Você está na página 1de 10

PENGUATAN PERAN STAKEHOLDER DALAM PERLINDUNGAN

HUKUM PROFESI GURU

A. PENDAHULUAN

Kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap guru sebenarnya sudah

sejak lama digaungkan. UNESCO dan ILO telah mengeluarkan rekomendasi tentang

status guru pada tahun 1988 yang menegaskan: “status guru sebagai tenaga profesional

yang harus mewujudkan kinerjanya di atas landasan etika profesional serta mendapat

perlindungan professional”. Dalam Peraturan Pemerintah no. 74 tahun 2008 tentang

Guru juga ditegaskan dalam pasal 40 yang berbunyi: Guru berhak mendapat

perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan

keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan, organisasi profesi

guru, dan/atau masyarakat sesuai dengan kewenangan masing-masing. Selain itu dalam

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat (1) huruf d

: “Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual”

Berbagai aturan yang telah dibuat seolah tidak mampu menghentikan berbagai

tindakan yang membuat guru merasa terancam. Katakanlah kasus pemolisian guru di

Bantaeng dan Pare-pare di Sulsel dan berbagai daerah Indonesia lainnya. Padahal, guru

melakukan pendisiplinan untuk kebaikan anak didik tersebut. Belum hilang dari

ingatan kita kasus penganiayaan Pak Guru Dasril di Makassar bulan Agustus 2016 oleh

orang tua peserta didik yang tidak terima anaknya didisiplinkan. Awal Februari 2018,
kita dihentakkan oleh meninggalnya Pak Guru Ahmad Budi Cahyono, guru honorer

SMAN 1 Torjung, Kabupaten Sampang, Madura. Beliau meninggal setelah dianiaya

muridnya sendiri yang tidak terima atas tindakan Pak Ahmad Budi yang berusaha

mendisiplinkannya. Dunia pendidikan Indonesia betul-betul tercoreng.

Berbagai fenomena tersebut membuka mata kita betapa pentingnya melibatkan

berbagai komponen dalam masyarakat sebagai konsumen pendidikan untuk bisa

mengantisipasi berbagai bentuk ancaman ataupun kekerasan dalam dunia pendidikan.

Baik itu kekerasan terhadap guru ataupun juga kekerasan dari guru terhadap peserta

didiknya. Komponen tersebut merupakan stake holder dalam dunia pendidikan

sehingga keterlibatannya sangat penting dalam mengawal suksesnya pendidikan. Stake

holder yang dimaksud dalam tulisan ini akan dibatasi pada tokoh masyarakat yang

masih bermukim di sekitar sekolah.


B. PEMBAHASAN

Menurut UU no. 14 tahun 2005 pasal 39 mejelaskan bahwa ada 4 macam

perlindungan yang wajib diberikan kepada guru dalam menjalankan tugasnya.

Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi,

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta pengakuan atas kekayaan

intelektual.

Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindakan kekerasan,

ancaman, intimidasi, perlakuan diskriminatif, atau perlakuan tidak adil dari pihak

peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.

Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja

yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang

tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi,

pembatasan/larangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas,

serta hambatan melaksanakan studi lanjut. Perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan

kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau

risiko lain. Sedangkan perlindungan HKI mencakup hak cipta atau copyright dan hak

kekayaan industry.

Stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang

dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan.


Fungsinya berperan sebagai pihak luar yang memberi dukungan dalam membangun

dunia pendidikan.

Stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu

1. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru,kepala sekolah, murid dan tata

usaha sekolah.

2. Pemerintah diwakili oleh para pengawas, penilik,dinas pendidikan, walikota, sampai

menteri pendidikan nasional.

3. Masyarakat dalam hal ini yang berkepentingan dengan pendidikan adalah orangtua

murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan atau

badan yang membutuhkan tenaga terdidik (DUDI), toko buku, kontraktor

pembangunan sekolah, penerbit buku, penyedia alat pendidikan, dan lain-lain.

Tokoh masyarakat dalam kajian sosiologi adalah orang yang memiliki

pengaruh kuat kepada warga masyarakat. Pengaruh itu berupa dipatuhinya perintah

atau anjuran mereka oleh orang-orang disekitarnya. Seseorang yang menjadi tokoh

masyarakat bisa didapatkan dengan cara formal atau informal. Seseorang bisa

memperoleh status jabatan tokoh masyarakat bila memenuhi berbagai macam syarat

kualifikasi tertentu. Mereka memiliki kekuasaan dan wewenang tertentu dalam lingkup

wilayahnya.

Ada 2 fenomena dalam dunia pendidikan saat ini yang sangat marak yang

mengancam guru dan mencoreng dan menodai dunia pendidikan:

1. Tindakan yang mengancam kebebasan guru dalam mendisiplinkan siswanya.


2. Tindakan pemerintah daerah atau provinsi yang semena-mena dalam

memberikan sangsi baik secara lisan, tertulis hingga mutasi guru.

