Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Secara umum pajak ialah iuran wajib atau pungutan yang dibayar oleh Wajib Pajak (
yang bayar pajak) kepada Pemerintah berdasarkan Undang-Undang dan hasilnya digunakan
unutk membiayai pengeluaran umum pemerintah dengan tanpa balas jasa yang ditunjukan
secara langsung.
Menurut undang-undang, pajak merupakan Kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan menurut Dr. N. J. Feldmann, pajak
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-
norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun
sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh
rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya
kepada raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya
seperti pisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk
keperluan atau kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi
yang dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak
dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi status
sosialnya dibandingkan rakyat. Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti
(pemberian) yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang
kemudian dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,
namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat
diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya akan
dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri. Di Indonesia sendiri pajak sudah
mulai ada sejak belanda masuk ke Indonesia terutama setelah berdirinya VOC, pungutan bisa
berupa kerja paksa atau upeti. Setelah Indonesia merdeka, pajak ditetapkan dan dipungut oleh
negara, tetapi bukanlah seperti upeti atau hal lain yang membebani warga. Namun, pajak
merupakan kontribusi pembangunan dari warga.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Hukum Pajak mempunyai kedudukan diantara
hokum-hukum sebagai berikut :
1. Hukum Perdata yaitu hokum yang mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lainnya.
2. Hukum Publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Hukum public ini terdiri dari : Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha (
Hukum Administrasi ), Hukum Pajak dan Hukum Pidana.
Hukum pajak dibagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Hukum Pajak Materiil yaitu hukum pajak yang memuat norma-norma yang
menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hokum yang dikenai pajak (
obyek pajak ), siapa yang dikenakan pajak ( subyek pajak ), berapa besar pajak yang
dikenakan ( tarip pajak ), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan
sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara pemerintah dengan wajib pajak. Contoh
Hukum Pajak Materiil adalah Pajak Penghasilan ( PPh ), Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPN dan PPn BM ).
2. Hukum Pajak Formil yaitu hukum pajak yang memuat cara-cara untuk mewujudkan
hukum pajak materiil menjadi suatu kenyataan atau realisasi. Hukum pajak formil
memuat antara lain tata cara/prosedur penetapan jumlah utang pajak, hak-hak fiskus
untuk mengadakan monitoring dan pengawasan, menentukan kewajiban wajib pajak
untuk mengadakan pembukuan atau pencatatan dan prosedur pengajuan surat
keberatan ataupun banding. Contoh Hukum Pajak Formil adalah Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.