Você está na página 1de 23

AKUNTANSI BIAYA

MAKALAH METODE
HARGA POKOK PROSES

NAMA KELOMPOK:
DEMAS DANIEL ADE P{201713032]

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS


ABDURACHMAN SALEH SITUBONDO
TAHUN 2017-2018
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Metode Harga Pokok Proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh
perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Melalui makalah ini akan diuraikan metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu yang diterapkan
dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi dan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui lebih dari satu departemen produksi. Dan diuraikan pula pengaruh
adanya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan dalam
departemen yang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
METODE HARGA POKOK PROSES
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.Metode harga pokok proses biasanya digunakan oleh
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama (homogen) dan melalui serangkaian proses
yang sama.
A. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

Dalam perusahaan yang memproduksi produknya secara massa, karakteristik produksinya


antara lain adalah produk yang dihasilkan merupakan produk standard dan sama setiap bulan.
Metode pengumpulan harga pokok proses memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sifat produksinya terus menerus;
2. Pengumpulan harga pokok produk dilakukan periodical, biasanya setiap akhir bulan;
3. Perhitungan harga pokok per satuan dilakukan setiap akhir periode, misalnya setiap akhir
bulan.

B. Manfaat Metode Harga Pokok Proses Dalam Menetapkan Harga Jual


Yang Akurat (Studi Kasus Pada PT Warna Jaya Nusantara Bandung)

: Krisis moneter yang berubah menjadi krisis ekonomi telah menyebabkan persaingan dalam
dunia usaha semakin tajam. Untuk memenangkan persaingan tersebut, perusahaan dituntut
untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan harga jual yang kompetitif.
Penetapan harga jual yang kompetitif dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terbentuk di pasar
dan biasanya sulit untuk diramalkan, misalnya seperti selera konsumen, jumlah pesaing yang
memasuki pasar, dan harga jual yang ditetapkan pesaing. Satu-satunya faktor yang memiliki
kepastian tinggi dan dapat digunakan oleh manajer sebagai dasar untuk menetapkan harga jual
adalah biaya. Khusus untuk biaya produksi dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu
metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan. Jika perusahaan memproduksi
secara massa, kemudian sifat produknya homogen dan produksinya ditujukan untuk memenuhi
persediaan di gudang maka metode pengumpulan biayanya memakai metode harga pokok
proses. Jadi berbagai biaya yang terjadi di dalam perusahaan harus dikumpulkan, dicatat,
dilaporkan, dan dianalisis dengan cara yang memadai dan metode yang sesuai sehingga biaya-
biaya tersebut dapat dijadikan dasar untuk menetapkan harga jual yang akurat. Tujuan
dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui manfaat metode harga pokok proses dalam
menetapkan harga jual yang akurat sehingga dapat diketahuai metode harga pokok proses sudah
memadai diterapkan dalam perusahaan.Penelitian dilakukan pada PT Warna Jaya Nusantara
yang berlokasi di Jl Moch Toha no176-267 Bandung.Perusahaan ini bergerak dalam bidang
chemical untuk makanan. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan pendekatan
studi kasus dan informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, kuesioner, dan telaah kepustakaan. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Metode Harga Pokok Proses bermanfaat dalam menetapkan harga jual yang
akurat. Hal ini dapat dilihat dari: produk yang dihasilkan merupakan produk yang sama yang
diproduksi setiap bulan, perusahaan secara rutin memproduksi produknya, setiap hasil produksi
disimpan di dalam gudang, pengumpulan biaya-biaya dilakukan dalam kurun satu tahun, biaya
produksi untuk tiap barang dagangan relatif sama, biaya overhead pabrik dibebankan pada
produk, dalam perhitungan biaya bahan dan overhead pabrik kurang baik diterapkan, dan juga
dalam perhitungan biaya bahan dan tenaga kerja kangsung kurang baik diterapkan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa metode harga pokok proses dalam menetapkan harga jual yang akurat
sangat berperan.

C.Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk


dalam Proses Awal
Metode Harga Pokok Proses Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi.

