Você está na página 1de 4

Kelompok 1 (S1 Akuntansi A) :

1. Alda Lidya Sani


2. Muhammad Zulfikar
3. Shofia

*dalam ribuan rupiah kecuali lembar saham dan rasio-rasio


Tahun 2015 2016
Laba bersih Rp 263,967,000 Rp 336,220,000
Total Aset Rp 2,141,600,000 Rp 2,416,177,000
Aset Lancar Rp 1,778,384,000 Rp 2,041,909,000
Hutang Lancar Rp 279,244,000 Rp 301,524,000
Total Hutang Rp 326,304,000 Rp 352,652,000
Ekuitas Rp 1,815,296,000 Rp 2,063,525,000
Tingkat Penjualan Rp 1,437,531,000 Rp 1,852,079,000

Tahun 2015 2016


Jumlah Lembar
Saham 3,000,000,000 3,000,000,000
Dividen Rp 63,000,000 Rp 99,000,000
ROA 0.12 0.14
Current Ratio 6.37 6.77
DER 0.18 0.17
Net Profit Margin 0.18 0.18

Analisis peningkatan/penurunan data diatas PT.BISI pada tahun 2016 :


Dividen berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diadakan pada tanggal 30 Mei 2014,
para pemegang saham Perseroan menyetujui untuk membagikan dividen tunai atas laba bersih tahun
2013 sebesar 28,34% dari laba bersih atau sebesar Rp36 miliar (Rp12 per saham). Dividen tunai tersebut
telah dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 3 Juli 2014.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diadakan pada tanggal 29 Mei 2015, para
pemegang saham Perseroan menyetujui untuk membagikan dividen tunai atas laba bersih tahun 2014
sebesar 38,19% dari laba bersih atau sebesar Rp63 miliar (Rp21 per saham). Dividen tersebut telah
dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 26 Juni 2015.

Ekuitas Perseroan meningkat sebesar Rp202,07 miliar atau 12,53% dari Rp1,61 triliun pada 31 Desember
2014 menjadi Rp1,82 triliun pada 31 Desember 2015. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh laba
tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp263,92 miliar
dikompensasi dengan pembagian dividen oleh Perseroan sebesar Rp63 miliar pada tahun 2015.

ROA (Return of Assets) adalah salah satu rasio penting dalam dunia investasi saham dan keuangan yang
sering dijadikan tolak ukur investor dalam berinvestasi di sebuah perusahaan. ROA mengacu pada
profitabilitas dan efisiensi operasional. ROA dihitung dengan cara laba bersih dibagi total asset. Dimana
total asset adalah gabungan antara utang dan modal. ROA ditahun 2015 mengalami peningkatan
sebesar 0,4% yaitu masing-masing sebesar 0,8% dan 0,12% ditahun 2014 dan tahun 2015. Kenaikan ROA
ini disebabkan oleh naiknya laba bersih dan juga total asset ditahun 2015. Dengan adanya kenaikan ini
Kelompok 1 (S1 Akuntansi A) :
1. Alda Lidya Sani
2. Muhammad Zulfikar
3. Shofia

berarti menunjukan sisi positif bagi perusahaan. Jika dilihat dari sisi ROA, maka perusahaan ini lebih
menarik untuk dijadikan tempat investasi bagi para investor.

Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan jenis dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban
fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dapat menjaga tingkat likuiditasnya, maka analisa terhadap
rasio-rasio likuiditas dapat digunakan. Dengan menggunakan analisa ini perusahaan bisa melakukan
pembenahan terhadap tingkat likuiditasnya untuk masa depan. Rasio lancar pada tanggal 31 Desember
2015 dan 2014 masing-masing adalah 6,37 dan 7,25. Penurunan rasio lancar terutama disebabkan
kenaikan liabilitas lancar pada tanggal 31 Desember 2015 dari tahun yang lalu tidak sebanding dengan
kenaikan aktiva lancar sehingga kenaikan pada aktiva lancar dikatakan tidak signifikan dan tingkat
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar tidak sesuai yang diharapkan.

(DER) Debt to Equity Ratio adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas
dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio Debt to Equity ini juga dikenal
sebagai Rasio Leverage (rasio pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa baik
struktur investasi suatu perusahaan. Rasio liabilitas terhadap ekuitas dihitung dengan membagi total
liabilitas dengan total ekuitas. Rasio liabilitas terhadap ekuitas pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014
masing-masing sebesar 0,18 dan 0,16. Secara umum, Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi
menunjukan bahwa perusahaan mungkin tidak dapat menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi
kewajiban hutangnya. Akan tetapi, Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang rendah juga dapat menandakan
bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peningkatan profit/labanya secara maksimal.

