Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MAKALAH METODE
HARGA POKOK PROSES
NAMA KELOMPOK:
DEMAS DANIEL ADE P{201713032]
Metode Harga Pokok Proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh
perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Melalui makalah ini akan diuraikan metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu yang diterapkan
dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi dan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui lebih dari satu departemen produksi. Dan diuraikan pula pengaruh
adanya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan dalam
departemen yang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
METODE HARGA POKOK PROSES
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.Metode harga pokok proses biasanya digunakan oleh
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama (homogen) dan melalui serangkaian proses
yang sama.
A. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
: Krisis moneter yang berubah menjadi krisis ekonomi telah menyebabkan persaingan dalam
dunia usaha semakin tajam. Untuk memenangkan persaingan tersebut, perusahaan dituntut
untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan harga jual yang kompetitif.
Penetapan harga jual yang kompetitif dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terbentuk di pasar
dan biasanya sulit untuk diramalkan, misalnya seperti selera konsumen, jumlah pesaing yang
memasuki pasar, dan harga jual yang ditetapkan pesaing. Satu-satunya faktor yang memiliki
kepastian tinggi dan dapat digunakan oleh manajer sebagai dasar untuk menetapkan harga jual
adalah biaya. Khusus untuk biaya produksi dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu
metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan. Jika perusahaan memproduksi
secara massa, kemudian sifat produknya homogen dan produksinya ditujukan untuk memenuhi
persediaan di gudang maka metode pengumpulan biayanya memakai metode harga pokok
proses. Jadi berbagai biaya yang terjadi di dalam perusahaan harus dikumpulkan, dicatat,
dilaporkan, dan dianalisis dengan cara yang memadai dan metode yang sesuai sehingga biaya-
biaya tersebut dapat dijadikan dasar untuk menetapkan harga jual yang akurat. Tujuan
dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui manfaat metode harga pokok proses dalam
menetapkan harga jual yang akurat sehingga dapat diketahuai metode harga pokok proses sudah
memadai diterapkan dalam perusahaan.Penelitian dilakukan pada PT Warna Jaya Nusantara
yang berlokasi di Jl Moch Toha no176-267 Bandung.Perusahaan ini bergerak dalam bidang
chemical untuk makanan. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan pendekatan
studi kasus dan informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, kuesioner, dan telaah kepustakaan. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Metode Harga Pokok Proses bermanfaat dalam menetapkan harga jual yang
akurat. Hal ini dapat dilihat dari: produk yang dihasilkan merupakan produk yang sama yang
diproduksi setiap bulan, perusahaan secara rutin memproduksi produknya, setiap hasil produksi
disimpan di dalam gudang, pengumpulan biaya-biaya dilakukan dalam kurun satu tahun, biaya
produksi untuk tiap barang dagangan relatif sama, biaya overhead pabrik dibebankan pada
produk, dalam perhitungan biaya bahan dan overhead pabrik kurang baik diterapkan, dan juga
dalam perhitungan biaya bahan dan tenaga kerja kangsung kurang baik diterapkan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa metode harga pokok proses dalam menetapkan harga jual yang akurat
sangat berperan.
Jika produk diolah melalui dua departemen produksi maka yang pertama kita lakukan menghitung
harga pokok produksi di departemen pertama yang nanti akan saya jelaskan cara menghitungnya.
Setelah kita dapat kan harga pokok produksi di departemen pertama baru kita menghitung harga pokok
di departemen ke dua.
Perhitungan biaya produksi di departemen ke dua adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena
produk jadi di departemen dua merupakan produk yang telah menyerap biaya dari departemen satu
dan biaya departemen dua., sehingga harga pokok yang dihasilkan oleh departemen dua terdiri dari :
1.Biaya produksi yang dibawa dari departemen satu.
2.Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen dua
Contoh.
