebelum dapat dilakukan
usaha untuk mengatasi situasu tersebut.
Mikroorganisme indicator
Istilah “mikroorganisem indicator” sebagaimana digunakan dalam analisi air mengacu pada
sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut
terpolusi oleh tinja dari manusia atau hewan merdarah panas. Artinya, terdapat peluang bagi
berbagai macam mikroorganisme patogenik, yang secara berkala terdapat dalam saluran
pencernaan, untuk masuk ke dalam ait tersebut.
Beberapa ciri penting suatu organisme indicator adalah :
teradpat dalam air tercemer dan tidak ada dalam air yang tidak tercemar.
terdapat dalam air bila ada patogen.
jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar polusi.
mempnyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada patogen.
mempunyai sifat yang seragam dan mantap.
tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada patogen (hal ini membuatnya mudah
terdeteksi).
mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.
Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tidaknya
untuk digunakan sebagai oeganisme indikator. Di antara organisme-organisme yang
dipelajari, yang hampir memenuhi semua persyaratan suatu organisme indikator yang ideal
ialah Escherichia coli dan kelompok bakteri koli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap
sebagai indikator polusi tinja yang dapat diandalkan.
Escherichia coli dan bakteri koliform lain
Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan nerdarah
panas. Biasanya tidak patogenik, anggota lain kelompok koliform ialah Klebsiella
pneumoniae, yang tersebar luas di alam; terdapat dalam tanah, air, dan padi-padian, dan juga
dalam saluran penceranaan manusia dan hewan. Eterobacter aerogenes, sejenis bakteri
koliform yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan hewan juga terdapat dalam
tanah, air. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakrei berbentuk batang gram
negative, tidak membentuk spora, aerobic dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
lactose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 0C.
Kelompok koliform mempunyai beberapa cirri yang juga dimiliki oleh anggota-anggota
genusSalmonella dan Shigella, yaitu duagenera yang mempunyai spsies-spesies enteric
patogenik. Namun, ada perbedaan biokimiawi utama yangn nyata yaitu bahwa koliform dapat
memfermentasikan lactose dengan menghasilkan asam dan gas, sedangkan Salmonella dan
Shigella tidak memfermentasikan lactose.
Pemeriksaan bakteriologis untuk menentukan potabilitas air
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel air :
contoh air harus ditempatkan dalam botol yang steril.
contoh tersebut harus dapat mewakili sumbernya.
contoh air tidak boleh terkontaminasi selama dan setelah pengambilan.
contoh tersebut harus diuji segera setelah pengmbilan.
apabila ada penundaan pemeriksaan maka contoh tersebut harus disimpan pada suhu antara 0
sampai 10 0C.
Prosedur yang biasa digunakan adalah hitungan cawan (plate count) untuk menetapkan
jumlah bakteri yang ada dan uji-uji untuk menepakkan adanya bakteri koliform.
Pengujian bakteri Coliform yang berasal dari cemaran tinja (faecal coliform) secara serentak
dengan uji penegasan yang menggunakan media BGLB, maka dilakukan juga hal yang sama
yaitu 1 ose kultur yang positif dari LST Broth atau LB, dipindahkan ke dalam tabung EC
medium yang baru. Semua tabung MC medium yang telah diinokulasikan oleh kultur dari
LST-Broth, kemudian diinkubasikan pada suhu 45,5°C selama 24 jam dan hasil pembentukan
gas dicatat. Kerapatan bakteri faecal coliform diperkirakan dengan tabel MPN. Diferensiasi
bakteri coliform dapat diarahkan ke dalam reaksi IMVIC (Buckle, 1987).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri
patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat
sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama
tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan
penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Djide,
2003).
BAB III
UJI BONTEREY
1.FERMENTASI KARBOHIDRAT
Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari kemampuan mikroorganisme memfermentasikan
berbagai karbohidrat. Hasil akhir fermentasi ditentukan oleh sifat mikroba, media biakan
yang digunakan,serta factor lingkungan.glukosa termasuk senyawa yang paling seing
digunakan untuk fermentasi.
Untuk menentukan adanya fermentasi dilaboratorium digunakan media kaldu karbohidrat dan
media MR-VP. Pembentukanasam dapat ditentukan dengan menambahkan indikatorkedalam
media
Kaldu karbohidrat digunakan untuk uji pembentukan asam dan gas.dengan menggunakn
tabung smith atau tabung durham. Tabung smith digunakan bila jumlah dan macam gas yang
dihasilkan harus ditentukan, sedangkan tabung durham digunakan jika jumlah dan macam gas
tidak ditentukan. Bila terbentuk gas maka, gas masuk kedalam tabung durham dan mendesak
cairan dalam tabung ini. Gas ini terlihat sebagi gelembung udara yang terperangkap dalam
tabung.
Kaldu karbohidrat mengandung 0,5-1% karohidrat. Yang sering digunakan adalah
glukosa,laktosa,dan manitol,maltosa dan sukrosa. Selain karbohidrat juga ditambahkan beef
extract dan peptone sebagai sumber nitrogen, vitamin dan mineral. Bila dalam fermentasi
bakteri ditumbuhkan dalam biakna cair yang mengandung glukosa, maka hasil fermentasi
berupa asam.asam yang dihasilkan akan menurunkan pH media biakan. Indicator yang
digunakan aalah merah fenol dan bromcesol purple. Bila dalam media biaka ditambahkan
ditambahkan indicator tersebut maka pembentukan asam ini ditandai oleh perubahan warna
menjadi kuning, pada pH >7, merah fenol berwarna merah sedangkan bromcesol purple
berwarna ungu.
Bahan yang diperlukan :
Bahan : Escherichia coli
Staphilococcus aureus
Micrococcus luteus
Saccaromyces cereviciae
Media : kaldu karbohidrat
Glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol yang mengandung indikator BCP (brom
cresol purple). Selain BCP dapat digunakan PR (phenol red) sebagai indikator pH.
Cara kerja :
Hari pertama
Tandai tabung kaldu karbohidtar dengan : jenis karbohidrat, nama siswa, biakan yang
diinokulasikan, biakan yang digunakan untuk deret karbohidrat pertama adalah E. Coli, derat
kedua S. Aureus, deret ketiga M. Luteus, deret keempat S. Cereviciae dan deret kelima
sebagai kontrol.
Inokulasi deret karbohidrat pertama dengan E. Coli, derat kedua S. Aureus, deret ketiga M.
Luteus, deret keempat S. Cereviciae dan deret kelima sebagai kontrol. Lakukan inokulasu
dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan gelembung gas dalam tabung durham.
Inkubasikan kelima deret tabung dalam inkubator 35 0C selama 24 jam.
