Você está na página 1de 42

peneliti muda

Kamis, 01 November 2012


PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
ilmu PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
BAB I
PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan jumlah total
mikroorganismaaerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) pada produk
perikanan.
Istilah dan definisi :
Angka lempeng total aerob : Jumlah mikroorganisma hidup yang membutuhkan oksigen yang
terdapat dalam suatu produk yang diuji.
Inkubasi : Pengkondisian mikroorganisma untuk tumbuh dan berkembang biak sesuai dengan
suhu dan waktu yang diperlukan.
Koloni : Sel mikroba yang tumbuh pada media agar dan dapat dilihat secara visual.
Mikroorganisma : Kelompok organisma yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat
dibawah mikroskop.
Media Agar : Media padat yang digunakan untuk pertumbuhan mikrorganisme.
Psikofilik : Kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu kurang dari 20°C.
Mesofilik : Kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20 °C-40°C.
Termofilik : Kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu lebih besar dari 40°C.
Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik)
setelah contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48 jam
± 1 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka mikroorganisma tersebut
akan tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.
Penentuan Angka Lempeng Total dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, metoda cawan
agar tuang/pour plateyaitu dengan menanamkan contoh ke dalam cawan petri terlebih dahulu
kemudian ditambahkan media agar. Kedua, metode cawan agar sebar/spread plate yaitu
dengan menuangkan terlebih dahulu media agar ke dalam cawan petri kemudian contoh
diratakan pada permukaan agar dengan menggunakan batang gelas bengkok.
Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,0001 g;
Autoclave;
Inkubator 35 °C ± 1°C
Anaerobic jar;
Cawan petri 15 mm x 90 mm;
Botol pengencer 20ml;
Alat penghitung koloni;
Blender beserta Jar yang dapat disterilisasi atau stomacher;
Batang gelas bengkok diameter 3 mm–4 mm, dengan panjang tangkai 15 cm-20 cm;
Pipet gelas atau pipetor : 0,1 ml, 1 ml, 5 ml dan 10 ml.
Media dan pereaksi
Plate Count Agar, sesuai lampiran A (normatif);
Larutan Butterfield’s phosphate buffered, sesuai lampiran B (normatif);
Gas pack dan indikator air anaerob.

Kondisi
Pada metode cawan agar tuang, untuk menghindari berkurangnya populasi bakteri akibat
panas yang berlebihan maka media agar yang akan dituang mempunyai suhu
45°C ±1°C.
Preparasi contoh
Berat contoh yang akan diuji diambil dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Contoh dengan berat lebih kecil dari 1 kg
Dengan menerapkan teknik aseptis, ambil contoh secara acak dan potong kecil-kecil hingga
beratnya mencapai 100 g.
b) Contoh dengan berat 1 kg–4,5 kg
Dengan menerapkan teknik aseptis, ambil contoh secara acak dan potong kecil kecil hingga
beratnya mencapai 300 g.
c) Contoh dengan berat lebih besar dari 4,5 kg
Dengan menerapkan teknik aseptis, ambil contoh secara acak dan potong kecil kecil hingga
beratnya mencapai 500 g.
Timbang contoh secara aseptik sebanyak 25 g untuk contoh dengan ketentuan a) dan b) dan
50 g untuk contoh dengan ketentuan c) diatas, kemudian masukkan dalam wadah atau plastik
steril. Untuk contoh 25 g tambahkan 225 ml larutan butterfield’s phosphate buffered dan
untuk contoh 50 g tambahkan 450 ml larutan butterfield’s phosphate buffered, homogenkan
selama 2 menit. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 10-1. Dengan menggunakan
pipet steril, ambil 1ml homogenat diatas dan masukkan ke dalam 9ml larutan butterfield’s
phosphate buffered untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Siapkan pengenceran selanjutnya
(10-3) dengan mengambil 1 ml contoh dari pengenceran 10-2 ke dalam 9 ml
larutan butterfield’s phosphate buffered. Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan
minimal 25 kali. Selanjutnya lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-4, 10-5 dst sesuai
kondisi contoh.
Langkah Kerja :
1.Teknik Dilusi (Pengenceran)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode
perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count).
Cara Kerja :
Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau larutan
buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml air steril atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian.
Dst
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada
tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung,
maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada
tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung,
maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Jumlah koloni x 1
Pengenceran
Misal :
Apabila pada dilusi 1/100 tumbuh sebanyak 20 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel
adalah : 20 koloni x 1 = 2000 sel
1/100
Apabila pada dilusi 1/1000 tumbuh sebanyak 3 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel
adalah : 2 koloni x 1 = 3000 sel
1/1000
Oleh karena itu, dengan metode dilusi kita dapat memperkirakan jumlah sel mikroba pada
suatu benda atau produk.
2.Metode Pour Plate
Teknik pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih
cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media
agar.
Pada cara ini dilakukan pengenceran dengan menggunakan sejumlah botol pengencer yang
diisi aquadestilata steril.Agar cair didinginkan sampai suhu sekitar 440 C dan baru kemudian
dituangkan ke cawan petri(gambar 7.2).Setelah agar membeku cawan dieramkan selama 24 –
48 jam (370C).Lempengan yang digunakan dalam perhitungan bakteri ialah lempengan yang
mengandung 30 – 300 coloni. Jumlah bakteri perml ialah jumlah koloni dikalikan factor
pengencer.
Cara kerja:
Hari pertama
Tandailah botol A,B dan C yang berisi aquadestilata steril.Tandai pula masing –masing
cawan petri dengan nilai pengencerannya .
Kocok suspensi kuman yang akan dihitung jumlah bakterinya dan pindahkan 1ml suspensi ke
botol A.
Kocok botol A sehingga bakteri tersebar dan terlepas dari kelompok atau rantainya (gambar
7.1)
Pindahkan 1ml dari botol A ke botol B,kemudian kocok.Dari botol B dipindahkan 0.1ml ke
cawan petri yang bertanda 10-5 dan 1.0ml ke cawan petri yang bertanda 10-4.Pindahkan 1ml
dari botol B ke botol C,kemudian kocok.Dari botol C dipindahkan 0.1ml ke cawan petri yang
bertanda 10-7 dan 1ml ke cawan petri yang bertanda 10-6.
Tuangkan agar nutrien bersuhu 500C ke dalam setiap cawan petri,putar –putar cawan tersebut
sehingga suspensi tercampur dengan baik.
Setelah agar membeku,baliklah cawn petri dan masukan ke dalam lemari pengeram selama
24 – 48 jam(370 C)
Hari kedua
1. Hitung jumlah koloni pada lempengan agar.gunakan lempengan agar yang mempunyai
30-300 koloni.
Bila tidak ada lempengan yang mempunyai kisaran jumlah koloni tersebut gunakan
lempengan agar yang mempunyai koloni 300 koloni.
2. Tentukan jumlah mikroorganisme hidup dengan cara mengalihkan jumlah koloni
dengan faktor pengeceran.
3. Metoda cawan agar sebar /spread plate method
Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
mengapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah,
pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat sedangkan pour plate
kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar.
Cara kerja :
Tuang 12 ml – 15 ml PCA ke dalam cawan-cawan petri steril dan dinginkan. Pipet 1 ml dari
setiap pengenceran (10-1,10-2, dst) ke dalam cawan petri yang telah berisi media PCA diatas
dan ratakan dengan menggunakan batang gelas bengkok. Lakukan secara duplo untuk setiap
pengenceran.
CATATAN Untuk pengujian bakteri termofilik, media PCA yang dituang kedalam cawan
sebanyak 40 ml – 50 ml.
Setelah contoh meresap kedalam agar (diamkan sekurang-kurangnya 1 jam); Untuk
penentuan mikroorganisme aerob inkubasi cawan-cawan tersebut dalam posisi terbalik dalam
inkubator selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 22°C ±1°C (psikrofilik); 35°C (mesofilik); 45°C
(termofilik). Untuk penentuan mikroorganisme anaerob, inkubasi cawan-cawan tersebut
dalam posisi terbalik dalam anaerobik jar dan masukkan kedalam inkubator selama 48 jam ±
2 jam pada suhu 22°C ± 1°C (psikrofilik); 35°C (mesofilik); 45°C (termofilik).
Lakukan kontrol tanpa contoh dengan mencampur larutan pengencer dengan media PCA.
Pembacaan dan perhitungan koloni pada cawan petri
a. Cawan yang mengandung jumlah 25 koloni–250 koloni dan bebas spreader
Catat pengenceran yang digunakan dan hitung jumlah total koloni. Perhitungan Angka
Lempeng Total sebagai berikut :
N=ΣC
[(1 x n 1) + (0,1 x n2)] (x d)

dengan :
N adalah jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g;
ΣC adalah jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;
n1 adalah jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung;
n2 adalah jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung;
d adalah pengenceran pertama yang dihitung.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
N = (232 +244 +33+ 28)
[(1 x 2) + (0,1x 2)]10 −2
= 537/0,022
= 24.409
= 24.000
b.Cawan dengan jumlah koloni lebih besar dari 250
Bila jumlah koloni per cawan lebih besar dari 250 pada seluruh pengenceran maka laporkan
hasilnya sebagai terlalu banyak untuk dihitung (TBUD), tetapi jika salah satu pengenceran
mempunyai jumlah koloni mendekati 250 laporkan sebagai perkiraan ALT.

CONTOH:
Pengenceran : 1 : 100 1 :1000
Jumlah koloni : TBUD 640
Perkiraan ALT koloni per ml atau per g : 640.000
Spreader
Koloni spreader dibedakan menjadi 3 tipe :
Rantai koloni, antara koloni saling menyambung yang disebabkan karena bakteri yang saling
mengelompok.
Spreader berasal dari lapisan air antara agar dan dasar cawan.
Spreader berasal dari lapisan air pada sisi/pinggir cawan atau pada permukaan agar.
Jika cawan ditumbuhi spreader lebih besar dari 25% maka laporkan sebagai spreader:
• Spreader tipe 1, jika hanya ada 1 rantai maka nyatakan sebagai 1 koloni.
• Jika 1 atau lebih rantai terlihat berasal dari sumber yang berbeda, laporkan
masing-masing sumber sebagai 1 koloni.
• Spreader tipe 2 dan 3 umumnya berasal dari koloni yang berbeda dan laporkan
masing-masing sebagai 1 koloni.
Jumlahkan spreader dan koloni untuk menghitung “ Angka Lempeng Total”.
c. Jumlah koloni semua cawan kurang dari 25 koloni atau cawan tanpa koloni.
Bila pada kedua pengenceran yang digunakan diperoleh koloni kurang dari 25, catat koloni
yang ada, tetapi nyatakan perhitungan sebagai kurang dari 25 dan dikalikan dengan 1/d,
dimana d adalah faktor pengenceran pertama yang digunakan dan dilaporkan sebagai
perkiraan ALT.

CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0
Perkiraan ALT koloni per ml atau koloni per g : lebih kecil dari 2.500 lebih kecil dari 2.500.
Pelaporan
Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat dan teliti, maka laporkan hasilnya dengan
dua angka (digit) pertama sebagai hasil pembulatan.
Bulatkan keatas dengan cara menaikkan angka kedua menjadi angka yang lebih tinggi bila
angka ketiga adalah 6, 7, 8 atau 9 dan gunakan angka 0 untuk masing-masing angka pada
digit berikutnya.
Bulatkan ke bawah bila angka ketiga adalah 1, 2, 3 atau 4. Bila angka ketiga 5, bulatkan
keatas bila angka kedua ganjil dan bulatkan kebawah bila angka kedua itu genap.
CONTOH:
Hasil perhitungan ALT
12.700 13.000
12.400 12.000
15.500 16.000
14.500 14.000
Beri tanda bintang (*) untuk cawan yang kurang dari 25 koloni.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0
Perkiraan ALT koloni : lebih kecil dari 2.500* lebih kecil dari 2.500*
per ml atau koloni per g
Jika seluruh cawan berisi spreader atau cawan terkontaminasi oleh sesuatu yang tidak
diketahui, maka laporkan hasil sebagai ’Kegagalan dalam pengujian’.
Contoh perhitungan :
1. Cawan dengan jumlah koloni 25-250
Perhitungan Angka Lempeng Total sebagai berikut :

N=ΣC
[(1 x n 1) + (0,1 x n2)] (x d)
dengan :
N adalah jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g;
ΣC adalah jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;
n1 adalah jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung;
n2 adalah jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung;
d adalah pengenceran pertama yang dihitung.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
N = (232 +244 +33+ 28)
[(1 x 2) + (0,1x 2)]10 −2
= 537/0,022
= 24.409
= 24.000
2. Seluruh cawan berisi spreader dan atau Kegagalan dalam pengujian. Laporkan hasil
sebagai “Spreader” (SPR) atau kegagalan dalam pengujian
3. Seluruh cawan berisi lebih dari 100 koloni/cm2 . Perkiraan jumlah angka lempeng total
adalah lebih besar dari (>) 100 dikalikan pengenceran tertinggi dan kalikan dengan luas
cawan. Contoh dibawah berdasarkan pada penghitungan rata-rata 110/cm2.
CONTOH:
Perkiraan ALT/ml (g)
Pengenceran : 1 : 100 1:1000
Jumlah koloni : tak hingga 7.150a lebih besar dari 6.500.000 b
tak hingga 6.490c lebih besar dari 5.900.000
• a berdasarkan luas area 65 cm2
• Perkiraan jumlah ALT
• c berdasarkan luas area 59 cm2
CATATAN : Untuk perhitungan koloni yang menggunakan metode cawan agar sebar/spread
plate, jumlah koloni yang dihitung dikalikan dengan 10 dari pengenceran yang digunakan.