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi : Departemen I dan Departemen II, untuk
menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan
April 2005 adalah sebagai berikut:
Departemen I Departemen II
a.Unit ekuivalensi bahan baku, terdiri dari produk yang ditransfer ke Dep II adalah 30.000 ditambah
produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% yaitu 5000 x 100%
sehingga bisa dihitung sebagai berikut:
Unit ek bahan baku = 30.000 + ( 5000 x 100% ) = 35.000
b.Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja, biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik sehingga sekali kita menghitung kita dapatkan dua unit ekuivalensi yaitu unit ekuivalensi biaya
tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead pabrik. Cara menghitungnya adalah produkjadi 30.000
ditambah produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian 20% yaitu ( 5000 x 20%) = 1000
sehingga dapat dihitung sebagai berikut: 30.000 + ( 5000 x 20% ) = 31.000
Setelah unit ekuivalensi kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok perunit sebagai berikut:
Total Rp 473.000 Rp 15
========== ======
Setelah biaya per unit dihitung , kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep
II dan harga pokok produk dalam proses akhir sebagai berikut:
Catatan:
BBB= Biaya Bahan Baku
BTK= Biaya Tenaga Kerja
BOP= Biaya Overhead Pabrik
Perhitungan tadi kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi seperti berikut:
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen I
Bulan April 2005
Data Produksi
Total Per kg
------------------ ------------
Biaya Bahan Baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya Tenaga Kerja Rp 155.000 Rp 5
Biaya Overhead Rp 248.000 Rp 8
------------------ ------------
Rp 473.000 Rp 15
=========== =======
Perhitungan Biaya
4.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke Dep II
BDP – Biaya Bahan Baku Dep II Rp 450.000
BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 60.000
BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 150.000
BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 240.000
Catatan:
5.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir bulan April Dep I
Di Departemen II ini tidak ada pengeluaran biaya bahan baku, yang ada biaya tenaga kerja (BTK) dan
biaya overhead pabrik (BOP). Disini harga pokok yang dibawa dari Dep I merupakan biaya bahan baku
Dep II.Unit ekuivalensi yang perlu dihitung hanya unit ekuivalensi biaya biaya konversi yang meliputi
BTK dan BOP.
Perhitungan unit ekuivalensi.
Unit yang ditransfer ke gudang 24.000 ditambah persediaan produk dalam proses akhir 6000 dengan
tingkat penyelesaian 50% ( 6000 x 50% ) sebagai berikut:
24000 + ( 6000 x 50% ) = 24000 + 3000 = 27000.
Setelah biaya per unit kita hitung, selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir di Dep II.
Selanjutnya menyusun laporan harga pokok produksi, silahkan Anda susun sendiri dengan mencontoh
laporan harga pokok produksi pada Dep I diatas atau dapat melihat BMP EKMA 4315 hal 6.13. Demikian
juga jurnal nya Anda dapat mencontoh jurnal-jurnal pada Dep I diatas atau melihat di BMP EKMA 4315
hal 6.14
Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Pada Awal Proses.
Bila ada produk hilang pada awal proses maka jika terjadi pada Dep I maka seluruh perhitungan sama
seperti yang tadi kita bahas, hanya saja yang perlu diingat disini adalah bagaimana menghitung unit
ekuivalensi. Untuk memudahkan mengingatnya saya sarankan jika produk hilang pada awal proses pada
Dep I, dalam menghitung unit ekuivalensi abaikan jumlah unit yang hilang. Bila produk hilang terjadi
pada awal proses di Dep II maka cara menghitung unit ekuivalensi disini juga sama abaikan jumlah yang
hilang tapi yang perlu diingat adalah ada penyesuaian harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep
I ke Dep II.Untuk jelasnya pelajarilah contoh berikut:
Data biaya.
Biaya bahan baku Rp 22.500 -
Biaya tenaga kerja Rp 35.100 Rp 22.500
Biaya overhead pabrik Rp 46.800 Rp 24.750
------------- -------------
Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250
Tadi telah saya katakan bahwa abaikan jumlah yang hilang dalam menghitung unit ekuivalensi, oleh
karena itu perhitungan harga pokok per unitnya akan nampak sebagai berikut:
Selanjutnya kita bahas bagaimana pengaruh produk hilang pada awal proses di Dep II, laporan harga
pokok produksi dan jurnal jurnal yang diperlukan pada Dep I silahkan kerjakan sendiri sebagai latihan.