Jika produk diolah melalui dua departemen produksi maka yang pertama kita lakukan menghitung
harga pokok produksi di departemen pertama yang nanti akan saya jelaskan cara menghitungnya.
Setelah kita dapat kan harga pokok produksi di departemen pertama baru kita menghitung harga pokok
di departemen ke dua.
Perhitungan biaya produksi di departemen ke dua adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena
produk jadi di departemen dua merupakan produk yang telah menyerap biaya dari departemen satu
dan biaya departemen dua., sehingga harga pokok yang dihasilkan oleh departemen dua terdiri dari :
1.Biaya produksi yang dibawa dari departemen satu.
2.Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen dua

Contoh.
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi : Departemen I dan Departemen II, untuk
menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan
April 2005 adalah sebagai berikut:

Departemen I Departemen II

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg


Produk selasai yang ditransfer ke Dep.II 30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan April 2005:
Biaya bahan baku Rp 70.000 -
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam
proses akhir :
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan Harga Pokok Produk di Departemen I
Untuk menghitung harga pokok langkah yang kita lakukan adalah:
1.Menghitung unit ekuivalensi biaya produksi yaitu unit ekuivalensi bahan baku, unit ekuivalensi biaya
tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead pabrik.
2.Setelah unit ekuivalensi kita ketahui selanjutnya menghitung biaya produksi per unit.
3.Jika biaya per unit sudah kita dapatkan maka kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke Departemen II dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir. Menghitung unit
ekuivalensi.

a.Unit ekuivalensi bahan baku, terdiri dari produk yang ditransfer ke Dep II adalah 30.000 ditambah
produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% yaitu 5000 x 100%
sehingga bisa dihitung sebagai berikut:
Unit ek bahan baku = 30.000 + ( 5000 x 100% ) = 35.000

b.Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja, biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik sehingga sekali kita menghitung kita dapatkan dua unit ekuivalensi yaitu unit ekuivalensi biaya
tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead pabrik. Cara menghitungnya adalah produkjadi 30.000
ditambah produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian 20% yaitu ( 5000 x 20%) = 1000
sehingga dapat dihitung sebagai berikut: 30.000 + ( 5000 x 20% ) = 31.000

Setelah unit ekuivalensi kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok perunit sebagai berikut:

Elemen Unit Biaya


Biaya Produksi Total Biaya Ekuivalensi per kg
(1) (2) (3) (2):(3)

Bahan Baku Rp 70.000 35.000 RP 2


Tenaga Kerja Rp 155.000 31.000 Rp 5
Overhead Pabrik Rp 248.000 31.000 Rp 8

Total Rp 473.000 Rp 15
========== ======

Setelah biaya per unit dihitung , kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep
II dan harga pokok produk dalam proses akhir sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep II:


30.000 x Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
BBB: 5000 x 100% x Rp 2 = Rp 10.000
BTK: 5000 x 20% x Rp 5 = Rp 5.000
BOP: 5000 x 20% x Rp 8 = Rp 8.000
-----------------
Rp 23.000
-----------------
Jumlah biaya produksi Dep I bulan April 2005 Rp 473.000

Catatan:
BBB= Biaya Bahan Baku
BTK= Biaya Tenaga Kerja
BOP= Biaya Overhead Pabrik
Perhitungan tadi kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi seperti berikut:

PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen I
Bulan April 2005

Data Produksi

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg


-------------
Produk jadi yang ditransfer ke Dep II 30.000 kg
Produk dalam proses akhir 5.000 kg
--------------
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
========

Biaya yang dibebankan Departemen I bulan April 2005

Total Per kg
------------------ ------------
Biaya Bahan Baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya Tenaga Kerja Rp 155.000 Rp 5
Biaya Overhead Rp 248.000 Rp 8
------------------ ------------
Rp 473.000 Rp 15
=========== =======
Perhitungan Biaya

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II


30.000 kg @ Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp 10.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 5.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 8.000
----------------
Rp 23.000
----------------
Jumlah biaya produksi yang dubebankan Dep I bln April Rp 473.000
===========
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen I
Untuk mencatata biaya yang terjadi dalam Departemen I dalam bulan April 2005 jurnal yang harus
dibuat adalah sebagai berikut:

1.Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:


BDP – Biaya Bahan Baku dep I Rp 70.000
Persediaan Bahan Baku Rp 70.000

2.Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 155.000
Gaji dan Upah Rp 155.000