Kedua ancaman terhadapa profesi guru itu sangat mungkin diminimalisir efek

negatifnya terhadap guru jika sejak dini tokoh masyarakat dilibatkan dalam

pelaksanaan pendidikan. Ancaman terhadap guru yang mencoba mendisiplinkan

siswanya umumnya berasal dari siswa itu sendiri ataupun orang tua/keluarga siswa.

Keterlibatan tokoh masyarakat dalam hal ini sangat penting. Biasanya karena

ketokohannya, seseorang mampu untuk mengendalikan perilaku orang tua ataupun

keluarga siswa yang bersangkutan. Sosok tokoh masyarakat yang dihargai akan efektif

menjadi penengah jika ada persoalan antara guru dengan siswa yang mengikutsertakan

orang tuanya. Jalan damai dalam menyelesaikan masalah orang tua yang menuntut

guru biasanya lebih mudah diperoleh dengan cara musyawarah kekeluargaan. Sehingga

urusan yang timbul bisa diselesaikan dengan kekeluargaan tanpa harus melibatkan

pihak keamaanan yang pada dasarnya merugikan kedua belah pihak yaitu pihak orang

tua siswa dan guru.

Untuk masalah yang melibatkan pemerintah daerah ataupun provinsi, peranan

tokoh masyarakat juga masih sangat penting. Jika ada guru yang karena imbas masalah

politik yang membuatnya di-nonjob-kan ataupun dipindahkan ke tempat yang

terpencil, peranan tokoh masyarakat juga sangat dibutuhkan. Sebagai efek dari Pilkada

langsung, seorang Bupati atau Gubernur yang berkuasa dan masih menginginkan

dirinya ataupun pihaknya untuk berkuasa di pemilihan mendatang, peranan tokoh

masyarakat sangat penting baginya. Seorang tokoh masyarakat adalah sumber suara
yang bisa mempengaruhi massa yang banyak. Oleh karena itu, jika tokoh masyarakat

dilibatkan dalam mengurus kasus guru yang di-non job-kan ataupun dipindahkan ke

tempat tugas yang terpencil, Bupati ataupun Gubernur yang bersangkutan akan

mempertimbangkannya demi kelanggengan kekuasaanya.

Lalu bagaimana teknis pelibatan tokoh masyarakat dalam menangani kedua

macam ancaman terhadap guru tersebut? Langkah terbaik seyogyanya bukanlah ketika

baru muncul masalah baru tokoh masyarakat dilibatkan. Sejak dini, pihak sekolah

seharusnya mengefetifkan fungsi Komite Sekolah yang didalamnya ada tokoh

masyarakat. Pertemuan rutin harus digelar dan pihak sekolah harus membangun

komunikasi untuk menguatkan komitmen para tokoh masyarakat untuk ikut membantu

jika terjadi permasalahan yang dimaksud.

Dalam era digital saat ini, interaksi pihak sekolah dengan tokoh masyarakat

tidak harus selalu lewat pertemuan. Diskusi ataupun komunikasi bisa dibangun

misalnya lewat Media Sosial semacam Whats App ataupun Telegram. Segala issue

yang muncul bisa segera disebarluaskan dalam grup tersebut sehingga setiap

permasalahan yang timbul bisa diselesaikan sedini mungkin sebelum menjadi lebih

besar. Kasus pendisiplinan anak yang sebenarnya tugas mulia namun terkadang orang

tua tidak mau terima dengan perlakuan guru terhadap anaknya, bisa dihindari sejak

awal. Seluruh orang tua siswa diikutkan dalam satu grup di Sosmed untuk kemudian

dibangun komunikasi menyangkut tindakan yang dianggap pantas bagi guru dan orang

tua dalam mendisiplinkan siswa. Peraturan dan tata tertib sekolah juga harus
disosialisasikan kepada para orang tua sehingga tidak ada lagi yang keberatan jika ada

anaknya yang melanggar kemudian diberi sangsi.

Efek positif yang timbul dari intensnya komunikasi orang tua dan pihak sekolah

adalah timbulnya perasaan memiliki dan tanggung jawab moril dari pihak orang tua

dan tokoh masyarakat kepada sekolah. Pihak masyarakat tidak akan rela begitu saja

jika ada guru yang dipindahkan oleh pemerintah jika tanpa alasan yang jelas. Sehingga

terjadi perlindungan guru terhadap tindakan semena-mena dari pemerintah. Tokoh

masyarakat akan ikut bersuara jika ada guru yang dimutasi tanpa alasan yang jelas.

Suara tokoh masyarakat ini jelas akan dipertimbangkan oleh pemerintah baik daerah

maupun provinsi karena efek pemilihan langsung.

Dalam membangun komunikasi tersebut, pihak sekolah dapat menguatkan

fungsi dari Wakil Kepala Sekolah urusan Humas. Bahkan kalau diperlukan, dibentuk

semacam tim khusus dibawah koordinasi Wakasek Humas yang beranggotakan

beberapa guru dan tokoh masyarakat. Tim ini bekerja khusus dalam mengawal dan

megantisipasi terjadinya tindakan kriminalisasi guru ataupun praktek intimidasi baik

dari siswa dan keluarganya maupun tindakan semena-mena dari pihak pemerintah

karena masalah politis.