Hari kedua
Periksa adanya fermentasi karbohidrat dengan melihat pembentukan asam danm
pembentukan gas. Pembentukan asam terlihat sebagai perubahan warna kaldu karbohidrat
menjadi kuning. Pembentukan gas terlihat dalam durham. Perhatikan bahwa dalam tabung
kontrol tidak terjadi pembetnukan gas. Pembentukan gas dalam tabung kontrol dapat terjadi
bila sewaktu diinokulasi tabung yang berisi kaldu dikocook terlalu keras atau bila digunakan
kaldu yang disimpan dalam lemari es. Daya larut oksigen berkurang dalam kaldu yang
dingin, namun sewaktu diinkubasikan pada suhu 37 0C oksigen dapat terperangkap dalam
tabung durham.
Laporkan hasil reaksi dalam kaldu karbohidrat.
2.UJI METHYL RED
Uji methyl red diguakan untuk menentukan adanya fermwntasi asam campuran beberapa
bakteri memefermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk sehingga akan
menurunkan pH media pertumbuhannya menjadi 5.0 atau lebih rendah. Penambahan
indicator pH methyl red dapat menunjukan adanya perubahan pH menjadi asam. Methyl red
berwarna merah pada lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna kuning dalam pH 6.2.
Fermentasi asa campuran ditentukan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam
kaldu yang mengandung glukosa, dan setelah masa inkubasi menambbahkan reagens methyl
red kedalam kaldu. Bila terjadi fermentasi asam campuran maka kaldu biakan berubah
menjadi kunin setelah penambahn methyl red. Uji ini sangat berguna dalam identifikasi
kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan.
Bahan yang diperlukan :
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (methyl red- voges proskauer)
Cara mengerjakan :
Hari pertama
tandai tabung kaldu MR-MV dengan biakan bakteri yang digunakn
inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
inkubasikan dalam 35 0C selama 5 x 24 jam
Hari kedua
tambahkan 5 tetes reagens methyl red ke dalam tabung MR-MP
Laporkan hasil nya.
Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red .
Uji negatif bila kaldu MR-MV berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambaha
reagens.
3.UJI VOGES-PROSKAUER
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3
butanadiol. Bila memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk
utama, akan terjadi pennumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan
40% KOH dan 50% larutan alphanaphtol dalam etanol dapat menentukan adanya asetoin
yaitu senyawa pemua dalam sintesis 2,3 butanadiol. Pada penambahn KOH adanya asetoin
ditunjukan dengan adanya perubahan warna kaldu enjad merah muda. Perubahan warna
diperjelas dengan perubahan warn aalpha naphtol.
Uji voges proskauersebenarnya merupakan uji tidak langsung ntuk megetahui adanya 2,3
butanadiol. Asetoin adalah senyawa pendahhulu dan selalu didapatka secera serentak
sehingga uji VP abash untuk menentukan adanya 2,3 butanadiol.
Bahan yang diperlukan ;
Biakan : Escherechia coli enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (Methyl Red – Voges Proskauer )
Larutan 40 % KOH
Larutan 5 5 alpha-naphtol
Cara mengerjakan :
Hari pertama :
1) Tandai kaldu MR-MV dengan biakan bakteri iyang digunakan.
2) Inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
3) Inkubasikan dalam 35 0C selama 24 – 48 jam.
Hari kedua
tambahkan 10 tetes larutan 40 % KOH dan 15 tetes larutan alpha-naphtol dalam kaldu MR-
MV.kocok tabung sehingga kaldu terlihat berbuih. Pengocokan dengan baik meningkatkan
aerasi sehingga terjadi paningkatan oksidasi 2,3 butanadiol menjadi asetoin dan
memperjelashasil reaksi uji ini. Hasil reaksi dapat trelihat paling lambat setelah 30 menit.
laporkan hasilnya.
Uji bersifat posotof bila kaldu berwarna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan
reagens.
Uji bersifat negatif bila kaldu MR-MV tidak memperlihatkan perubahan warna setelah
penambahan reagens.
4.UJI OKSIDASE
Uji ini berfungsi untuk menentukan adanya oksidasesitokrom yang ditemukan pada
mikroorganisme tertentu. Uji ini berguna dalam identifikasi mikroorganisme pathogen.
Seperti misalnya Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Kedua bakteri ini
memberikan hasilpositif dalam uji oksidase. Bila koloni bakteri yang bersifat oksidase positif
diberi reagen oksidase, maka warna koloni berbah menjadi hitam dalam waktu 30 menit.
Perubahan wara ini disebabakan oksidase sitokrom mengoksidasikan larutan reagens.
Reagens yang dioksidasi berwarna hitam, namun bila terjadi reaksi reduksi, tidak terjadi
perubahan warna.
Bahan yang diperlukan :
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (methyl red- voges proskauer)
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung kaldu MR-MV dengan biakan bakteri yang digunakn
Inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
Inkubasikan dalam 35 0C selama 5 x 24 jam
Hari kedua
Tambahkan 5 tetes reagens methyl red ke dalam tabung MR-MP
Laporkan hasil nya.
Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red .
Uji negatif bila kaldu MR-MV berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambaha
reagens.
5.UJI KATALASE
Katalase adalah enzim yang mengkatalasisakan penguraian hidroge peroksida menjadi air dan
O2. hydrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini menginativasikan enzim
dalam sel. Hydrogen peroksida tetrbentuk sewaktu metabolisme aerob,sehingga
mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus menuraika bahn toksik tersebut.
Katalase adalah salah satu enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan
hydrogen peroksida adalah peroksidase. Pada penguraian hydrogen peroksida oleh
peroksidase tidak dihasilkan oksigen.
Uji katalase berguna dalam identifikasi kelompok bakteri bentuk kokus, uji katalase
digunakan
untukmembedaka Staphylococus dan Streptococus. Kelompopk Streptococus bersifat
katalase-positif.
Penentuan adanya katalase diuji dengan larutan 3% H2O2 pada koloni terpisah. Pada bakteri
yag ersifat katalase positif terlihat pembentukan gelembung udara sekitar kolon. Reasi
kmiawi yang dikatalisiskan oleh enzim katalase terlihat berikut ini:
H2O2 H2O + ½ O2
Katalase gelembung udara
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Streptococcus faecalis
Staphylococcus epidermidis
Larutan 3 % H2O2
Cara mengerjakan :
Tambahkan beberapa tetes reagens pada koloni terpisah S.epidermidis. lakukan hal yang
sama dengan S.faecalis.
katalase positif ditandai oleh pembentukan gelembung udara pada koloni dan sekitarnya.