Net Profit Margin (NPM) makin besar Net Profit Margin maka perusahaan makin sehat. Jika Net Profit
Margin kecil maka jika ada penurunan harga maka profit makin kecil dan bisa menuju rugi. Untuk
melihat kinerja perusahaan, perusahaan biasanya membandingkan Net Profit Margin dalam beberapa
tahun berturut-turut. Net Profit Margin pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing
sebesar 0,18 dan 0,14. Net Profit Margin ini menggambarkan efisiensi kerja perusahaan. Dari Net Profit
Margin ini kita mengetahui berapa keuntungan yang didapatkan dari setiap rupiah yang kita dapatkan
pada penjualan yang kita lakukan.

Analisis peningkatan/penurunan data diatas PT.BISI pada tahun 2016 :


Pada tahun 2016 yang didasari pada tahun 2015 dari semua sisi baik laba bersih, total asset, dsb.
Mengalami kenaikan atau berada diposisi lebih baik dibanding tahun 2015, tentu perkembangan ini
terjadi diakibatkan oleh faktor-faktor keputusan manajemen keuangan dan perusahaan yang berbuah
manis.

Dapat dilihat nilai asset lancar yang meningkat 12.9% dan tentu hal ini diikuti kenaikan di total asset
yang meningkat 11.36% dari tahun sebelumnya, dua faktor peningkatan tersebut tentu tidak dapat
terealisasi tanpa tambahan hutang & ekuitas. Dari sisi hutang pun meningkat, hutang lancar 7.34% dan
Kelompok 1 (S1 Akuntansi A) :
1. Alda Lidya Sani
2. Muhammad Zulfikar
3. Shofia

total hutang 7.47% dan dari sisi ekuitas meningkat 12%, namun peningkatan dari hutang dan ekuitas
tidak sia-sia dikarenakan hasil tingkat penjualan meningkat sebesar 23.62%. Hal ini berdampak manis
terhadap laba bersih yang meningkat 21.49%, meskipun total jumlah saham yang beredar stag di angka
3 milliar lembar saham, namun harga saham perlembar mengalami peningkatan yang cukup tajam. Dari
angka Rp 1350 ke angka Rp 1900 meningkat 28.95% dalam jangka waktu satu tahun dipenutupan
kuartal empat ditahun 2015 & 2016. Buah manis dari peningkatan laba bersih merupakan angin segar
untuk investor, diveden yang dibagikan pun meningkat di angka 36.36% dari tahun sebelumnya.

ROA (Return of Assets) didapatkan dari total asset dibagi total aktiva, ROA digunakan untuk melihat
seberapa besar perusahaan untuk menghasilkan tingkat pengembalian atas asset menjadi laba bersih.
Dapat dilihat dari data diatas ROA meningkat 0.02 % dari tahun sebelumnya hal ini menunjukan sisi
positif bahwa perusahaan dinilai baik oleh investor karena dapat menghasilkan ROA lebih baik dari
tahun sebelumnya, faktor yang menyebabkan kenaikan dari ROA tentu diakibatkan oleh lebih kecilnya
persentase total asset namun mengkibatkan peningkatan persentase laba bersih yang besar.
Peningkatan asset tersebut melalui kontribusi peningkatan dari asset lancar dari sisi kas/setara kas &
piutang usaha dan terjadi penurunan di sisi persediaan, sedangkan kontribusi peningkatan asset tidak
lancar diakibatkan oleh penambahan asset dalam menyelesaikan guna penyelenggaraan peningkatan
kapasitas produksi agar dapat memenuhi permintaan dipasar yang besar, dan faktor lainnya adalah
sehubungan dengan pengampunan pajak yang mengakibatkan turunnya pajak penghasilan yang
berkontribusi terhadap asset perusahaan. Dari hal-hal tersebut lah investor dapat menilai bahwa
manajemen perusahaan dalam keadaan baik dikarenakan asset yang tumbuh baik dimanfaatkan dan
dibuktikan dengan memperoleh laba bersih yang manis, namun apabila dari sisi investor apabila ingin
melakukan analisis ROA lebih baik melakukan komparasi dengan perusahaan sejenis dan dengan asset
yang sama atau tidak jauh berbeda.