Skema penentuan angka lempeng total (ALT)


6.Total Count
Dimaksud dengan total count yaitu kalau perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis,
tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum seperti
bakteri, fungi mikroalge ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu.
Total count bacteria misalnya ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan
pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk bacteria. Setelah melalui masa
inkubasi pada temperature kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam, perhitungan koloni
dilakukan. Dianggap bahwa tiap koloni berasal dari sebuah sel, maka jumlah koloni dapat
diperhitungkan sebagai jumlah sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis.
Juga terdapat total count fungi dilakukan metoda yang sama, kecuali temperature inkubasi
28 10 C. Di dalam pelaksanaan agar selama pertumbuhan tidak diganggu oleh koloni bakteri
maka kepada permukaan media sebelum diberi bahan yang akan dianalisis, ditambahkan
terlebih dahulu larutan asam laktat 3%.
Terhadap mikroalge, media yang digunakan harus bersifat semisolid atau cair, yaitu dengan
penambahantepung agar 50% dari yang diperlukan. Karena kalau penggunaan tepung agar
sesuai untuk bacteria ataupun fungi, pertumbuhan mikroalge akan lambat atau terhambat
sama sekali. Berbeda dengan biakan bakteri ataupun fungi, maka biakan mikroalge harus
ditempatkan pada tempat yang terang atau dikenai oleh cahaya matahari, selama 5- 15 hari.
Jenis media yang digunakan untuk perhitungan total count kelompok lain, pada dasarnya
berbentuk media selektif atau pengaya. Karena sifat selektifitas dari media, pada akhirnya
kalaupun ada bacteria yang tidak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang didalamnya,
selain memerlukan waktu yang cukup lama (diatas 10 x 24 jam) juga koloni yang kemudian
terbentuk tidak dapat menjadi besra dan mudah hilang dari pengamatan dengan menggunakan
mata biasa. Pada umumnya karena kelompok bacteria tertentu memerlukan masa adaptasi/
aklimatisasi terlebih dahulu, inkubasi di dalam temperature kamar memerlukan waktu antara
4-6 x 24 jam baru koloni akan tampak jelas pertumbuhannya.
Misal, total count bakteri-pereduksi-sulfat, bakteri belerang dan bakteri-besi, dsb. Dari hasil
perhitungan ini akan diketahui sampai berapa jauh kandungan bakteri yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan deteriosasi, korosi, dan degradasi terhadap benda (khususnya
benda-benda logam) di dalam perairan. Dapat juga ditentukan hubungan nilai antara
kehadiran kelompok bakteri di atas dengan nilai korosi pada benda-benda logam yang
berhubungan langsung dengan perairan.
Total count terhadap bakteri pathogen, khususnya untuk penyebab penyakit perut, seperti
tifus, paratifus, kolera, disentri, dsb, yang disebabkan oleh Salmonella, shigella dan Vibrio,
juga memerlukan media pengaya dan media selektif.
Total count terhadap bakteri penghasil racun, khususnya yang menyebar melalui air dan
mengenai bahan makanan dan disebabkan oleh bakteri aerobic
(Pseudomonas,Staphylococcus) dan anaerob (Clostridium) serta total count dan identifikasi
jenis-jenis fungi penghasil mikotoksin khususnya yang termasuk kelompok Aspergillus,
Penicillium, dan fusarium, juga sama seperti untuk golongan pathogen.
Dari hasil/data sementara ternyata bahwa pada lingkungan yang jelek populasi dan jumlah
jenis mikroorganisme tersebut sangat tinggi, sehinga kasus atau gejala penyakit dan
keracunan juga sangat tinggi. Khusus untuk fungi penghasil mikotoksin sangat ditakuti
pertumbuhannya pada bahan makanan, karena akan menghasilkan racun jamur (mikotoksin)
yang bersifat karsinogenik (dapat merangsang terjadinya kanker, terutama pada kanker hati).
Keberhasilan analisi terhadap kelompok pathogen dan penghasil toksin, baru dapat berhasil
kalau menggunakan media pengaya dan selektif. Hal ini mengingat pula bahwa kemungkinan
besar kehadiran kelompok tersebut di dalam substrat sagat sedikit atau jarang jumlahnya.
Penghitungan Jumlah Bakteri
Untuk menentukan jumlah bakteri dapat dilakukan beberapa cara:
Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count).
Jumlah bakteri yang hidup (viable count).
Cara in hanya menggambarkan sel yang hidup,sehingga lebih tepat dibandingkan teknik pada
butir 1.
1) PENGHITUNGAN BAKTERI SECARA KESELURUHAN
a. Menghitung Langsung Secara Mikroskopis
Pada cara ini dihitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil.Untuk ini digunakan
kaca objek khusus yang bergaris berbentuk bujur sangkar.Jumlah cairan yang terdapat antara
kaca obyek dan kaca penutup mempunyai volume tertentu,sehingga satuan isi yang terdapat
dalam satu bujur sangkar juga tertentu.
Pembesaran yang digunakan untuk melihat bakteri membatasi volume cairan yang
diperiksa.Hanya cairan yang mengandung bakteridalam jumlah tinggi yang dapat
menggunakan cara ini.Selain menghitung secara langsung dengan mata,dapat pula
menggunakan alat penghitung elektronik Coulter counter.Dengan alat ini dihitung semua
benda yang memiliki ukuran diameter 30 um,sehingga cairan yang akan dihitung jumlah
bakterinya haruslah benar-benar hanya mengandung bakteri.
b. Menghitung Dengan Cara Kekeruhan
Cara ini menggunakan spektrofotometer atau nefelometer.Dasar teknik ini adalah banyaknya
cahaya yang diabsorsi sebandig dengan banyaknya baktri pada batas- batas tertentu.
Cara ini akan diterangkan pada akhir bab ini, karena diperlukan keterampilan teknik
menghitung junlah hidup.
2. MENGHITUNG BAKTERI DENGAN METODE KERAPATAN OPTIK
Jumlah mikroorgamisme dalam suspensi dapat di tentukan dengan kerapatan
optik(OD=OPTIKAL DENSITY).Pengukuran kerapatan optik menggunakan kolorimeter
yang membiaskan cahaya dengan gelombang tertentu.Gelombang cahaya melewati suspensi
bbiakan dan banyaknya yang ditransmisikan setela melewati suspensi diukur jumlah cahaya
yang ditransmisikan setelah melewati suspensi biakan berbanding terbalik dengan jumlah
mikroorganisme dan jumlah cahaya yang diabsorpsi.Jumlah cayaha yang diabsorpi
tergantung pada bentuk dan besar sel.
Spektropotometer dapat mengukur kepekatan sel dalm suspensi dalam % T (transmittance
)atau OD(jumlah cahaya yang di absorpsi dan di sebarkan.)
Dalam mikrobiolog i di gunakan OD sebagai satuan hitungan,karena OD sebanding dengan
kepekatan sel dalam suspensi biakan.
Dalam menggunaannya,penentuan jumlah sel dan penggunaan OD memerlukan 2
tahap(gambar 7.3 dan 7.4).Pada tahap pertama spektropotometer dikalibrasi mempunyai daya
absorpsi 0 bila tidak ada sel.Ini dilakukan dengan memasukan kuvet yang berisi larutan
pengencer yang digunakan dalam perhitungan sel.Lazimnya larutan pengencer yang
digunakan adalah aquadestillata,nutrient broth,atau NaCl faali.
Kekeruhan biakan diukur dan nilai absorpsi dibaca.Nilai absorpsi sebanding dengan jumlah
mikroorganisme dalam sampel dan dapat digunakan untuk menduga jumlah mikroorganisme
dalam sampel.
Kerapatan optik suatu suspensi tidak langsung menunjukan jumlah sel dalam suatu
populasi,namun menunjukan jumlah cahaya yang disebarkan oleh populasi tersebut.untuk
memperoleh jumlah mikroorganisme,maka nilai kerapatan optik harus disetarakan terlebih
dahulu dengan jumlah mikroorganisme(CFU/ml).untuk memperoleh nilai ini dilakukan
berbagai pengenceran sampel yang digunakan dalam OD.jumlah mikroorganisme ditentukan
dengan cara jumlah hitung mikroorganisme hidup(viable count).setalah diperoleh nila ini
dibuat kurva kalibrasi dengan sumbu X sebagai jumlah hidup(viable count) dan sumbu Y
sebagai nilai OD.
a.Penentuan Jumlah Hitung Dengan Mengukur Kerapatan Optik (OD).
Hari pertama
buat pengenceran bertingkat dari biakan E.coli.Pengenceran yang digunakan adalah ½,1/4
,1/8 ,1/16,dan 1/32.
- Tndai tabung yang mengandung 5ml TSB dengan faktor pengenceran (1/2-1/32)
- Campur biakan E.coli dengan baikm dengan cara menggoyang bagian dasar tabung
beberapa kali dengan jari telunjuk sedangkan tangan lainnya memegang ujung tabung
(gambar 6.7)
- Pindahkan 5ml suspensi biakan E.coli ke dalam tabung dengan pengenceran
½,kemudian campur dengan baik.
- Pindahkan 5ml dari pengenceran ½ kedalam tabung pengenceran ¼ kemiudian campur
dengan baik.
- Lakukan hal yang sama untuk memperoleh pengenceran 1/8,dan 1/16,dan 1/32.
Kalibrasi spektrofotometer untuk nilai absorpsi 0.0 dengan larutan pengencer TSB
(Trypticase Soy Broth)
- Atur panjang gelombang pada 686 nm.
- Nyalakan kolorimeter dan biarkan selama 20 menit.
- Atur kolorimeter sehingga jarum menunjukan absorpsi 0.0 dengan mengutar tombol
pengatur.
- Pipet 5ml TSB dan masukan kedalam kuvet.Perhatikan bahwa kuvet tetap
bersih.Kuvet yang tidak bersih menggangu jalannya cahaya sehingga membiarkan hasil yang
menyimpang.
- Buka tempat penutup sampel,kemudian masukan kuvet yang mengisi TSB.
Tutup penutup tempat sampel.
- Atur absorpsi sehingga jarum menunjukan 0.0 dengan memutar tombol.
- Keluarkan kuvet yang berisi TSB.
Baca nilai absorpsi dari biakan E.coli.
- Pipet 5ml biakan E.coli dan masukan kedalam kuvet yang bersih gunakan teknik
aseptis sewaktu pemindahan biakan sehingga tidak mencemari peralatan yang digunakan.
- Masukan kuvet,tutup penutup temap sampel dan baca nilai absorpsi.
- Tulis hasil pembacaan pada kertas yang telah disiapkan.
- Keluarkan kuvet,dan bung biakan dalam pembuangan yang disediakan.
- Lakukan hal yang sama untuk memperoleh nilai absorsi dari pengenceran suspensi ½-
1/32.
laporkan hasil perapatan optik dari biakan E.coli serta pengenceran suspansi1/2-1/32.
Hari kedua
1.buat kurva kalibrasi dengan OD pada sumbu Y dan jumlah hidup pada sumbu X.
2. laporkan hasil pengukuran.