Laporkan hasil pengujian
6.REDUKSI NITRAT
Beberapa organisme mampu menggunakan molekul buakan bukan oksigen sebagai akseptor
electron terakhir. Bila akseptor electron terakhir ini bukan merupakn oksigen maka
mikroorganisme tersebut melaksanakan respirasi anaerobic dengan menggunakan nitrat.
Nitrat ini dirduksi menjadi nitrit.
Kemampua mikroorganisme mereduksi nitrat dapat digunakan sebagai cirri dalam
identifikasi bakteri.Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa mampu menggunakan
nitrat sebagai akseptor electron terakhir. Escherichia coli mereduksinya menjadi nitrit
sedangkan Pseudomonas aeruginosamampu mereduksinya lebih lanjut menjadi N2.
Uji nitrat dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu nutrient yang
mengandung 0,5% KNO3 dan tabung durham.setelah masa inkubasi diperhatikan adanya gas
dalam tabung durham dan nitrit dalam media. Gas yang terperangkap merupakan camouran
gas N2 dan CO2. gas N2 berasal dari penguraian sempurna nitrat sedangkan CO2 berasal dari
respirasi anaerobic. Keberadaan nitrit dalam media dapat diuji dengan asam sulfanilat dan
alphanaphtylamin. Nitrit dalam media biakan akan bereaksi dengan kedua bahan tersebut dan
terlihat sebagai perubahan warna menjadi merah atau merah muda.
Alphanaphtylamin bersifat karsinogenik sehingga asam sulfanilat dan alphanaphtylamin
dapat diganti dengan asam sulfamat. Asam sulfamat ( 4 gram asam sulfamat dalam 100 ml
20% H2SO4 ) dalam media yang mengandung nitrit menyebabkan pembentukan gelembung
gas N2.sebagai hasil reduksi nitrat menjadi nitrit.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Pseudomonas fluorescens
Staphylococcus epidermidis
Kaldu nitrat (nutrient broth yang mengndung 0,5 % KNO2)
Asam sulfanilat
Larutan alpha-naphtiamin
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Beri tanda pada tabung kaldu dengannama, tanggal, dan biakan mikroorganisme yang
diinokulasikan. Gunakan tabung kontrol untuk melihat pembentukan gas dalam tabung
durham.
Inokulasikan tabung nitrat kecuali tabung kontrol.
Inkubasikan pada suhu 35 0C.
Hari kedua
Perhaikan adanya petumbuhan dalam biakan kaldu yang diinokulasi; tabung konrol harus
tetap bersih.
Perhatikan adanya pembentukan gas dalam tabung Durham.
Tambahkan 1 ml asam sulfanilat dan 1 ml alpha-naftilamin kedalam tabung biakan.
Perhatikan adanya perubahan adanya perubahan warna setelah penambahsn
reagens.perubahan warna menunjukkan bahwa nitrst direduksikan menjadi nitrit dan
terjadinya proses respirasi anaerobik. Pada tabung yang tidak menunjukkan warna,
tambahkan bubuk Zn untuk mwlihat reduksi nitrat menjadi amonium. Bila didapatkan nitrat
dalam medium, maka kaldu berubah menjdai merah muda atau merah karena Zn mereduksi
nitrat menjadi nitrit, nitrit in bereaksi dengan reagens sehingga terjadi warna merah.
Laporkan hasil pengujian.
7.UJI INDOL
Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein,
sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganismeakibat
penguraian protein.bakteri seperti E.coli mampu menggunakan triptofan sebagai karbon.
E.coli menghasilkan enzim triptofan yang mengkatalisikan penguraian gugus indol dan
triptofan. Dalam media biaka indolmenumpuk sebagai produk buangan sedangkan sebagian
lainnya dari molekul triptofan yang dapat memenuhi kebutuhan zat hara mikroorganisme.
Pembentukan indol dari triptofan oleh mikroorganismedapat diketahui dengan
meumbuhksnnys dalam mdia biakan yang kaa dengan triptofan.triptofan biasanya diberikan
dalam bentuk tripton.yaitu suatu polipeptida yang kaya dengan reidu tiptofan. Penumpukan
indol dalam media dapat diketahui dengan penambahn berbagai reagens. Yang akan bereaksi
dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah
dalam permukaan medium.
Untuk ui ini digunakan media semi padat yang kaya akan triptofan. Untuk melihat adanya
indol dapat digunakan beberapa reagens yaitu Kovacs,Gore,Ehrlich.
Media untuk melihat pembentukan indol yang digunakan dilaboratorium brersfat semi padat,
oleh karena itu dapat digunakan juga untuk melihatpergerakan bakteri. Jika bakteri bergeraka
akan terlihat pertumbuhan disekitar tusukan dan juga permukaan media.media indol
diinokulasikan dengan menusukkan jarum kedalam media semi padat.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : E.coli
Enterobacter aerogenes
Proteus vulgaris
Biakan semi padat yang kaya triptofan.
Reagens utnuk melihat pembentukan indol
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang digunakan.
Inokulasi biakan semi-padat dengan cara menusukkan jarum sampai pada kedalaman ¾
bagian dari permukaan media.
Inkubasikan pada suhu 350C selama 24-48 jam.
Hari kedua
Tambahkan reagens Ehrlich-Bohme ke dalam biakan semi-padat. Penumpukan indol dalam
media ditandai oleh warna merah pada permukaan media beberapa menit setelah penambahan
reagens.
Gambar pertumbuhan mikroba pada media semi solid.
Laporkan hasil pengujian
Uji Ehrlich-Bohme
Cairan A : para-metil-benzaldehida dalam alkohol 96%
Cairan B: cairan kalium persulfat jenuh (K2S2O3)
Reagens diteteskan ke ats biakan sebanyak 10-12 tetes, jika terdapat pembentukan indol akan
terlihat warna merah/merah muda pada bagian atas media biakan.
8.UJI HIDROGEN SULFIDA
Banyak protein kaya akan asam amino sisitein dan methionin. Asam amino dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan zzat hara. Adanya pengraian asam amino ditunjukan dengan adanya
pembentukan asam sulfide.
Mikrooganisme yang menghasilakn asamsulfida dibiakan dalam media yang kaya dengan
asam amino. Fe3+ yang terdapat dalm meia beraksi dengan H2S dan menghasilkan senyaa
FeS yang berarna hitam dan tidak larut dalam air.
Produksi asam sulfide dapat terlihat dengan menggunakan media yag mengandung sulfur dan
ion Fe2+
Media yang digunakan adalah TSIA (Triple Sugar Iron Agar).terutama digunakan untuk
identifikasi bakteri gram negative. Media ini mengandung 3 macam gula yaitu glukosa,
laktosa dan sukrosa, indicator merah fenol dan FeSO4 untuk memperlhatkan pembentukan
H2S yangditunjukan dengan adanya endapan hitam. Konentrasi glukosa adalah 0,1 dari
konsentrasi laktosa aatau sukrosaagar fermentasi glukosa dapatterlihatreaksi dilihat setelah
24-4 8 jam.