3.Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik


BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 248.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 248.000

4.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke Dep II
BDP – Biaya Bahan Baku Dep II Rp 450.000
BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 60.000
BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 150.000
BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 240.000

Catatan:

60.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 2


150.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 5
240.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 8

5.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir bulan April Dep I

Persediaan Produk Dalam Proses Dep I Rp 23.000


BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 10.000
BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 5.000
BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 8.000

Perhitungan Harga Pokok di Departemen II

Di Departemen II ini tidak ada pengeluaran biaya bahan baku, yang ada biaya tenaga kerja (BTK) dan
biaya overhead pabrik (BOP). Disini harga pokok yang dibawa dari Dep I merupakan biaya bahan baku
Dep II.Unit ekuivalensi yang perlu dihitung hanya unit ekuivalensi biaya biaya konversi yang meliputi
BTK dan BOP.
Perhitungan unit ekuivalensi.
Unit yang ditransfer ke gudang 24.000 ditambah persediaan produk dalam proses akhir 6000 dengan
tingkat penyelesaian 50% ( 6000 x 50% ) sebagai berikut:
24000 + ( 6000 x 50% ) = 24000 + 3000 = 27000.

Selanjutnya perhitungan biaya per unit adalah sebagai berikut:

Elemen Biaya Prod Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya per Kg


------------------------------- ------------------------- -------------------- ----------------
Tenaga Kerja Rp 270.000 27.000 Rp 10
Overhead Pabrik Rp 405.000 27.000 Rp 15
----------------------- -------------
Total Rp 675.000 Rp 25

Setelah biaya per unit kita hitung, selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir di Dep II.

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:


- Harga pokok dari Dep I : 24000 x Rp 15 = Rp 360.000
- Biaya yg ditambahkan di Dep II : 24000 x Rp 25 = Rp 600.000
-----------------
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
Gudang : 24000 x Rp 40 Rp 960.000

Harga pokok produk dalam proses akhir


- Harga pokok dari Dep I: 6000 x Rp 15 = Rp 90.000
- Biaya yang ditambahkan Dep II:
BTK : 6000 x 50% x Rp 10 = Rp 30.000
BOP : 6000 x 50% x Rp 15 = Rp 45.000
----------------
= Rp 75.000
Total harga pokok produk dalam proses Dep II Rp 165.000
Jumlah biaya produksi komulatif Dep II Rp 1.125.000

Selanjutnya menyusun laporan harga pokok produksi, silahkan Anda susun sendiri dengan mencontoh
laporan harga pokok produksi pada Dep I diatas atau dapat melihat BMP EKMA 4315 hal 6.13. Demikian
juga jurnal nya Anda dapat mencontoh jurnal-jurnal pada Dep I diatas atau melihat di BMP EKMA 4315
hal 6.14
Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Pada Awal Proses.

Bila ada produk hilang pada awal proses maka jika terjadi pada Dep I maka seluruh perhitungan sama
seperti yang tadi kita bahas, hanya saja yang perlu diingat disini adalah bagaimana menghitung unit
ekuivalensi. Untuk memudahkan mengingatnya saya sarankan jika produk hilang pada awal proses pada
Dep I, dalam menghitung unit ekuivalensi abaikan jumlah unit yang hilang. Bila produk hilang terjadi
pada awal proses di Dep II maka cara menghitung unit ekuivalensi disini juga sama abaikan jumlah yang
hilang tapi yang perlu diingat adalah ada penyesuaian harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep
I ke Dep II.Untuk jelasnya pelajarilah contoh berikut:

Produk masuk dalam Proses 1000


Produk jadi ditransfer ke Dep II 700
Produk selesai ditransfer ke gudang 400
Produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200
Biaya konversi 50% 100
Produk yang hilang pada awal proses 100 200

Data biaya.
Biaya bahan baku Rp 22.500 -
Biaya tenaga kerja Rp 35.100 Rp 22.500
Biaya overhead pabrik Rp 46.800 Rp 24.750
------------- -------------
Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250

Perhitungan Harga Pokok Dep I

Tadi telah saya katakan bahwa abaikan jumlah yang hilang dalam menghitung unit ekuivalensi, oleh
karena itu perhitungan harga pokok per unitnya akan nampak sebagai berikut:

Jenis biaya unit ekuivalensi biaya produksi biaya per unit


-------------- ------------------------------------------ ------------------ ----------------
1 2 2: 1
------------------------------------------ ------------------ ----------------
BBB 700 + ( 200 x 100% )= 900 Rp 22.500 Rp 25
BTK 700 + ( 200 x 40% ) = 780 Rp 35.100 Rp 45
BOP 700 + ( 200 x 40% ) = 780 Rp 46.800 Rp 60
------------------ ---------------
Rp 104.400 Rp 130
========== =========
Selanjutnya Hargapokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok produk dalam proses
akhir dapat dihitung seperti berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


Dep II : 700 x Rp 130 Rp 91.000
Harga pokok produk dalam proses akhir
BBB : 200 x 100% x Rp 25 = Rp 5.000
BTK : 200 x 40% x Rp 45 = Rp 3.600
BOP : 200 x 40% x Rp 60 = Rp 4.800
--------------
Rp 13.400
---------------
Jumlah biaya produksi Dep I Rp 104.400

Selanjutnya kita bahas bagaimana pengaruh produk hilang pada awal proses di Dep II, laporan harga
pokok produksi dan jurnal jurnal yang diperlukan pada Dep I silahkan kerjakan sendiri sebagai latihan.

Perhitungan Harga Pokok Produk Dep II


Tadi telah saya katakan bahwa dalam menghitung unit ekuivalensi di Dep II abaikan jumlah produk
yang hilang, tapi bagaimana pengaruhnya terhadap produk yang masuk dari dep I ke Dep II, ikutilah
perhitungan berikut:

Jumlah yang ditransfer ke Dep II 700 unit dengan biaya per unit Rp 130
700 x Rp 130 = Rp 91.000
Tetapi di Dep II belum sempat disentuh barang tinggal 500 unit ( hilang 200 unit) sedangkan biaya yang
telah dikeluarkan tetap Rp 91.000 sehingga sekarang harga pokok per unit menjadi : Rp 91.000 dibagi
500 = Rp 182. Jadi dari Dep I harga per unit Rp 130 sampai di Dep II harga menjadi Rp 182 per unit.
Harga naik sebesar Rp 52 ( Rp 182 – Rp 130 ) hal ini karena ada produk hilang pada awal proses sebesar
200 unit.

Selanjutnya kita hitung biaya per unit yang ditambahkan di Dep II

Jenis biaya Unit ekuivalensi Jml biaya produksi Biaya per unit
-------------- ------------------------------------------- ---------------------- ----------------
1 2 2 ;1
------------------------------------------ ---------------------- ---------------
BTK 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 22.500 Rp 50
BOP 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 24.750 Rp 55
---------------------- --------------
Rp 47.250 Rp 105
============= ========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan produk dalam proses akhir seperti
berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


Gudang : 400 x ( Rp 182 + Rp 105 ) = 400 x Rp 287 = Rp 114.800
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep I : 100 x Rp 182 = Rp 18.200
BTK = 100 x 50% x Rp 50 = Rp 2.500
BOP = 100 x 50% x Rp 55 = Rp 2.750
----------------
Rp 23.450
----------------
Rp 138.250

Selanjutnya laporan harga pokok produksi dan jurnal-jurnalnya Anda kerjakan sendiri dengan melihat
contoh pada modul.

Pengaruh Produk Hilang Akhir Proses

Jika produk hilang terjadi pada akhir proses maka produk yang hilang dianggap telah menyerap biaya
100% oleh karena itu dalam menghitung unit ekuivalensi produk yang hilang perlakuannya sama demgan
produk jadi.Pengaruh yang terjadi pada Dep I adalah pada produk jadi yang ditransfer ke Dep II, harga
pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II meliputi harga pokok produk jadi dan produk yang hilang
sedangkan jumlahnya adalah jumlah produk jadi saja sehingga harga pokok produk per unit yang
ditransfer ke Dep II menjadi lebih tinggi. Demikian juga untuk Dep II dalam menghitung unit ekuivalensi
prinsipnya sama dengan di Dep I dan penyesuaian harga pada produk jadi yang di transfer ke gudang.
Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh berikut:

