Você está na página 1de 9

PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama : Perilaku Kekerasan


 Proses Terjadinya Masalah
 Defenisi

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan
sering menimbulkan suatu tekanan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1982). PK
(perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan
amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol.

 Proses Terjadinya Masalah


a) Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial
yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

b) Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya
diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

 Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu
dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan
asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara
fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan
diri klien.
2. Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul
karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,
sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
3. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan
4. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik
perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
1. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
2. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
5. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
B. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri


Orang lain atau lingkungan

Perlaku
Perlaku kekerasan
kekerasan

Mekanisme koping individu in


efektif

C. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Di Kaji


1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS :
o Klien mengatakan ingin memukul orang lain
o Klien mengatakan ingin membunuh
o Klien mengatakan benci semua orang
DO :
o Sikap tampak kaku dan tegang
o Agresif, agitasi
o Mengamuk
o Peningkatan aktivitas motorik
o Mengepalkan tinju
o Merusak benda disekitar

2. Perlaku kekerasan
DS :
o Klien mengatakan ingin memukul orang lain
o Klien mengatakan ingin membunuh
o Klien mengatakan benci semua orang
DO :
o Sikap tampak kaku dan tegang
o Agresif, agitasi
o Mengamuk
o Peningkatan aktivitas motorik
o Mengepalkan tinju
o Merusak benda disekitar
3. Harga diri rendah
DS :
o Klien mengatakan malu
o Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
o Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berharga
DO :
o Kontak mata kurang
o Takut gagal
o Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang lain
o Menarik diri atau isolasi diri
o Hipersensitif terhadap kritikan

D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasan
Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
saat jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon thd kemarahan.


Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.
d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.


Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluit pertemuan
keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).


Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b. Bantu klien mengpnakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.Jakarta :
FKUI

Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku


Kedokteran,EGC, