Você está na página 1de 5

PATNA, RABU – Sekumpulan perempuan muda dan tua berkerudung tampak bersesakan di

sebuah lokasi pembuangan sampah dekat jalan raya kota. Mereka mengais-ngais di antara
tumpukan sampah, mencari besi usang yang bisa dijual kembali demi penghasilan 20 rupee
sehari. Bus-bus dan becak bermotor menyemprotkan asap hitam di jalanan yang pengap dan
berlumpur. Di tempat itu anjing-anjing mengais makanan dari tumpukan sampah di pinggir jalan
dan para laki-laki kencing sembarangan. Inilah Patna, ibukota negara bagian Bihar, bagian India
yang paling miskin dan tertinggal pertumbuhan ekonominya. Saat musim hujan, Patna tampak
seperti mimpi buruk yang menyeramkan, lengkap dengan kemiskinan, penderitaan dan
keburukan rupa di setiap sudut jalannya. Sampai sekarang India gagal mencipratkan keuntungan
dari pertumbuhan ekonominya ke Bihar. Kegagalan ini telah berakibat luas pada kondisi politik
dan ekonomi. Orang-orang di sini sudah merasa dilupakan oleh saudara-saudara sebangsa
mereka. “Semua orang sudah meninggalkan Bihar. Buat mereka tempat ini adalah mimpi buruk,”
kata Rajesh Singh, seorang pengusaha, . Menurut Rajesh, orang-orang hanya membicarakan
kebaikan-kebaikan India. "Mereka bahkan tidak melirik Bihar. Tapi di sini tinggal 10 persen
dari seluruh populasi, tidak bisa disingkirkan begitu saja,” kata Rajesh. Bihar merupakan rumah
bagi 90 juta orang dan menanggung sepertujuh kemiskinan di seluruh India. Meski demikian,
Bihar hanya memperoleh 1,6 persen bagian dari pendapatan domestik bruto negara. Diukur dari
segala sisi, baik kemampuan membaca, kematian bayi maupun kekurangan gizi, Bihar
menempati urutan terbawah (atau dekat) di seluruh Asia selatan. Bank Dunia bersikap sangat
bersahabat dengan meminjamkan kepada pemerintah Bihar 225 juta dolar Desember lalu.
“Jurang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin akan semakin besar jika tetap ada
perbedaan dalam pertumbuhan kemampuan kedua kelompok tersebut,” kata Bank Dunia dalam
sebuah pernyataan. Shibal Gupta dari Institut Penelitian Pembangunan Asia di Patna membagi
India menjadi dua, yaitu negara bagian matahari terbit, yakni negara-negara bagian yang
menyatu dalam ekonomi global, dan negara-negara bagian matahari tenggelam seperti Bihar dan
tetangganya Uttar Pradesh, yang semakin tertinggal di belakang. Bihar adalah pusat kegelapan
India, secara simbolis maupun kenyataan. Hanya ada sedikit listrik mengalir di sana. Rekaman
gambar satelit pada waktu malam memperlihatkan Bihar dalam bentuk lubang hitam besar. Jalan
rusak, pemerintahan korup dan tidak berkompeten hanya melengkapi kesuramannya. “India akan
mendapat masalah jika Bihar tidak berkembang,” kata Gupta. Langkah kecil menuju kemajuan
Ekonomi Bihar tidak menunjukkan pertumbuhan dalam semester pertama 1990. Semenjak itu
Bihar hanya bertumbuh 4 persen, kurang dari separuh pertumbuhan nasional dan tidak sampai 1
persen per kapita negara. Kepala Menteri, Nitish Kumar telah mengambil alih pemerintahan 2
tahun lalu dengan janji mendatangkan era baru. Langkah reformasinya mendatangkan pujian dari
Bank Dunia. Di bawah kekuasaan Laloo Prasad Yadav dan istrinya Rabri Devi, tuduhan kriminal
hampir tidak pernah terdengar. Sebuah sistem pengadilan kilat telah berhasil menuntaskan
hampir 10.000 kasus pada 2007. Industri terbesar Bihar, penculikan untuk tebusan, telah turun 4
kali lipat dalam 2 tahun terakhir. Lebih dari 200 kasus korupsi aparat pemerintah telah
didaftarkan ke pengadilan. Tetapi, investasi swasta tetap rendah, dan kebijakan fiskal baru di
New Delhi membuat harapan terhadap investasi di Bihar semakin kecil. “Jepang dan Korea
merupakan negara industri dengan dukungan penuh pemerintahnya. Di Bihar, pemerintah sangat
lemah,” kata Gupta. Masalah migrasi Para pengungsi dari desa berkumpul di halaman berumput
di luar rumah-rumah menteri di Patna. Mereka duduk di bawah naungan lembaran-lembaran