Reaksi yang dapat terlihat pada TSIA :
Butt bersifat asam (kuning) Slant bersifat Glukosa difermentasikan
basa (merah)
Pada seluruh media terlihat pembentukan Laktosa atau sukrosa atau keduanya
asam. Seluruh media berwarna kuning. difermentasikan. Pembentukan gas,
Pembentukan gas dibagian butt, media misalnya H2 dan CO2
kadangkala terpecah
Endapan hitam dibagiana butt Pembentukan H2S
Seluruh media berwarna merah, bagian butt Ketiga macam gula tidak difermentasikan
dan slant berwarna merah
BAB IV
BAB V
OLIGODINAMIK
POTENSI ANTIBIOTIK
Bakteri, dari kata lain bacterium adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka
sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel
yang relative sederhana tanpa nucleus/inti sel, cytoskeleton, dan organelle lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai
prokaryota, karena bakteri merupakan prokaryota, untuk membedakan mereka dengan
organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukaryota. Istilah “bakteri” telah
diterapkan untuk semua prokaryota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada
gagasan mengenai hubungan mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada
dimana-mana) di tanah, air dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen
merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5µm,
meski sebuah jenis dapat menjangkau 0.3 mm dalam diameter (Thiomargarita) mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi yang
sangat berbeda (peptidoglycan). Banyak yang bergerak menggunakan flagella, yang berbeda
dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.Mikroorganisme, khususnya bakteri lebih kita
kenal sebagai kuman penyebab penyakit. Sejak lama manusia mencoba berbagai cara untuk
menanganinya. Mulai dari cara pengobatan dengan desinfektan dan antibiotik, sampai pada
pemanfaatan makanan.
ANTIBIOTIK
Penemuan Alexander Fleming berupa antibiotik penisilin merupakan tonggak awal
perlawanan terhadap bakteri. Penggunaan antibiotik sampai sekarang merupakan cara yang
paling efektif untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri. Apabila diberi
sesuai dosis yang diperlukan, daya kerjanya tidak hanya dapat menghentikan daya tumbuh
bakteri, melainkan juga membasminya hingga tuntas.
Pada perkembangan selanjutnya penggunaan antibiotik ternyata memiliki dampak negatif
yang menghawatirkan. Penggunaan secara berlebihan yang tidak disrtai dengan ketepatan
dalam pemberian resep, serta kesalahan pola pemakaian pada penderita penyakit telah
menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang bersangkutan. Jika hal ini tidak
segera diatasi, alih-alih menyembuhkan penyakit, antibiotik justru membuat kuman penyakit
menjadi lebih kuat.
Pemberian antibiotik secara tidak tepat juga dapat menyebabkan efek samping secara
langsung berupa kerusakan pada organ yang bisa menyebabkan kematian. Selain itu, bahan
yang diberikan secara berlebihan juga dapat membunuh bakteri-bakteri baik yang diperlukan
tubuh.
2.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adlah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik
adlah salah satu ”Antimikroba”, yaitu kelompok obat yang mencakup antivirus, antijamur,
dan antiparasit. Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia, sehingga dapat
digunakan sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya hanya digunakan untuk formulasi
yang diperoleh dari makhluk hidup, tetapi sekarang antimikrobial buatan juga termasuk
didalamnya, seperti sulfonamida.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti striknin,
antibiotik dijuluki ”peluru ajaib”: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya., dan
individu antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri.
Ada antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang
sprektumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersrbut. Antibiotik yang dimakan adalah pendekatan yang mudah
jika efektif, dan antibiotikmelalui infus digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik
kadang kala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Antibiotik adalah segala macam bahan yang dihasilkan dan dikeluarkan suatu
mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Bahannya
merupakan racun spesifik yang dapat membunuh organisme saingan tanpa merusak sel-sel
hidup disekitarnya. Masing-masing tipe antibiotik memberikan efek yang berbeda tarhadap
bermacam jenis bakteri. Beberapa antibiotik membunuh bakteri dengan menghambat
kemampuannya dalam mengubah glukosa menjadi energi, atau menghilangkan kemampuan
bakteri untuk membentuk dinding sel. Apabila hal ini terjadi, maka bakteri tersebut tidak
akan dapat berkembang biak dan kemudian mati.
Sebagian besar bahan antibiotik adalah produk alami. Meskipun antibiotik awal yaitu
penisilin dihasilkan dari sejenis jamur, sekira 90% dari antibiotik yang digunakan sekarang
diisolasi dari bakteri. Beberapa jenis dihasilkan dari bahan sintesis yang dibuat dengan teknik
rekayasa dilaboratorium.
Selain penisilin dan turunannya, terdapat juga jenis-jenis antibiotik lain seperti streptomisin,
tetrasiklin, dan lain-lain. Jenis yang paling banyak diresepkan dokter sekarang ini adalah jenis
antibiotik Beta-laktam. Antibiotik ini dipilih karena tingkat selektivitasnya tinggi, mudah
didapat, dengan analog sintesis yang tersedia dalam jumlah yang banyak.
Antibiotik adalah kelas obat-obatan yang digunakan dalam mengobati penyakit berjangkit
yang disebabkan oleh kuman bacteria. Antibiotik bertindak dengan cara membunuh bacteria
(Bakterisida) atau merencat pertumbuhan bacteria (Bakteriostatik) bagi membolehkan system
ketahanan tubuh memusnahkannya.
Penemuan dan penciptaan antibiotik bermula pada tahun 1935 dianggap sebagai obat ajaib
karena dapat membunuh bacteria dan seterusnya menyelamatkan penduduk dunia daripada
kesengsaraan.
Hasil penemuan ini didapati berupaya mengurangkan kematian manusia akibat jangkitan
penyakit yang pada abad 18 hingga 20 apabila seluruh dunia mengalami masalah penyakit
berjangkit yang serius seperti penyakit kelamin, pneumonia, cirit-birit, meningitis, wabak
bubonik , batuk kering, demam kuning, tifus dan taun yang telah membunuh jutaan manusia.
Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang
didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh
bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi
tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik
intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih
serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes
mata dan tetes telinga.
Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Teknik khusus
seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.
Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya
tidak. Teknik kultur bakteri juga dapat dilakukan dengan cara menganbil bakteri dari infeksi
pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara ini bakteri tumbuh dan penampakannya
dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensivitas antibiotik
juga dapat diuji.
Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar,
seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu
antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan
obat lain. Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada
akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.
Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah
interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh:
Biaxin ( klaritomisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur
(teofin, obat asma). Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan
yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun
sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik
seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila pemakaian antibiotik terhenti
ditengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri
resistan terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri
yang resistan berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.
2.2 JENIS-JENIS ANTIBIOTIK
1.Penisilin
Antibiotik moderen yang pertama, dan yang masih tergolong diantara yang masih bermanfaat
serta yang paling luas penggunaanya , ialah penisilin. Penisilin merupakan suatu kelompok
persenyawaan dengan struktur yang sekerabat dan sifat-sifat serta aktifitas yang agak berbeda
. semua penisilin mempunyai inti yang sama yaitu cincin β-laktam-thiazolidin: yang justru
memberikan sifat unik pada masing-masing penisilin ialah rantai sampingnyayang berbeda-
beda. Secara kimiawi penisilin di golongkan kedalam antibiotik β-laktam.
Cara kerja:Penisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan cara mencegah
digabungkannya asam N-assetilmuramat, yang dibentuk dalam sel bakteri. Mekanisme kerja
ini konsisten dengan kenyataan bahwa penisilin hanya bekerja pada bakteri yang sedang
tumbuh dengan aktif. Sel-sel bakteri yang ditumbuhkan dengan adanya antibiotik ini akan
menjadi luar biasa besar ukurannya serta memiliki bentuk yang tak umum. Basilus yang
dikenai penisilin membentuk tonjolan-tonjolan pada dinding selnya sehingga sitoplasma
mengalir kedalamnya. Sel kehilangan sitoplasmanya karena lisis dan tertinggalah membran
sitoplasma yang kosong sebagai ”hantu”.
2.Sefalosforin
Sefalosforin merupakan sekelompok antibiotik yang dihasilkan oleh suatu spesies cendawan
laut, Chefalosforium acremonium. Kelompok kimiawinya sama seperti penisilin, yaitu β-
laktam. Sejumlah besar sefalosforium semi sintetis sudah dapat dibuat dan beberapa
diantaranya bernilai kemoterapeutik. Aktif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram
negatif. Tidak dirusak oleh penisilinase, dam beberapa diantaranya stabil pada pH asam.
Cara kerja : seperti halnya penisilin sefalosforin juga melancarkan fek antibakterialnya
dengan cara menghambat sintetis tinggi sel bakteri. Sefalosforin bersifat baktrisid.
Streptomisin
Streptomisin dihasilkan oleh streptomyces griceus, suatu bakteri tanah yang diisolasi oleh
Waksman dan rekan-rekannya, yang melaporkan aktifitas antibiotik pada tahun 1994. Yang
terutama penting ialah penemuan mengenai aktifitas terhadap bacilus TBC, streptomisin
kemudian menjadi antibiotik utama untuk kemoterapi tuberculosis. Streptomisin efektif untuk
banyak bakteri gram positf dan gram negatif.
3.Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G.
4.Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misalnya rifampicin,actinomycin D, nalidixic acid.
5.Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline,
misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin,tetracycline, oxytetracyclin
e;
6.Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin.
7.Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin,tunicamycin; dan
8.Antimetabolit, misalnya azaserine.
2.3 MEKANISME RESISTENSI MIKROBA
Mekanisme terjadinya resistensi terhadap senyawa antimikroba antara lain :
1)Mikroba mensintesis ensim yang dapat mengubah zat aktif menjadi tidak aktif.
2)Terjadinya perubahan pada tempt yang peka terhadap anti mikroba.
3)Hilangnya permeabilitas sel terhadap antimikroba.
4)Meningkatnya konsentrasi metabolit yang antagonis kompetitif dengan penghambat.
5)Mikroba membuat jalan metabolisme baru.
Contoh resistensi yang terjadi akibat mikroba mensintesis ensim yaitu resistensi mikroba
terhadap penisilin.Organisme tersebut menghasilkan ensim penisilinase yang mampu
memecah cincin beta-laktam penisilin menjadi penicilloic acid yang tidak aktif. Demikian
pula sefalosporin juga didegradasi oleh beta-laktamase. Banyak bakteri
yang mampu memproduksi beta laktamase, meliputi bakteri gram positip dan negativ.
Ensim ini mempunyai peranan besardalam menyebabkan resistensi bakteri gram positif
terhadap penisilin dan sefalosporin.Fisiologi produksi beta-laktamase kebanyakan bakteri
gram negatif berbeda dari bakteri gram positif.Bakteri gram negatif umumnya menghaslkan
beta-laktamase lebih sedikit dibanding gram positif dalam keadaan diinduksi,
kecuali Enterobacter dan Proteus yang mempunyai beta laktamase inducible sehingga dapat
memproduksi ensim cukup banyak. Pada gram negatif umumnya ensim ini terikat sel dan
tidak dilepas ke lingkungan sekitarnya. Pada organisme gram positif, beta laktamase
merupakan ensim inducible. Dengan adanya penisilin atau sefalosporin,
produksinya meningkat. Biasanya pada bakteri gram positif, ensim ini dilepas dari sel dan
merusak antibiotik yang ada di sekitarnya. Saat ini telah banyak dikembangkan derivat
penisilin yang mempunyai rantai samping berbeda dan mampu menghambat pertumbuhan
bakteri penghasil beta laktamase yang resisten ter-hadap benzil penisilin, misalnya
methicillin dan carbenicillin. Terhadap S.aureus yang tidak memproduksi beta
laktamase, methicillin kurang aktif dibanding benzil penisilin, tetapi aktif terhadap penghasil
beta laktamase. Oleh karena itu antibiotik ini berguna melawan infeksi yangdisebabkan
bakteri gram positip.
Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 1992 48
Carbenicillin sedikit aktif terhadap bakteri gram positip, aktivitasnya meningkat terhadap
gram negatif, terutama berguna melawan Pseudomonas. Resistensi beberapa strain bakteri
gram positip dan negatip terhadap kloramphenikol juga terjadi, karena asetilasi menjadi
senyawa tidak aktif. Strainresisten ini memproduksi kloram-phenikol asetiltransferase yang
merupakan ensim inducible pada S.aureus. Resistensi beberapa bakteri gram negatip terhadap
berbagai aminoglikosida juga karena inaktivasi secara ensimatis yaitu fosforilasi, adenilasi
dan asetilasi. Fosforilasi terjadi pada streptomisin oleh ensim streptomisin phospotransferase.
Ensim ini hanya bekerja pada streptomisin. Neomisin, kanamisin dan paromomisin
mengalami phosporilasi dengan adanya ensim
neomisin-kanamisin phospotransferase. Adenilasi juga dapat erjadi pada streptomisin,
menjadi derivat adenil oleh ensim streptomisin-spektinomisin adeniltransferase. Ensim
gentamisin adeniltransferase dapat merubah gentamisin c, kanamisin dan tobramisin menjadi
derivat adenil.Asetilasi, misalnya ensim kanamisin asetiltransferase mengasetilasi kanamisin,
juga neo-misin, gentamisin atau aminoglikosida lain.