Departemen I Departemen II
---------------- ------------------
Produk masuk dalam Proses 1000
Produk jadi ditransfer ke Dep II 700
Produk selesai ditransfer ke gudang 400
Produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200
Biaya konversi 50% 100
Produk yang hilang pada akhir proses 100 200

Data biaya.
Biaya bahan baku ( BBB ) Rp 22.500 -
Biaya tenaga kerja ( BTK ) Rp 35.100 Rp 22.500
Biaya overhead pabrik ( BOP ) Rp 46.800 Rp 24.750
------------- -------------
Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250
Perhitungan haega pokok produk di Dep I

Perhitungan harga pokok produk per unit di Dep I adalah sebagai berikut:
Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep I Biaya per unit
------------------------------------------ --------------------- -----------------
1 2 2: 1
----------------------------------------- -------------------- ----------------
BBB 700 + (200 x 100% ) + 100 = 1.000 Rp 22.500 Rp 22,5
BTK 700 + (200 x 40% ) + 100 = 880 Rp 35.100 Rp 39,89
BOP 700 + (200 x 40%) + 100 = 880 Rp 46.800 Rp 53,18
-------------------- ---------------
Rp 104.400 Rp 115,57
============ =========

Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan produk dalam proses akhir adalah
seperti berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II:


700 x Rp 115,57 Rp 80.899
Harga pokok produk hilang akhir proses
100 x Rp 115,57 Rp 11.557
--------------
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
Dep II setelah adanya penyesuaian Rp 92.456
( harga per unit: 92.456 dibagi 700 = 132,08)

Harga pokok produk dalam proses akhir:


BBB: 200 x 100% x Rp 22,5 = Rp 4.500
BTK: 200 x 40% x Rp 39,89 = Rp 3.191,2
BOP: 200 x 40% x Rp 53,18 = Rp 4.254,4
------------------
Rp 11.945,6
-----------------
Jumlah biaya produksi Dep I Rp104.401,6

Catatan: jumlah seharusnya Rp 104.400 ada selisih Rp 1,6 pengaruh dari pembulatan angka.
Perhitungan Harga Pokok Pada Dep II

Perhitungan biaya per unit di Dep II


Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep II Biaya per unit
---------------------------------------- ---------------------- -----------------
1 2 2:1
--------------------------------------- ---------------------- -----------------
BTK 400 + (100 x 50%) + 200 = 650 Rp 22.500 Rp 34,62
BOP 400 + (100 x 50%) + 200 = 650 Rp 24.750 Rp 38,08
---------------------- ----------------
Rp 47.250 Rp 72,7
============= =========

Selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk
dalam proses akhir.

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

Harga pokok dari Dep I: 400 x Rp 132,08 = Rp 52.832


Harga pokok yg ditambahkan Dep II: 400 x Rp 72,7 = Rp 29.080
Harga pokok produk hilang akhir proses
200 x ( Rp 132,08 + Rp 72,7 ) = Rp 40.956
-------------------
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
Gudang: 400 x Rp 307,17 = Rp 122.868
(122.868 dibagi 400 = 307,17 )

Harga pokok produk dal;am proses akhir:


Harga pokok dari Dep I: 100 x Rp 132,08 = Rp 13.208
BTK : 100 x 50% x Rp 34,62 = Rp 1.731
BOP : 100 x 50% x Rp 38,08 = Rp 1.904
----------------
Rp 16.843
--------------
Jumlah biaya komulatif dalam Dep II Rp 139711

Catatan: jumlah seharusnya Rp 139.706 selisih Rp 5 karena adanya pembulatan.