Adanya grup diskusi antara orang tua dan para guru serta tokoh masyarakat

dengan memanfaatkan Media Sosial semisal WhatsApp atau Telegram akan

memberikan banyak manfaat pada semua pihak, diantaranya:

1. Penyelesaian jika ada masalah akan cepat dilakukan karena informasi cepat

beredar.
2. Pihak orang tua dapat memberikan masukan kepada guru untuk memberi

penguatan pada karakter tertentu untuk memperbaiki perilaku siswa di rumah.

Misalnya ada anak yang suka membantah orang tua maka informasi tersebut

dapat disampaikan dalam grup diskusi. Para guru kemudian akan memberikan

penekanan sebagai bagian dari proses pembelajaran tentang keutamaan menaati

orang tua.

3. Pihak guru juga dapat menginformasikan jika adan perilaku negatif atau

pelanggaran siswa di sekolah kepada orang tua. Misalnya ada siswa yang

terlambat, bolos, mengganggu ketertiban dan lain-lain. Ini akan saling

menguatkan kedua pihak untuk memberi perhatian yang serius kepada siswa

yang bermasalah.

4. Jika ada laporan sepihak dari siswa ke orang tua baik mengenai guru maupun

fasilitas sekolah maka orang tua dapat segera meminta klarifikasi dari pihak

sekolah tanpa harus bertemu langsung. Ini akan menghindari fitnah ataupun

adanya campur tangan dari pihak yang berusaha menjatuhkan nama baik

sekolah.

Jika komunikasi antara pihak sekolah dan masyarakat berjalan intens maka

insiden negatif yang muncul seperti saat ini di beberapa tempat akan bisa dikurangi.

Para guru-pun akan merasa aman dalam menjalankan tugasnya sehingga tujuan

pendidikan dapat tercapai.


C. KESIMPULAN

Banyaknya fenomena kezaliman yang menimpa para guru membuat guru

semakin kesulitan menjalankan idealismenya dalam mendidik. Kekhawatiran

mendapat perlakuan negatif dari siswa maupun keluarganya jika mendisiplinkan siswa

membuat guru lebih mengambil langkah aman yaitu pembiaran. Dampaknya tentu pada

siswa yang akan tumbuh menjadi anak dengan karakter yang negatif.

Pada sisi lain, fenomena pilkada langsung yang menuai korban bagi guru yang

tidak mendukung pemerintah terpilih atau bahkan mendukung calon lain. Walaupun

idealnya, seorang guru PNS tidak boleh aktif dalam proses kampanye. Namun sebagai

individu yang tetap punya pilihan sendiri yang seharusnya dirahasiakan, terkadang

tetap jadi korban karena perilaku tim sukses Bupati atau Gubernur terpilih yang

mengetahui ketidakberpihakannya.

Kedua fenomena tersebut sudah banyak terjadi dalam masyarakat. Oleh karena

itu, salah satu langkah penting mengantisipasinya adalah dengan melibatkan tokoh

masyarakat yang memiliki pengaruh atau yang suaranya didengar dan ditaati oleh

masyarakat. Kekuatan pengaruh tokoh masyarakat ini akan efektif dalam memperkecil

efek negatif dari kedua fenomena tersebut.

Pelibatan tokoh masyarakat ini dilakukan sejak awal sebelum terjadinya

kejadian yang tidak diinginkan. Sebagai bagian dari stake holder pendidikan, tokoh

masyarakat ini dilibatkan sebagai pengurus Komite Sekolah yang ikut bertanggung

jawab dalam mengawal jalannya proses pendidikan. Wakasek Humas yang punya

peranan dalam menjalin komunikasi tersebut. Bahkan kalau perlu, pihak sekolah
membuat tim khusus untuk menangani dan mengantisipasi masalah yang tidak

diinginkan.

Dalam era digital saat ini, komunikasi tersebut bisa dibangun lewat

kecanggihan teknologi yang ada dengan menggunakan Media Sosial seperti Whats

App dan Telegram. Dengan adanya grup orang tua, tokoh masyarakat dan para guru,

banyak manfaat yang bisa diperoleh dalam menjalin saling pengertian untuk

menyukseskan jalannya proses pendidikan.

Ketika ada orang tua yang keberatan anaknya didisiplinkan oleh pihak sekolah,

maka langkah kekeluargaan dapat ditempuh segera dengan melibatkan tokoh

masyarakat yang disegani oleh pihak yang keberatan. Kekuatan grup dalam Media

Sosial ini akan mampu mempercepat informasi dan mempertemukan semua pihak. Ini

membuat permasalahan tersebut tidak sampai melibatkan polisi ataupun sampai dibawa

ke pengadilan.

Adapun jika ada guru yang mendapat mutasi tanpa alasan yang jelas, suara

tokoh masyarakat akan mampu memberi pertimbangan kepada pihak pemerintah.

Suara tokoh masyarakat ini tentunya sangat berpengaruh karena bisa mempengaruhi

banyak warga. Sementara, kekuatan pemerintah adalah besarnya dukungan dari

masyarakat.

Você também pode gostar