BAB II
MPN

Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum
digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri
yang bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk
spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam dan gas dalam waktu
48 jam pada suhu 35°C (Hadioetomo, 1993).
Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang
menggunakan medium padat (Agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas
dalam tabung durham (Sutedjo, 1991).
Mikroorganisme sebagai indicator kualitas air :
Panda pemeriksaan microbiologist yang rutin terhadap air untuk menentukan aman tidaknya
unstuck diminum, tidaklah cukup bila mendasarkan uji-uji yang digunakan hanya terhadap
adanya (terisolasinnya) mikroorganisme patogenik karena alasan sebagai berikut :
Kemungkinan besar pathogen masuk ke dalam air secara sporadic, tetapi karena tidak dapat
bertahan hidup lama mungkin saja tidak terdapat di dalam contoh air yang dikirimkan ke
laboratorium.
Bila terdapat jumlahnya amat sedikit, maka besar kemungkinan pathogen-patogen tersebut
ridak terdeteksi olah prosedur laboratories yang digunakan.
Hasil pemeriksaan laboratorium baru dapat diketahui setelah 24 jam atau lebih. Arabia
ternate ditemukan adanya pathogen sementara itu tentunya banyak orang telah
mengkonsumsi air tersebut dan telah tereksposi terhadap infeksi sebelum dapat dilakukan
usaha untuk mengatasi situasu tersebut.
Mikroorganisme indicator
Istilah “mikroorganisem indicator” sebagaimana digunakan dalam analisi air mengacu pada
sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut
terpolusi oleh tinja dari manusia atau hewan merdarah panas. Artinya, terdapat peluang bagi
berbagai macam mikroorganisme patogenik, yang secara berkala terdapat dalam saluran
pencernaan, untuk masuk ke dalam ait tersebut.
Beberapa ciri penting suatu organisme indicator adalah :
teradpat dalam air tercemer dan tidak ada dalam air yang tidak tercemar.
terdapat dalam air bila ada patogen.
jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar polusi.
mempnyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada patogen.
mempunyai sifat yang seragam dan mantap.
tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada patogen (hal ini membuatnya mudah
terdeteksi).
mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.
Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tidaknya
untuk digunakan sebagai oeganisme indikator. Di antara organisme-organisme yang
dipelajari, yang hampir memenuhi semua persyaratan suatu organisme indikator yang ideal
ialah Escherichia coli dan kelompok bakteri koli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap
sebagai indikator polusi tinja yang dapat diandalkan.
Escherichia coli dan bakteri koliform lain
Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan nerdarah
panas. Biasanya tidak patogenik, anggota lain kelompok koliform ialah Klebsiella
pneumoniae, yang tersebar luas di alam; terdapat dalam tanah, air, dan padi-padian, dan juga
dalam saluran penceranaan manusia dan hewan. Eterobacter aerogenes, sejenis bakteri
koliform yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan hewan juga terdapat dalam
tanah, air. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakrei berbentuk batang gram
negative, tidak membentuk spora, aerobic dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
lactose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 0C.
Kelompok koliform mempunyai beberapa cirri yang juga dimiliki oleh anggota-anggota
genusSalmonella dan Shigella, yaitu duagenera yang mempunyai spsies-spesies enteric
patogenik. Namun, ada perbedaan biokimiawi utama yangn nyata yaitu bahwa koliform dapat
memfermentasikan lactose dengan menghasilkan asam dan gas, sedangkan Salmonella dan
Shigella tidak memfermentasikan lactose.
Pemeriksaan bakteriologis untuk menentukan potabilitas air
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel air :
contoh air harus ditempatkan dalam botol yang steril.
contoh tersebut harus dapat mewakili sumbernya.
contoh air tidak boleh terkontaminasi selama dan setelah pengambilan.
contoh tersebut harus diuji segera setelah pengmbilan.
apabila ada penundaan pemeriksaan maka contoh tersebut harus disimpan pada suhu antara 0
sampai 10 0C.
Prosedur yang biasa digunakan adalah hitungan cawan (plate count) untuk menetapkan
jumlah bakteri yang ada dan uji-uji untuk menepakkan adanya bakteri koliform.
Pengujian bakteri Coliform yang berasal dari cemaran tinja (faecal coliform) secara serentak
dengan uji penegasan yang menggunakan media BGLB, maka dilakukan juga hal yang sama
yaitu 1 ose kultur yang positif dari LST Broth atau LB, dipindahkan ke dalam tabung EC
medium yang baru. Semua tabung MC medium yang telah diinokulasikan oleh kultur dari
LST-Broth, kemudian diinkubasikan pada suhu 45,5°C selama 24 jam dan hasil pembentukan
gas dicatat. Kerapatan bakteri faecal coliform diperkirakan dengan tabel MPN. Diferensiasi
bakteri coliform dapat diarahkan ke dalam reaksi IMVIC (Buckle, 1987).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri
patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat
sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama
tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan
penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Djide,
2003).

BAHAN DAN CARA


1. Jenis sampel yang diteliti
Bahan-bahan yang diperiksa dalam penelitian ini adalah air minum untuk para pasien
maupun petugas rumah sakit yaitu air putih matang dan air teh, air mandi pasien yang ada di
bangsal-bangsal perawatan, air untuk keperluan masak di dapur umum, air cud alat-alat serta
air cuci tangan perawat. Sedangkan jenis makanan dan minuman yang diperiksa adalah
nasi/bubur, sayur/ lauk, daging/telur, roti dan susu dalam bentuk minuman.
2. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis. Untuk sampel air diambil sebanyak 200 ml
dari tiap-tiap jenis air yang diteliti dan ditempatkan pada botol steril. Untuk sampel makanan
di-ambil kira-kira sebanyak 10 gram untuk tiap jenis makanan yang diteliti dan dimasukkan
ke dalam wadah yang steril pula. Transportasi sampel dari rumah sakit ke laboratorium di-
lakukan dengan menempatkan sampel-sampel tersebut ke dalam box es dengan suhu sekitar
4° C.
3. Idenfikasi mikrobiologis
Identifikasi mikrobiologis dilakukan dengan menggunakan metode yang telah dibakukan oleh
WHO (1987)
Dalam identifikasi mikrobiologis ini terutama untuk sampel makanan dan
minuman pertama-tama dilakukan kultur terhadap masing-masing sampel dengan media
spesifik. Dari tahap kulturisasi kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan yang meliputi pe-
meriksaan mikroskopis setelah terlebih dahulu dilakukan penawaran Gram dan pemeriksaan
yang lain seperti uji biokimia dan uji serologi untuk identifikasi jenis mikroba tertentu.
Identifilcasi mikrobiologi ini ditujukan untuk deteksi beberapa jenis bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi nosokomial
seperti : Staphylococcus sp, Pseudomonas, E. coil Salmonella, Shigella, Streptococcusm
Klebsiella, Proteus dan kuman-kuman gram negatip maupun gram positip lainnya.
Identifikasi mikrobiologi terhadap sampel air dilakukan dengan metode MPN (Most Probable
Number) per 100 ml air. Metode ini ditujukan untuk mendeteksi adanya pencemaran air oleh
tinja manusia. Sebagai indikator terhadap pencemaran tinja manusia adalah adanya bekteri E.
coli/coliform dalam sampel airyang diperiksa.