D. Metode Harga Pokok Proses
Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari :
1. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh :
PT AJP memiliki dua departemen produksi, Dept. A dan Dept.B untuk menghasilkan produknya.
Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan januari 19x1 yaitu :
Dept. A Dept B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai ditransfer ke Dept. B 30.000 kg
Produk selesai ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan dlm bln Jan 19x1
Biaya bahan baku Rp. 70.000 0
Biaya tenaga kerja Rp. 155.000 Rp. 270.000
BOP Rp. 246.000 Rp. 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam
Proses akhir
BBB 100% -
Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan Harga Pokok Produksi per satuan Dept A


Unsur Biaya Prod. Total Biaya Unit Biaya Produksi
Ekuivalensi per Kg
(1) (2) (3) (2) : (3)

BBB Rp. 70.000 35.000 Rp 2


BTK Rp.155.000 31.000 Rp 5
BOP Rp.248.000 31.000 Rp 8
Total Rp.473.000 Rp.15
HPP selesai yang ditransfer ke Dept B = 30.000 x Rp 15 = Rp 450.000
HP Persediaan produk dalam proses akhir :
BBB : 100% x 5.000 x Rp 2 : Rp. 10.000
BTK : 20% x 5.000 x Rp 5 : Rp. 5.000
BOP : 20% x 5.000 x Rp 8 : Rp. 8.000 Rp. 23.000 +
Jml biaya produksi Dept A bln Jan 19x1 Rp. 473.000
Laporan Biaya Produksi Dept A
PT AJP
Laporan Biaya Produksi Dept A bln Jan 19x1

Data Produksi
Dimasukkan dlm proses 35.000
kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 30.000 kg
Produk dlm proses akhir 5.000
kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan Dept A dlm Bln Jan 19x1
Total Per Kg
BBB Rp. 70.000 Rp. 2
BTK Rp.155.000 Rp. 5
BOP Rp.248.000 Rp. 8
Jumlah Rp.473.000 Rp.15
Perhitungan biaya
HPP jadi yang ditransfer ke Dept B 30.000 kg @ Rp 15 Rp.450.000
HP Pers produk dlm proses akhir
BBB Rp.10.000
BTK Rp 5.000
BOP Rp. 8.000 Rp. 23.000
Jml Biaya produksi yang dibebankan Dept A bln Jan Rp.473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi Dept. A


1. jurnal mencatat BBB
BDP BBB Dept A Rp. 70.000
Persd Bhn Baku Rp. 70.000
2. Jurnal mencatat BTK
BDP BTK Dept A Rp. 155.000
Gaji dan upah Rp. 155.000
3. Jurnal mencatat BOP
BDP BOP Dept A Rp 248.000
Berbagai rekening dikredit Rp. 248.000
4. jurnal mencatat HPP jadi yang ditransfer oleh Dept A ke Dept B
BDP BBB Dept B Rp. 450.000
BDP BBB Dept A Rp. 60.000
BDP BTK Dept A Rp.150.000
BDP BOP Dept A Rp.240.000
5. jurnal untuk mencatat HP Persd produk dlm proses yang belum selesai diolah dalam Dept A
pada akhir bln Jan 19x1
Persd Prod dlm Proses Dept A Rp. 23.000
BDP BBB Dept A Rp. 10.000
BDP BTK Dept A Rp. 5.000
BDP BOP Dept A Rp. 8.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dept B


Unsur B Prod Total Biaya Unit Ekuivalensi B. Prod/Kg
1 2 3 2:3
BTK Rp.270.000 27.000 Rp. 10
BOP Rp.405.000 27.000 Rp. 15
Total Rp.675.000 Rp. 25
Perhitungan harga pokok produk jadi dan prodk dlm proses Dept B
HP Prod. Selesai yg ditransfer Dept B ke Gudang
HP dari dept A : 24.000 x Rp 15 Rp. 360.000
Biaya yang ditambahkan dept B
24.000 x Rp 25 Rp. 600.000
Total harga poko produk jadi yg ditransfer ke gudang
24.000 x Rp 40 Rp. 960.000
HP Pers Prod. Dlm Proses Akhir
HP dr Dept A : 6.000 x Rp 15 Rp. 90.000
Biaya yg ditambahkan dept B :
BTK : 50% x 6.000 x Rp 10 : Rp. 30.000
BOP : 50% x 6.000 x Rp. 15 : Rp.45.000 +
Rp. 75.000
Total HP Pers. Prod dlm proses Dept B Rp. 165.000 +
Jml Biaya Prod Kumulatif Dept B bln Jan 19x1 Rp.1.145.000

