Você está na página 1de 21

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI TEKNIK

(03. Menghitung Curah Hujan Rara-rata Daerah Aliran (Areal Rainfall))

Oleh :
Nama : Santi Amalya
NPM : 240110170005
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 01 Oktober 2018
Jam / Shift : 15.00 – 17.30 WIB
Asisten Praktikum : 1. Andiles Kusnadi S.
2. Imam Fauzan.
3. Silvy Santika.
4. Siti Sarah S.
5. Tiara Putri Dwi D.

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang termasuk negara yang daerahnya tropis, maka
drai itu hujan sering terjadi di Indonesia. Faktor utama pengendalian curah hujan adalah
presipitasi. Presipitasi sendiri merupakan peristiwa jatuhnya air dari atmosfer menuju
ke permukaan bumi. Presipitasi juga memiliki kendala dan manfaat dalam
mengendalikan curah hujan yang terjadi. Presipitasi dalam hidrologi merupakan
peristiwa atmosferik, yang terjadi ketika atmosfer menjadi jenuh, kemudian air
terkondensasi dan keluar dari atmosfer yang merupakan suatu larutan gas raksasa.
Definisi lebih mudahnya, yaitu peristiwa turunnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi dalam bentuk yang bermacam-macam, entah itu padat maupun cair. Suatu gas
menjadi jenuh lewat dua proses, yaitu pendinginan dan penambahan uap air. Presipitasi
yang turun ke permukaan bumi mempunyai bentuk yang bermacam-macam, seperti
hujan, hujan rintik, hujan beku, salju, sleet, dan hujan es. Presipitasi yang sebelum
mencapai permukaan bumi menguap lebih dulu, ini disebut virga. Presipitasi sangat
penting karena merupakan sumber air tawar. Jumlahnya perlu diukur agar
mendapatkan data curah hujan dan bisa digunakan untuk perencanaan hidrologis,
seperti perencanaan pembangunan dam, bendung, dan lain sebagainya.
Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau terjadi hanya
bersifat setempat. Hujan bersifat setempat artinya ketebalan hujan yang diukur dari
suatu pos hujan belum tentu dapat mewakili hujan untuk seluruh kawasan yang lebih
luas, kecuali hanya untuk lokasi di sekitar pos hujan itu. Peluang hujan pada intensitas
tertentu dari suatu lokasi satu ke lokasi yang lain dapat berbeda-beda. Kesalahan dan
kehilangan data dari suatau pengumpulan data bisa saja terjadi. Hal tersebut dapat
diakibatkan dari kinerja alat yang sudah mulai kurang efektif, Kurangnya ketelitian
dalam melakukan perhitungan, ataupun kurangnya ketelitian dalam pengukuran
pengambilan data hujan suatu titik.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini, adalah :
1. Untuk mengetahui data curah hujan suatu wilayah.
2. Mahasiswa dapat menggunakan tiga metode dalam cara melakukan
perhitungan, yaitu metode rata-rata, metode thiessen, dan metode ishohyet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Curah Hujan