Perubahan pada tempat yang peka terhadap antimikroba, juga dapat menyebabkan resistensi
mikroba. Contoh mekanisme ini yaitu hilangnya kepekaan ribosom terhadap streptomisin.
Disini terjadi perubahan komponen ribosom subunit 30 s, sehingga streptomisin tidak dapat
berikatan dalam waktu lama dan akibat-nya antibiotik ini tidak dapat mempengaruhi
biosintesis protein. Padahal kegiatan antibiotik ini mempengaruhi biosintesis pro-tein pada
sel yang peka. Contoh lain yaitu resistensi terhadap eritromisin yang terjadi karenaperubahan
protein ribosom subunit 50 s padaS. aureus. Hilangnya permeabilitas sel terhadap antibiotik,
diduga juga merupakan salah saw cara terbentuknya mikroba resisten. Jika sel menjadi
tidakpermeabel, makaantibiotik tidakdapatmenem-bus ke dalam set. Untuk itu perlu tipe
antibiotik bar’ yang dapat mempenetrasi sel dengan cara lain misalnya dengan difusi.
Permeabilitas sel berubah karena beberapa hal antara lain sintesis barter permeabilitas dan
perubahan mekanisme transport. Bakteri gram negatif relatip lebih resisten dibandingkan
gram positif terhadap antibiotik tertentu, mungkin disebabkan oleh barier permeabilitas yaitu
adanya lapisan lipoprotein dan lipo-
polisakarida pada gram negatip. Sebagai contoh, mutan E. coil telah meningkatkan
resistensinya terhadap ampisilin dan berkait-an dengan perubahan polisakarida. Beberapa
pneumokoki resisten terhadap streptomisin dan eritromisin mungkin juga karena
mengembangkan barier permeabilitasnya.Perubahan mekanisme transport antibiotikmungkin
juga menyebabkan hitangnya permeabilitas sel terhadap antibiotik. Antibiotik memasuki sel
dengan mekanisme transport spesifik. Pada beberapa set resisten, antimilroba gagal
memasuki sel karena ada perubahan beberapa komponen yang menyebabkan hilangnya
fungsi transport. Misalnya pada mutan E. coil yang resisten terhadap D-sikloserin; path sel
yang peka, akumulasi antibiotik ini terjadi dengan sistem transport yang secara normal
membawa D-alanin atau glisin. Pada mutan, fungsi transport ini berkurang dan resistensi
terhadap sikloserin meningkat. Resistensi dapat terjadi dengan cara meningkatkan sintesis
metabolis yang antagonis kompetitip terhadap antimikroba. Bila senyawa antimikroba
menghambat pertumbuhan dengan cara antagonis kompetitip terhadapmetabolit normal,
makaresistensiterhadap antimikroba ini mungkin karena meningkatnya produksi metabolit
tersebut. Secara kompetitip antimikroba di-
gantikan dari tempat ikatannya. Sebagai contoh mutan resisten terhadap sulphonamid. Pada
sel ini konsentrasi para aminobenzoic acid lebih tinggi daripada sel yang peka terhadap
sulphonamid. Dengan cara ini mikroorganisme resisten dapat mempertahankan
metabolismenya bagi kelangsungan hidupnya. Di samping itu, dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, mikroba dapat membuat jalan metabolisme baru atau lain, untuk
menghindari penghambatan antimikroba terhadap jalan metabolisme yang normal, misalnya
reaksi barn pada meta-bolisme nukleotida purin dan pirimidin. Reaksi ini terjadi karena
mikroorganisme tersebut menghindari metabolisme normal yang dihambat oleh antimikroba.
Sebagai contoh mutan E. coli resisten dapat membentuk jalan metabolisme baru dalam
mensintesis THFA (asam tetrahidrofolat) karena adanya sulfatiazol. Telah banyak diketahui
banyak cara mikroorganisme mela-wan efek toksik substansi penghambat pertumbuhan,
dengan perubahan genetika dan biokimia. Selain perubahan tersebut, mekanisme resistensi
terhadap antimikroba mungkin telah berkembang sebelum zat ini digunakan oleh manusia di
bidang medis, veteriner atau pertanian. Jadi ada perbedaan antara resis-tensi bakteri yang
diperoleh sesudah penggunaan antimikroba (acquired) dan mikroba yang secara alamiah
sudah resisten se-belum antimikroba tersebut digunakan (inherent). Sebagai con-toh bakteri
gram negatipPseudomonas aeruginosa; ia secara alami relatip lebih resisten terhadap
kebanyakan antibiotik. Resistensi inheren bakteri ini mungkin berkaitan dengan
impemeabilitas lapisan luarsel terhadapantimikroba, sehinggamampu mencegah tercapainya
konsentrasi penghambatan di dalam sel. Fleksibilitas. dan kemampuan populasi bakteri
beradaptasi terhadap toksisitas antimikroba dapat menimbulkan masalah resistensi. Bila
antimikroba barn digunakan melawan bakteri penyebab infeksi yang tidak memperlihatkan
resistensi inheren,maka setelah beberapa tahun penggunaan, bakteri tersebut mungkin
menjadi resisten atau memerlukan konsentrasi lebih besar untuk membinasakannya. Namun
resistensi acquired kadang-kadang tidak muncul; misalnyaStreptococcus haemolyticus
masih peka terhadap benzil penisilin sesudah penggunaan 30 tahun. Resistensi munculnya
kadang-kadang sangat lambat. Memang munculnya organisme resisten dan laju
penyebarannya biasanya sukar diramal.
BAB VII
ANTIMIKROBIAL
Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan ( Kemoterapeutik ) menjadi pilihan bila
dapat mematikan bukan hanya menghambat pertumbuhan mikroorganeisme. BAhan kimia
yang mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat
pertumbuhan bakteri disebut bakteriosidal. Bahan antimicrobial dapat bersifat bakteriostatik
pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal dalam konsentrasi tinggi.
Bahan kemoterapeutik yang baik mempunyai daya yang mematikan mikroorganisme, namun
tidak menyebabkan keracunan pada induk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme yaitu :
Kepekaan populasi mikroorganisme
Kepekaan terhadap antimicrobial
Volume bahan yang disterilkan
Lamanya bahan antimicrobial diaplikasikan terhadap mikroorganisme
Konsentrasi bahan antimicrobial
Suhu dan kandungan bahan organic
( Bibiana, 1995.hal.67-68 )
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisika dan kimia.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan pembasmian atau pembunuhan dan penghambatan
mikroorganisme. Dapat menghambat bila pada konsentrasi rendah dan dapat mematikan bila
konsentrasi tinggi.