BAB III
UJI BONTEREY
1.FERMENTASI KARBOHIDRAT
Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari kemampuan mikroorganisme memfermentasikan
berbagai karbohidrat. Hasil akhir fermentasi ditentukan oleh sifat mikroba, media biakan
yang digunakan,serta factor lingkungan.glukosa termasuk senyawa yang paling seing
digunakan untuk fermentasi.
Untuk menentukan adanya fermentasi dilaboratorium digunakan media kaldu karbohidrat dan
media MR-VP. Pembentukanasam dapat ditentukan dengan menambahkan indikatorkedalam
media
Kaldu karbohidrat digunakan untuk uji pembentukan asam dan gas.dengan menggunakn
tabung smith atau tabung durham. Tabung smith digunakan bila jumlah dan macam gas yang
dihasilkan harus ditentukan, sedangkan tabung durham digunakan jika jumlah dan macam gas
tidak ditentukan. Bila terbentuk gas maka, gas masuk kedalam tabung durham dan mendesak
cairan dalam tabung ini. Gas ini terlihat sebagi gelembung udara yang terperangkap dalam
tabung.
Kaldu karbohidrat mengandung 0,5-1% karohidrat. Yang sering digunakan adalah
glukosa,laktosa,dan manitol,maltosa dan sukrosa. Selain karbohidrat juga ditambahkan beef
extract dan peptone sebagai sumber nitrogen, vitamin dan mineral. Bila dalam fermentasi
bakteri ditumbuhkan dalam biakna cair yang mengandung glukosa, maka hasil fermentasi
berupa asam.asam yang dihasilkan akan menurunkan pH media biakan. Indicator yang
digunakan aalah merah fenol dan bromcesol purple. Bila dalam media biaka ditambahkan
ditambahkan indicator tersebut maka pembentukan asam ini ditandai oleh perubahan warna
menjadi kuning, pada pH >7, merah fenol berwarna merah sedangkan bromcesol purple
berwarna ungu.
Bahan yang diperlukan :
Bahan : Escherichia coli
Staphilococcus aureus
Micrococcus luteus
Saccaromyces cereviciae
Media : kaldu karbohidrat
Glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol yang mengandung indikator BCP (brom
cresol purple). Selain BCP dapat digunakan PR (phenol red) sebagai indikator pH.
Cara kerja :
Hari pertama
Tandai tabung kaldu karbohidtar dengan : jenis karbohidrat, nama siswa, biakan yang
diinokulasikan, biakan yang digunakan untuk deret karbohidrat pertama adalah E. Coli, derat
kedua S. Aureus, deret ketiga M. Luteus, deret keempat S. Cereviciae dan deret kelima
sebagai kontrol.
Inokulasi deret karbohidrat pertama dengan E. Coli, derat kedua S. Aureus, deret ketiga M.
Luteus, deret keempat S. Cereviciae dan deret kelima sebagai kontrol. Lakukan inokulasu
dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan gelembung gas dalam tabung durham.
Inkubasikan kelima deret tabung dalam inkubator 35 0C selama 24 jam.
Hari kedua
Periksa adanya fermentasi karbohidrat dengan melihat pembentukan asam danm
pembentukan gas. Pembentukan asam terlihat sebagai perubahan warna kaldu karbohidrat
menjadi kuning. Pembentukan gas terlihat dalam durham. Perhatikan bahwa dalam tabung
kontrol tidak terjadi pembetnukan gas. Pembentukan gas dalam tabung kontrol dapat terjadi
bila sewaktu diinokulasi tabung yang berisi kaldu dikocook terlalu keras atau bila digunakan
kaldu yang disimpan dalam lemari es. Daya larut oksigen berkurang dalam kaldu yang
dingin, namun sewaktu diinkubasikan pada suhu 37 0C oksigen dapat terperangkap dalam
tabung durham.
Laporkan hasil reaksi dalam kaldu karbohidrat.
2.UJI METHYL RED
Uji methyl red diguakan untuk menentukan adanya fermwntasi asam campuran beberapa
bakteri memefermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk sehingga akan
menurunkan pH media pertumbuhannya menjadi 5.0 atau lebih rendah. Penambahan
indicator pH methyl red dapat menunjukan adanya perubahan pH menjadi asam. Methyl red
berwarna merah pada lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna kuning dalam pH 6.2.
Fermentasi asa campuran ditentukan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam
kaldu yang mengandung glukosa, dan setelah masa inkubasi menambbahkan reagens methyl
red kedalam kaldu. Bila terjadi fermentasi asam campuran maka kaldu biakan berubah
menjadi kunin setelah penambahn methyl red. Uji ini sangat berguna dalam identifikasi
kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan.
Bahan yang diperlukan :
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (methyl red- voges proskauer)
Cara mengerjakan :
Hari pertama
tandai tabung kaldu MR-MV dengan biakan bakteri yang digunakn
inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
inkubasikan dalam 35 0C selama 5 x 24 jam
Hari kedua
tambahkan 5 tetes reagens methyl red ke dalam tabung MR-MP
Laporkan hasil nya.
Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red .
Uji negatif bila kaldu MR-MV berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambaha
reagens.
3.UJI VOGES-PROSKAUER
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3
butanadiol. Bila memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk
utama, akan terjadi pennumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan
40% KOH dan 50% larutan alphanaphtol dalam etanol dapat menentukan adanya asetoin
yaitu senyawa pemua dalam sintesis 2,3 butanadiol. Pada penambahn KOH adanya asetoin
ditunjukan dengan adanya perubahan warna kaldu enjad merah muda. Perubahan warna
diperjelas dengan perubahan warn aalpha naphtol.
Uji voges proskauersebenarnya merupakan uji tidak langsung ntuk megetahui adanya 2,3
butanadiol. Asetoin adalah senyawa pendahhulu dan selalu didapatka secera serentak
sehingga uji VP abash untuk menentukan adanya 2,3 butanadiol.
Bahan yang diperlukan ;
Biakan : Escherechia coli enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (Methyl Red – Voges Proskauer )
Larutan 40 % KOH
Larutan 5 5 alpha-naphtol
Cara mengerjakan :
Hari pertama :
1) Tandai kaldu MR-MV dengan biakan bakteri iyang digunakan.
2) Inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
3) Inkubasikan dalam 35 0C selama 24 – 48 jam.
Hari kedua
tambahkan 10 tetes larutan 40 % KOH dan 15 tetes larutan alpha-naphtol dalam kaldu MR-
MV.kocok tabung sehingga kaldu terlihat berbuih. Pengocokan dengan baik meningkatkan
aerasi sehingga terjadi paningkatan oksidasi 2,3 butanadiol menjadi asetoin dan
memperjelashasil reaksi uji ini. Hasil reaksi dapat trelihat paling lambat setelah 30 menit.
laporkan hasilnya.
Uji bersifat posotof bila kaldu berwarna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan
reagens.
Uji bersifat negatif bila kaldu MR-MV tidak memperlihatkan perubahan warna setelah
penambahan reagens.
4.UJI OKSIDASE
Uji ini berfungsi untuk menentukan adanya oksidasesitokrom yang ditemukan pada
mikroorganisme tertentu. Uji ini berguna dalam identifikasi mikroorganisme pathogen.
Seperti misalnya Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Kedua bakteri ini
memberikan hasilpositif dalam uji oksidase. Bila koloni bakteri yang bersifat oksidase positif
diberi reagen oksidase, maka warna koloni berbah menjadi hitam dalam waktu 30 menit.
Perubahan wara ini disebabakan oksidase sitokrom mengoksidasikan larutan reagens.
Reagens yang dioksidasi berwarna hitam, namun bila terjadi reaksi reduksi, tidak terjadi
perubahan warna.
Bahan yang diperlukan :
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (methyl red- voges proskauer)
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung kaldu MR-MV dengan biakan bakteri yang digunakn
Inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
Inkubasikan dalam 35 0C selama 5 x 24 jam
Hari kedua
Tambahkan 5 tetes reagens methyl red ke dalam tabung MR-MP
Laporkan hasil nya.
Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red .
Uji negatif bila kaldu MR-MV berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambaha
reagens.
5.UJI KATALASE
Katalase adalah enzim yang mengkatalasisakan penguraian hidroge peroksida menjadi air dan
O2. hydrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini menginativasikan enzim
dalam sel. Hydrogen peroksida tetrbentuk sewaktu metabolisme aerob,sehingga
mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus menuraika bahn toksik tersebut.
Katalase adalah salah satu enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan
hydrogen peroksida adalah peroksidase. Pada penguraian hydrogen peroksida oleh
peroksidase tidak dihasilkan oksigen.
Uji katalase berguna dalam identifikasi kelompok bakteri bentuk kokus, uji katalase
digunakan
untukmembedaka Staphylococus dan Streptococus. Kelompopk Streptococus bersifat
katalase-positif.
Penentuan adanya katalase diuji dengan larutan 3% H2O2 pada koloni terpisah. Pada bakteri
yag ersifat katalase positif terlihat pembentukan gelembung udara sekitar kolon. Reasi
kmiawi yang dikatalisiskan oleh enzim katalase terlihat berikut ini:
H2O2 H2O + ½ O2
Katalase gelembung udara
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Streptococcus faecalis
Staphylococcus epidermidis
Larutan 3 % H2O2
Cara mengerjakan :
Tambahkan beberapa tetes reagens pada koloni terpisah S.epidermidis. lakukan hal yang
sama dengan S.faecalis.
katalase positif ditandai oleh pembentukan gelembung udara pada koloni dan sekitarnya.
Laporkan hasil pengujian
6.REDUKSI NITRAT
Beberapa organisme mampu menggunakan molekul buakan bukan oksigen sebagai akseptor
electron terakhir. Bila akseptor electron terakhir ini bukan merupakn oksigen maka
mikroorganisme tersebut melaksanakan respirasi anaerobic dengan menggunakan nitrat.
Nitrat ini dirduksi menjadi nitrit.
Kemampua mikroorganisme mereduksi nitrat dapat digunakan sebagai cirri dalam
identifikasi bakteri.Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa mampu menggunakan
nitrat sebagai akseptor electron terakhir. Escherichia coli mereduksinya menjadi nitrit
sedangkan Pseudomonas aeruginosamampu mereduksinya lebih lanjut menjadi N2.
Uji nitrat dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu nutrient yang
mengandung 0,5% KNO3 dan tabung durham.setelah masa inkubasi diperhatikan adanya gas
dalam tabung durham dan nitrit dalam media. Gas yang terperangkap merupakan camouran
gas N2 dan CO2. gas N2 berasal dari penguraian sempurna nitrat sedangkan CO2 berasal dari
respirasi anaerobic. Keberadaan nitrit dalam media dapat diuji dengan asam sulfanilat dan
alphanaphtylamin. Nitrit dalam media biakan akan bereaksi dengan kedua bahan tersebut dan
terlihat sebagai perubahan warna menjadi merah atau merah muda.
Alphanaphtylamin bersifat karsinogenik sehingga asam sulfanilat dan alphanaphtylamin
dapat diganti dengan asam sulfamat. Asam sulfamat ( 4 gram asam sulfamat dalam 100 ml
20% H2SO4 ) dalam media yang mengandung nitrit menyebabkan pembentukan gelembung
gas N2.sebagai hasil reduksi nitrat menjadi nitrit.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Pseudomonas fluorescens
Staphylococcus epidermidis
Kaldu nitrat (nutrient broth yang mengndung 0,5 % KNO2)
Asam sulfanilat
Larutan alpha-naphtiamin
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Beri tanda pada tabung kaldu dengannama, tanggal, dan biakan mikroorganisme yang
diinokulasikan. Gunakan tabung kontrol untuk melihat pembentukan gas dalam tabung
durham.
Inokulasikan tabung nitrat kecuali tabung kontrol.
Inkubasikan pada suhu 35 0C.
Hari kedua
Perhaikan adanya petumbuhan dalam biakan kaldu yang diinokulasi; tabung konrol harus
tetap bersih.
Perhatikan adanya pembentukan gas dalam tabung Durham.
Tambahkan 1 ml asam sulfanilat dan 1 ml alpha-naftilamin kedalam tabung biakan.
Perhatikan adanya perubahan adanya perubahan warna setelah penambahsn
reagens.perubahan warna menunjukkan bahwa nitrst direduksikan menjadi nitrit dan
terjadinya proses respirasi anaerobik. Pada tabung yang tidak menunjukkan warna,
tambahkan bubuk Zn untuk mwlihat reduksi nitrat menjadi amonium. Bila didapatkan nitrat
dalam medium, maka kaldu berubah menjdai merah muda atau merah karena Zn mereduksi
nitrat menjadi nitrit, nitrit in bereaksi dengan reagens sehingga terjadi warna merah.
Laporkan hasil pengujian.
7.UJI INDOL
Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein,
sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganismeakibat
penguraian protein.bakteri seperti E.coli mampu menggunakan triptofan sebagai karbon.
E.coli menghasilkan enzim triptofan yang mengkatalisikan penguraian gugus indol dan
triptofan. Dalam media biaka indolmenumpuk sebagai produk buangan sedangkan sebagian
lainnya dari molekul triptofan yang dapat memenuhi kebutuhan zat hara mikroorganisme.
Pembentukan indol dari triptofan oleh mikroorganismedapat diketahui dengan
meumbuhksnnys dalam mdia biakan yang kaa dengan triptofan.triptofan biasanya diberikan
dalam bentuk tripton.yaitu suatu polipeptida yang kaya dengan reidu tiptofan. Penumpukan
indol dalam media dapat diketahui dengan penambahn berbagai reagens. Yang akan bereaksi
dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah
dalam permukaan medium.
Untuk ui ini digunakan media semi padat yang kaya akan triptofan. Untuk melihat adanya
indol dapat digunakan beberapa reagens yaitu Kovacs,Gore,Ehrlich.
Media untuk melihat pembentukan indol yang digunakan dilaboratorium brersfat semi padat,
oleh karena itu dapat digunakan juga untuk melihatpergerakan bakteri. Jika bakteri bergeraka
akan terlihat pertumbuhan disekitar tusukan dan juga permukaan media.media indol
diinokulasikan dengan menusukkan jarum kedalam media semi padat.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : E.coli
Enterobacter aerogenes
Proteus vulgaris
Biakan semi padat yang kaya triptofan.
Reagens utnuk melihat pembentukan indol
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang digunakan.
Inokulasi biakan semi-padat dengan cara menusukkan jarum sampai pada kedalaman ¾
bagian dari permukaan media.
Inkubasikan pada suhu 350C selama 24-48 jam.
Hari kedua
Tambahkan reagens Ehrlich-Bohme ke dalam biakan semi-padat. Penumpukan indol dalam
media ditandai oleh warna merah pada permukaan media beberapa menit setelah penambahan
reagens.
Gambar pertumbuhan mikroba pada media semi solid.
Laporkan hasil pengujian
Uji Ehrlich-Bohme
Cairan A : para-metil-benzaldehida dalam alkohol 96%
Cairan B: cairan kalium persulfat jenuh (K2S2O3)
Reagens diteteskan ke ats biakan sebanyak 10-12 tetes, jika terdapat pembentukan indol akan
terlihat warna merah/merah muda pada bagian atas media biakan.
8.UJI HIDROGEN SULFIDA
Banyak protein kaya akan asam amino sisitein dan methionin. Asam amino dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan zzat hara. Adanya pengraian asam amino ditunjukan dengan adanya
pembentukan asam sulfide.
Mikrooganisme yang menghasilakn asamsulfida dibiakan dalam media yang kaya dengan
asam amino. Fe3+ yang terdapat dalm meia beraksi dengan H2S dan menghasilkan senyaa
FeS yang berarna hitam dan tidak larut dalam air.
Produksi asam sulfide dapat terlihat dengan menggunakan media yag mengandung sulfur dan
ion Fe2+
Media yang digunakan adalah TSIA (Triple Sugar Iron Agar).terutama digunakan untuk
identifikasi bakteri gram negative. Media ini mengandung 3 macam gula yaitu glukosa,
laktosa dan sukrosa, indicator merah fenol dan FeSO4 untuk memperlhatkan pembentukan
H2S yangditunjukan dengan adanya endapan hitam. Konentrasi glukosa adalah 0,1 dari
konsentrasi laktosa aatau sukrosaagar fermentasi glukosa dapatterlihatreaksi dilihat setelah
24-4 8 jam.
Reaksi yang dapat terlihat pada TSIA :
Butt bersifat asam (kuning) Slant bersifat Glukosa difermentasikan
basa (merah)
Pada seluruh media terlihat pembentukan Laktosa atau sukrosa atau keduanya
asam. Seluruh media berwarna kuning. difermentasikan. Pembentukan gas,
Pembentukan gas dibagian butt, media misalnya H2 dan CO2
kadangkala terpecah
Endapan hitam dibagiana butt Pembentukan H2S
Seluruh media berwarna merah, bagian butt Ketiga macam gula tidak difermentasikan
dan slant berwarna merah