Jumlah yang ditransfer ke Dep II 700 unit dengan biaya per unit Rp 130
700 x Rp 130 = Rp 91.000
Tetapi di Dep II belum sempat disentuh barang tinggal 500 unit ( hilang 200 unit) sedangkan biaya yang
telah dikeluarkan tetap Rp 91.000 sehingga sekarang harga pokok per unit menjadi : Rp 91.000 dibagi
500 = Rp 182. Jadi dari Dep I harga per unit Rp 130 sampai di Dep II harga menjadi Rp 182 per unit.
Harga naik sebesar Rp 52 ( Rp 182 – Rp 130 ) hal ini karena ada produk hilang pada awal proses sebesar
200 unit.
Jenis biaya Unit ekuivalensi Jml biaya produksi Biaya per unit
-------------- ------------------------------------------- ---------------------- ----------------
1 2 2 ;1
------------------------------------------ ---------------------- ---------------
BTK 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 22.500 Rp 50
BOP 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 24.750 Rp 55
---------------------- --------------
Rp 47.250 Rp 105
============= ========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan produk dalam proses akhir seperti
berikut:
Selanjutnya laporan harga pokok produksi dan jurnal-jurnalnya Anda kerjakan sendiri dengan melihat
contoh pada modul.
Jika produk hilang terjadi pada akhir proses maka produk yang hilang dianggap telah menyerap biaya
100% oleh karena itu dalam menghitung unit ekuivalensi produk yang hilang perlakuannya sama demgan
produk jadi.Pengaruh yang terjadi pada Dep I adalah pada produk jadi yang ditransfer ke Dep II, harga
pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II meliputi harga pokok produk jadi dan produk yang hilang
sedangkan jumlahnya adalah jumlah produk jadi saja sehingga harga pokok produk per unit yang
ditransfer ke Dep II menjadi lebih tinggi. Demikian juga untuk Dep II dalam menghitung unit ekuivalensi
prinsipnya sama dengan di Dep I dan penyesuaian harga pada produk jadi yang di transfer ke gudang.
Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh berikut:
Departemen I Departemen II
---------------- ------------------
Produk masuk dalam Proses 1000
Produk jadi ditransfer ke Dep II 700
Produk selesai ditransfer ke gudang 400
Produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200
Biaya konversi 50% 100
Produk yang hilang pada akhir proses 100 200
Data biaya.
Biaya bahan baku ( BBB ) Rp 22.500 -
Biaya tenaga kerja ( BTK ) Rp 35.100 Rp 22.500
Biaya overhead pabrik ( BOP ) Rp 46.800 Rp 24.750
------------- -------------
Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250
Perhitungan haega pokok produk di Dep I
Perhitungan harga pokok produk per unit di Dep I adalah sebagai berikut:
Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep I Biaya per unit
------------------------------------------ --------------------- -----------------
1 2 2: 1
----------------------------------------- -------------------- ----------------
BBB 700 + (200 x 100% ) + 100 = 1.000 Rp 22.500 Rp 22,5
BTK 700 + (200 x 40% ) + 100 = 880 Rp 35.100 Rp 39,89
BOP 700 + (200 x 40%) + 100 = 880 Rp 46.800 Rp 53,18
-------------------- ---------------
Rp 104.400 Rp 115,57
============ =========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan produk dalam proses akhir adalah
seperti berikut:
Catatan: jumlah seharusnya Rp 104.400 ada selisih Rp 1,6 pengaruh dari pembulatan angka.
Perhitungan Harga Pokok Pada Dep II
Selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk
dalam proses akhir.