2.1 Pengertian antimicrobial
Menurut pelezar dan chan ( 1998 ), zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
metabolism melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. ( Boyd and Marr.1980:Pelezar,1998
)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih zat antimicrobial kimiawi adalah :
Jenis zat dan mikroorganisme
Zat antimicrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya karena
memiliki kerentetan yang berbeda-beda
Konsentrasi dan antensitas zat antimicrobial
Semakin tinngi zat antimicrobial yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya
kemampuan dalam mengendalikan mikroorganisme.
Jumlah Organisme
Semakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka semakin lama waktu
yang diperlukan untuk mengendalikannya.
Suhu
Suhu yang optimal dapat menaikan efektifitas zat antimicrobial.
Bahan Organik
Bahan organic dapat menurunkan efektifitas zat antimicrobial dengan cara menginaktifkan
bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme. Hal ini karena penggabungan zat dan bahan
organic asing membentuk zat antimicrobial yang berupa endapan sehingga zat antimicrobial
tidak lagi mengikat mikroorganisme. Akumulasi bahan organic terjadi pada permukaan sel
mikroorganisme sehingga menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara zat
antimicrobial dengan mikroorganisme lain.
(Pelezar,1998)
Contohnya protein akan mengurangi daya kerja desinfektan, sedangkan panas akan
mempercepat daya kerjanya.
Untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat
digunakan cakram kertas.Caranya:
Cakram kertas dengan diameter tertentu dibasahi dengan desinfektan.
Letakan cakram kertas tadi pada lempengan agar yang telah diinokulasi.
Lempengan agar ini kemudian diinkubasi selama 2×24 jam.
Jika desinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka terlihat daerah atau zona bening
atau jernih atau babas mikroba disekeliling cakram kertas. Luas daerah jernih inilah yang
menjadi ukuran kekuatan daya kerja desinfektan.
BAB VIII
KOEFISIEN FENOL
Keampuhan bahan antimkrobial sering kali dibandingkan dengan fenol. Fenol sering
digunakan untuk mematikan mikroorganisme. Koefisien fenol adalah bilangan pecahan yang
menunujukkan perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis
bakteri yang sama dan waktu kontak yang sama.
Koefisien fenol kurang dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut kurang efektif
disbanding fenol. Koefisien lebih dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut lebih
efektif daripada fenol. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam,sedangkan untuk
mata tidak mungkin selama itu.Oleh karena itu ,digunakan waktu tertentu dengan metode
kontak secara konvensional,waktu nyang paling cepatn adalah 2,5 menit paling lama 15
menit.Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak lebih dari 5%.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari sample yang
mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak mematikanya dalam 5
menit(misalnya pada pengenceran 1:350) terhadap pengenceran tertinggi fenol yang
mematikan dalam waktu 10 menit tetapi tidak mematikan dalam waktu 5 menit (misalnya
1:90).Koefisien dari bahan antimicrobial tersebut adalah 350:90=3,9.
2.1 Mikroba Uji
Untuk penentuan koefisien fenol dapat digunakan berbagai bacteria seperti :
Salmonella typhi
Untuk Salmonella typhi, stok biakan dilakukan dalam NA miring, transfer 1 bulan sekali,
inkubasi 2 hari pada 37 C kemudian disimpan pada suhu 2-5 C. Bila akan digunakan, harus
dilakukan inokulasi dalam Nutrient Broth, inkubasi dalam 22-26 jam pada suhu 37 C dan
ditransfer harian 4 hari berturut-turut, tetapi tidak lebih dari 30 kali.
Psedomonas aeruginosa
Untuk Psedomonas aeruginosa transfer harian tidak lebih dari 25 kali. Untuk penetapan (tes)
digunakan biakan dalam Nutrient Broth hasil inkubasi 22-26 jam pada suhu 37 C.
Staphilococus aureus
2.2 Ciri-ciri desinfektan yang ideal adalah :
Aktivitas antimicrobial pada konsentrasi rendah, harus mempunyai aktivitas spektrum luas.
Pelarutan harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan untuk
dapat digunakan secara efektif.
Stabilitas, perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa hari harus
seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobanya secara nyata.
Tidak bersifat racun.
Homogen.
Tidak tergabung dengan bahan organic.
Aktifitas antimicrobial pada suhu kamar.
Tidak menimbulkan karat dan warna.
Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Memiliki kemampuan sebagai deterjen dari pembersih.
Tersedia dalam jumlah yang besar dan harga yang pantas.
(Pelezar,1998)
2.3 Kelompok-kelompok utama bahan antimicrobial kimiawi adalah :
Fenol dan persenyawaan fenolat
Alkohol
Halogen
Logam berat dan persenyawaannya
Detergen
Aldehid
Kemosterilisator gas
2.3.1 Fenol dan persenyawaan fenolat
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya untuk Lister sekitar tahun
1860-an di dalam pekerjaannnya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptic,
telah lama merupakan standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi
aktivitas bakterisidalnya. Pada masa kini telah tersedia banyak desinfektan lain yang jauh
lebih efektif dan aktif pada konsentrasi yang lebih rendah. Persenyawaan-persenyawaan ini
boleh jadi bekerja terutama dengan cara mendenaturasikan protein sel dan merusak
membrane sel. Kresol beberapa kali lebih germisidal dibandinngkan dengan fenol;o-
fenilfenol dan persenyawaan-persenyawaan fenolat lain dengan derajat substitusi yang tinggi
ternyata lebih efektif pada pengenceran yang tinggi.
Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik bergantung kepada
konsenntrasi yang digunakan. Spora bakteri dan virus lebih resisten terhadap persenyawaan
tersebut dibandingkan dengan sel vegetative bakteri. Beberapa persenyawan fenolat bersifat
sangat fungsidal. pH alkalin dan bahan organic dapat mengurangi aktivitas antimicrobial
fenolat. Suhu rendah dan sabun juga akan mengurangi aktivitas antimicrobial fenolat.
Senyawa-senyawa fenolat merupakan salah satu desinfektan permukaan yang terbaik bagi
benda-benda mati.
2.3.2 Persenyawaan alcohol
Etil alcohol dengan konsentrasi 50-70 % efektif terhadap mikroorganisme vegetative atau
yang tidak membentuk spora. Etil alcohol mempunyai aktivitas sporisidal yang rendah. Di
dalam bukunya Disinfection and Sterilitation, G.Sykes mencatat bahwa spora antraks dapat
bertahan didalam alcohol selama 20 tahun sedangkan spora Bacillus Subtilis selama 9 tahun.