9.UJI DEKARBOKSILASE LISIN


Dekarboksilasi merupakan proses penguraian gugus karboksil dari suatu molekul organik.
Proses dekarboksilasi asam amino lazimnya menghasilkan CO2 ; molekul yang telah
didekarboksilasikan digunakan dalam sebagai pemuka dalam sintesis berbagai komponen.
Proses dekarboksilasi asam amino seringkali juga digunakan untuk menetralisasikan
lingkungan asam. Sewaktu proses fermentasi mikroorganisme sering menghasilkan hasil
sampingan yang bersifat asam yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Enzim dekarbiksilasemengenyahakan gugus asam dari gugus asam amino dan
menghasilkan amina yang menyebabkan media pertumbuhan bersifat basa. Proses
dekarboksilasi lisin dapat diketahui dengan menumbuhkan mikroorganisme dalam biakan
yang mengandung lisin. Krbohidrat yang dapat difermentasikan (glukosa) dan indicator pH
untuk melihat perubahan pH. Lazimnya indicator pH yang digunakan adalah brom cresol
purple (BCP). Asam yang dihasilkan dari proses fermentasi glukosa akan menurunkan pH
media biakan dan menyebabkan perubahan warna dari indicator pH.dari ungu menjadi
kuning. Dalam suasana asam ini proses dekarboksilasi lisin dapat berlangsung sehingga
terjadi pembentukan amin yang menetralisasikan suasana asam media pertumbuhan
mikroorganisme. Proses netralisasi asam ini terlihat sebagai perubahan warna dari kuning
menjadi ungu seperti sediakala; perubahan warna menjadi ungu ini menunjukan bahwa lisin
mengalami dekarboksilasi
Uji dekarboksilasilisin merupakan salah satu uji yang digunakan dalam pencirian
mikroorganisme. Terutama yang menempati saluran pencernaan.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Eterobacter aerogenes
Citrobacter freudi
Kaldu dekarboksilase lisin yang mengandung lisin (LDC)
Kaldu dekarboksilase tanpa lisin (LDC)
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Beri tanda pada tabung LDC dan DC dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang
digunakan.
Innokulasi tabung LDC dan DC.
Lapisi media biakan yanh telah diinokulasi dengan 1 ml minyakmineral yang telah
disterilkan. Gunakan ipet pasteur untuk mengalirkan minyak kedalam tabung. Perhatikan
bahwa ujung pipet tidak menyentuh media biakan yang telah diinokulasi.
Inkubasi pada suhu 350C selama 48 jam.
Hari kedua
Perhatikan adanya perubahan warna dalam media biakan. Dekarboksilasi lisin ditunjukan
oleh warna ungu dalam kaldu LDC dan warna kuning tabung DC. Bila tabung LDC
berwarna kuning, maka lisin mungkin tidak dikarboksilasikan. Bila tabung LDC dan DC
berwarna ungu , maka lisin tidak diddkarboksilasikan, karena mikroorganisme ttidak
menghasilkan asam dari fermentasi glukosa enzim dekarboksilase lisin tidak diaktivasikan.
Kadangkala mikroorganisme dapat mereduksikan BCP sehingga terjadi perubahan warna dari
ungu menjdai tidak berwarna. Perubahan warna media ini harus diukur dengan menggunakan
kertas indikator pH.
Laporkan hasil pengujian.
10.UJI IMVIC
Untuk membedakan Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli dilakukan Uji IMVIC yang
terdiri dari uji-uji : Indol-Methyl red-Voges Proskeur-Citrat.
Kedua mikroorganisme tersebut akan memberikan hasil sebagai berikut :
I M Vi C
E. coli + + - -
A. aerogenes - - + +
11.HIDROLISIS GELATIN
Gelatin adalah protein yang diperoleh sewaktu mereus tulang, tulang rawan atau tenunan ikat
hewani lainnya. Protein ini bila didinginkan membentuk gel, mikroorganisme tertentu mampu
menguraikan molekul sehingga asam amino yang dihasilkan dapat digunakn sebagi zat hara.
Hidrolisis gelatin oleh mikroorganisme dikatalisis oeh eksoenzim yang disebut gelatinase.
Gelatin yang telah dicerna tidak mampu membentuk gel dan bersifatcair. Kemampuan untuk
mencernakan gelatin dapat digunakan dalam penirian mikroorgansme. Sebagai
contoh Serratia marcecens dapat dibedakan dari Klebsiella pneumonia atau E. coli
berdasarkan kemampuan mencernakan gelatin untuk mengetahui sifatpatogen galur
mukrooranisme karena sering kali dikaitkan engan produksi enzim untuk menguraikan bahan
pengikat, tenunan untuk memudahkan penyebaran mikroorganisme.
Dalam laboratorium, pencairan gelatin di uji dengan cara menusukkan mikroorganisme yang
akan di uji ke dalam media semi padat yang mengandung nutrient broth dan gelatin. Media ii
di inkubasi dan di amati kemampuan mikroorganisme mencairkan glatin. Pada suhu 350C,
gelatin dapat mencairjika di iokulasi dengan mikroorganime yang mamou maupun yang tidak
mampu mencairkan gelatin. Berdasarkan hal tersebut gelatin harus di masukkan dalam lemari
es selam 30 menit untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme mencairkan gelatin. Bila
mikroorganisme mampumencerna gelatin, maka meia semi padat tetap bersifat cair Setelah
dikeluarkan dari lemari es. Sebaliknya bila mikrooranisme tidak mampu mencerna gelatin
maka media semi padat gelatin membeku kembali setelah dikeluarkan dari lemari es.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escheria coli
Bacillus subtilis
Seratina marcesccens
Media biakan gelatin
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung dengan gelatin dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang diiujikan.
Media diinokulasi dengan cara menusukan mikoorganisme yang diujikan sedalam ¾ bagian
dari lapisan permukaan.
Inkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam.
Hari kedua
Amati petumbuhan dalam media gelatin, kemudian masukkan tabung dalam lemari es selama
30 menit.
Amati pencairan gelatin setelah dikeluarkan dari lemari es. Pancairan gelatin dapat dilihat
dengan memiringkan tabung. Bila gelatin tetap dalam keadaan cair, maka mikroorganisme
mampu mencernakan atau menghidrolisiskan gelatin. Beberapa mikroorganisme mampu
mencernakan gelatin namun memerlukan waktu yang lama. Ini berarti bahwa medium gelatin
harus diinkubasikan kembali selama 1 minggu sebelum dapat dinyatakan bahwa hasil
pengujian bersifat negatif
laporkan hasil pengujian.

12. HIDROLISIS UREA


Beberapa mikroorganisme mampu menhasilkan urease yang menguraikan urea menjadi
ammonium dan CO2.aktifitas enzim urease ini dapat diamati dengan menumbuhkan
mikroorganisme dalam media biakan yang mengandung urea dan indicator pH
(biasanya phenol red).Bila urea dihidrolisiskan,NH4+ terakumulasi dalam media biakan dan
menyebabkan pH media menjadoi basa. Perubahan warna dari merah – jingga menjadi merah
unggu merupalkan petunjuk terjadinya hidrolisis urea.
Urea bersipat labil,sehingga media urea tidak dapat disterilisasikan dengan autoklaf.sterilisasi
dilakukan dengan filtrasi.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Proteus vulgaris
Media biakan agar urea (miring)
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung dengan nama, tanggal dan mikroorganisme yang diuji.
Inokulasi agar miring dengan mikroorganisme.
Inkubasi pada suhu 35 0C selama 48 jam.
Hari kedua
Amati perubahan warna dari merah jingga menjadi merah ungu. Nila perubahan warna sulit
diamati karena pertumbuhan yang subur pada permukaan agar miring, bandingkan bagian
“slant” dengan bagian “butt”.
Laporkan hasil pengujian.
13.PENGGUNAAN SITRAT
Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitra sebagai
satu-satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini dapat digunakan medium sitrat-koser
berupa meium cair atau sitrat-simon berupa medium padat. Yaitu merupakan medium sintetik
dengan na sitrat sebagi satu-satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan brom
thymol blue sebagai indicator pH, sedangkan medium sitrat koser tidak mengandung
indicator. Bila mikroorganisme mampu menggunakan sitra maka asam akan dihilangkan dari
medium biakan sehingga meningkatkan pH dan mengubah warna medium dari hijau menadi
biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukan bahwa mikroorganisme mampu
menggunakan sitrat sebagi sumber karbon. Edangkan padamedium sitrat kser kemampuan
mengguanakan sitrat ditunjukan oleh kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Proteus vulgaris
Pseudomonas aeruginosa
Media biakan Simmons citrate agar
Cara mengerjakan :
Hari pertama
Tandai tabung Simmon’s citrate agar dengan nama, tanggal, dan nama mikroorganisme yang
diuji.
Inokulasi tabung agar dengan inokulum yang tipis.inokulum yang tebal kadangkala
menyebabkan mikroorganisme seakan-akan dapat tumbuh dalam Simmon’s citrate agar,
sehingg hasil pengujian dapat memberikan hasil yang tidak benar.
Inkubasi pada suhu 35 0C selama 48 jam.
Hari kedua
Perhatikan perubahan warna dengan melihat pertumbuhan dan perubahan warna dari hijau ke
biru.
Laporkan hsil pengujian.

BAB IV

MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATE (MIC) Dan


MINIMUM KILLING CONCENTRATE (MKC)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Mikroba


1) Faktor-faktor Fisik
Pengaruh Temperature
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis
mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang
terbatas. Pada umumnya batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara
0oC dan 90oC, sehingga untuk masin -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum,
optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah
dimana kegiatan mikroba asih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling
sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang
masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang
paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yng
mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium pada temperature 60oC;
sebaliknya bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap
hidup setelah dipanasi dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses
sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20
menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam otoklaf.
Mengenai pH medium kenapa berpengaruh terhadap daya tahan mikroba terhadap pemanasan
bahwa sedikit perubahan pH menuju asam atau basa sangat berpengaruh terhadap pemanasan.
Sehubungan dengan hal ini, maka buah-buahan yang masam lebih mudah disterilkan dari
pada sayur mayur atau daging.
Golongan bakteri yang dapat hidup pada batas-batas temperature yang sempit, misalnya
Gonococcus yang hanya dapat hidup pada kisaran 30-40oC. golongan mikroba yang memiliki
batas temperatur minimum dan maksimum tidak telalu besar, disebut stenotermik. Tetapi
Escherichia coli tumbuh pada kisaran temperatur 8-46oC, sehingga beda (rentang) antara
temperatur minimum besar, inilah yang disebut golongan euritermik. Bila mikroba dipiara
dibawah temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum tidak segera mati,
melainkan dalam keadaan dormansi (tidur).
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah
temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15 C. kebanyakan golongan
ini tumbuh d tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum
pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar 55 C. umumnya
hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada
temperatur 40 C atau lebih.
Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperature
tinngi, optimum 55 C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C. golongan ini
terutama terdapat di dalam sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang
bertemperatur lebih tinggi dari 55 C.
Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi protein dan
enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan nilai temperatur yang
melebihi maksimum, mikroba akan mengalami kematian. Titik kematian termal suatu jenis
mikroba (Thermal Death Point) adalah nilai temperatur serendah-rendahnya yang dapat
mematikan jenis mikroba yang berada dalam medium standar selama 10 menit dalam kondisi
tertentu. Laju kematian termal (thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian mikroba akibat
pemberian temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati bersama-sama pada suatu
temperatur tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang lain terhadap
suatu pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian pada suatu
temperatur. Waktu kematian temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan
untuk membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah waktu, temperatur,
kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikrroba, pH dan komposisi medium. Contoh
waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untu bakteri E. coli yaitu dalam jangka
waktu 20-30 menit dan suhu 570C.
Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan
Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi
dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur di
perlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Banyak mikroba yang tahan hidup di dalam
keadaan kering untuk waktu yang lama, seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora,
klamidospora dan kista.
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur
dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat
tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90- 0,999. Mikroba yang
osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii.
Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya
memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya
memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora,
konidia atau dapat membentuk kista.
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri.
Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di
atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam
keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel.
Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang
membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya
bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada
di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa, apabila
bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam
gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih buruk daripada
pengeringan pada suhu titik-beku.
Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum
ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
Pengaruh Perubahan Nilai Osmotik
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila
diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu
pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba
osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil,
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba
halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh
pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada
larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil
adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan
pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya.
Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas
ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya
terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
Kadar Ion Hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi
(medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri
pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya
Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya
Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam
pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media
8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup
pada pH 8,4-9,5.
Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai
berikut :
Ph
Nama Mikroba
Minimum Optimum Maksimum
Escherichia coli 4,4 6,6-7,0 9,0
Proteus vulgaris 4,4 6,6-7,0 8,4
Enterobacter 4,4 6,6-7,0 9,0
aerogenes
Pseudomonas 5,6 6,6-7,0 8,0
aeruginosa
Clostridium 5,0-5,8 6,0-7,6 8,5-9,0
sporogenes
Nitrosomonas spp 7,0-7,6 8,0-8,8 9,4
Nitrobacter spp 6,6 7,6-8,6 10,0
Thiobacillus 1,0 2,0-2,8 4,0-6,0
Thiooxidans
Lactobacillus 4,0-4,6 5,8-6,6 6,8
acidophilus
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama pada
mikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa
Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer untuk
menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan dibasik,
maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik
dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah garam dibasik akan
mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH-.
Tegangan Permukaan
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai
membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel
yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan
mempengaruhi pula permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat
pembasah (surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka
cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya
tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan
pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau
menghentikan pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat
sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport membran sel maupun
mengurangi aktivitas berbagai macam enzim. Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2
menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan
tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi
sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam umumnya adalah
barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri Spirillum.
Pengaruh Sinar
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat
berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang
antara 390 m μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang
lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m μ sampai 300 m μ.
Lampu air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat,
pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat
mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah
yang terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar
ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam
bahan lainya. Suatu kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan
benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh penyinaran. Alangkah baiknya,
jika kertas-kertas pembungkus makanan, ruang-ruang penyimpan daging, ruang-ruang
pertemuan, gedung-gedung bioskop dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu dibersihkan
dengan penyinaran ultra-ungu.
2) Faktor-faktor Kimia
Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah
lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali
digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk
jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan
laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan.
Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni,
efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar
karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.
Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri
gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram negative.
Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada medium
untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan
supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.
Obat Pencuci (Detergen)
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau
dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat
pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun.
Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida.
Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari
suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan
untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan
persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai
larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida
makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoran-
restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia.
Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat
ini, jika tidak aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat
menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu
terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai
pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari
darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara
di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam
medium tersebut, bakteri dapat tumbuh biasa. Berikut ialah rumus bangun sulfonamide dan
asam-p-aminobenzoat.
Antibiotik
Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh jamur
Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943
antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan
sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya
ratusan. Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin,
eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-
akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal
sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara
sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur,
melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis,
basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif
bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum
luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik
yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas terutama jenis kokus,
oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi
kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai
spektrum luas. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka
perlulah terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu.
Garam – Garam Logam
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja
dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
dipertunjukkan dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-alat yang terbuat
dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia
lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. ONa HgOH
SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen mertiolat
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji –
bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak
digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk
mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan persenyawaan perak dengan
protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan
untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di kolam-kolam
renang.
3) Faktor-faktor Biologi
Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini
dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam
mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi
antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous),
dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah.
Netralisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku,
atau fase istirahat (spora, kista).
Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi
populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
- Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat digunakan
oleh Legionella pneumophila.
- Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic Methanobacterium.
Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat
melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2
populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme
sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara
alami.
Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung
dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis
bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat
digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp.
yang hidup pada bintil akar tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes
(Lichens), yang merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae
(phycobiont) sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan
senyawa organik. Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi
memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral serta membentuk
faktor tumbuh untuk algae.
Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa
ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2
populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan
nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan
Paramaecium aurelia.
Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan,
pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk
melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa
asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol
menjadi asam asetat. Thiobacillus thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam
tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan
ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain
dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat
spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme
memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama.
Contohnya adalah bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma
sp. memparasit jamur Agaricus sp.
Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan
mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan
prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan
bakteri (prey).