PT AJP
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPT. B
BLN JAN 19X1
Data produksi
Diterima dari dept 30.000 Kg
Prod. Jadi ditransfer ke gudang 24.000 Kg
Pro. Dlm proses akhir 6.000 Kg
Jml prod. Yg dihasilkan 30.000 Kg
Biaya kumulatif yang dibebankan Dept B
Dalam bulan Jan 19x1
Total Per Kg
HP dari Dept A (30.000 Kg) Rp.450.000 Rp. 15
Biaya yg ditambahkan Dept B
BTK Rp. 270.000 Rp. 10
BOP Rp. 405.000 Rp. 15
Jml Biaya yg ditambhakan Dept B Rp. 675.000 Rp. 25
Total biaya kumulatif dept B Rp. 1.125.000 Rp. 40
Perhitungan biaya
HP Prod Jadi yg ditransfer ke gudang
24.000 kg x Rp 40 Rp. 960.000
HP Pers. Prod Dlm Proses akhir
HP dari Dept A Rp 15 x 6.000 Rp. 90.000
Biaya yg ditambahkan dept B
BTK Rp. 30.000
BOP Rp. 45.000 + Rp. 165.000
Jml Biaya Prod Kumulatif yg dibebankan
Dept B bln Jan 19x1 Rp. 1.125.000
Jurnal pencatatan biaya Prod Dept B
1. mencatat penerimaan Prod. Dept A
BDP BBB Dept B Rp 450.000
BDP BBB Dept A Rp. 60.000
BDP BTK Dept A Rp.150.000
BDP BOP Dept A Rp.240.000
2. mencatat BTK
BDP BTK Dept B Rp. 270.000
Gaji dan Upah Rp. 270.000
3. mencatat BOP
BDP BOP Dept B Rp. 405.000
Berbagai rek dikredit Rp. 405.000
4. mencatat HP Prd Jadi yg ditansfer Dept B ke gudang
Pers. Prod Jadi Rp. 960.000
BDP BBB Dept B Rp. 360.000
BDP BTK Dept B Rp. 240.000
BDP BOP Dept B Rp. 360.000
5. mencatat HP Pers Prod.Dlm Proses yg blm selesai dm Dept B pd akhir bln Jan 19x1
Pers Prod. Dlm Proses Dept B Rp. 165.000
BDP BBB Dept B Rp. 90.000
BDP BTK Dept B Rp. 30.000
BDP BOP Dept B Rp. 45.000
PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok
produksi per satuan
Contoh
PT AJP memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkan produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari
19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750
Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Biaya produksi Biaya per kg yang
oleh departemn A ( unit Departemen A dihasilkan departemen
ekuivalensi) A
2 2:1
1
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 Rp 22.500 Rp 25
baku kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 26.100 29
penolong kg
Biaya tenaga 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
kerja
Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60
pabrik
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp Rp 111.300


159
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama

Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A

Harga pokok produksi per satuan yang berasal dari departemen A Rp 159,00
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 222.60
setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B
sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60
Departemen A
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya produksi Biaya per kg
dihasilkan oleh yang ditambahkan di yang
departemen B ( unit departemen B ditambahkan
ekuivalensi) Departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 Rp 16.100 Rp 35
penolong kg = 460 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 Rp 22.500 Rp 50
kg = 450 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 %x 100 Rp 24.750 Rp 55
pabrik kg = 450 kg
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp Rp 145.040
362.60
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan
Contoh:
PT AJP memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari
19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= Rp 22.500 Rp 22.5
1000 kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 26.100 26.10
penolong 1000 kg
Biaya tenaga 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
kerja
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp Rp 99.169


141.67
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang 14.167,00
hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40
disesuaikan : 700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi
pertama

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah biaya Biaya per kg
oleh departemen B ( unit produksi yang
ekuivalensi) yang ditambahkan di
ditambahkan Departemen B
di
departemen
B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg Rp 16.100 Rp 24.39
penolong = 660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 22.500 Rp 34.62
= 650 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 24.750 Rp 38.08
pabrik = 650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09
Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp Rp 64.764,00


161.91
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 51.800,00
161.91+Rp 97.09
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 155.400,00
disesuaikan : 400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Rp 21.289.40
Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

PENUTUP DAN SARAN

Você também pode gostar