Metil alcohol kurang bakterisida dibandingkan dengan etil alkohol. Senyawa ini sangat
beracun, bahkan uap dari persenyawaan ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada
mata, sehingga pada umumnya tidak digunakan sebagai desinfektan. Alkohol dengan rantai
karbon lebih panjang seperti propel, buthil, amil,dll bersifat germisidal. Tetapi alcohol yang
berat molekulnya lebih tinggi daripada propel alcohol tidak bercampur sempurna dengan air,
sehingga tidak umum digunakan sebagai desinfektan. Propil dan isopropyl alcohol dengan
konsentrasi yang berkisar antara 40-80% berguna sebagai desinfektan kulit. Beberapa zat lain
seperti iodium dan gliserol telah dicampur dengan alcohol, beberapa diantaranya mempunyai
efesiensi antibacterial yang lebih baik.
Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroba pada kulit dan untuk desinfektan
thermometer oral. Alkohol dengan konsentrasi diatas 60% efektif terhadap virus, tetapi
keefektifannya sangat terpengaruhi oleh jumlah bahan protein asin didalam campuran.
Protein asin itu bereaksi dengan alcohol. Disamping itu alcohol juga merupakan pelarut lipid
sehingga dapat merusak membrane sel.
2.3.3 Halogen serta persenyawaannya
Keluarga halogen beranggotakan unsure-unsur flor,clor,brom dan iodium ialah yang paling
luas penggunaannya sebagai zat antimicrobial.
Iodium.
Zat ini merupakan salah satu bahan germisidal yang paling tua serta paling efektif, iodium
telah digunakan lebih dari 1 abad karena telah tercatat dalam united stated pharmacopeia
sejak tahun 1830. Kelarutan iodium murni dalam air kecil sekali tetapi zat ini akan segera
larut dalam alcohol dan larutan kalium atau natrium iodide. Secara tradisional, iodium
digunakan sebagai bahan germisidal dalam bentuk yang dikenal sebagai iodium tinktur yang
merupakan campuran 2% iodium dan 2% natrium iodine didalam 50% alcohol. Iodium juga
digunakan dalam bentuk iodoform, yaitu campuran iodium dengan zat aktif permukaan yang
bekerja sebagai pembawa dan pelarut iodium.
Iodium merupakan zat yang sangat efektif dan unik yaitu efektif terhadap segala macam
bakteri, spora, cendawan dan virus larutan iodium terutama digunakan untuk
mengidentifikasi kulit, khususnya sebagai desinfektan kulit sebelum oprasi.
Clor dan persenyawaannya
Clor sebagai gas ataupun dalam kombinasi kimiawi merupakan salah satu desinfektan yang
paling luas penggunaannya. Gas yang dimampatkan dalam bentuk cair digunakan hamper
secara universal untuk memurnikan cadangan air kotamadya.
Gas clor ditangani lagi berbahaya kecuali bila ada peralatan khusus untuk menyalurkannya.
Tersedia banyak persenyawaan clor lebih mudah digunakan daripada gas clor dan bila
digunakan dengan baik, sama efektifnya sebagai desinfektan.
2.3.4 Logam Berat serta persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik dalam bentuk unsure maupun bentuk persenyawaannya
bersifat merugikan bagi mikroorganisme. Yang paling efektif ialah Merkuri, Perak, Tembaga.
Persenyawaan logam berat banyak sekali memiliki aktivitas germisidal atau antiseptic.
Persenyawaan logam berat antimicrobial yang paling penting adalah yang mengandung
Merkuri, Perak dan Tembaga.
Salah satu cara kerja logam berat dan persenyawaannya ialah mendenaturasikan protein.
Dalam hal Merkuri klorid, penghambatan diarahkan pada enzim-enzim yang mengandung
gugusan sulfihidril.
2.3.5 Detergen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama digunakan untuk
membersihkan permukaan benda disebut detergen. Salah satu contohnya ialah sabun tetapi
sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah. Sehingga mengembangkan pembersih
baru seperti surfaktan atau detergen sintesis.
Beberapa jenis sabun dan detergen bersifat bakterisidal.
Secara kimiawi, detergen diklasifikasikan sbb :
Detergen anionic yaitu detergen yang berionisasi dan sifat detergennya terletak pada anion
Detergen kationik yaitu detergen yang berionisasi dan sifat detergennya terletak pada kation
2.3.6 Aldehid
Blutaraldehid dan Formaldehid merupakan dua persenyawaan aldehid yang mempunyai
berbagai penerapan untuk mengendalikan populasi mikroorganisme.
Larutan Blutaraldehid 2% memperlihatkan aktivitas antimicrobial berspektrum luas.
Digunakan untuk mensterilkan peralatan eurologis, alat-alat berlensa dan perlengkapan
medis yang lain. Formaldehid berbentuk gas yang stabil hanya pada konsentrasi tinggi dan
suhu yang tinggi pula. Formaldehid juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama
formalin, yang mengandung 37-40% Formaldehid. Ciri buruk Formaldehid ialah
menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya berbahaya.
2.3.7 Kemolistrelisator gas
Pada masa kini dengan berbagai macam produk yang dibuat dari bahan yang tidak dapat
disterilkan dengan suhu tinggi atau kemosterilisator cairan. Sterilisasi kimiawi dengan
menggunakan gas merupakan cara yang efektif serta praktis untuk bahan-bahan. Dalam
proses ini, bahan itu dikenai gas didalam suatu ruangan tertutup pada suhu kamar. Setelah
perlakuan, gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastic
yang peka terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri dan pipet serta
ruangan tertutup dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang belakangan ini digunakan
untuk sterilisasi dengan gas ialah etienoksid.
KESIMPULAN
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan jumlah total
mikroorganismaaerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termoflik) pada produk
perikanan.
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum
digunakan kelompok Coliform sebagai indikator.
Dalam uji bonterey terdapat uji metal merah, uji indol, uji voges proskauer, uji penggunaan
sitrat, uji litmus susu, uji reduksi nitrat, uji hidrolisa gelatin, uji katalase, uji oksidase, uji
hidrolisa lemak, uji hidrolisa pati, uji fermentasi karbohidrat, uji H2S, uji motilitas.
Koefosien fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukan perbandingan kekuatan daya
bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai
pembanding dalam kondisis yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan waktu kontak yang
sama.
Zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolism
mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
Oligodinamik adalah logam-logam yang memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh bakteri.
MKC (minimum killing concentration) adalah konsentrasi minimal untuk membunuh
mikroba.
MIC (minimum inhibitory concentration) adlah kemampuan minimal konsentrasi untuk
menghambat pertumbuhan mikroba.
DAFTAR PUSTAKA