Você está na página 1de 35

Fiqih Praktis Puasa Buya Yahya

Hal-hal yang membatalkan puasa ada sembilan (9) yaitu :

1. Memasukan sesuatu ke dalam salah satu lima (5) lubang, yaitu :

a. Mulut

Hukum memasukkan sesuatu ke lubang mulut adalah membatalkan puasa. Untuk


memudahkan pemahaman kita maka hukum memasukkan sesuatu ke lubang mulut ini ada
empat hukum yaitu :

1) Membatalkan : Yaitu di saat kita me-masukkan sesuatu ke dalam mulut kita dan kita
menelannya dengan sengaja saat kita sadar bahwa kita sedang puasa. Jadi yang
menjadikannya batal adalah karena menelan dengan sengaja. Maka dari itu jika ada orang
memasukkan permen atau es krim ke dalam mulutnya maka hal itu tidak membatalkan
pua-sanya asalkan tidak ditelan.

Catatan masalah ludah

Di dalam masalah ini ada hal yang perlu kita perhatikan yaitu masalah lu-dah. Ludah itu jika
kita telan tidak membatalkan puasa kita dengan syarat :

• Ludah kita sendiri

• Tidak bercampur dengan sesuatu yang lainya

• Ludah masih berada di tempatnya (mulut)


Maka di saat syarat-syarat di atas ter-penuhi maka jika ludah itu ditelan ti-dak
membatalkan puasa. Bahkan jika seandainya ada orang yang mengumpul-kan ludah di
dalam mulutnya sendiri dan setelah terkumpul lalu ditelan maka hal itu tidak membatalkan
puasa.

Akan tetapi menelan ludah akan mem-batalkan puasa jika salah satu syarat di atas ada
yang tidak terpenuhi, seperti karena dia menelan ludahnya orang lain, atau menelan ludah
yang sudah ber-campur dengan sesuatu seperti permen, es krim atau makanan yang masih
tersisa di dalam mulut kita atau menelan ludah yang sudah dikeluarkan dari mu-lutnya lalu
di minum maka itu semua membatalkan puasa.

Catatan :

Masalah sisa makanan di dalam mulut. Sisa makanan di mulut maka ada dua macam:

• Jika sisa makanan dimulut kemu-dian bercampur dengan ludah de-ngan sendirinya dan
susah untuk dipisahkan maka jika ditelan tidak membatalkan puasa. Misalnya orang
yang sahur lalu tidur dan tidak sempat kumur atau sikat gigi lalu menduga di dalam
mulutnya ada sisa–sisa makanan. Maka jika sisa makanan tersebut sudah tidak bisa lagi
dibedakan dengan ludah maka hal itu tidak membatalkan puasa jika ditelan.

• Jika ada sisa makanan yang bisa dipisahkan dari ludah lalu ber-campur dengan ludah
dan bercam-purnya karena dikunyah dengan sengaja atau digerak-gerakan agar
bercampur kemudian ditelan, maka hal itu membatalkan puasa. Seperti sisa makanan
dalam bentuk nasi atau biji-bijian yang bisa dibuang akan tetapi justru dikunyah lalu
ditelan maka hal itu membatalkan puasa.

2) Makruh (dilarang akan tetapi tidak dosa jika dilanggar) : Dihukumi makruh jika kita
memasukan sesuatu ke dalam mu-lut tanpa kita telan hanya untuk main-main saja.
Contohnya ketika ada sese-orang yang sedang berpuasa kemudian dia dengan sengaja
memasukkan per-men atau es krim ke dalam mulutnya tanpa menelannya maka hukumnya
ma-kruh dan tidak membatalkan puasa dan jika tiba-tiba tanpa disengaja permen yang ada
di mulutnya tertelan maka batal, karena ia menelan dengan tidak sengaja yang disebabkan
sesuatu yang tidak dianjurkan yaitu telah bermain-main dengan memasukkan sesuatu ke
dalam mulutnya.

3) Mubah (boleh dilakukan dan tidak dilarang) : Dihukumi mubah yaitu keti-ka seorang juru
masak mencicipi masa-kannya dengan niat untuk membenahi rasa. Maka di samping hal itu
tidak membatalkan puasa hal yang demilkian itu juga bukan pekerjaan yang makruh. Akan
tetapi hal itu boleh-boleh saja. Dalam hal ini bukan hanya juru masak saja yang
diperkenankan akan tetapi juga siapapun yang lagi memasak. Akan tetapi dengan catatan
tidak boleh di-telan.

4) Sunnah (dianjurkan dan ada pahalanya) : Dihukumi sunnah yaitu ketika kita berkumur-
kumur di dalam berwudhu. Maka di saat itu di samping tidak mem-batalkan puasa,
berkumur dalam wu-dhu’ tetap disunnahkan biarpun dalam keadaan puasa dengan catatan
tidak bo-leh ditelan. Bahkan jika tertelan seka-lipun tanpa sengaja maka tidak mem-
batalkan puasa.
Dengan catatan ia berkumur-kumur de-ngan cara yang wajar saja dan tidak berlebihan.

b. Hidung

Memasukan sesuatu ke dalam lubang hidung membatalkan puasa. Adapun bata-san dalam
hidung adalah bagian yang jika kita memasukkan air akan terasa panas (tersengak) maka di
situlah batas dalam yang jika kita memasukkan sesuatu ke tempat tersebut akan membatalkan
puasa yaitu hidung bagian atas yang mendekati mata kita. Adapun hidung di bagian bawah
yang lubangnya biasa di jangkau jemari saat membuang kotoran hidung, jika kita memasukkan
sesuatu ke bagian tersebut hal itu tidak membatalkan puasa asal tidak sampai kebagian atas
seperti yang telah kami jelaskan.

c. Telinga

Menjadi batal jika kita memasukan sesuatu ke dalam telinga kita. Yang di-maksud dalam
telinga adalah bagian dalam telinga yang tidak bisa dijangkau oleh jari kelingking kita saat kita
membersihkan telinga. Jadi memasukkan sesuatu ke bagian yang masih bisa dijangkau oleh
jari kelingking kita hal itu tidak membatalkan puasa baik yang kita masukkan itu adalah jari
tangan kita atau yang lainya. Akan tetapi kalau kita memasukkan sesuatu melebihi dari bagian
yang di jangkau jemari kita seperti korek kuping atau air maka hal itu akan membatalkan
puasa.

Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama. Dan ada pendapat yang berbeda ya-itu pendapat
yang diambil oleh Imam Malik dan Imam Ghozali dari madzhab Syafi’i bahwa “Memasukan
sesuatu ke dalam telinga tidak membatalkan” akan tetapi lebih baik dan lebih aman jika tetap
mengikuti pendapat kebanyakan para ulama yaitu pendapat yang mengatakan mema-sukkan
sesuatu ke lubang telinga adalah membatalkan puasa.

d. Jalan depan (alat buang air kecil)

Memasukan sesuatu ke dalam lubang kemaluan adalah membatalkan puasa wa-laupun itu
adalah sesuatu yang darurot seperti dalam pengobatan dengan mema-sukkan obat ke lubang
kemaluan atau pipa untuk mengeluarkan cairan dari dalam bagi orang yang sakit. Termasuk
memasukan jemari bagi seorang wanita adalah mem-batalkan puasa.

Maka dari itu para wanita yang bersuci dari bekas buang air kecil harus hati-hati jangan
sampai saat membersihkan sisa buang air kencing (beristinja) melakukan sesuatu yang
membatalkan puasa.

Bagi wanita yang ingin beristinja hendak-nya hanya membasuh bagian yang terbuka di saat ia
jongkok saja dengan perut jemari dan tidak perlu memasukan jemari ke bagian yang lebih
dalam, karena hal itu akan membatalkan puasa. Lebih dari itu ditinjau dari sisi kesehatan
justru tidak sehat kalau cara membersihkan kemaluan adalah dengan cara membersihkan
bagian yang tidak terlihat di saat jongkok sebab yang demikian itu justru akan membuka
kema-luan untuk kemasukan kotoran dari luar.

e. Jalan Belakang (alat buang air besar)


Memasukkan sesuatu ke lubang bela-kang sama hukumnya seperti memasukkan sesuatu ke
jalan depan. Artinya jika ada orang memasukkan sesuatu ke lubang belakang biarpun dalam
keadaan darurat dalam pengobatan adalah memba-talkan puasa termasuk memasukkan
jemari saat istinja (bersuci dari bekas buang air besar). Maka cara yang benar dalam istinja
adalah cukup dengan membersihkan bagian alat buang air besar dengan perut jemari tanpa
harus memasukkan jemari kebagian dalam.

2. Muntah dengan sengaja

Muntah dengan sengaja akan memba-talkan puasa baik dilakukan dengan wajar atau tidak, baik
dalam keadaan darurat atau tidak. Seperti dengan sengaja mencari bau yang busuk lalu diciumi
hingga muntah atau memasukkan sesuatu ke dalam mu-lutnya agar bisa muntah.

Berbeda jika muntah yang terjadi karena tidak disengaja maka hal itu tidak membatalkan puasa
kita dengan syarat :

• Kita tidak boleh menelan ludah yang ada di mulut kita sehabis muntah sebe-lum kita
mensucikan mulut kita terlebih dahulu dengan cara berkumur dengan air suci. Jika di saat kita
belum ber-kumur kemudian kita langsung me-nelan ludah kita maka puasa kita menjadi batal
sebab muntahan adalah najis dan mulut kita telah menjadi najis karena muntahan sehingga
ludah kita telah bercampur dengan najis yang jika ditelan akan membatalkan puasa karena
yang ditelan bukan lagi ludah yang murni akan tetapi ludah yang najis.

Jika ada orang menggosok-gosok gigi kemudian dia itu biasanya tidak muntah maka di saat dia
gosok gigi tiba-tiba muntah maka tidak batal, akan tetapi jika dia tahu kalau biasanya setiap
menggosok gigi akan muntah maka hukum menggosok gigi yang semula tidak haram menjadi
haram dan jika ternyata benar-benar muntah maka puasanya menjadi batal.