Curah hujan adalah uap air yang mengmbun akibat proses kondensasi dan jatuh
ke tanah. Jumlah curah hujan dinyatakan dalam ketebalan curah hujam (mm). curah
hujan sendiri memiliki 3 jenis yang berbeda, yaitu hujan konvektif, hujan orografik,
dan hujan konvergensi. Hujan konvektif adalah hujan deras yang dihasilkan akibat
naiknya udara hangat dan lembab dengan proses penurunan suhu secara adiabatic.
Hujan orografik adalah hujan akibat massa udara yang dipaksakan naik oleh factor
topografi suatu permukaan sehingga mengalami kondensasi. Hujan konvergensi adalah
hujan yang diakibatkan oleh adanya pertemuan dua massa udara yang besar dan tebal
serta konvergen horizontal. Udara yang lebih hangat dan kurang padat dipaksa naik di
atas massa udara yang lebih dingin dan mempunyai densitas lebih besar . Variasi dari
curah hujan terjadi dikarenakan berbagai factor. Factor-faktor tersebut adalah
kandungan uap air di atmosfer, keadaan ropografi, sifat permukaan, perilaku daur alam
seperti rotasi bumi dan fluktuasi jangka panjang. Untuk daerah maritime seperi
Indonesia, sirkulasi angina muson , kejadian El Nino dan La Nina serta ITCZ
(Intertropical Convergence Zone) sangat mempengaruhi keragaman curah hujan.
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap
sector pertanian. Pola distribusi hujan serta besarnya curah hujan sangat menentukan
tipikal aktifitas pertanian. Keteraturan pola dan distribusi curah hujan di suatu wilayah
merupakan jaminan berlangsungnya aktifitas pertanian. Namun kondisi ini akan
mengalami kekacauan manakala terjadi fenomena iklim ekstrim seperti El Nino, La
Nina maupun Dipole Mode. Dengan mengingat curah hujan merupakan unsur iklim
yang fluktuasinya tinggi dan pengaruhnya terhadap tanaman cukup signifikan, jumlah
curah hujan secara keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil, terlebih
dengan peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil.
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh ke permukaan tanah karena hujan
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi dalam milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi.Curah hujan juga
dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar,
tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir.Besarnya curah hujan sebesar 1 mm
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi
satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter (Nisa, 2010).
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah yang dianggap
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan milimeter di ataas permukaan
horizontal selama tidak terjadi proses evaporasi, runoff dan infiltrasi. Curah hujan ini
dapat diukur dan ditentukan besarnya dengan beberapa alat ukur seperti Ombrometer,
OBS dan pengukur curah hujan Hellman. Keuntungan dari pengukuran curah hujan ini
yaitu untuk mengetahui besarnya hujan rata-rata pertahun sehingga kita dapat
mengantisipasi kemungkinankemungkinan yang akan terjadi selama pola curah hujan
yang terjadi masih teratur. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk
di indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter (mm).
Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti dalam luasan satu meter persegi
pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter. Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu
satuan waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/tahun,
dan sebagainya ; yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, tahunan,
dan sebagainya. Biasanya data yang sering digunakan untuk analisis adalah nilai
maksimum, minimum dan nilai rata-ratanya.

2.2 Presipitasi
Presipitasi adalah curah hujan atau turunnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi dan laut dalam bentuk yang tidak seragam atau berbeda antara lain curah hujan
di daerah tropis dan curah hujan serta salju dan di daerah beriklim sedang. Pengertian
Presipitasi Menurut KBBI, Presipitasi adalah 1) Proses pengendapan, baik dari dalam
larutan maupun dari udara permukaan ke permukaan bumi; 2) kandungan kelembapan
udara yang berbentuk cairan atau bahan padat, seperti hujan, embun salju; buatan Met
hujan yang berasal dari berbagai jenis awan yang dipilih sebagai hasil usaha
manusiaTerjadinya Presipitasi merupakan suatu peristiwa klimatik yang memiliki sifat
alamiah. Maksudnya bahwa Presipitasi adalah perubahan bentuk dari uap air di
atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi adalah
faktor utama yang mengendalikan berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah
(merupakan elemen utama yang perlu diketahui mendasari pemahaman tentang
kelembaban tanah, proses peresapan air tanah, dan debit aliran). Presipitasi mempunyai
banyak karakteristik yang dapat mempengaruhi produk akhir suatu hasil perncanaan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Besar kecilnya presipitasi, waktu
berlangsungnya hujan, dan ukuran serta intensitas hujan yang terjadi, baik secara
sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi kegiatan pembangunan
wilayah.
Macam-macam Pengertian Presipitasi Presipitasidalam siklus hidrologi
Dalam siklus Hidrologi, presipitasi diartikan turunnya air dari atmosfer bumi menuju
permukaan laut dan permukaan bumi dalam bentuk yang berbeda-beda. Pengertian
Presipitasi Kimia Pada aspek kimia, Presipitasi dalam kimia tersebut ternyata,
presipitasi dapat dipercepat dengan cara mengurangi kadar zat pelarutnya atau dengan
menambahkan agen presipitasi misalnya TCA. Presipitasi dalam Biologi, presipitasi
memiliki pengertian yang berbeda dengan arti presipitasi dalam Kimia dan juga siklus
hidrologi. Pengertian Presipitasi biologi adalah suatu proses yang pengendapan terjadi
ketika suatu zat terpisah dari larutannya. Misalnya presipitasi antibodi yang mana
antibodi mengendapkan molekul antigen dengan bentuk gumpalan yang tidak larut.
Olehnya itu, antigen-antigen dicerna dan ditelan oleh sel-sel fagosit.