Rasio Lancar (Current Ratio) adalah ukuran kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar utang
dan kewajiban jangka pendek. Rasio lancar sangat penting dalam menentukan sehat atau tidaknya
kondisi keuangan suatu perusahaan, Secara umum, rasio lancar 2:1 berarti aset lancar perusahaan
besarnya dua kali utang lancar sehingga kondisi keuangan perusahaan bisa dianggap sehat. Rasio lancar
1 berarti aset dan utang perusahaan sama besar sehingga bisa dianggap cukup sehat. Rasio yang lebih
rendah menunjukkan adanya indikasi ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang
(https://id.wikihow.com/Menghitung-Rasio-Lancar)

Rumus rasio lancar adalah dengan menggunakan komponen asset lancar dan hutang lancar dari situ kita
dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya. Dapat dilihat dari diatas bahwa
kenaikan asset lancar lebih besar dibanding dengan hutang lancarnya, peningkatan hutang lancar
diakibatkan oleh peningkatan utang usaha yang diakibatkan oleh meningkatnya hutang pembelian
bahan baku pestisida dan pupuk dan meningkatnya hutang pajak yang diakibatkan peningkatan hutang
pajak penghasilan badan, serta peningkatan asset lancar ditenggarai oleh komponen kas karena
peningkatan kas dari aktivitas operasi dan piutang usaha dikarenakan meningkatnya jumlah penjualan
benih jagung hibrida untuk program subsidi benih dari pemerintah.
Kelompok 1 (S1 Akuntansi A) :
1. Alda Lidya Sani
2. Muhammad Zulfikar
3. Shofia

(DER) Debt to Equity Ratio atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas
atau Rasio Hutang Modal adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas
dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Jika rasionya meningkat, ini artinya
perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber keuangannya sendiri yang
mungkin merupakan trend yang cukup berbahaya. Pemberi pinjaman dan Investor biasanya memilih
Debt to Equity Ratio yang rendah karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika terjadi penurunan
bisnis pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki Debt to Equity
Ratio atau Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi mungkin tidak dapat menarik tambahan modal
dengan pinjaman dari pihak lain
(https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-debt-to-equity-ratio-der-dan-rumus-der/)

Rumus DER adalah dengan menggunakan komponen total hutang dan ekuitas tentunya. Apabila kita
melihat data diatas peningkatan total hutang diakibatkan oleh peningkatan disisi hutang lancar seperti
yang sudah dijelaskan dipenjelasan sebelumnya. Kita akan melihat DER dari sisi ekuitasnya peningkatan
ekuitas yang cukup besar diakibatkan oleh beberapa faktor, faktor utamanya adalah peningkatan laba
tahun berjalan dikompensasi dengan pembagian dividen oleh perseroran pada tahun 2016. Nilai DER
perusahaan yang turun 0.01% hal ini menunjukan trend positif bahwa perusahaan dalam melunasi
hutangnya tidak didasari dengan asumsi diatas yang menjelaskan bahwa apabila Jika rasionya
meningkat, ini artinya perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber
keuangannya sendiri.

Net Profit Margin (NPM) dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih adalah rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap
penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah
dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan Profit Margin Ratio
(Rasio Marjin Laba). Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya digunakan
untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan
profitabilitas masa depan berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Dengan
membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa persentase
pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-operasional serta berapa
persentase tersisa yang dapat membayar dividen ke para pemegang saham ataupun berinvestasi
kembali ke perusahaannya.
(https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-net-profit-margin-marjin-laba-bersih-rumus-
npm/)

Rumus untuk menghitung NPM adalah dengan menggunakan komponen laba bersih setelah pajak dan
pendapatan penjualan bersih. Apabila kita melihat data diatas yang dimana NPM dari tahun 2015 ke
2016 berada diangka yang sama yakni 18%, membuktikan bahwa margin atas laba perusahaan dari
tahun 2015 dan 2016 berada di titik yang sama. Walaupun dari sisi asset dan laba bersih dan penjualan
mengalami peningkatan hal ini juga diikuti oleh meningkatnya hutang, apabila kita menganalisis lebih
jauh sebagai seorang investor dapat menilai bahwa perusahaan tersebut masih berada dititik yang
aman, bahwa perusahaan masih bisa mempertahankan efisiensi manajemen diposisi yang sama apabila
didasari pada tahun 2015.

Você também pode gostar