Jika ada orang yang kemasukan lalat sampai melewati tenggorokannya ke-mudian dia
berusaha untuk menge-luarkannya maka menjadi batal karena sama saja seperti muntah yang
dise-ngaja. Berbeda dengan dahak, jika seseorang berdahak maka hal itu dima-afkan dan tidak
membatalkan puasa akan tetapi dahak yang sudah keluar melewati tenggorokan tidak boleh
dite-lan dan itu membatalkan puasa. Batas tenggorokan adalah tempat keluarnya huruf “HA” (
makhraj huruf ‫)ح‬.

3. Bersenggama

Melakukan hubungan suami istri itu membatalkan puasa. Yang dimaksud bersenggama adalah
jika seorang suami telah memasukkan semua bagian kepala kemaluanya ke lubang kemaluan
sang istri dengan sengaja dan sadar kalau dirinya lagi puasa maka saat itu puasanya menjadi batal
(dalam hal ini sama hubungan yang halal atau yang haram seperti zina atau melalui lubang dubur
atau dengan binatang). Adapun bagi sang istri biarpun yang masuk belum semua bagian kepala
kemaluan sang suami asal sudah ada yang masuk dan melewati batas yang terbuka saat jongkok
maka saat itu puasa sang istri sudah batal. Dan batalnya bukan karena bersenggama tapi masuk
dalam pembahasan batal karena masuknya sesuatu ke lubang kemaluan.
Bagi suami yang membatalkan pua-sanya dengan bersenggama dengan istrinya dosanya amat
besar dan dia harus mem-bayar karafat dengan syarat berikut ini :

a. Dilakukan oleh orang yang wajib baginya berpuasa

b. Dilakukan di siang bulan puasa

c. Dia ingat kalau dia sedang puasa

d. Tidak karena paksaan

e. Mengetahui keharomannya atau dia adalah bukan orang yang bodoh

f. Berbuka karena bersenggama

Dan bagi orang tersebut dikenai hukuman :

1. Mengqodho puasanya

2. Membayar kafarat (denda)

Kafarat (denda) bersenggama di siang hari bulan ramadhan adalah:

a. Memerdekakan budak

b. Puasa selama dua bulan berturut-turut

c. Memberikan makan kepada 60 fakir miskin dengan syarat makanan yang bisa digunakan
untuk zakat fitrah.

Denda yang harus dibayar salah satu saja dengan berurutan. Jika tidak mampu bayar A maka
bayar B jika tidak mampu bayar C.

4 Keluar mani dengan sengaja

Maksudnya adalah mengeluarkan mani dengan sengaja dengan mencari sebab keluarnya mani.
Contohnnya : ketika ada orang yang tahu bahwa jika dia mencium istrinya atau dia dengan
sengaja menyentuh kemaluannya dengan tangannya sendiri atau dengan tangan istrinya bakal
keluar mani maka puasanya menjadi batal karena keluar mani tersebut dengan sengaja.

Akan tetapi tidak menjadi batal jika seandainya keluar mani tanpa disengaja seperti bermimpi
bersenggama dan di saat terbangun benar-benar menemukan air mani di celananya maka yang
seperti itu tidak membatalkan puasa.

5. Hilang akal

Hilang akal di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Gila : Sengaja atau tidak disengaja gila itu membatalkan puasa walaupun sebentar.
b. Mabuk dan Pingsan :

• Jika disengaja maka mabuk dan pingsan membatalkan puasa biar-pun sebentar. Seperti
dengan sengaja mencium sesuatu yang ia tahu kalau ia menciumnya pasti mabuk atau
pingsan.

• Jika mabuk dan pingsannya adalah tidak disengaja maka akan mem-batalkan puasa jika
terjadi seha-rian penuh. Tetapi jika dia masih merasakan sadar walau hanya se-bentar di
siang hari maka pua-sanya tidak batal. Misal mabuk kendaraan atau mencium sesuatu yang
ternyata menjadikannya ma-buk atau pingsan sementara ia ti-dak tahu kalau hal itu akan
me-mabukkan atau menjadikannya pingsan. Maka orang tersebut tetap sah puasanya
asalkan sempat tersadar di siang hari walaupun sebentar.

c. Tidur : Tidak membatalkan puasa wa-laupun terjadi seharian penuh.

6. Haid

Membatalkan puasa walaupun hanya sebentar sebelum waktu berbuka. Misal haid datang 2
menit sebelum masuk waktu maghrib maka puasanya menjadi batal akan tetapi pahala
berpuasanya tetap utuh.

7. Melahirkan

Melahirkan adalah membatalkan puasa baik itu mengeluarkan bayi atau menge-luarkan bakal
bayi yang biasa disebut dengan keguguran. Misal seorang ibu hamil sedang berpuasa tiba-tiba
melahirkan di siang hari saat berpuasa, maka puasanya menjadi batal.

8. Nifas

Nifas juga membatalkan puasa. Misalnya ada orang melahirkan ternyata setelah melahirkan tidak
langsung keluar darah nifas. Karena ia mengira tidak ada nifas akhirnya ia berpuasa dan ternyata
di saat ia lagi puasa darah nifasnya datang maka saat itu puasanya batal.

9. Murtad.

Murtad atau keluar dari Islam membatalkan puasa. Misalnya ada orang lagi berpuasa tiba-tiba ia
berkata bahwa ia tidak percaya kalau Nabi Muhammad adalah Nabi atau ada orang lagi berpuasa
tiba-tiba menyembah berhala maka pua-sanya menjadi batal.
DO’A KHUSUS BULAN RAMADHAN
DO’A KHUSUS BULAN RAMADHAN

(Oleh : Buya Yahya)

.‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى اله وصحبه ومن وااله‬

Tentang doa di bulan Ramadhan yaitu doa :

َ ‫ تحِ ب ْالعَ ْف َو فَاعْف‬,‫عفو ك َِريْم‬


x)3( ‫عنِِّ ْي‬ ِ ‫ أ َ ْسأَلكَ ْال َجناةَ َوأَع ْوذ بِكَ مِ نَ النا‬,‫ ا َ ْست َ ْغفِر هللا‬.‫ا َ ْش َهد ا َ ْن الَ إِلَهَ إِالا هللا‬
َ َ‫اللاه ام إِناك‬x) 3( ‫ار‬

Untuk menjelaskan tentang doa tersebut, yang pertama adalah :

Doa tersebut diatas adalah doa yang diambil dari gabungan beberapa

riwayat dari Nabi SAW. Telah datang riwayat – riwayat yang banyak agar kita memperbanyak
ibadah di bulan Ramadhan, termasuk di dalamnya adalah beristighfar, berdzikir dan berdoa
kepada Allah SWT. Masalah doa yang biasa dibaca di bulan Ramadhan, mari kita rinci satu
persatu.

1. Mengucapkan : ‫( ال اله اال هللا‬Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan

selain Allah) adalah kalimat Thoyyibah.

Dalam hal ini telah datang riwayat yang sangat banyak dari Nabi SAW

tentang ‫ الَ إِلَهَ إِالا هللا‬.

‫ الَ ِإ َلهَ ِإالا هللا‬adalah kalimat thoyyibah yang Nabi SAW menghimbau untuk selalu memperbanyak َ‫ال‬
‫ ِإلَهَ ِإالا هللا‬, seperti disebutkan oleh Rasulullah SAW :

)‫رواه أبو داود‬. ) َ‫ّللا َد َخ َل ْال َجناة‬


‫ ( َم ْن َكانَ آخِ ر َكالمِ ِه ال إِلَهَ إِال ا‬: ‫سلا َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلاى ا‬
َ ‫ّللا‬ ِ ‫ قَا َل َرسول ا‬: ‫ع ْن معَا ِذ ب ِْن َجبَل قَا َل‬
َ ‫ّللا‬ َ

“Barangsiapa di akhir hayatnya membaca laa ilaaha illallah maka ia

masuk surga.” (H.R. Abu Daud)

Juga himbauan Nabi SAW :


َ ‫ّللا ! َو َكي‬
‫ْف ن َج ِّدِد ِإ ْي َمانَنَا ؟‬ ِ ‫ َيا َرسو َل ا‬: ‫ ِق ْي َل‬. ‫ َج ِّدِدوا ِإ ْي َمانَك ْم‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
))359/2( ” ‫ أ َ ْكثِروا مِ ْن قَ ْو ِل َال ِإلَهَ ِإ اال هللا ) ( مسند أحمد‬: ‫قَا َل‬

Artinya :

Nabi SAW bersabda : “ Perbaharuilah iman kalian”. Sahabat menjawab : “ Yaa Rasulallah !
Bagaimana kami memperbaharui iman kami?” Rasulullah SAW menjawab : “Perbanyaklah engkau
untuk membaca : ” ‫الَ إِلَهَ إِال هللا” ا‬

Musnad Ahmad : 2 / 359)

Bahkan juga dikatakan :

َ ‫ َوأ َ ْف‬، ‫ّللا‬


‫ضل‬ َ ‫ أ َ ْف‬: ‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنه قال‬
‫ضل ال ِذِّ ْك ِر الَ ِإلَهَ ِإالا ا‬
‫عاءِ ال َح ْمد هللِ (رواه الترمذي‬ َ ‫)الد‬

Dari Jabir bin Abdillah r.a. berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW berkata : “ Sebaik – baik
dzikir adalah : Kalimat : “Laa ilaa illallah” dan sebaik – baik do’a : “Alhamdulillah”. (H.R. At-
Tirmidz)

2. Masalah Istighfar

Sangat banyak perintah dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi agar kita memperbanyak istighfar.