2.2.1 Istilah-Istilah Terkait Dengan Presipitasi

1. Durasi hujan (duration of rainfall) adalah lamanya presipitasi berlangsung.


Satuannya menit atau jam
2. Frekuensi hujan (return periode).adalah banyak kejadian hujan berlangsung,
umumnya dinyatakan dengan periode ulang.
3. Tebal hujan (rain depth) merupakan jumlah presipitasi yang terjadi, dinyatakan
sebagai tebal lapisan air di atas permukaan tanah. Satuannnya mm atau inch.
4. Intensitas hujan (rainfall intensity) adalah laju presipitasi/ kederasan
hujan/intensitas hujan, merupakan kedalaman atau ketinggian air yang jatuh per
satuan waktu. Satuannya mm/menit, mm/jam, atau inch/jam.

2.3 Analisis Curah Hujan Area


Pada dasarnya, data yang dimiliki oleh setiap stasiun hanyalah data suatu titik
atau Point Rainfall. Sedangkan data yang dibutuhkan adalah dari suatu wilayah
sehingga diperlukan analisis yang dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan rata-
rata yang terjadi pada daerah tangkapan atau Catchment Area, yaitu dengan
menganalisis data curah hujan menggunakan pilihan 3 metode yang tersedia (M Rifai,
2008).
2.3.1 Metode Rata-Rata Aritmarik (Arithmetic Mean Method)
Metode rata-rata aritmatik merupakan metode paling sederhana. Dengan
mengambil nilai rata-rata hitung pengukuran hujan di pos penakar-penakar
hujan di dalam areal tersebut, tinggi rata-rata curah hujan dapat diperolah.
Metode ini disarankan untuk kondisi Daerah Pengairan Sungai (DPS) dengan
topografi datar dengan jumlah pos hujan cukup banyak dan lokasi tersebar
merata. Jika tidak dipenuhi, hasil yang didapatkan tidak teliti.
Jadi, tebal hujan dihitung denga rumus:
d = (d1 + d2 + d3 + … + dn) n-1 ………………(1)
Dengan :
d = tinggi curah hujan rata-rata (mm)
d1, d2, d3, … dn = tinggi curah hujan pada pos penakar (mm)
n = banyaknya pos penakar hujan

2.3.2 Metode Poligon Thiessen (Thiessen Polygon Method)


Dewi (2014) menyatakan bahwa Metode ini menggunakan prinsip
bahwa setiap pos hujan dapat mewakili tebal hujan dari suatu daerah dengan
luas tertentu. Luas tertentu tersebut adalah luas daerah yang dibatasi garis tegak
lurus yang melalui dan membagi dua bagian yang sama pada setiap garis lurus
yang menghubungkan dua stasiun yang berdekatan. Dengan begitu akan
terbentuk gambar seluruh stasiun yang terletak di dalam poligon. Metode ini
tidak mempertimbangkan bentuk topografi DPS sehingga tidak disarankan
untuk digunakan pada daerah perbukitan atau pegunungan karena
dikhawatirkan curah hujan akan terpengaruh oleh orografisnya hujan. Metode
ini pun dikatakan sensitif karena jika terjadi perubahan lokasi stasiun maka
perhitungan harus diulang.dalam penggunaannya, metode Thiessen berusaha
untuk mengimbangi data curah hujan yang tida merata dengan menyediakan
factor pembobot (Weighting Factor) bagi masing-masing stasiun.
𝑃 𝐴 +𝑃 𝐴 +𝑃 𝐴 +⋯+𝑃𝑛 𝐴𝑛
𝑃̅ = 𝐴 𝐴 𝐵 𝐵 𝑡 𝐶 𝐶 ………………………(2)