Data Produksi
Dimasukkan dlm proses 35.000
kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 30.000 kg
Produk dlm proses akhir 5.000
kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan Dept A dlm Bln Jan 19x1
Total Per Kg
BBB Rp. 70.000 Rp. 2
BTK Rp.155.000 Rp. 5
BOP Rp.248.000 Rp. 8
Jumlah Rp.473.000 Rp.15
Perhitungan biaya
HPP jadi yang ditransfer ke Dept B 30.000 kg @ Rp 15 Rp.450.000
HP Pers produk dlm proses akhir
BBB Rp.10.000
BTK Rp 5.000
BOP Rp. 8.000 Rp. 23.000
Jml Biaya produksi yang dibebankan Dept A bln Jan Rp.473.000
PT AJP
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPT. B
BLN JAN 19X1
Data produksi
Diterima dari dept 30.000 Kg
Prod. Jadi ditransfer ke gudang 24.000 Kg
Pro. Dlm proses akhir 6.000 Kg
Jml prod. Yg dihasilkan 30.000 Kg
Biaya kumulatif yang dibebankan Dept B
Dalam bulan Jan 19x1
Total Per Kg
HP dari Dept A (30.000 Kg) Rp.450.000 Rp. 15
Biaya yg ditambahkan Dept B
BTK Rp. 270.000 Rp. 10
BOP Rp. 405.000 Rp. 15
Jml Biaya yg ditambhakan Dept B Rp. 675.000 Rp. 25
Total biaya kumulatif dept B Rp. 1.125.000 Rp. 40
Perhitungan biaya
HP Prod Jadi yg ditransfer ke gudang
24.000 kg x Rp 40 Rp. 960.000
HP Pers. Prod Dlm Proses akhir
HP dari Dept A Rp 15 x 6.000 Rp. 90.000
Biaya yg ditambahkan dept B
BTK Rp. 30.000
BOP Rp. 45.000 + Rp. 165.000
Jml Biaya Prod Kumulatif yg dibebankan
Dept B bln Jan 19x1 Rp. 1.125.000
Jurnal pencatatan biaya Prod Dept B
1. mencatat penerimaan Prod. Dept A
BDP BBB Dept B Rp 450.000
BDP BBB Dept A Rp. 60.000
BDP BTK Dept A Rp.150.000
BDP BOP Dept A Rp.240.000
2. mencatat BTK
BDP BTK Dept B Rp. 270.000
Gaji dan Upah Rp. 270.000
3. mencatat BOP
BDP BOP Dept B Rp. 405.000
Berbagai rek dikredit Rp. 405.000
4. mencatat HP Prd Jadi yg ditansfer Dept B ke gudang
Pers. Prod Jadi Rp. 960.000
BDP BBB Dept B Rp. 360.000
BDP BTK Dept B Rp. 240.000
BDP BOP Dept B Rp. 360.000
5. mencatat HP Pers Prod.Dlm Proses yg blm selesai dm Dept B pd akhir bln Jan 19x1
Pers Prod. Dlm Proses Dept B Rp. 165.000
BDP BBB Dept B Rp. 90.000
BDP BTK Dept B Rp. 30.000
BDP BOP Dept B Rp. 45.000
PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok
produksi per satuan
Contoh
PT AJP memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkan produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari
19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750
Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Biaya produksi Biaya per kg yang
oleh departemn A ( unit Departemen A dihasilkan departemen
ekuivalensi) A
2 2:1
1
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 Rp 22.500 Rp 25
baku kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 26.100 29
penolong kg
Biaya tenaga 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
kerja
Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60
pabrik
Rp 130.500 Rp 159
Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Harga pokok produksi per satuan yang berasal dari departemen A Rp 159,00
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 222.60
setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B
sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60
Departemen A
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya produksi Biaya per kg
dihasilkan oleh yang ditambahkan di yang
departemen B ( unit departemen B ditambahkan
ekuivalensi) Departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 Rp 16.100 Rp 35
penolong kg = 460 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 Rp 22.500 Rp 50
kg = 450 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 %x 100 Rp 24.750 Rp 55
pabrik kg = 450 kg
Rp 63.350 Rp 140
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan
Contoh:
PT AJP memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari
19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= Rp 22.500 Rp 22.5
1000 kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 26.100 26.10
penolong 1000 kg
Biaya tenaga 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
kerja
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp141.67
Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi
pertama
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah biaya Biaya per kg
oleh departemen B ( unit produksi yang
ekuivalensi) yang ditambahkan di
ditambahkan Departemen B
di
departemen
B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg Rp 16.100 Rp 24.39
penolong = 660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 22.500 Rp 34.62
= 650 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 24.750 Rp 38.08
pabrik = 650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09
Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1