‫) َوي ْم ِددْك ْم بِأ َ ْم َوال َو بَنِيْنَ َويَجْ عَ ْل لَك ْم َجنات َويَجْ عَ ْل لَك ْم‬11( ‫ارا‬
ً ‫علَيْك ْم َمد َْر‬
َ ‫س َمآ َء‬ َ َ‫فَق ْلت ا ْست َ ْغفِروا َرباك ْم إِناه َكان‬
ً ‫غفا‬
‫) ي ْر ِس ِل ال ا‬10( ‫ارا‬
12 – 10 : ‫) (نوح‬12( ‫ارا‬ ً ‫)أ َ ْن َه‬

Artinya :

“ Maka aku katakan kepada mereka : ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan
membanyakkan harta dan anak – anakmu, dan mengadakan untukmu kebun – kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai – sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan
kebesaran Allah SWT”. (Q.S. Nuh : 10 – 12)

Dalam Al-Qur’an disebutkan :

52:‫علَيْك ْم مِ د َْرارا ً َويَ ِزدْك ْم ق اوة ً إِلَى ق اوتِك ْم َوال تَت ََولا ْوا مجْ ِرمِ ينَ (هود‬ ‫) َويَا قَ ْو ِم ا ْست َ ْغفِروا َرباك ْم ث ام توبوا إِلَ ْي ِه ي ْر ِس ِل ال ا‬
َ ‫س َما َء‬
Artinya :

Dan (dia) berkata : “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-
Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambah
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”

(Q.S. Hud : 52)

Allah juga menolak bala bencana dengan istighfar :

)33 : ‫ّللا معَ ِذِّبَه ْم َوه ْم يَ ْست َ ْغفِرونَ (األنفال‬


‫َو َما َكانَ ا‬

Artinya :

“ Dan Allah SWT sekali – kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada diantara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.”
(Q.S. Al-Anfal : 33)

Dan Allah juga menurunkan rahmat :

)46 : ‫ّللاَ لَ َعلاك ْم ت ْر َحمونَ (النمل‬ َ ‫سيِِّئ َ ِة قَ ْب َل ْال َح‬


‫سنَ ِة لَ ْو َال ت َ ْست َ ْغفِرونَ ا‬ ‫قَا َل يَا قَ ْو ِم ل َِم ت َ ْست َ ْع ِجل ْونَ بِا ل ا‬

Artinya :

“Dia berkata : ‘Hai kaumku, mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta)
kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah SWT agar kamu mendapat rahmat.”
(Q.S. Al-Naml : 46)

Ini adalah tentang keutamaan istighfar di dalam Al-Qur’an, yaitu : Disamping pengampunan Allah
SWT, dengan istighfar kita akan mendapatkan curahan hujan, keturunan, rizqi, dijauhkan dari
bencana dan diberi curahan rahmat dari Allah SWT

Adapun hadits Nabi tentang keutamaan istighfar.

Disebutkan dalam riwayat yang banyak tentang istighfar diantaranya :

1.

‫ (( وهللا إني الستغفر هللا وأتوب إليه في اليوم أكثر‬:‫ سمعت رسول هللا صلي هللا عليه وسلم يقول‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
)‫) ( رواه البخاري‬57())‫من سبعين مرة‬
“ Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: ”Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah
dalam satu hari lebih dari 70 kali.” (HR.Bukhari)

2.

‫ع از َو َج ال َوأَتوب ِإلَ ْي ِه ك ال َي ْوم مِ ائَةَ َم ارة‬ َ ‫ ِإنِِّي َأل َ ْست َ ْغفِر ا‬: ‫وعن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬2-
َ ‫ّللا‬
)114/6( ”‫(رواه النسائي في “السنن الكبرى‬

Artinya :

Dari Abu Hurairah r.a. : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya aku memohon ampun kepada
Allah Azza Wa Jalla dan bertaubat kepadanya setiap hari seratus kali.” (H.R. An-Nasa’i)

Nabi SAW tidak pernah meninggalkan suatu tempat kecuali beristighfar 70 kali .

3. Masalah Keutamaan Memohon Kepada Allah Agar Diberi Surga

Adapun masalah keutamaan memohon kepada Allah agar diberi surga telah

banyak riwayat yang datang dari Nabi SAW, diantaranya :

a. Hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Annas bin Malik, beliau berkata :

‫ اللهم أدخله‬:‫ ما سأل رجل مسلم هللا عز وجل الجنة ثالثا ً إال قالت الجنة‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أنس بن مالك قال‬
‫ اللهم أجره من النار‬:‫ وال استجار من النار مستجير ثالث مرات إال قالت النار‬،‫الجنة‬

“Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah seorang muslim meminta kepada Allah SWT surga 3 kali
kecuali surga akan berkata” Ya Allah masukkan dia ke surga. Dan tidak meinta perlindungan
kepada Allah dari api neraka kecuali api neraka mengatakan “Jauhkan mereka dariku Ya Allah”
(H.R Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Nasai, Imam Ahmada, Imam Hakim.

b. Imam Bukhari juga meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda :

)2790 ‫ّللا فاسألوه الفردوس (البخاري برقم‬


‫إذا سألتم ا‬
“Mintalah surga. ” (H.R. Bukhori)

Kita minta kepada Allah surga, dianjurkan oleh Allah SWT dan ini tidak ada terikat dengan waktu,
kapan saja. Memang disana ada himbauan agar kita minta kepada Allah dijauhkan dari fitnah api
neraka.

c. Imam Muslim juga meriwayatkan tentang doa saat kita membaca tasyahud :

،ِ‫ َومِ ْن فِتْنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َمات‬،‫ب ْال َقب ِْر‬ ِ ‫ع َذا‬ ِ ‫عذَا‬
َ ‫ َومِ ْن‬،‫ب َج َهنا َم‬ ِ ‫ش اه َد أ َ َحدك ْم فَ ْليَ ْست َ ِع ْذ ِبا‬
َ ‫هلل مِ ْن أ َ ْربَع يَقول اللاه ام ِإنِِّي أَعوذ ِبكَ مِ ْن‬ َ َ ‫ِإذَا ت‬
‫ (رواه مسلم‬.‫ِيح ال ادجاا ِل‬ ْ
ِ ‫) َومِ ْن ش ِ َِّر فِتْنَ ِة ال َمس‬

“Jika salah satu dari kalian membaca tasyahud hendaknya memohon perlindungan kepada Allah
SWT dari 4hal. Ya Alloh sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari sikas neraka jahannam, dari
siksa kubur, fitnah dalam hidup dan setelah mati dan dari fitnahnya dajjal.”

Inilah sekelumit riwayat – riwayat tentang keutamaan mengucapkan kalimat

‫ الَ إِلَهَ إِالا هللا‬beristighfar, dan himbauna kepada kita agar memohon surga dan dijauhkan dari api
neraka.

Himbauan doa Khusus di Bulan Ramadhan

Kalau seandainya tanpa riwayat – riwayat yang khusus. Sungguh dzikir dan doa tersebut di atas
bukanlah sesuatu yang dilarang bahkan tetap dihimbau dan dianjurkan untuk kita mengucapkan
kalimat syahadat, membaca ‫ الَ إِلَهَ إِالا هللا‬, memperbanyak istighfar, memohon kepada Allah SWT
surga dan meminta perlindungan dari api neraka.

Adapun tentang kekhususan doa tersebut di bulan Romadhon. Yaitu hadits Nabi SAW yang
berbunyi :

ِ ‫َان اللات‬
‫َان ت ْرض ْونَ بِ ِه َما َرباك ْم‬ ِ ‫صلَت‬ْ ‫ع ْنه َما َفأ َ اما ْال َخ‬
َ ‫ص َلتَي ِْن الَ ِغ ًنى بِك ْم‬ َ ‫ص َلتَي ِْن ت َْر‬
ْ ‫ض ْونَ بِ ِه َما َرباك ْم َو َخ‬ ْ ‫صال َخ‬ َ ِ‫َوا ْست َ ْكثَر ْوا فِ ْي ِه مِ ْن أ َ ْربَ ِع خ‬
‫ار‬ َ ْ َ
ِ ‫ع ْن َها فَت َ ْسأل ْونَ هللاَ ال َجناة َوت َع ْوذ ْونَ بِ ِه مِ نَ النا‬ ِ ‫ش َها َدة أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالا هللا َوت َ ْست َ ْغفِر ْونَه َوأ اما اللت‬
َ ‫َان الَ ِغنًى بِك ْم‬ ‫ا‬ َ َ َ‫ف‬
“Perbanyaklah di bulan romadhon dengan 4 hal. Dua hal akan menjadi sebab keridhoan Alloh
kepadamu.dua hla yang engkau sangat membutuhkanya.bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Alloh dan memohon ampun kepadaNya.engkau memohon surga dan agar di jauhkan dari
neraka.”

Ini adalah hadits khusus, dan hadits tersebut memang sebagian Ulama mengatakan hadits itu
dhoif. Akan tetapi kita harus tahu bahwasanya : “ Tidak semua hadits yang dikatakan Ulama itu
dhoif lalu dikatakan oleh Ulama lain juga juga dhoif. ” Sebab dikalangan ulama ada perbedaan
pendapat di dalam menilai sebuah hadits. Sangat mungkin sekali sebuah hadits dikatakan shohih
oleh seorang pakar hadits, akan tetepi dikatakan dhoif atau lemah oleh yang lainnya. Itu sudah
umum di dalam masalah pemahaman tentang kekuatan atau derajat keshohihan sebuah Hadits.
Maka bagi yang mengatakan tidak shohih mereka tidak mengambil, bagi yang mengatakan hadits
itu shohih atau hasan maka itu diambil. Dari sinilah diantara sebab adanya masalah khilafiyah
yaitu yang bermula dari Perbedaan diantara Para Ulama di dalam menilai sebuah Hadits.

Dalam hadits tersebut di atas sebagian Ulama mengatakan hadits ini shohih. Kalaupun Anda
mendengar dari ulama hadits yang lainnya mengatakan hadits itu adalah dhoif, jika Anda
mempercayai itu Anda tetap bisa membaca doa tersebut dengan hadits yang lainnya yaitu
berdasarkan hadits – hadits yang umum tadi.

Adapun bagi yang mengatakan hadits itu adalah benar derajatnya, bukan dhoif dan palsu yaitu
seperti penilain sebagian para ulama hadits bahwa hadits tersebut adalah hadits hasan dan hasan
shohih. Seperti Ibnu Huzaimah memasukkan Hadits dalam kitab Shohihnya biarpun di akhirnya
mengatakan ini Shohhal Khobar. Kalimat In Shohhal khobar artinya jika berita ini benar itu adalah
kalimat yang sangat wajar di ungkapkan oleh ulama hadits. Kalimat itu bukan untuk menghukumi
kalau hadits itu adalah lemah.