Keterangan :
𝑃̅ = tinggi curah hujan rata daerah (mm)
PN = tinggi curah hujan pada stasiun penakar N (mm)
AN = luas daerah pada stasiun penakar N (km2)
t = banyak tahun

2.3.3 Metode Isohyet (Isohyetal Method)


Isohyet merupakan garis yang menggambarkan tebal hujan yang sama
besarnya. Dalam penggunaannya, perlu diperhatikan mengenai faktor topografi
dan faktor lainnya ketika memiliki pengaruh terhadap besaran hujan. Metode
ini dinilai paling baik namun bersifat subjektif sehingga bergantung kepada
keahlian, pengalaman dan pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan di
daerah setempat (Dewi, 2014).
Pada beberapa kasus, curah hujan dapat diperkirakan menggunakan
ketinggian tempat tersebut. Sehingga dapat dilihat interval garis kontur pada
daerah tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan posisi-posisi curah
hujan yang sama besarnya atau isohyet. Pada saat garis isohyet telah ditentukan,
dapat ditentukan fraksi isohyet dan dapat diperkirakan curah hujan rata-rata
untuk seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) (Dewi, 2014).

𝑑0 +𝑑1 𝑑 +𝑑 𝑑 +𝑑
.𝐴1 + 1 2 .𝐴2 +⋯+ 𝑛−1 𝑛 .𝐴𝑛
𝑑̅ = 2 2 2
……….(3)
𝐴1 +𝐴2 +⋯+𝐴𝑛

Keterangan :
A = luas daerah (km2)
𝑑̅ = tinggi curah hujan rata-rata area (mm)
dn = tinggi curah hujan pada isohyet n (mm)
An = luas bagian areal yang dibatasi oleh garis isohyet (km2)

Dewi (2014) menyatakan bahwa dari ketiga cara diatas, meskipun cara terbaik
belum diketahui, umumnya untuk menghitung curah hujan daerah dapat
digunakan standart luas daerah sebagai berikut :
a. Daerah dengan luas 250 ha dengan topografi yang kecil, dapat diwakili oleh
sebuah alat ukur curah hujan
b. Daerah dengan luas 250 ha – 50.000 ha dan 2 atau 3 titik pengamatan, dapat
digunakan cara rata-rata. Jikahanya dengan sebuah titik, harus menggunakan
pedoman
c. Daerah dengan luas 120.000 – 500.000 ha yang mempunyai titik-titik
pengamatan yang tersebar cukup merata dan curah hujannya tidak terlalu
dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat menggunakan metode aritmatik. Jika
titik-titik pengamatan itu tidak tersebat merata maka digunakan cara Thiessen
d. Daerah dengan luas lebih besar dari 500.000 ha, dapat menggunkana metode
Isohyet.
BAB III
METODOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan paa praktikum ini adalah:
1. Alat tulis
2. Drawing Pen
3. Kalkulator
4. Kertas Mika
5. Laptop
6. Millimeter blok
7. Peta

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Peta wilayah
2. Kertas mika
3. Kertas milimeter blok
4. Data curah hujan

