Você está na página 1de 4

Analisi kasus

Pada bab ini kelompok akan membandingkan antara proses asuhan keperawatan teori
dengan kasus yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana berbedaan dan
kesamaan serta factor pendukung dan factor penghambat dalam memberikan asuhan
keperawatan TN. N dengan gangguan Waham Kebesaran. Pembahan ini mencakup
semua proses asuhan keperawatan, yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Waham adalah adalah suatu keyakinan yang
salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Waham termasuk gangguan isi pikirannya, pasien meyakini bahea dirinya
adalah seperti apa yang ada di dalam pikirannya. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik ditemukan pada
penderita skozofrenia. Sedangkan waham kebesaran adalah keyakinan yang dimiliki
seseorang bahwa mereka memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari pengumpulan data dari wawancara, obsevasi
langsung pada pasien, catatan rekaman medic pasien dan perawat ruangan.
Melakukan pengakjian dengan pendekatan biopsikososial dan spiritual perlu di
perhatikan untuk mendapatkan data pengkajian yang sebenaarnya kemudian
diproses membentuk diagnose keperawatan.
Pada pengkajian terdapat factor predisposisi yang di kaji yaitu riwayat keluarga
dan pasien tentang penyakit jiwa, pengobatan yang pernah pasien jalani, riwayat
penganiyaan, dan pengalaman yang kurang menyenangkan. Yang bisa kita sebut
sebagai factor presipitasi..
a. Riwayat penyakit jiwa pasien : Pasien mengaku bukan pertama kalinya
masuk ke rumah sakit jiwa melainkan ke lima kalinya. Pasien mengatakan
keluhan penyakit ini dirasakan sejak 10 tahun yang lalu.
b. Pengobatan yang pernah dijalani : Pasien mengaku pernah berobat
beberapakali ke dokter sehingga pasien mengenal banyak dokter, pasien
mengatakan biasanya mengambil obat ke poliklinik setiap 2 minggu sekali.
Pasien mengatakan juga pernah dibawa kedukun ataupun di beri pengajian
(rukiyah) dan hasilnya tidak begitu berarti.
c. Riwayat Aniaya/kekerasan : sejak kecil pasien mengaku tidak pernah
mengalami penganiyaan dan kekerasan oleh keluarga.
d. Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : pasien
mengatakan adik dari ibunya juga pernah mengalami hal yang sama namun
sudah sembuh setelah di bawa ke dukun.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: Pasien mengaku hal yang
paling menyedihkan adalah ketika ibunya meninggal pada tahun 2002,
ibunya adalah sosok yang sangat dekat dengan pasien.
Pada tahab pengkajian terdapat hambatan yang berarti, yaitu data yang
didapatkan hanya berasal dari klien, tidak ada tambahan dari rumah sakit
ataupun keluarga. Saat wawancara, pasien kurang bekerjasama ketika diajak
berbicara, pasien dapat menjawab walaupun terkadang terlambat, pasien dapat
menceritakan pengalaman yang ia alami.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhasil kita dapatkan pada kasus Tn. N adalah
Resiko Mencederai Orang lain dan diagnose utama yaitu Perubahan isi pikir :
waham kebesaran serta diagnose terakhir adalah kurang pengetahuan.
Pada diagnosa resiko mencederai orang lain, ditemukan data subyektif bahwa
pasien mengatakan setiap keinginannya tidak dipenuhi maka pasien akan marah
dan melemparkan perabotan rumah pada orang lain bahkan bisa melukai atau
memukul keluarga sendiri.
Sedangkan diagnosa waham kebesaran dapat dibuktikan dengan pasien
mengatakan bahwa dia adalah lulusan universitas di New York, sedangkan hal
itu tidak benar terbukti dengan tidak pernahnya pasien pergi keluar negeri
terutama New York untuk menuntut ilmu.
Sedangkat untuk diagnose kurang pengetahuan terutama tentang cara
mengontrol emosi. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya
informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia). Terdapatnya diagnose ini bisa dibuktikan dengan
pasien mengatakan ia tidak tau jika penyakitnya muncul dan bagaimana cara
mengontrol emosinya.

3. Intervensi
Pada tahap penyusunan intervensi keperawatan dibuat sesuai teori akan tetapi
dalam penentuan diagnosa antara kasus dan teori berbeda. Dalama kasus hanya
terdapat dua diagnosa .
Untuk diagnose waham kebersaran terdapat tujuan khusus yaitu membantu
pasien mengenal waham dan mengetahui cara mengontrol waham dengan
berbicara dan meminum obat.

4. Implementasi
Pada implementasi mengacu pada tahap perencanaan yang telah dibuat dengan
tetap memperhatikan prioritas masalah,. Tahap implementasi pada Tn. N
dilakukan mulai dari tanggal 3 Oktober 2005 sampi 10 Oktober 2005 yaitu pada
diagnose Waham Besar yang berisikan memperi pengetahuan tentang waham,
bagaimana cara mengontrol waham baik secara obat-obatan maupun dengan cara
berbincang.
Factor pendukung pada tahap implementasi adalah pasien bersikap kooperatif
atau bekerja sama dengan perawat saat dilakukannya asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi , perawat menilai keberhasilan dari implementasi yang telah
diberikan dengan cara wawancara dan observasi secara langsung .
Pada kasus Tn. N terdapat 3 diagnosa yaitu Resiko mencederai orang lain dan
lingkungan , Perubahan isi pikir : waham kebesaran , Kurang pengetahuan. Dari
ketiga diagnose perawat melakukan intervensi pada diagnose waham kebersaran.
Kurang pengetahuan telah terintervensi bersama diagnose waham kebesaran.
Pada saat pelaksanaan tindakan keperawatan perawat menemui beberapa kendala
yaitu pasien terkadang merasa malas dan terdapat kondisi penghambat dimana
intervensi tersebut tidak dapat dilanjutkan.

Você também pode gostar