Kemudian ulama yang mengatakan hadits ini dhoif adalah karena hadits ini diriwayatkan melalui
seorang perawi yang bernama Ali Ibn Zaid Ibn Jud’an. Yang mengatakan riwayat Ali Ibn Zaid Ibn
Jud’an adalah lemah mereka langsung melemahkan hadits tersebut. Harus diketahui bahwasanya
kelemahan Ali Ibn Zaid Ibn Jud’an bagi yang mengatakan itu lemah bukan karena beliau seorang
pendusta. Selagi kelemahan hadits bukan karena dusta maka dianggap tidak parah
kelemahannya.

Adapun bagi yang mengatakan bahwasanya Ali Ibn Zaid Ibn Jud’an bukanlah orang yang
dikatakan lemah. Seperti yang dikatakan oleh Al-Haitsami, kemudian juga Imam Al-Bazzar. Imam
Bazzar mengatakan bahwa hadits ini adalah hasan. Kemudian juga Imam Al-Haitsami dalam
Majma’ Zawaidnya mengatakan bahwasanya hadits ini juga hasan. Hadits yang melalui orang ini
(Ali bin Zaid bin Jud’an) adalah hasan. Kemudian juga Imam At-Tirmidzi mengatakan orang ini
adalah Shoduuq, bisa dipercaya dalam urusan hadits. Bahkan beliau menghukumi hadits yang
perawinya melalui Ali Ibn Zaid Ibn Jud’an adalah hadits hasan. Ini adalah perbedaan diantara para
Ulama Muhadditsin.

4. Do’a Menyambut Lailatul Qodar

Nabi SAW mengajarkan kepada Sayyidatina Siti Aisyah r.a. bacaan untuk menyambut malam
Lailatul Qodar yaitu :

َ‫ اللاه ام ِإناك‬:‫ “قولِي‬:‫ قَا َل‬،”‫ع ِل ْمت أَي لَ ْيلَة لَ ْيلَة ْالقَد ِْر َما أَقول فِي َها؟‬ ‫ “يَا َرسو َل ا‬:‫ ق ْلت‬: ْ‫ع ْن َها قَالَت‬
َ ‫ أ َ َرأَيْتَ إِ ْن‬،ِ‫ّللا‬ َ ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ِ ‫شةَ َر‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
))‫عنِي”(أخرجه الترمذي‬ ِّ َ ْ ْ
َ ‫عفو ك َِريم تحِ ب العَف َو فاعْف‬ َ

Diriwayaytkan dari Sayyidatina Aisyah r.a.h. Beliau berkata : “ Wahai Rasulallah, jika aku melihat
Lailatul Qodar apa kiranya yang aku baca di malam itu?” Nabi SAW menjawab : “ Bacalah : Ya
Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Pemurah, Dzat yang senang member
pengampunan. Maka ampunilah aku Ya Allah ” . (H.R. At-Tirmidzi)

Ini adalah sekelumit doa doa yang dianjurkan atau dibaca di bulan Ramadhan dan disana masih
ada doa – doa yang sangat banyak yang bisa dibaca di bulan Ra,amdhan. Intinya adalah mari kita
perbanyak di bulan Ramadhan ini amal baik, dari dzikir, istighfar doa, sholat, membaca Al-Qur’an,
sedekah dan lain-lainya sebagai bukti kerindua kita untuk menjadi orang yang Berjaya di bulan
Ramadhan.

Semoga Allah memberikan kepada kita pemahaman yang benar, ilmu yang manfaat dan
menjadikan kita hamba yang kembali kepada Allah SWT dengan pengampunan di bulan
Ramadhan dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Wallahu a’lamu bisshowab

Ringkasan Fiqih Puasa dalam Madzhab Al-Imam


Syafi’i
Mafahim: Puasa secara bahasa berarti: Menahan. Menurut istilah syara’ berarti menahan diri
dari sesuatu perkara yang membatalkan puasa, mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari
dengan niat tertentu.
Dasar Wajib Puasa

Maksud Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al Baqarah:
183)

Hikmah Puasa

Antara lain, menahan hawa nafsu, mengurangi syahwat, memberikan pelajaran bagi orang kaya
untuk merasakan lapar sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin dan
menjaga dari maksiat.

Syarat Sah Puasa:

Islam

Berakal

Bersih dari haid/ nifas

Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa

Tidak Sah puasa bagi orang kafir, orang gila walau pun sebentar, perempuan haid atau nifas dan
puasa pada waktu yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya atau hari tasyriq. Adapun
perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar, maka puasanya tetap Sah dengan
syarat telah niat, sekali pun belum mandi sampai pagi.

Syarat Wajib Puasa:

Islam: Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat mereka tetap
akan diadzab karena kekafirannya. Adapun orang murtad, maka wajib baginya mengqodho’
apabila ia kembali masuk Islam.

Mukallaf (baligh dan berakal): Anak yang belum baligh tidak wajib puasa, namun orang tua
wajib memerintahkan putra-putrinya berpuasa sejak kecil (7 tahun) dan memukul (sewajarnya)
jika meninggalkan puasa saat berumur 10 tahun.
Mampu mengerjakan puasa (bukan orang lansia atau orang sakit): Lansia yang tidak mampu
berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh menurut medis wajib mengganti
puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu mud (sekitar 6,25 ons) makanan pokok (beras)
untuk setiap harinya.

Mukim: Tidak wajib bagi Musafir selama ia bepergian sejauh lebih dari 82 km, keluar dari batas
kotanya sebelum fajar dan menetap di kota tujuan tidak lebih dari 4 hari.

Rukun-rukun Puasa:

1. Niat: (untuk puasa wajib maupun sunnah), mulai terbenamnya matahari hingga sebelum
terbitnya fajar.

Niat (talaffud) puasa Ramadhan:

‫سنَ ِة ِهللِ تَعَالَى‬


‫ضانَ َه ِذ ِه ال ا‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ ِ ‫ع ْن اَدَاءِ فَ ْر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو َم غَد‬
َ ‫ن ََويْت‬

“SAYA NIAT MENGERJAKAN KEWAJIBAN PUASA BULAN RAMADHAN ESOK HARI PADA TAHUN INI
KARENA ALLAH TA’ALA”.

Niat hendaknya dilakukan setiap malam hari selama bulan Ramadhan. Niat (rukun) dilakukan di
dalam hati, tanpa niat (dalam hati) puasanya tidak Sah. Adapun mengucapkan/ talaffud adalah
sunnah.

2. Menghindari perkara yang membatalkan puasa, kecuali jika lupa atau dipaksa atau karena
kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur).

Jahil ma’dzur/ kebodohan yang ditolerir syari’at ada dua:

a. Hidup jauh dari ulama

b. Baru masuk Islam


Hal-hal yang Membatalkan Puasa:

Masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke dalam tubuh seperti mulut,
hidung, telinga dan dua lubang qubul-dubur dengan disengaja, mengetahui keharamannya dan
atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak mengetahui keharamannya karena
bodoh yang ditolerir atau karena dipaksa, maka puasanya tetap Sah.

Murtad, yakni keluar dari Islam, baik dengan niat dalam hati, perkataan, perbuatan, walau pun
perbuatan murtad tersebut sekejap saja.

Haid, nifas dan melahirkan sekali pun sebentar.

Gila meski pun sebentar.

Pingsan dan mabuk (tidak disengaja) sehari penuh. Jika masih ada kesadaran sekali pun
sebentar, puasanya tetap Sah.

Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya.

Mengeluarkan mani, baik dengan tangan, atau tangan istrinya, atau dengan berhayal, atau
dengan melihat (jika dengan berhayal dan melihat itu dia tahu kalau akan mengeluarkan mani),
atau dengan tidur berdampingan (bersenang-senang) bersama istrinya. Jika mani keluar dengan
salah satu sebab di atas, maka puasanya batal.

Muntah dengan sengaja.

Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Puasa:

1. Suami-Istri

Apabila seseorang berhubungan dengan istrinya pada siang hari Ramadhan dengan sengaja,
tanpa terpaksa dan mengetahui keharamannya maka puasanya batal, berdosa, wajib menahan
diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai maghrib dan wajib mengqodho puasanya serta
wajib membayar denda kaffarah udzma yaitu:

Membebaskan budak perempuan yang islam.

Jika tidak mampu, wajib berpuasa dua bulan berturut-turut.

Jika tidak mampu, maka wajib memberi makanan pada 60 orang miskin masing-masing berupa
1 mud (sekitar 6,5 ons) dari makanan pokok.
Denda ini wajib dikeluarkan hanya bagi laki-laki saja, karena dengan masuknya kelamin laki-laki,
sang wanita sudah menjadi batal puasanya.

2. Hukum Menelan Dahak.

Jika telah mencapai batas luar tenggorokan, maka haram menelan dan membatalkan
puasanya.

Jika masih di batas dalam tenggorokan, maka boleh dan tidak membatalkan puasanya.

Yang dimaksud batas luar tenggorokan menurut pendapat Imam Nawawi (yang mu’tamad)
adalah makhroj huruf ha’ (‫ )ح‬dan dibawahnya adalah batas dalam. Sedangkan menurut sebagian
ulama, batas luar adalah makhroj huruf kho’ (‫ )خ‬dan dibawahnya adalah batas dalam.

3. Menelan Ludah Tidak Membatalkan Puasa dengan Syarat:

Murni (tidak tercampur benda lain)

Suci

Berasal dari sumbernya yaitu lidah dan dalam mulut, sedangkan menelan ludah yang sudah
berada pada bibir luar membatalkan puasa.

4. Hukum Masuknya Air Mandi ke Dalam Rongga Tanpa Sengaja:

Jika sebab mandi sunnah seperti mandi untuk sholat jum’at atau mandi wajib (janabat) maka
tidak membatalkan puasa kecuali jika sengaja atau dengan menyelam.

Jika bukan mandi sunnah atau wajib seperti mandi untuk membersihkan badan, maka
puasanya batal baik disengaja atau tidak.