3.2 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaaan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum;
2. Menentukan titik acuan pada wilayah yang ditentukan;
3. Menarik garis 90 derajat sampai batas kotak pada peta;
4. Menghubungkan tiap titik stasiun pengamatan pada wilayah ciherang,
cisomang, cibereum, da cicalengka;
5. Menyalin atau mencetak gambar dengan keras mika;
6. Menghapus garis yang menghubungkan stasiun pengamatan;
7. Menghitung luas setiap wilayah dengan menggunakan millimeter blok dalam
setiap empat kotaknya dihitung satu;
8. Memasukan data pada Microsoft excel dengan tabel yang tertera berupa tabel
luas meter persegi dan persentase luas;
9. Menghitung rata-rata curah hujan dengan menggunakan metode thiessen;
10. Membuat grafik dari data yang sudah ada;
11. Simpan data pada praktikum ketiga kali ini.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Gambar

Gambar 1. Tabel Penafsiran Ciherang


(Sumber: Data Praktikum, 2018)

Gambar 2. Tabel Penafsiran Data Cisomang dengan menggunakan metode thiessen


(Sumber: Data Praktikum, 2018)
Gambar 3. Tabel Penafsiran Data cibereum dengan menggunakan metode thiessen
(Sumber: Data Praktikum, 2018)

Gambar 4. Tabel Penafsiran Data Cicalengka dengan menggunakan metode thiessen


(Sumber: Data Praktikum, 2018)
4.2 Grafik

Grafik 1. Perbandingan Antara bulan dan rata-rata curah hujan


(Sumber: Data Praktikum, 2018)
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini, praktikan melakukan kegiatan praktikum menghitung curah


hujan rata-rata daerah aliran atau yag disebut dengan Areal Rinfall. Jumlah Curah hujan
rata-rata daerah aliran pertahun ini dibutuhkan untuk para petani, karena digunakan
untuk kita bisa memperkirakan masa tanaman yang baik. Rata-rata curah hujan daerah
aliran juga dapat memberikan informasi mengenai tinggi rendahnya suatu curah hujan
disuatu daerah sehingga kita bisa memprediksi terjadinya banjir atau tidaknya suatu
daerah tersebut. Perhitungan bisa menggunakan beberapa metode, diantaranya metode
rata-rata hitung, metode isohyet, dan metode thiessen. Kali ini kita menggunakan
metode thiessen untuk perhitungannya, metode ini merupakan metode dengan
menentukan daerah dengan cara membuat poligon antara pos hujan pada suatu wilayah
daerah aliran sungai (DAS). Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-rata,
apabila pos hujannya tidak banyak dan tinggi hujannya tidak merata. Pengukuran rata-
rata curah hujan daerah ini pernting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar rata-
rata curah hujan yang berada di suatu daerah aliran. BMKG sangat membutuhkan data
curah hujan tersebut untuk menentukan cuaca serta iklim yang akan berlangsung dalam
waktu tertentu dan di wilayah tertentu.
Wilayah yang kita pilih untuk praktikum kali ini adalah Cibeureum, Cisomang,
Cicalengka, dan Ciherang. Keempat wilayah tersebut dipilih karena berdekatan dan
berada dalam peta yang sama. Tentunya dengan metode thiessen kita bisa menentukan
batas dari keempat wilayah yang berdekatan dengan membuat poligon. Dalam
pembuatan poligon praktikan mengalami kendala, yaitu kurang telitinya dalam
membuat garis tegak lurus terhadap garis segi empat tidak beraturan yang telah dibuat.
Sehingga saat menentukan batas wilayahnya pun terjadi error.
Menentukan batas, kita perlu menghitung luasan daerah masing-masing dan
hasil yang didapat bervariasi, perbedaan perhitungan antara kelompok satu dengan
yang lainnya pun terjadi. Selain itu juga kesalahan bisa terjadi ketika penggambaran
peta daerah diatas mika. Saat penggambaran, kelompok kami kesulitan dalam
mencocokkan kertas milimeter blok dan plastik mika yang licin. Kaitannya dengan
menentukan iklim tahunan, maka seharusnya hasil yang diperoleh dari perhitungan
rata-rata curah hujan tepat dan akurat sesuai dengan kondisi kenyataan di lingkungan.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi juga pada faktor gambar peta pada mika,
dikarenakan menggambarnya menggunakan drawing pen, maka masih sering dijumpai
terhapusnya garis-garis peta tersebut. Maka untuk perhitungan luasnya tidak maksimal
dan tidak mendapatkan hasil perhitungan yang akurat. Menghitung rata-rata curah
hujan menggunakan metode Thiessen diharapkan untuk lebih teliti dan berhati-hati
pada saat menggambar peta diatas kertas mika sebab sering kali garis-garis yang telah
digambar terhapus karena terkena gesekan tangan, meja atau benda-benda lainnya yang
menyebabkan garis tersebut terhapus. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan yakni
dalam menghitung kotak-kotak kecil pada millimeter blok yang digunakan untuk
menghitung luas wilayah tersebut berdasarkan batasannya dengan wilayah lain.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Perhitungan curah hujan rata-rata dengan 3 metode, yaitu metode rata-rata
hitung, metode thiessen, dan metode isohyet.
2. Metode thiessen yaitu metode menentukan daerah dengan cara membuat
poligon antara pos hujan pada suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS).
3. Perhitungan dengan menggunakan metode Thienssen atau Isohyet akan
mendapatkan nilai hasil yang lebih presisi.
4. Sebagian besar analisis hidrologi memerlukan data curah hujan rata-rata
daerah aliran sungai (Areal Rainfall).
5. Hasil yang diperoleh dari pengukuran alat pengukur hujan adalah kedalaman
hujan pada satu tempat saja, di mana stasiun hujan tersebut berada disebut
data hujan lokal (point rainfall) data ini belum bisa digunakan untuk analisis.
6. Lebih banyak stasiun hujan lebih banyak informasi yang diperoleh data
hujan lebih baik tapi konsekwensinya biaya lebih besar besar.