BAB V

OLIGODINAMIK

A.Pengertian dan Jenis Disinfektan


Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme
(microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic).
Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah.
Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan
efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Konsentrasi
Waktu terpapar
Jenis mikroba
Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat mikroba hidup
Beberapa jenis disinfektan diantaranya adalah:
v
Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram
Cara kerja :
Inokulasikan E. coli dan Bacillus sp. Pada NA cawan sengan streak kontinyu.
Kertas cakram steril dicelupkan ke dalam larutan disinfektan (alkohol 70%,
LysoI 5%, betadin, dan hipoklorit 5%). Setelah diangkat, sisa tetes larutan yang
berlebihan pada kertas cakram diulaskan pada dinding wadah karena
dikhawatirkan larutan akan meluas di permukaan agar jika larutan terlalu
banyak.
Kertas cakram diletakkan dipermukaan agar dengan pinset. Tekan dengan
pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.
Inkubasi selama 48 jam pada 37 0C.
Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya kerja
berbagai disinfektan.
Pengujian pengaruh daya oligodinamik
Logam-logam berat seperti Hg, Cu, Ag dan Pb bersifat racun terhadap sel
meskipun hanya dalam kadar rendah. Logam mengalami ionisasi dan ion-ion tersebut
bereaksi dengan bagian sulfihidril pada protein sel sehingga menyebabkan
denaturasi. Daya hambat atau mematikan dari logam dengan konsentrasi yang rendah
disebut daya oligodinamik.
Cara Kerja :
1.Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. pada cawan NA dengan streak kontinyu
2.Letakan koin tembaga dan seng ke dalam cawan dengan pinset
3.Inkubasi 370C selama 48 jam
4.Hitung zona hambat yang terbentuk dengan mengukur diameter daerah yang
jernih atau tidak ada pertumbuhan
B.Pengertian dan Jenis Antibiotik

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis


yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam.
Antibiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal antibiotik
macrolide, antimikroba peptida. Adapun penamaannya biasanya berdasarkan gugus
kimiawinya ataupun mikroorganisma produsernya, misalnya:
v ragam antibakteria:
- Penicillin dan cephalosporin
-Erythromycine
- Sulfa drugs
- Trimethoprim dan sulfamethoxazole
- Polymyxin B
- Quinolone
- Tetracycline
v Antifungi :
- Nystatin
- Azoles
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
v Menghambat dsintesis dinding sel
v Merusak permeabilitas membran sel.
v Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)
v Menghambat sintesis protein (proses translasi).
v Menghambat replikasi DNA.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-
Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah
bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.
Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
- Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik.
- pH medium.
Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer :
1. Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekan kapas ke sisi
tabung agar air tiris
2. Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secara merata.
3. Biarkan cawan selama 5 menit.
4. Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu.
4. Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram pada
permukaan agar.
5. Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di
permukaan agar.
6. Inkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48 jam.
7. Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel.
sensitivitas antibiotik.
Cara menginterpretasikan :
Ukur diameter zona hambat (zona jernih)
Misal didapatkan zona hambat suatu bakteri berdiameter 26 mm untuk Eryhtromycin.
Maka interpretasinya adalah bakteri tersebut peka terhadap antibiotik Eryhtromycin.
Resistent : tahan
Intermediate : medium
Susceptible : peka
BAB V1

POTENSI ANTIBIOTIK

Bakteri, dari kata lain bacterium adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka
sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel
yang relative sederhana tanpa nucleus/inti sel, cytoskeleton, dan organelle lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai
prokaryota, karena bakteri merupakan prokaryota, untuk membedakan mereka dengan
organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukaryota. Istilah “bakteri” telah
diterapkan untuk semua prokaryota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada
gagasan mengenai hubungan mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada
dimana-mana) di tanah, air dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen
merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5µm,
meski sebuah jenis dapat menjangkau 0.3 mm dalam diameter (Thiomargarita) mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi yang
sangat berbeda (peptidoglycan). Banyak yang bergerak menggunakan flagella, yang berbeda
dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.Mikroorganisme, khususnya bakteri lebih kita
kenal sebagai kuman penyebab penyakit. Sejak lama manusia mencoba berbagai cara untuk
menanganinya. Mulai dari cara pengobatan dengan desinfektan dan antibiotik, sampai pada
pemanfaatan makanan.
ANTIBIOTIK
Penemuan Alexander Fleming berupa antibiotik penisilin merupakan tonggak awal
perlawanan terhadap bakteri. Penggunaan antibiotik sampai sekarang merupakan cara yang
paling efektif untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri. Apabila diberi
sesuai dosis yang diperlukan, daya kerjanya tidak hanya dapat menghentikan daya tumbuh
bakteri, melainkan juga membasminya hingga tuntas.
Pada perkembangan selanjutnya penggunaan antibiotik ternyata memiliki dampak negatif
yang menghawatirkan. Penggunaan secara berlebihan yang tidak disrtai dengan ketepatan
dalam pemberian resep, serta kesalahan pola pemakaian pada penderita penyakit telah
menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang bersangkutan. Jika hal ini tidak
segera diatasi, alih-alih menyembuhkan penyakit, antibiotik justru membuat kuman penyakit
menjadi lebih kuat.
Pemberian antibiotik secara tidak tepat juga dapat menyebabkan efek samping secara
langsung berupa kerusakan pada organ yang bisa menyebabkan kematian. Selain itu, bahan
yang diberikan secara berlebihan juga dapat membunuh bakteri-bakteri baik yang diperlukan
tubuh.
2.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adlah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik
adlah salah satu ”Antimikroba”, yaitu kelompok obat yang mencakup antivirus, antijamur,
dan antiparasit. Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia, sehingga dapat
digunakan sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya hanya digunakan untuk formulasi
yang diperoleh dari makhluk hidup, tetapi sekarang antimikrobial buatan juga termasuk
didalamnya, seperti sulfonamida.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti striknin,
antibiotik dijuluki ”peluru ajaib”: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya., dan
individu antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri.
Ada antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang
sprektumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersrbut. Antibiotik yang dimakan adalah pendekatan yang mudah
jika efektif, dan antibiotikmelalui infus digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik
kadang kala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Antibiotik adalah segala macam bahan yang dihasilkan dan dikeluarkan suatu
mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Bahannya
merupakan racun spesifik yang dapat membunuh organisme saingan tanpa merusak sel-sel
hidup disekitarnya. Masing-masing tipe antibiotik memberikan efek yang berbeda tarhadap
bermacam jenis bakteri. Beberapa antibiotik membunuh bakteri dengan menghambat
kemampuannya dalam mengubah glukosa menjadi energi, atau menghilangkan kemampuan
bakteri untuk membentuk dinding sel. Apabila hal ini terjadi, maka bakteri tersebut tidak
akan dapat berkembang biak dan kemudian mati.
Sebagian besar bahan antibiotik adalah produk alami. Meskipun antibiotik awal yaitu
penisilin dihasilkan dari sejenis jamur, sekira 90% dari antibiotik yang digunakan sekarang
diisolasi dari bakteri. Beberapa jenis dihasilkan dari bahan sintesis yang dibuat dengan teknik
rekayasa dilaboratorium.
Selain penisilin dan turunannya, terdapat juga jenis-jenis antibiotik lain seperti streptomisin,
tetrasiklin, dan lain-lain. Jenis yang paling banyak diresepkan dokter sekarang ini adalah jenis
antibiotik Beta-laktam. Antibiotik ini dipilih karena tingkat selektivitasnya tinggi, mudah
didapat, dengan analog sintesis yang tersedia dalam jumlah yang banyak.
Antibiotik adalah kelas obat-obatan yang digunakan dalam mengobati penyakit berjangkit
yang disebabkan oleh kuman bacteria. Antibiotik bertindak dengan cara membunuh bacteria
(Bakterisida) atau merencat pertumbuhan bacteria (Bakteriostatik) bagi membolehkan system
ketahanan tubuh memusnahkannya.
Penemuan dan penciptaan antibiotik bermula pada tahun 1935 dianggap sebagai obat ajaib
karena dapat membunuh bacteria dan seterusnya menyelamatkan penduduk dunia daripada
kesengsaraan.
Hasil penemuan ini didapati berupaya mengurangkan kematian manusia akibat jangkitan
penyakit yang pada abad 18 hingga 20 apabila seluruh dunia mengalami masalah penyakit
berjangkit yang serius seperti penyakit kelamin, pneumonia, cirit-birit, meningitis, wabak
bubonik , batuk kering, demam kuning, tifus dan taun yang telah membunuh jutaan manusia.
Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang
didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh
bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi
tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik
intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih
serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes
mata dan tetes telinga.
Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Teknik khusus
seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.
Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya
tidak. Teknik kultur bakteri juga dapat dilakukan dengan cara menganbil bakteri dari infeksi
pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara ini bakteri tumbuh dan penampakannya
dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensivitas antibiotik
juga dapat diuji.
Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar,
seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu
antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan
obat lain. Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada
akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.
Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah
interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh:
Biaxin ( klaritomisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur
(teofin, obat asma). Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan
yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun
sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik
seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila pemakaian antibiotik terhenti
ditengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri
resistan terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri
yang resistan berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.
2.2 JENIS-JENIS ANTIBIOTIK
1.Penisilin
Antibiotik moderen yang pertama, dan yang masih tergolong diantara yang masih bermanfaat
serta yang paling luas penggunaanya , ialah penisilin. Penisilin merupakan suatu kelompok
persenyawaan dengan struktur yang sekerabat dan sifat-sifat serta aktifitas yang agak berbeda
. semua penisilin mempunyai inti yang sama yaitu cincin β-laktam-thiazolidin: yang justru
memberikan sifat unik pada masing-masing penisilin ialah rantai sampingnyayang berbeda-
beda. Secara kimiawi penisilin di golongkan kedalam antibiotik β-laktam.
Cara kerja:Penisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan cara mencegah
digabungkannya asam N-assetilmuramat, yang dibentuk dalam sel bakteri. Mekanisme kerja
ini konsisten dengan kenyataan bahwa penisilin hanya bekerja pada bakteri yang sedang
tumbuh dengan aktif. Sel-sel bakteri yang ditumbuhkan dengan adanya antibiotik ini akan
menjadi luar biasa besar ukurannya serta memiliki bentuk yang tak umum. Basilus yang
dikenai penisilin membentuk tonjolan-tonjolan pada dinding selnya sehingga sitoplasma
mengalir kedalamnya. Sel kehilangan sitoplasmanya karena lisis dan tertinggalah membran
sitoplasma yang kosong sebagai ”hantu”.
2.Sefalosforin
Sefalosforin merupakan sekelompok antibiotik yang dihasilkan oleh suatu spesies cendawan
laut, Chefalosforium acremonium. Kelompok kimiawinya sama seperti penisilin, yaitu β-
laktam. Sejumlah besar sefalosforium semi sintetis sudah dapat dibuat dan beberapa
diantaranya bernilai kemoterapeutik. Aktif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram
negatif. Tidak dirusak oleh penisilinase, dam beberapa diantaranya stabil pada pH asam.
Cara kerja : seperti halnya penisilin sefalosforin juga melancarkan fek antibakterialnya
dengan cara menghambat sintetis tinggi sel bakteri. Sefalosforin bersifat baktrisid.
Streptomisin
Streptomisin dihasilkan oleh streptomyces griceus, suatu bakteri tanah yang diisolasi oleh
Waksman dan rekan-rekannya, yang melaporkan aktifitas antibiotik pada tahun 1994. Yang
terutama penting ialah penemuan mengenai aktifitas terhadap bacilus TBC, streptomisin
kemudian menjadi antibiotik utama untuk kemoterapi tuberculosis. Streptomisin efektif untuk
banyak bakteri gram positf dan gram negatif.
3.Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G.
4.Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misalnya rifampicin,actinomycin D, nalidixic acid.
5.Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline,
misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin,tetracycline, oxytetracyclin
e;
6.Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin.
7.Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin,tunicamycin; dan
8.Antimetabolit, misalnya azaserine.
2.3 MEKANISME RESISTENSI MIKROBA
Mekanisme terjadinya resistensi terhadap senyawa antimikroba antara lain :
1)Mikroba mensintesis ensim yang dapat mengubah zat aktif menjadi tidak aktif.
2)Terjadinya perubahan pada tempt yang peka terhadap anti mikroba.
3)Hilangnya permeabilitas sel terhadap antimikroba.
4)Meningkatnya konsentrasi metabolit yang antagonis kompetitif dengan penghambat.
5)Mikroba membuat jalan metabolisme baru.
Contoh resistensi yang terjadi akibat mikroba mensintesis ensim yaitu resistensi mikroba
terhadap penisilin.Organisme tersebut menghasilkan ensim penisilinase yang mampu
memecah cincin beta-laktam penisilin menjadi penicilloic acid yang tidak aktif. Demikian
pula sefalosporin juga didegradasi oleh beta-laktamase. Banyak bakteri
yang mampu memproduksi beta laktamase, meliputi bakteri gram positip dan negativ.
Ensim ini mempunyai peranan besardalam menyebabkan resistensi bakteri gram positif
terhadap penisilin dan sefalosporin.Fisiologi produksi beta-laktamase kebanyakan bakteri
gram negatif berbeda dari bakteri gram positif.Bakteri gram negatif umumnya menghaslkan
beta-laktamase lebih sedikit dibanding gram positif dalam keadaan diinduksi,
kecuali Enterobacter dan Proteus yang mempunyai beta laktamase inducible sehingga dapat
memproduksi ensim cukup banyak. Pada gram negatif umumnya ensim ini terikat sel dan
tidak dilepas ke lingkungan sekitarnya. Pada organisme gram positif, beta laktamase
merupakan ensim inducible. Dengan adanya penisilin atau sefalosporin,
produksinya meningkat. Biasanya pada bakteri gram positif, ensim ini dilepas dari sel dan
merusak antibiotik yang ada di sekitarnya. Saat ini telah banyak dikembangkan derivat
penisilin yang mempunyai rantai samping berbeda dan mampu menghambat pertumbuhan
bakteri penghasil beta laktamase yang resisten ter-hadap benzil penisilin, misalnya
methicillin dan carbenicillin. Terhadap S.aureus yang tidak memproduksi beta
laktamase, methicillin kurang aktif dibanding benzil penisilin, tetapi aktif terhadap penghasil
beta laktamase. Oleh karena itu antibiotik ini berguna melawan infeksi yangdisebabkan
bakteri gram positip.
Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 1992 48
Carbenicillin sedikit aktif terhadap bakteri gram positip, aktivitasnya meningkat terhadap
gram negatif, terutama berguna melawan Pseudomonas. Resistensi beberapa strain bakteri
gram positip dan negatip terhadap kloramphenikol juga terjadi, karena asetilasi menjadi
senyawa tidak aktif. Strainresisten ini memproduksi kloram-phenikol asetiltransferase yang
merupakan ensim inducible pada S.aureus. Resistensi beberapa bakteri gram negatip terhadap
berbagai aminoglikosida juga karena inaktivasi secara ensimatis yaitu fosforilasi, adenilasi
dan asetilasi. Fosforilasi terjadi pada streptomisin oleh ensim streptomisin phospotransferase.
Ensim ini hanya bekerja pada streptomisin. Neomisin, kanamisin dan paromomisin
mengalami phosporilasi dengan adanya ensim
neomisin-kanamisin phospotransferase. Adenilasi juga dapat erjadi pada streptomisin,
menjadi derivat adenil oleh ensim streptomisin-spektinomisin adeniltransferase. Ensim
gentamisin adeniltransferase dapat merubah gentamisin c, kanamisin dan tobramisin menjadi
derivat adenil.Asetilasi, misalnya ensim kanamisin asetiltransferase mengasetilasi kanamisin,
juga neo-misin, gentamisin atau aminoglikosida lain.
Perubahan pada tempat yang peka terhadap antimikroba, juga dapat menyebabkan resistensi
mikroba. Contoh mekanisme ini yaitu hilangnya kepekaan ribosom terhadap streptomisin.
Disini terjadi perubahan komponen ribosom subunit 30 s, sehingga streptomisin tidak dapat
berikatan dalam waktu lama dan akibat-nya antibiotik ini tidak dapat mempengaruhi
biosintesis protein. Padahal kegiatan antibiotik ini mempengaruhi biosintesis pro-tein pada
sel yang peka. Contoh lain yaitu resistensi terhadap eritromisin yang terjadi karenaperubahan
protein ribosom subunit 50 s padaS. aureus. Hilangnya permeabilitas sel terhadap antibiotik,
diduga juga merupakan salah saw cara terbentuknya mikroba resisten. Jika sel menjadi
tidakpermeabel, makaantibiotik tidakdapatmenem-bus ke dalam set. Untuk itu perlu tipe
antibiotik bar’ yang dapat mempenetrasi sel dengan cara lain misalnya dengan difusi.
Permeabilitas sel berubah karena beberapa hal antara lain sintesis barter permeabilitas dan
perubahan mekanisme transport. Bakteri gram negatif relatip lebih resisten dibandingkan
gram positif terhadap antibiotik tertentu, mungkin disebabkan oleh barier permeabilitas yaitu
adanya lapisan lipoprotein dan lipo-
polisakarida pada gram negatip. Sebagai contoh, mutan E. coil telah meningkatkan
resistensinya terhadap ampisilin dan berkait-an dengan perubahan polisakarida. Beberapa
pneumokoki resisten terhadap streptomisin dan eritromisin mungkin juga karena
mengembangkan barier permeabilitasnya.Perubahan mekanisme transport antibiotikmungkin
juga menyebabkan hitangnya permeabilitas sel terhadap antibiotik. Antibiotik memasuki sel
dengan mekanisme transport spesifik. Pada beberapa set resisten, antimilroba gagal
memasuki sel karena ada perubahan beberapa komponen yang menyebabkan hilangnya
fungsi transport. Misalnya pada mutan E. coil yang resisten terhadap D-sikloserin; path sel
yang peka, akumulasi antibiotik ini terjadi dengan sistem transport yang secara normal
membawa D-alanin atau glisin. Pada mutan, fungsi transport ini berkurang dan resistensi
terhadap sikloserin meningkat. Resistensi dapat terjadi dengan cara meningkatkan sintesis
metabolis yang antagonis kompetitip terhadap antimikroba. Bila senyawa antimikroba
menghambat pertumbuhan dengan cara antagonis kompetitip terhadapmetabolit normal,
makaresistensiterhadap antimikroba ini mungkin karena meningkatnya produksi metabolit
tersebut. Secara kompetitip antimikroba di-
gantikan dari tempat ikatannya. Sebagai contoh mutan resisten terhadap sulphonamid. Pada
sel ini konsentrasi para aminobenzoic acid lebih tinggi daripada sel yang peka terhadap
sulphonamid. Dengan cara ini mikroorganisme resisten dapat mempertahankan
metabolismenya bagi kelangsungan hidupnya. Di samping itu, dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, mikroba dapat membuat jalan metabolisme baru atau lain, untuk
menghindari penghambatan antimikroba terhadap jalan metabolisme yang normal, misalnya
reaksi barn pada meta-bolisme nukleotida purin dan pirimidin. Reaksi ini terjadi karena
mikroorganisme tersebut menghindari metabolisme normal yang dihambat oleh antimikroba.
Sebagai contoh mutan E. coli resisten dapat membentuk jalan metabolisme baru dalam
mensintesis THFA (asam tetrahidrofolat) karena adanya sulfatiazol. Telah banyak diketahui
banyak cara mikroorganisme mela-wan efek toksik substansi penghambat pertumbuhan,
dengan perubahan genetika dan biokimia. Selain perubahan tersebut, mekanisme resistensi
terhadap antimikroba mungkin telah berkembang sebelum zat ini digunakan oleh manusia di
bidang medis, veteriner atau pertanian. Jadi ada perbedaan antara resis-tensi bakteri yang
diperoleh sesudah penggunaan antimikroba (acquired) dan mikroba yang secara alamiah
sudah resisten se-belum antimikroba tersebut digunakan (inherent). Sebagai con-toh bakteri
gram negatipPseudomonas aeruginosa; ia secara alami relatip lebih resisten terhadap
kebanyakan antibiotik. Resistensi inheren bakteri ini mungkin berkaitan dengan
impemeabilitas lapisan luarsel terhadapantimikroba, sehinggamampu mencegah tercapainya
konsentrasi penghambatan di dalam sel. Fleksibilitas. dan kemampuan populasi bakteri
beradaptasi terhadap toksisitas antimikroba dapat menimbulkan masalah resistensi. Bila
antimikroba barn digunakan melawan bakteri penyebab infeksi yang tidak memperlihatkan
resistensi inheren,maka setelah beberapa tahun penggunaan, bakteri tersebut mungkin
menjadi resisten atau memerlukan konsentrasi lebih besar untuk membinasakannya. Namun
resistensi acquired kadang-kadang tidak muncul; misalnyaStreptococcus haemolyticus
masih peka terhadap benzil penisilin sesudah penggunaan 30 tahun. Resistensi munculnya
kadang-kadang sangat lambat. Memang munculnya organisme resisten dan laju
penyebarannya biasanya sukar diramal.