5. Hukum Air Kumur yang Tertelan Tanpa Sengaja:


Jika berkumur untuk kesunnahan seperti dalam wudhu’, tidak membatalkan puasa asalkan
tidak terlalu ke dalam (mubalaghoh).

Jika berkumur biasa, bukan untuk kesunnahan maka puasanya batal secara mutlak, baik terlalu
ke dalam (mubalaghoh) atau tidak.

6. Muntah atau Dalam Mulut Berdarah

Orang yang muntah atau dalam mulutnya berdarah wajib berkumur dengan mubalaghoh
(membersihkan hingga ke pangkal tenggorokan) agar semua bagian mulutnya suci. Apabila ia
menelan ludah tanpa mensucikan mulutnya dari sisa muntah, maka puasanya batal.

7. Membatalkan Puasa atau Tidak Niat

Orang yang sengaja membatalkan puasanya (alasan syar’i) atau tidak berniat di malam hari, wajib
menahan diri di siang hari Ramadhan dari perkara yang membatalkan puasa (selayaknya orang
puasa) sampai maghrib dan setelah Ramadhan wajib mengqodho puasanya.

8. Berbagai konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa atau membatalkan puasa Ramadhan:

A. WAJIB QODHO’ DAN MEMBAYAR DENDA

Jika membatalkan puasa demi orang lain. Seperti perempuan mengandung dan menyusui yang
tidak puasa karena kuatir pada kesehatan anaknya saja.

Mengakhirkan qodho’ puasanya hingga datang Ramadhan lagi tanpa ada uzur.

B. WAJIB QODHO’ TANPA DENDA

Berlaku bagi orang yang tidak berniat puasa di malam hari

Orang yang membatalkan puasanya dengan selain jima’ (bersetubuh)

Perempuan hamil atau menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan dirinya saja
atau kesehatan dirinya dan anaknya.
C. WAJIB DENDA TANPA QODHO’

Berlaku bagi orang lanjut usia tidak mampu berpuasa.

Orang sakit yang tidak punya harapan sembuh, ia tidak mampu berpuasa.

D. TIDAK WAJIB QODHO’ DAN TIDAK WAJIB DENDA

Berlaku bagi orang yang kehilangan akal/ gila yang permanen atau tidak mengalami
kesembuhan.

Yang dimaksud DENDA di sini adalah FIDYAH, 1 mud (6,5 ons) makanan pokok daerah setempat
(beras) untuk setiap harinya.

Hal-hal yang Disunnahkan dalam Puasa Ramadhan

Menyegerakan berbuka puasa.

Makan Sahur.

Mengakhirkan sahur, dimulai dari tengah malam.

Berbuka dengan kurma (ruthab) + dengan bilangan ganjil. Bila tidak ada kurma, dengan air zam
zam/ air putih. Atau dengan makanan manis alami (yang belum tersentuh oleh api/ dimasak),
misal: madu, kismis dan sejenisnya.

Membaca doa saat berbuka puasa.

Memberi makanan berbuka pada orang yang berpuasa.

Mandi janabat sebelum terbitnya fajar bagi orang yang junub di malam hari.

Mandi setiap malam di bulan Ramadhan.

Menekuni sholat tarawih dan witir.

Memperbanyak bacaan Al Qur’an dengan tadabbur.

Memperbanyak amalan sunnah dan amal sholeh.


Meninggalkan caci maki.

Berusaha makan dari yang halal.

Bersungguh-sungguh di sepuluh hari terakhir.

HAL-HAL YANG DIMAKRUHKAN DALAM PUASA RAMADHAN

Mencicipi makanan.

Bekam (mengeluarkan darah).

Banyak tidur dan terlalu kenyang.

Mandi dengan menyelam.

Memakai siwak setelah masuk waktu duhur.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PAHALA PUASA (MUHBITHAAT)

Ghibah (gossip).

Adu domba.

Berbohong.

Memandang hal-hal yang haram atau pun halal, namun dengan syahwat.

Sumpah palsu.

Berkata jorok atau melakukan perbuatan jelek.

Catatan tambahan dan soal-jawab seputar puasa.

Untuk menentukan awal Bulan Ramadhan dan 1 Syawwal (Lebaran Idul Fitri) dianjurkan
mengikuti keputusan Pemerintah Pusat. Dalam hal ini adalah Majlis Ulama Indonesia (MUI),
melalui sidang Itsbat, yang anggotanya terdiri dari pakar-pakar Islam yang kredibel dalam ilmu
ru’yah maupun hisab. Dengan demikian umat Islam Indonesia dapat bersatu dan tidak terpecah
belah.
Soal: Bagaimana hukumnya orang yang berpuasa melakukan cek golongan darah, dengan
sedikit melukai kulit?

Jawab : Boleh dan Puasanya Sah.

Soal : Bagaimana hukumnya orang yang berpuasa melakukan infus/ memasukan makanan
melalui pembuluh darah?

Jawab : Tidak Boleh dan Puasanya Batal.

Soal : Bagaimana hukumnya berpuasa melakukan suntik atau bius lokal?

Jawab : Boleh dan Puasanya Sah selama cairan tidak mengalir ke saluran makanan
(pencernaan).

Soal : Bagaimana hukumnya berpuasa melakukan donor darah atau mengambil darah untuk
cek laboratorium termasuk hijamah (bekam)?

Jawab : Hukumnya makruh dan Puasanya Sah.

Salim Abdul Qadir MD

KITAB MENJELASKAN HUKUM-HUKUM BERPUASA


Lafadz shiyam dan shaum adalah dua bentuk kalimat masdar, yang secara bahasa keduanya
bermakna menahan.

‫ساك‬ ِ ْ ً‫ان َم ْعنَاه َما لغَة‬


َ ‫اْل ْم‬ ِ ‫ص َد َر‬
ْ ‫ص ْوم َم‬
‫َوه َو َوال ا‬
Dan secara syara’ adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa disertai niat tertentu
sepanjang siang hari yang bisa menerima ibadah puasa dari orang muslim yang berakal dan suci
dari haidl dan nifas.

َ ‫عاقِل‬
‫طاهِر مِ ْن َحيْض َو ِنفَاس‬ ْ ‫ص ْو ِم‬
َ ‫مِن م ْسلِم‬ َ ‫ع ْن م ْفطِ ر ِب ِن َية َم ْخص ْو‬
‫صة َجمِ ْي َع نَ َهار قَا ِبل لِل ا‬ َ ‫ساك‬
َ ‫َوش َْرعًا ِإ ْم‬

Syarat Wajib Puasa

Syarat-syarat wajib berpuasa ada tiga perkara. Dalam sebagian redaksi ada empat perkara.

(‫ح أ َ ْربَ َعة أ َ ْشيَا َء‬


ِ ‫س‬
َ ‫ض الن‬ ْ ِ‫الصيَ ِام ث َ َالثَة أ َ ْشيَا َء) َوف‬
ِ ‫ي بَ ْع‬ ِّ ِ ‫ب‬
ِ ‫َوش ََرائِط وج ْو‬

Yaitu Islam, baligh, berakal dan mampu berpuasa.

(‫ص ْو ِم‬ َ ‫اْلس َْالم َو ْالبل ْوغ َو ْالعَ ْقل َو ْالقد َْرة‬
‫علَى ال ا‬ ِ )

Dan ini (mampu berpuasa) tidak tercantum di dalam redaksi yang mengatakan syaratnya ada tiga
perkara.

‫على ن ْس َخ ِة الث ا َالث َ ِة‬


َ ‫َو َهذَا ه َو السااقِط‬

Maka puasa tidak wajib bagi orang yang memiliki sifat yang sebaliknya.

َ‫ض َدا ِد ذَلِك‬ ِ ‫علَى ْالمت ا‬


ْ َ ‫صفِ ِبأ‬ ‫فَ َال يَ ِجب ال ا‬.
َ ‫ص ْوم‬

Fardlu-Fardlu Puasa

Fardlu-fardlunya puasa ada empat perkara.


(‫ص ْو ِم أ َ ْر َب َعة أ َ ْش َيا َء‬
‫) َوفَ َرائِض ال ا‬

Salah satunya adalah niat di dalam hati.

ِ ‫أ َ َحدهَا (النِِّيَة) بِ ْالقَ ْل‬


‫ب‬

Jika puasa yang dikerjakan adalah fardlu seperti Romadlon atau puasa nadzar, maka harus
melakukan niat di malam hari.

‫ضانَ أ َ ْو نَ ْذ ًرا فَالَ ب اد مِ ْن إِ ْيقَاعِ النِِّيَ ِة لَي ًْال‬ ‫فَإ ِ ْن َكانَ ال ا‬


َ ‫ص ْوم فَ ْرضًا ك ََر َم‬

Dan wajib menentukan puasa yang dilakukan di dalam puasa fardlu seperti puasa Romadlon.

َ‫ضان‬ ِ ‫ص ْو ِم ْالف َْر‬


َ ‫ض ك ََر َم‬ َ ‫َويَ ِجب الت ا ْعيِيْن فِ ْي‬

Niat puasa Romadlon yang paling sempurna adalah seseorang mengatakan, “saya niat melakukan
puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon tahun ini karena Allah Ta’ala.”

‫ِل ت َ َعالَى‬
ِ ِ ‫سنَ ِة‬
‫ان َه ِذ ِه ال ا‬
ِ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَدَاءِ فَ ْر‬
َ ‫ض َر َم‬ َ ‫ص ْو َم غَد‬ ‫ص ْو ِم ِه أ َ ْن َيق ْو َل ال ا‬
َ ‫ش ْخص ن ََويْت‬ َ ‫َوأ َ ْك َمل نِ َي ِة‬

Fardlu kedua adalah menahan dari makan dan minum walaupun perkara yang dimakan dan yang
diminum hanya sedikit, hal ini ketika ada unsur kesengajaan.