6.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah :
Praktikan harus sangat teliti dan fokus saat membuat garis-garis bantu, poligon,
perhitungan dan lainnya sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan presisi
dengan hasil sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Estiningtyas, W., dkk. 2007. Analisis Korelasi Curah Hujan Dan Suhu Permukaan
Laut Wilayah Indonesia, Serta Implikasinya Untuk Prakiraan Curah Hujan
(Studi Kasus Kabupaten Cilacap). [Online]. Tersedia pada :
http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/agromet/article/download/3479/2379
[Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018]
Dewi, Vita Ayu Kusuma. 2014. Curah Hujan Daerah. [Online]. Tersedia pada :
www.academia.edu/27124183/Curah_Hujan_Daerah.pdf. (Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2018)
Nisa. 2010. Presipitasi dan Daur Hidrologi. Terdapat di: http://thesis.binus.ac.id.
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018 pukul 12.20 WIB
Rifai, M. 2008. Analisis Hidrologi. [Online]. Tersedia pada :
http://eprints.undip.ac.id/34005/7/1885_CHAPTER_IV.pdf([diakses pada
tanggal 6 Oktober 2018)
LAMPIRAN

4.3 Gambar

Gambar 1. Tabel Penafsiran Ciherang


(Sumber: Data Praktikum, 2018)

Gambar 2. Tabel Penafsiran Data Cisomang dengan menggunakan metode thiessen


(Sumber: Data Praktikum, 2018)
Gambar 3. Tabel Penafsiran Data cibereum dengan menggunakan metode thiessen
(Sumber: Data Praktikum, 2018)

Gambar 4. Tabel Penafsiran Data Cicalengka dengan menggunakan metode thiessen


(Sumber: Data Praktikum, 2018)
Gambar 5. Tabel Penafsiran Data Curah Hujan menggunakan metode thiessen
(Sumber: Data Praktikum, 2018)

Você também pode gostar