2.4 EFEK SAMPING


Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik
juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek
samping ini. Efek samping yang umum adalah sakit kepala ringan, diare ringan dan mual.
Dokter perlu diberi tahu bila terjadi efek samping seprti muntah, diare hebat dan kejang perut,
reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir,
muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, gatal dan bilur merah pada
vagina.

BAB VII

ANTIMIKROBIAL

Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan ( Kemoterapeutik ) menjadi pilihan bila
dapat mematikan bukan hanya menghambat pertumbuhan mikroorganeisme. BAhan kimia
yang mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat
pertumbuhan bakteri disebut bakteriosidal. Bahan antimicrobial dapat bersifat bakteriostatik
pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal dalam konsentrasi tinggi.
Bahan kemoterapeutik yang baik mempunyai daya yang mematikan mikroorganisme, namun
tidak menyebabkan keracunan pada induk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme yaitu :
Kepekaan populasi mikroorganisme
Kepekaan terhadap antimicrobial
Volume bahan yang disterilkan
Lamanya bahan antimicrobial diaplikasikan terhadap mikroorganisme
Konsentrasi bahan antimicrobial
Suhu dan kandungan bahan organic
( Bibiana, 1995.hal.67-68 )
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisika dan kimia.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan pembasmian atau pembunuhan dan penghambatan
mikroorganisme. Dapat menghambat bila pada konsentrasi rendah dan dapat mematikan bila
konsentrasi tinggi.
2.1 Pengertian antimicrobial
Menurut pelezar dan chan ( 1998 ), zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
metabolism melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. ( Boyd and Marr.1980:Pelezar,1998
)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih zat antimicrobial kimiawi adalah :
Jenis zat dan mikroorganisme
Zat antimicrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya karena
memiliki kerentetan yang berbeda-beda
Konsentrasi dan antensitas zat antimicrobial
Semakin tinngi zat antimicrobial yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya
kemampuan dalam mengendalikan mikroorganisme.
Jumlah Organisme
Semakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka semakin lama waktu
yang diperlukan untuk mengendalikannya.
Suhu
Suhu yang optimal dapat menaikan efektifitas zat antimicrobial.
Bahan Organik
Bahan organic dapat menurunkan efektifitas zat antimicrobial dengan cara menginaktifkan
bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme. Hal ini karena penggabungan zat dan bahan
organic asing membentuk zat antimicrobial yang berupa endapan sehingga zat antimicrobial
tidak lagi mengikat mikroorganisme. Akumulasi bahan organic terjadi pada permukaan sel
mikroorganisme sehingga menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara zat
antimicrobial dengan mikroorganisme lain.
(Pelezar,1998)
Contohnya protein akan mengurangi daya kerja desinfektan, sedangkan panas akan
mempercepat daya kerjanya.
Untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat
digunakan cakram kertas.Caranya:
Cakram kertas dengan diameter tertentu dibasahi dengan desinfektan.
Letakan cakram kertas tadi pada lempengan agar yang telah diinokulasi.
Lempengan agar ini kemudian diinkubasi selama 2×24 jam.
Jika desinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka terlihat daerah atau zona bening
atau jernih atau babas mikroba disekeliling cakram kertas. Luas daerah jernih inilah yang
menjadi ukuran kekuatan daya kerja desinfektan.