(‫ب) َو ِإ ْن قَ ال ْال َمأْك ْول َو ْال َم ْشر ْوب ِع ْن َد الت ا َعم ِد‬
ِ ‫ع ِن ْاأل َ ْك ِل َوالش ْر‬
َ ‫ساك‬ َ ‫َو) الثاان‬
ِ ْ ( ‫ِي‬
َ ‫اْل ْم‬

Jika seorang yang berpuasa melakukan makan dalam keadaan lupa atau tidak mengetahui
hukumnya, maka puasanya tidak batal jika ia adalah orang yang baru masuk Islam atau hidup
jauh dari ulama’. Jika tidak demikian, maka puasanya batal.
َ ‫ع ِن ْالعلَ َماءِ َوإِالا أ َ ْف‬
‫ط َر‬ َ ‫شأ َ بَ ِع ْيدًا‬
َ َ‫اْلس َْال ِم أ َ ْو ن‬
ِ ْ ِ‫ع ْهد ب‬ َ ‫فَإ ِ ْن أ َ َك َل نَا ِسيًا أ َ ْو َجاه ًِال لَ ْم ي ْفطِ ْر إِ ْن َكانَ قَ ِري‬
َ ‫ْب‬

Fardlu ke tiga adalah menahan dari melakukan jima’ dengan sengaja.

َ )‫َو) الثاالِث ( ْال ِج َماع‬


(‫عامِ دًا‬

Adapun melakukan jima’ dalam keadaan lupa, maka hukumnya sama seperti makan dalam
keadaan lupa.

‫َو أ َ اما ْال ِج َماع نَا ِسيًا فَك َْاأل َ ْك ِل نَا ِسيًا‬

Fardlu ke empat adalah menahan dari muntah dengan sengaja. Jika ia terpaksa muntah, maka
puasanya tidak batal.

َ ‫غلَ َبه ْالقَيْئ لَ ْم َي ْبط ْل‬


(‫ص ْومه‬ ِ ‫الرا ِبع (ت َ َعمد ْالقَي‬
َ ‫ْئ) فَلَ ْو‬ ‫ َو) ا‬.

Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang membuat orang berpuasa menjadi batal ada sepuluh perkara.

(‫ع ْش َرة أ َ ْشيَا َء‬ ْ ‫) َوالا ِذ‬


‫ي ي ْفطِ ر بِ ِه ال ا‬
َ ‫صائِم‬

Yang pertama dan kedua adalah sesuatu yang masuk dengan sengaja ke dalam lubang badan
yang terbuka atau tidak terbuka seperti masuk ke dalam kepala dari luka yang tembus ke otak.

‫الرأْ ِس‬
‫مِن َمأْم ْونَة ِإلَى ( ا‬
ْ ‫ِح ك َْالوص ْو ِل‬
ِ ‫غي ِْر ْالم ْنفَت‬ ِ ‫ع ْمدًا ِإلَى ْال َج ْوفِ ) ْالم ْنفَت‬
َ )‫ِح (أ َ ْو‬ َ ‫)أ َ َحدهَا َوثَانِ ْي َها ( َما َو‬
َ ‫ص َل‬

Yang dikehendaki adalah seseorang yang berpuasa harus mencegah masuknya sesuatu ke bagian
badan yang dinamakan jauf (lubang).
‫س امى َج ْوفًا‬
َ ‫عيْن إِلَى َما ي‬
َ ‫ع ْن وص ْو ِل‬
َ ‫صائ ِِم‬ َ ‫َو ْالم َراد إِ ْم‬
‫ساك ال ا‬

Yang ke tiga adalah al huqnah (menyuntik) di bagian salah satu dari qubul dan dubur.

‫) َو) الثاالِث ( ْالح ْقنَة فِ ْي أ َ َح ِد ال ا‬


(‫س ِب ْيلَي ِْن‬

Huqnah adalah obat yang disuntikkan ke badan orang yang sakit melalui qubul atau dubur yang
diungkapkan di dalam matan dengan bahasa “sabilaini (dua jalan)”.

‫ع ْنه َما فِي ْال َمتْ ِن بِال ا‬


‫سبِ ْيلَي ِْن‬ َ ‫ي قبل أ َ ْو دبر ْالمعَب ِار‬
ْ ِ‫ِي َد َواء يحْ قَن بِ ِه ْال َم ِريْض ف‬
َ ‫َوه‬
Yang ke empat adalah muntah dengan sengaja. Jika tidak sengaja, maka puasanya tidak batal
seperti yang telah dijelaskan.

َ ‫ص ْومه َك َما‬
( َ‫سبَق‬ َ ‫الرابِع ( ْالقَيْئ‬
َ ‫ع ْمدًا) فَإ ِ ْن لَ ْم يَتَعَ ام ْد لَ ْم يَبْط ْل‬ ‫َو) ا‬

Yang ke lima adalah wathi’ dengan sengaja di bagian farji.

(ِ‫ع ْمدًا فِي ْالف َْرج‬ ْ ‫) َو) ْالخَا ِمس ( ْال َو‬
َ ‫طء‬

Maka puasa seseorang tidak batal sebab melakukan jima’ dalam keadaan lupa seperti yang telah
dijelaskan.

َ ‫صائِم ِب ْال ِج َماعِ نَا ِسيًا َك َما‬


َ‫س َبق‬ ‫فَ َال ي ْفطِ ر ال ا‬

Yang ke enam adalah inzal, yaitu keluar sperma sebab bersentuhan kulit dengan tanpa
melakukan jima’

(‫ع ْن مبَاش ََرة) بِ َال ِج َماع‬


َ (‫ي‬ِِّ ِ‫اْل ْنزَ ال) َوه َو خر ْوج ْال َمن‬
ِ ْ ( ‫َو) الساادِس‬
Baik keluar sperma tersebut diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangannya
sendiri, atau tidak diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangan istri atau budak
perempuannya.

ِ ‫اج ِه بِيَ ِ ِّد زَ ْو َجتِ ِه أ َ ْو َج‬


‫اريَتِ ِه‬ َ ‫اج ِه بِيَ ِ ِّد ِه أ َ ْو‬
ِ ‫غي َْر م َح ارم َكإ ِ ْخ َر‬ ِ ‫م َح ار ًما َكإ ِ ْخ َر‬

Dengan bahasa “sebab bersentuhan kulit”, mushannif mengecualikan keluarnya sperma sebab
mimpi basah, maka secara pasti hal itu tidak bisa membatalkan puasa.

‫ار بِ ِه َج ْز ًما‬
َ ‫ط‬َ ‫ي بِاحْ ت َِالم فَ َال إِ ْف‬ِِّ ِ‫ع ْن خر ْوجِ ْال َمن‬ ْ ‫َو‬
َ ‫اخت ََرزَ بِمبَاش ََرة‬

Yang ke tujuh hingga akhir yang ke sepuluh adalah haidl, nifas, gila dan murtad.

ِّ ِ ‫) َو) الساابِع إِلَى آخِ ِر ْالعَ ْش َرةِ ( ْال َحيْض َوالنِِّفَاس َو ْالجن ْون َو‬
(‫الر َدة‬

Maka barang siapa mengalami hal tersebut di tengah-tengah pelaksanaan puasa, maka hal
tersebut membatalkan puasanya.

‫طلَه‬ ‫ي أَثْنَاءِ ال ا‬
َ ‫ص ْو ِم أ َ ْب‬ َ َ ‫ط َرأ‬
ْ ِ‫شيْئ مِ ْن َها ف‬ َ ‫ فَ َم ْن‬.

Kesunahan-Kesunahan Puasa

Di dalam puasa ada tiga perkara yang disunnahkan.

(‫ص ْو ِم ث َ َالثَة أ َ ْشيَا َء‬


‫) َوي ْست َ َحب فِي ال ا‬

Salah satunya adalah segera berbuka jika orang yang berpuasa tersebut telah meyaqini
terbenamnya matahari.
‫ب ال ا‬
‫ش ْم ِس‬ َ ‫صائِم غر ْو‬ ْ ‫أ َ َحدهَا (ت َ ْع ِجيْل ْالف‬
‫ِط ِر) إِ ْن ت َ َحقاقَ ال ا‬

Jika ia masih ragu-ragu, maka tidak diperkenankan segera berbuka.

ْ ‫شكا فَ َال يعَ ِجِّل ْالف‬


‫ِط َر‬ َ ‫فَإ ِ ْن‬

Disunnahkan untuk berbuka dengan kurma kering. Jika tidak maka dengan air.

َ ‫سن أ َ ْن ي ْفطِ َر‬


‫علَى ت َ ْمر َوإِالا فَ َماء‬ َ ‫َوي‬

Yang ke dua adalah mengakhirkan sahur selama tidak sampai mengalami keraguan -masuknya
waktu Shubuh-. Jika tidak demikian, maka hendaknya tidak mengakhirkan sahur.

(‫شكِّ فَ َال ي َؤ ِ ِّخر‬


َ ‫ي‬ ِ ‫َو) الثاانِ ْي (ت َأْخِ يْر الساح‬
ْ ِ‫ور) َمالَ ْم يَقَ ْع ف‬

Kesunahan sahur sudah bisa hasil dengan makan dan minum sedikit.

ِ ‫َو َيحْ صل الساح ْور ِبقَ ِل ْي ِل ْاأل َ ْك ِل َوالش ْر‬


‫ب‬

Yang ke tiga adalah tidak berkata kotor.

(‫ْش (مِ نَ ْالك ََال ِم) ْالفَاحِ ِش‬


ِ ‫َو) الثاالِث (ت َْرك ْال َهج ِْر) أَي ِ ْالفح‬

Maka orang yang berpuasa hendaknya menjaga lisannya dari berkata bohong, menggunjing
orang lain dan sesamanya seperti mencela orang lain.

‫ب َو ْال ِغ ْيبَ ِة َونَحْ ِو ذَلِكَ كَال ا‬


‫شتْ ِم‬ ِ ‫ع ِن ْال َك ِذ‬
َ ‫سانَه‬ ‫فَيَص ْون ال ا‬
َ ‫صائِم ِل‬
Jika ada seseorang yang mencaci dirinya, maka hendaknya ia berkata dua atau tiga kali,
“sesungguhnya aku sedang berpuasa.”