plastik, perkemahan yang kata mereka “menyeramkan” ketika hujan. Mereka bersiap-siap pergi
karena sudah bosan menunggu janji pembangunan dari pemerintah atas rumah mereka rusak
ketika banjir melanda tahun lalu. Bihar punya sejarah panjang soal ditinggal penduduknya sejak
abad 19. Saat itu sejumlah besar orang pergi untuk menjadi buruh di koloni-koloni Inggris atau
untuk mencari pekerjaan di perkebunan di Assam atau pabrik-pabrik di Bengali barat. Pada saat
kejayaan ekonomi India sekarang, arus pekerja dari Bihar berpencar ke segala penjuru negara. Di
perkotaan, kedatangan mereka menimbulkan ketegangan dan terkadang kekerasan. Hari ini
hampir 11 persen populasi di New Delhi berasal dari Bihar, 40 persen dari Uttar Pradesh. Orang-
orang dari Bihar seringkali dipandang rendah di Delhi, dan dituding menjadi biang kejahatan,
sampai-sampai ketua menteri Delhi, Sheila Dikshit secara publik bertanya bagaimana cara
mengembalikan mereka ke asalnya. Di Mumbai, ketegangan antara pendatang dan penduduk asli
memanas selama bulan ini ketika partai nasionalis-Hindu sayap kanan memprovokasi dengan
kampanye melawan “orang luar”. Para supir taksi, yang kebanyakan dari Bihar atau Uttar
Pradesh, dipukuli. Mobil-mobil mereka dirusak, dan rumah milik bintang film terkenal asal Uttar
Pradesh, Amitabh Bachchan dilempari botol. Tapi permasalahan Bihar dan kesenjangan di India
memiliki dampak yang lebih luas. Partai nasionalis Hindu milik Bharatiya Janata tersingkir
setelah kalah pada pemilu 2004. Diduga penyebabnya adalah kegagalan mereka meraih simpati
kaum miskin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bihar, Pusat Kegelapan dan Kemiskinan
India", https://internasional.kompas.com/read/2008/02/21/16413947/Bihar..Pusat.Kegelapan.dan.
Kemiskinan.India.
Keterbatasan ekonomi membuat warga Kecamatan Katapang, Bandung, Jawa Barat terpaksa
tinggal di kandang kambing. Hidayat bersama keluarganya diketahui sudah tinggal di kandang
kambing tersebut sejak 5 tahun terakhir. Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin
(13/10/2014), Hidayat beserta istri dan ketiga anaknya menjalani kegiatan sehari-hari di rumah
yang sejatinya merupakan bekas kandang kambing milik saudaranya tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Hidayat yang kehilangan pekerjaan setelah mengalami
kecelakaan dan mengakibatkan kakinya patah kini hanya mencari nafkah dengan mengumpulkan
barang rongsokan. Sementara istrinya bertugas mengumpulkan kayu bakar untuk dijual.
Sulitnya mencari uang membuat keluarga ini akhirnya memilih tinggal dalam kondisi yang tidak
layak. Mereka membangun sebuah bilik di atas bekas kandang kambing.
Meski bantuan dari tetangga kerap diterima, keluarga Hidayat mengaku belum pernah sekalipun
mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Padahal lokasi rumah kandang kambingnya
berada sangat dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. (cr: Liputan6)
Cara mengatasi masalah kemiskinan:

 Perbaikan akses pangan, kesehatan dan pendidikan bagi orang miskin


 Penciptaan lebih banyak lagi lapangan kerja
 Pembentukan jaring pengaman sosial untuk melindungi mereka yang rentan

Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia
sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus
persoalan kemiskinan.

Penidikan

Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan menurut
Prof. Dr. John Dewey merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan
pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh
usia.

Pendidikan menurut M.J. Langeveld yaitu upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa
kearah kedewasaan.
Dari kasus diatas disimpulkan situasi yang dialami keluarga tersebut tidak menggambarkan kedua orang
tua tidak baik pendidikannya dilihat dari pertumbuhan tidak baik dalam mengatasi dalam mencari
nafkah, seperti membimbing kelurga dalam mencari nafkah

Você também pode gostar