2.2 Pengertian Antibiotik


Antibiotik adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik
adalah salah satu kelas “ Antimikrobial ” , yaitu kelompok obat yangmencangkup termasuk
obat antivirus,anti jamur, dan antiparasi. Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh
manusia, sehingga dapat digunakan sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya hanya
digunakan untuk formulasi yang diperoleh dari makhluk hidup, tetapi sekarang antimikroba
buatan juga termasuk didalamnya, seperti sulfonamide.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya yang menggunakan racun seperti Striknin,
antibiotic dijuluki “ Peluru Ajaib “ obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau non bakteri lainnya.
2.3 Bahan-bahan yang termasuk Antimikrobial
Buah Paria
Buah paria atau pare ( Momordica Chordatia ) berbentuk lonjok seperti mentimun yang
dipenuhi “ kutil “ ( bergelombang ). Rasanya pahit dan setelah dimasak buahnya menjadi
manis, tapi sayang sudah tak dapat dimasak lagi karena empuk. Meskipun paria banyak
disenangi banyak orang, paria dapat memperlancar peredaran darah. Buah paria dapat
mengobati cacing kremi dan juga obat demam.
Daun Edi
Kata orang-orang dahulu dapat mengobati gatal-gatal.
2.4 Oligodinamik
Beberapa logam berat pada konsentrasi rendah memiliki kemampuan untuk mematikan
bakteri. Kemampuan ini disebut daya oligodinamik. Oligodinamik adalah logam-logam yang
memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri. Pengikatan
logam berat oleh sel bakteri disebabkan oleh afinitas protein yang tinggi, pengaruh akumulasi
ion logam menyebabkan kematian sel bakteri.
Contoh oligodinamik yaitu :
Logam-logam alkali
Alkali tanah
Mangan

BAB VIII

KOEFISIEN FENOL
Keampuhan bahan antimkrobial sering kali dibandingkan dengan fenol. Fenol sering
digunakan untuk mematikan mikroorganisme. Koefisien fenol adalah bilangan pecahan yang
menunujukkan perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis
bakteri yang sama dan waktu kontak yang sama.
Koefisien fenol kurang dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut kurang efektif
disbanding fenol. Koefisien lebih dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut lebih
efektif daripada fenol. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam,sedangkan untuk
mata tidak mungkin selama itu.Oleh karena itu ,digunakan waktu tertentu dengan metode
kontak secara konvensional,waktu nyang paling cepatn adalah 2,5 menit paling lama 15
menit.Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak lebih dari 5%.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari sample yang
mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak mematikanya dalam 5
menit(misalnya pada pengenceran 1:350) terhadap pengenceran tertinggi fenol yang
mematikan dalam waktu 10 menit tetapi tidak mematikan dalam waktu 5 menit (misalnya
1:90).Koefisien dari bahan antimicrobial tersebut adalah 350:90=3,9.
2.1 Mikroba Uji
Untuk penentuan koefisien fenol dapat digunakan berbagai bacteria seperti :
Salmonella typhi
Untuk Salmonella typhi, stok biakan dilakukan dalam NA miring, transfer 1 bulan sekali,
inkubasi 2 hari pada 37 C kemudian disimpan pada suhu 2-5 C. Bila akan digunakan, harus
dilakukan inokulasi dalam Nutrient Broth, inkubasi dalam 22-26 jam pada suhu 37 C dan
ditransfer harian 4 hari berturut-turut, tetapi tidak lebih dari 30 kali.
Psedomonas aeruginosa
Untuk Psedomonas aeruginosa transfer harian tidak lebih dari 25 kali. Untuk penetapan (tes)
digunakan biakan dalam Nutrient Broth hasil inkubasi 22-26 jam pada suhu 37 C.
Staphilococus aureus
2.2 Ciri-ciri desinfektan yang ideal adalah :
Aktivitas antimicrobial pada konsentrasi rendah, harus mempunyai aktivitas spektrum luas.
Pelarutan harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan untuk
dapat digunakan secara efektif.
Stabilitas, perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa hari harus
seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobanya secara nyata.
Tidak bersifat racun.
Homogen.
Tidak tergabung dengan bahan organic.
Aktifitas antimicrobial pada suhu kamar.
Tidak menimbulkan karat dan warna.
Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Memiliki kemampuan sebagai deterjen dari pembersih.
Tersedia dalam jumlah yang besar dan harga yang pantas.
(Pelezar,1998)
2.3 Kelompok-kelompok utama bahan antimicrobial kimiawi adalah :
Fenol dan persenyawaan fenolat
Alkohol
Halogen
Logam berat dan persenyawaannya
Detergen
Aldehid
Kemosterilisator gas
2.3.1 Fenol dan persenyawaan fenolat
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya untuk Lister sekitar tahun
1860-an di dalam pekerjaannnya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptic,
telah lama merupakan standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi
aktivitas bakterisidalnya. Pada masa kini telah tersedia banyak desinfektan lain yang jauh
lebih efektif dan aktif pada konsentrasi yang lebih rendah. Persenyawaan-persenyawaan ini
boleh jadi bekerja terutama dengan cara mendenaturasikan protein sel dan merusak
membrane sel. Kresol beberapa kali lebih germisidal dibandinngkan dengan fenol;o-
fenilfenol dan persenyawaan-persenyawaan fenolat lain dengan derajat substitusi yang tinggi
ternyata lebih efektif pada pengenceran yang tinggi.
Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik bergantung kepada
konsenntrasi yang digunakan. Spora bakteri dan virus lebih resisten terhadap persenyawaan
tersebut dibandingkan dengan sel vegetative bakteri. Beberapa persenyawan fenolat bersifat
sangat fungsidal. pH alkalin dan bahan organic dapat mengurangi aktivitas antimicrobial
fenolat. Suhu rendah dan sabun juga akan mengurangi aktivitas antimicrobial fenolat.
Senyawa-senyawa fenolat merupakan salah satu desinfektan permukaan yang terbaik bagi
benda-benda mati.
2.3.2 Persenyawaan alcohol
Etil alcohol dengan konsentrasi 50-70 % efektif terhadap mikroorganisme vegetative atau
yang tidak membentuk spora. Etil alcohol mempunyai aktivitas sporisidal yang rendah. Di
dalam bukunya Disinfection and Sterilitation, G.Sykes mencatat bahwa spora antraks dapat
bertahan didalam alcohol selama 20 tahun sedangkan spora Bacillus Subtilis selama 9 tahun.
Metil alcohol kurang bakterisida dibandingkan dengan etil alkohol. Senyawa ini sangat
beracun, bahkan uap dari persenyawaan ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada
mata, sehingga pada umumnya tidak digunakan sebagai desinfektan. Alkohol dengan rantai
karbon lebih panjang seperti propel, buthil, amil,dll bersifat germisidal. Tetapi alcohol yang
berat molekulnya lebih tinggi daripada propel alcohol tidak bercampur sempurna dengan air,
sehingga tidak umum digunakan sebagai desinfektan. Propil dan isopropyl alcohol dengan
konsentrasi yang berkisar antara 40-80% berguna sebagai desinfektan kulit. Beberapa zat lain
seperti iodium dan gliserol telah dicampur dengan alcohol, beberapa diantaranya mempunyai
efesiensi antibacterial yang lebih baik.
Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroba pada kulit dan untuk desinfektan
thermometer oral. Alkohol dengan konsentrasi diatas 60% efektif terhadap virus, tetapi
keefektifannya sangat terpengaruhi oleh jumlah bahan protein asin didalam campuran.
Protein asin itu bereaksi dengan alcohol. Disamping itu alcohol juga merupakan pelarut lipid
sehingga dapat merusak membrane sel.
2.3.3 Halogen serta persenyawaannya
Keluarga halogen beranggotakan unsure-unsur flor,clor,brom dan iodium ialah yang paling
luas penggunaannya sebagai zat antimicrobial.
Iodium.
Zat ini merupakan salah satu bahan germisidal yang paling tua serta paling efektif, iodium
telah digunakan lebih dari 1 abad karena telah tercatat dalam united stated pharmacopeia
sejak tahun 1830. Kelarutan iodium murni dalam air kecil sekali tetapi zat ini akan segera
larut dalam alcohol dan larutan kalium atau natrium iodide. Secara tradisional, iodium
digunakan sebagai bahan germisidal dalam bentuk yang dikenal sebagai iodium tinktur yang
merupakan campuran 2% iodium dan 2% natrium iodine didalam 50% alcohol. Iodium juga
digunakan dalam bentuk iodoform, yaitu campuran iodium dengan zat aktif permukaan yang
bekerja sebagai pembawa dan pelarut iodium.
Iodium merupakan zat yang sangat efektif dan unik yaitu efektif terhadap segala macam
bakteri, spora, cendawan dan virus larutan iodium terutama digunakan untuk
mengidentifikasi kulit, khususnya sebagai desinfektan kulit sebelum oprasi.
Clor dan persenyawaannya
Clor sebagai gas ataupun dalam kombinasi kimiawi merupakan salah satu desinfektan yang
paling luas penggunaannya. Gas yang dimampatkan dalam bentuk cair digunakan hamper
secara universal untuk memurnikan cadangan air kotamadya.
Gas clor ditangani lagi berbahaya kecuali bila ada peralatan khusus untuk menyalurkannya.
Tersedia banyak persenyawaan clor lebih mudah digunakan daripada gas clor dan bila
digunakan dengan baik, sama efektifnya sebagai desinfektan.
2.3.4 Logam Berat serta persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik dalam bentuk unsure maupun bentuk persenyawaannya
bersifat merugikan bagi mikroorganisme. Yang paling efektif ialah Merkuri, Perak, Tembaga.
Persenyawaan logam berat banyak sekali memiliki aktivitas germisidal atau antiseptic.
Persenyawaan logam berat antimicrobial yang paling penting adalah yang mengandung
Merkuri, Perak dan Tembaga.
Salah satu cara kerja logam berat dan persenyawaannya ialah mendenaturasikan protein.
Dalam hal Merkuri klorid, penghambatan diarahkan pada enzim-enzim yang mengandung
gugusan sulfihidril.
2.3.5 Detergen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama digunakan untuk
membersihkan permukaan benda disebut detergen. Salah satu contohnya ialah sabun tetapi
sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah. Sehingga mengembangkan pembersih
baru seperti surfaktan atau detergen sintesis.
Beberapa jenis sabun dan detergen bersifat bakterisidal.
Secara kimiawi, detergen diklasifikasikan sbb :
Detergen anionic yaitu detergen yang berionisasi dan sifat detergennya terletak pada anion
Detergen kationik yaitu detergen yang berionisasi dan sifat detergennya terletak pada kation
2.3.6 Aldehid
Blutaraldehid dan Formaldehid merupakan dua persenyawaan aldehid yang mempunyai
berbagai penerapan untuk mengendalikan populasi mikroorganisme.
Larutan Blutaraldehid 2% memperlihatkan aktivitas antimicrobial berspektrum luas.
Digunakan untuk mensterilkan peralatan eurologis, alat-alat berlensa dan perlengkapan
medis yang lain. Formaldehid berbentuk gas yang stabil hanya pada konsentrasi tinggi dan
suhu yang tinggi pula. Formaldehid juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama
formalin, yang mengandung 37-40% Formaldehid. Ciri buruk Formaldehid ialah
menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya berbahaya.
2.3.7 Kemolistrelisator gas
Pada masa kini dengan berbagai macam produk yang dibuat dari bahan yang tidak dapat
disterilkan dengan suhu tinggi atau kemosterilisator cairan. Sterilisasi kimiawi dengan
menggunakan gas merupakan cara yang efektif serta praktis untuk bahan-bahan. Dalam
proses ini, bahan itu dikenai gas didalam suatu ruangan tertutup pada suhu kamar. Setelah
perlakuan, gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastic
yang peka terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri dan pipet serta
ruangan tertutup dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang belakangan ini digunakan
untuk sterilisasi dengan gas ialah etienoksid.

KESIMPULAN
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan jumlah total
mikroorganismaaerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termoflik) pada produk
perikanan.
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum
digunakan kelompok Coliform sebagai indikator.
Dalam uji bonterey terdapat uji metal merah, uji indol, uji voges proskauer, uji penggunaan
sitrat, uji litmus susu, uji reduksi nitrat, uji hidrolisa gelatin, uji katalase, uji oksidase, uji
hidrolisa lemak, uji hidrolisa pati, uji fermentasi karbohidrat, uji H2S, uji motilitas.
Koefosien fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukan perbandingan kekuatan daya
bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai
pembanding dalam kondisis yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan waktu kontak yang
sama.
Zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolism
mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
Oligodinamik adalah logam-logam yang memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh bakteri.
MKC (minimum killing concentration) adalah konsentrasi minimal untuk membunuh
mikroba.
MIC (minimum inhibitory concentration) adlah kemampuan minimal konsentrasi untuk
menghambat pertumbuhan mikroba.
DAFTAR PUSTAKA

Sastro Utomo, Sutikno S.1992 .dasar-dasar Peptisida dan Dampak


Penggunaanya.jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
W.Lay.Bibiana .1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.jakarta:PT .Raja Grafindo Persada.
Pelczar, M. J & E. C. S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo. UI
Press, Jakarta.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada., Jakarta.
http://rachdie.blogsome.com/2006/11/02/teknik-dasar-analisa-mikrobiologi-2/
http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-2332.3-2006.pdf
Cappuccino, J. G. & Natalie S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. Addison-Wesley
Publishing Company, New York.

Diposting oleh nofrianto di 00.39


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
3 komentar:

innofaperika15 Mei 2013 16.28


mau tanya, kalau diawal penyimpanannya kurang dari 48 jam, pengaruhnya apa....?????
terimakasih...
Balas

Rhosyta Putri12 Agustus 2014 19.22


apa dasar teori yang mengatakan bahwa pada penundaan pemeriksaan, sampel dapat
disimpan pada suhu 0-10 C?
tolong dijawab karena sayamembutuhkan jurnal tersebut
terimakasih
Balas

Rizki Art12 April 2017 18.38


copas
Balas
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2012 (2)
▼ November (2)
suspensi 25 %
PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
Mengenai Saya
nofrianto
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.
http://penelitimuda-nofrianto.blogspot.com/2012/11/penentuan-angka-lempeng-total-alt.html

Você também pode gostar