َ ‫شت َ َمه أ َ َحد فَ ْليَق ْل َم ارتَي ِْن أ َ ْو ث َ َالثًا إِنِِّ ْي‬


‫صائِم‬ َ ‫َوإِ ْن‬

Adakalanya mengucapkan dengan lisan seperti yang dijelaskan imam an Nawawi di dalam kitab al
Adzkar.

ِ ‫سانِ ِه َك َما قَا َل النا َو ِوي فِي ْاأل َ ْذك‬


‫َار‬ َ ‫إِ اما بِ ِل‬

Atau dengan hati sebagaimana yang dinuqil oleh imam ar Rafi’i dari beberapa imam, dan hanya
mengucapkan di dalam hati.

‫علَ ْي ِه‬ َ َ ‫ع ِن ْاأل َ ِئ ام ِة َوا ْقت‬


َ ‫ص َر‬ َ ‫ي‬ ‫أ َ ْو ِبقَ ْل ِب ِه َك َما نَقَلَه ا‬.
ِِّ ‫الرا ِف ِع‬

Puasa-Puasa Yang Diharamkan

Haram melakukan puasa di dalam lima hari. Yaitu dua hari raya, maksudnya puasa di hari raya
Idul Fitri dan Idul Adlha.

ْ ‫ص ْوم يَ ْو ِم ِع ْي ِد ْالف‬
ْ َ ‫ِط ِر َو ِع ْي ِد ْاأل‬
(‫ض َحى‬ َ ‫ي‬ ِ ‫صيَام َخ ْم ِس أَياام ْال ِع ْي َد‬
ْ َ ‫ان) أ‬ ِ ‫َويَحْ رم‬

Dan di hari-hari Tasyrik, yaitu tiga hari setelah hari raya kurban

ْ ِ‫ِي (الث ا َالثَة) الات‬


ِ ‫ي بَ ْع َد يَ ْو ِم النا‬
(‫حْر‬ ِ ‫َوأَياام الت ا ْش ِر ْي‬
َ ‫ق) َوه‬

Puasa Yang Makruh Tahrim

Hukumnya makruh tahrim melakukan puasa di hari Syak tanpa ada sebab yang menuntut untuk
melakukan puasa pada hari itu.
(‫ص ْو َمه‬ ِ ‫س َبب َي ْقت‬
َ ‫َض ْي‬ َ ‫ش ِِّك) بِ َال‬ َ ( ‫َوي ْك َره) تَح ِْر ْي ًما‬
‫ص ْوم َي ْو ِم ال ا‬

Mushannif memberi isyarah pada sebagian contoh-contoh sebab ini dengan perkataan beliau,
“kecuali jika kebiasannya melakukan puasa bertepatan dengan hari tersebut”.

‫طو ِع ِه‬ َ َ‫ب بِقَ ْو ِل ِه (إِ اال أ َ ْن ي َوافِق‬


َ َ ‫عا َدة ً لَه) فِ ْي ت‬ ‫ض ص َو ِر َهذَا ال ا‬
ِ َ‫سب‬ َ ‫َار ْالم‬
ِ ‫صنِِّف ِلبَ ْع‬ َ ‫َوأَش‬

Seperti orang yang memiliki kebiasaan puasa satu hari dan tidak puasa satu hari, kemudian giliran
puasanya bertepatan dengan hari Syak. Seseorang juga diperkenankan melakukan puasa di hari
Syak sebagai pelunasan puasa qadla’ dan puasa nadzar.

‫ضاء َونَ ْذر‬ َ ‫ش ِِّك أ َ ْيضًا‬


َ َ‫ع ْن ق‬ ِ ‫ش ِِّك َولَه‬
‫صيَام يَ ْو ِم ال ا‬ ‫ص ْومه يَ ْو َم ال ا‬ َ ‫صيَام يَ ْوم َوإِ ْف‬
َ َ‫طار يَ ْوم فَ َوافَق‬ َ ‫َك َم ْن‬
ِ ‫عا َدته‬

Hari Syak adalah hari tanggal tiga puluh Sya’ban ketika hilal tidak terlihat di malam hari
sebelumnya padahal langit dalam keadaan terang, sedangkan orang-orang membicarakan bahwa
hilal telah terlihat namun tidak ada orang adil yang diketahui telah melihatnyanya, atau yang
bersaksi telah melihatnya adalah anak-anak kecil, budak atau orang-orang fasiq.

‫ش ِه َد‬َ ‫عدْل َرآه أ َ ْو‬ َ ‫ش ْعبَانَ ِإذَا لَ ْم ي َرى ْال ِه َالل لَ ْيلَت َ َها َم َع الصاحْ ِو َو ت َ َحد‬
َ ‫اث النااس بِرؤْ يَتِ ِه َولَ ْم ي ْعلَ ْم‬ َ ‫ش ِِّك ه َو يَ ْوم الث ا َالثِيْنَ مِ ْن‬
‫َويَ ْوم ال ا‬
‫سقَة‬ َ
َ َ‫عبِيْد أ ْو ف‬ َ
َ ‫ص ْبيَان أ ْو‬ ِ ‫بِرؤْ يَتِ ِه‬.

Orang Yang Melakukan Jima’ di Siang Hari Bulan Romadlon

Barang siapa melakukan jima’ di siang hari bulan Romadlon dalam keadaan sengaja
melakukannya di bagian farji, dan dia adalah orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan telah
niat melakukan puasa di malam harinya serta dia dianggap berdosa melakukan jima’ tersebut
karena berpuasa, maka wajib baginya untuk mengqadla’ puasanya dan membayar kafarat.

ْ ‫ص ْو ِم َون ََوى مِ نَ اللا ْي ِل َوه َو آثِم بِ َه َذا ْال َو‬


( ‫طءِ ِأل َ ْج ِل‬ ِ ‫عامِ دًا فِي ْالف َْر‬
‫ج) َوه َو م َكلاف بِال ا‬ َ ( ‫ضانَ ) َحا َل ك َْونِ ِه‬
َ ‫ار َر َم‬
ِ ‫ي نَ َه‬ َ ِ‫َو َم ْن َوط‬
ْ ِ‫ئ ف‬
ْ
َ ‫ضاء َوال َكف‬
‫َارة‬ ْ َ
َ َ‫ص ْو ِم(فَعَل ْي ِه الق‬‫ال ا‬
Kafarat tersebut adalah memerdekakan budak mukmin. Dalam sebagian redaksi ada penjelasan
“budak yang selamat dari cacat yang bisa mengganggu di dalam bekerja dan beraktifitas.”

ِ ‫ض ارةِ بِ ْالعَ َم ِل َو ْال َك ْس‬


‫ب‬ ِ ‫ب ْالم‬
ِ ‫س ِل ْي َمة مِنَ ْالعي ْو‬
َ ‫ح‬
ِ ‫س‬
َ ‫ض الن‬ ْ ِ‫ِي ِعتْق َرقَبَة مؤْ مِ نَة) َوف‬
ِ ‫ي بَ ْع‬ َ ‫َوه‬
Jika ia tidak menemukan budak, maka wajib melakukan puasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak
mampu melakukan puasa dua bulan, maka wajib memberi maka enam puluh orang miskin atau
faqir.

ْ ِ ‫ص ْو َمه َما (فَإ‬


(‫طعَام ِستِِّيْنَ مِ ْس ِك ْينًا) أ َ ْوفَ ِقي ًْرا‬ َ )‫ش ْه َري ِْن متَت َابِعَي ِْن فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع‬ ِ َ‫فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ِج ْد) هَا (ف‬
َ ‫صيَام‬

Masing-masing mendapatkan satu mud, maksudnya dari jenis bahan makanan yang bisa
mencukupi di dalam zakat fitrah.

ْ ‫ص َدقَ ِة ْالف‬
(‫ِط ِر‬ َ ‫ي‬ ْ َ ‫لِك ِِّل مِ ْس ِكيْن مد) أ‬
ْ ِ‫ي مِ اما يجْ ِزئ ف‬

Jika ia tidak mampu melakukan semuanya, maka kafarat tersebut tetap menjadi tanggungannya.
Ketika setelah itu ia mampu melakukan salah satunya, maka wajib baginya untuk melakukannya.

َ ‫صا ِل ْال َكف‬


‫َارةِ فَ َعلَ َها‬ َ ِ‫صلَة مِ ْن خ‬
ْ ‫علَى َخ‬
َ َ‫ي ِذ امتِ ِه فَإِذَا قَ َد َر بَ ْع َد ذَلِك‬ َ ‫ت ْال َكف‬
ْ ِ‫َارة ف‬ ِ ‫ع ِن ْال َجمِ ي ِْع ا ْستَقَ ار‬ َ ‫فَإ ِ ْن‬
َ َ‫ع َجز‬

Hutang Puasa Hingga Meninggal Dunia

Barang siapa meninggal dunia dan masih memiliki hutang puasa Romadlon yang ia tinggalkan
sebab udzur seperti orang yang membatalkan puasa sebab sakit dan belum sempat
mengqadla’inya semisal sakitnya terus berlanjut hingga ia meninggal dunia, maka tidak ada
tanggungan dosa baginya di dalam puasa yang ia tinggalkan ini, dan tidak perlu ditebus dengan
fidyah.
( َ‫ضائِ ِه َكأ َ ِن ا ْست َ َم ار َم َرضه َحتاى َمات‬ َ ‫ضانَ ) بِع ْذر َك َم ْن أ َ ْف‬
َ ‫ط َر فِ ْي ِه ِل َم َرض َولَ ْم يَت َ َم اك ْن مِ ْن َق‬ ِ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫صيَام) فَائِت (مِ ْن َر َم‬ َ ‫َو َم ْن َماتَ َو‬
ْ
‫ارك لَه بِال ِف ْديَ ِة‬
َ ‫ت َو َال ت َد‬ ْ ْ ِ‫علَ ْي ِه ف‬
ِ ِ‫ي َهذَا الفَائ‬ ْ
َ ‫فَ َال إِث َم‬

Jika hutang puasa tersebut bukan karena udzur dan ia meninggal dunia sebelum sempat
mengqadla’inya, maka wajib memberikan makanan sebagai ganti dari hutang puasanya.
Maksudnya bagi seorang wali wajib mengeluarkan untuk mayat dari harta peninggalannya. Setiap
hari yang telah ditinggalkan diganti dengan satu mud bahan makanan.

َ )‫مِن ت ِْر َكتِ ِه (لِك ِِّل يَ ْوم) فَاتَ (مد‬


‫طعَام‬ ْ ‫ت‬ ِ ِِّ‫ع ِن ْال َمي‬
َ ‫ي أ َ ْخ َر َج ْال َولِي‬
ْ َ ‫ع ْنه) أ‬ ْ ‫ضائِ ِه (أ‬
َ ‫طع َِم‬ َ َ‫َوإِ ْن فَاتَ بِغَي ِْر ع ْذر َو َماتَ قَ ْب َل الت ا َمك ِن مِ ْن ق‬

Satu mud adalah satu rithl lebih sepertiga rithl negara Bagdad. Dan dengan takaran adalah
separuh wadah takaran negara Mesir.

‫ي‬ ْ ِ‫ي َوه َو بِ ْال َك ْي ِل ن‬


ْ ‫صف قَ َدح ِم‬
ِّ ‫ص ِر‬ ْ ‫َوه َو ِر‬
ِِّ ‫طل َوثلث بِ ْالبَ ْغ َدا ِد‬

Apa yang telah disebutkan oleh mushannif adalah qaul Jadid.

‫صنِِّف ه َو ْالقَ ْول ْال َج ِديْد‬


َ ‫َو َما ذَك ََره ْالم‬

Sedangkan menurut qaul Qadim, tidak harus memberi bahan makanan, bahkan bagi wali juga
diperkenankan untuk melakukan puasa sebagai pengganti dari orang yang meninggal, bahkan hal
itu disunnahkan bagi seorang wali sebagaimana keterangan di dalam kitah Syarh al Muhadzdzab.

ِ ‫سن لَه ذَلِكَ َك َما فِ ْي ش َْرحِ ْالم َهذا‬


‫ب‬ َ ‫ي أ َ ْيضًا أ َ ْن يَص ْو َم‬
َ ‫ع ْنه بَ ْل ي‬ ِِّ ‫اْلطعَام بَ ْل يَج ْوز ل ِْل َو ِل‬
ِ ْ ‫َو ْالقَ ِديْم َاليَتَعَيان‬

Dan di dalam kitab ar Raudlah, imam an Nawawi membenarkan kemantapan dengan pendapat
qaul Qadim.

‫ض ِة ْال َج ْز َم بِ ْالقَ ِدي ِْم‬


َ ‫الر ْو‬
‫ب فِي ا‬
َ ‫ص او‬
َ ‫َو‬

Lansia dan Orang Sakit Yang Tidak Ada Harapan Sembuh


Orang laki-laki tua, wanita lansia, dan orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh, ketika
masing-masing dari ketiganya tidak mampu untuk berpuasa, maka diperkenankan untuk tidak
berpuasa dan memberi bahan makanan sebanyak satu mud sebagai ganti dari setiap harinya.

(‫ع ْن ك ِِّل يَ ْوم مدًّا‬ ْ ‫ص ْو ِم ي ْفطِ ر َوي‬


َ ‫طعِم‬ ‫ع ِن ال ا‬ ْ ‫شيْخ ْال َه َرم) َو ْالعَج ْوز َو ْال َم ِريْض الا ِذ‬
َ ‫ي َال ي ْر َجى ب ْرؤه (إِذَا‬
َ ( ‫ع َجزَ ) كل مِ ْنه ْم‬ ‫) َوال ا‬

Tidak diperkenankan menta’jil pembayaran mud sebelum masuk bulan Romadlon, dan baru
boleh dibayarkan setelah terbit fajar setiap harinya.

َ ‫ َو َاليَج ْوز ت َ ْع ِجيْل ْالم ِ ِّد قَ ْب َل َر َم‬.


ِ َ‫ضانَ َويَج ْوز بَ ْع َد ف‬
‫جْر ك ِِّل يَ ْوم‬

Ibu Hamil dan Menyusui

Bagi wanita hamil dan menyusui, jika keduanya khawatir terjadi sesuatu yang membahayakan
dirinya sendiri sebab berpuasa seperti bahaya yang dialami oleh orang sakit, maka diperkenankan
untuk tidak berpuasa dan wajib bagi mereka berdua untuk mengqadla’inya.

َ َ‫علَ ْي ِه َما ْالق‬


(‫ضاء‬ َ (‫ب‬
َ ‫ط َرت َا َو) َو َج‬ ِ ‫ض َر ِر ْال َم ِري‬
َ ‫ْض (أ َ ْف‬ ‫ض َر ًرا يَ ْل َحقه َما بِال ا‬
َ ‫ص ْو ِم َك‬ َ )‫علَى أ َ ْنف ِس ِه َما‬ ِ ‫َو ْال َحامِ ل َو ْالم ْر‬
َ ‫ضع ِإ ْن خَافَت َا‬

Jika keduanya khawatir pada anaknya, maksudnya khawatir keguguran bagi wanita hamil dan
sedikitnya air susu bagi ibu menyusui, maka keduanya diperkenankan tidak berpuasa dan wajib
bagi keduanya untuk mengqadla’i sebab membatalkan puasa dan juga membayar kafarat.

‫ار‬ ِ ْ ‫ضاء) ل‬
َ ‫ِْل ْف‬
ِ ‫ط‬ َ َ‫علَ ْي ِه َما ْالق‬
َ (‫ب‬
َ ‫ط َرت َا َو) َو َج‬ ِ ‫ي ْال َحا ِم ِل َوقِلا ِة اللابَ ِن فِي ْالم ْر‬
َ ‫ض ِع (أ َ ْف‬ ْ ِ‫ي إِ ْسقَاطِ ْال َولَ ِد ف‬
ْ َ ‫علَى أ َ ْو َال ِد ِه َما) أ‬
َ ‫َو ِإ ْن خَافَت َا‬
َ
‫َارة) أ ْيضًا‬ ْ
َ ‫( َوال َكف‬

Kafaratnya adalah setiap harinya wajib mengeluarkan satu mud. Satu mud, seperti yang telah
dijelaskan, adalah satu rithl lebih sepertiga rithl negara Iraq. Dan diungkapkan dengan negara
Baghdad.

‫ي‬ِِّ ‫ع ْنه ِب ْال َب ْغ َدا ِد‬


َ ‫ي) َوي َعبار‬ ْ ‫س َبقَ ( ِر‬
ِِّ ِ‫طل َوثلث ِب ْالع َِراق‬ َ ‫َو ْال َكف‬
َ ( ‫َارة أ َ ْن ي ْخ َر َج‬
َ ‫ع ْن ك ِِّل َي ْوم مد َوه َو) َك َما‬
Orang Sakit dan Musafir

Orang yang sakit dan bepergian jauh yang hukumnya mubah, jika ia merasa berat untuk
berpuasa, maka bagi keduanya diperkenankan untuk tidak berpuasa dan wajib mengqadla’inya.

(‫ان‬ ِ ‫ان َويَ ْق‬


ِ َ‫ضي‬ ِ ‫ص ْو ِم (ي ْفطِ َر‬ َ َ ‫ط ِوي ًْال) مبَا ًحا ِإ ْن ت‬
‫ض ار َرا بِال ا‬ َ ‫سف ًَرا‬ َ ‫) َو ْال َم ِريْض َو ْالم‬
َ ‫سافِر‬

Bagi orang sakit, jika sakitnya terus menerus, maka baginya diperkenankan untuk tidak niat
berpuasa di malam hari.

ْ ‫ْض ِإ ْن َكانَ َم َرضه م‬


‫ط ِبقًا ت َْرك ال ِِّن َي ِة مِ نَ اللا ْي ِل‬ ِ ‫َول ِْل َم ِري‬

Dan jika sakitnya tidak terus menerus, seperti demam dalam satu waktu dan tidak di waktu yang
lain, namun di waktu memasuki pelaksanaan puasa (menginjak pagi hari) demamnya kambuh,
maka baginya diperkenankan untuk tidak niat berpuasa -di malam hari-.

ْ ‫َوإِ ْن لَ ْم يَك ْن م‬
‫طبِقًا َك َما لَ ْو َكانَ يَح ام َو ْقتًا د ْونَ َو ْقت َو َكانَ َو ْقت الشر ْوعِ فِي ال ا‬
‫ص ْو ِم َمحْم ْو ًما فَلَه ت َْرك النِِّيَ ِة‬

Jika tidak demikian, maka wajib baginya untuk niat di malam hari. Kemudian jika demamnya
kambuh dan ia butuh untuk membatalkan puasa, maka diperkenankan untuk membatalkan
puasanya.

‫ط َر‬ ْ ‫ت ْالح َمى َواحْ ت َا َج ل ِْلف‬


َ ‫ِط ِر أ َ ْف‬ َ ‫َوإِ اال فَعَلَ ْي ِه النِِّيَة لَي ًْال فَإ ِ ْن‬
ِ ‫عا َد‬

Puasa Sunnah

Mushannif tidak menjelaskan tentang puasa sunnah. Dan puasa sunnah disebutkan di dalam
kitab-kitab yang diperluas pembahasannya.

َ ‫طوعِ َوه َو َم ْذك ْور فِي ْالم‬


ِ ‫ط او َال‬
‫ت‬ َ ‫ص ْو ِم الت ا‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫س َكتَ ْالم‬
َ ‫صنِِّف‬ َ ‫َو‬
Di antaranya adalah puasa Arafah, Asyura’, Tasu’a’, Ayyamul Bidl -tanggal 13, 14, 15-, dan puasa
enam hari di bulan Syawal.

ِ ‫عا َء َوأَي ِاام ْالبِ ْي‬


‫ض َو ِستاة مِ ْن ش اَوال‬ َ ‫ع َرفَةَ َو‬
َ ‫عاش ْو َرا َء َوت َاس ْو‬ َ ‫ َومِ ْنه‬.
َ ‫ص ْوم‬

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Você também pode gostar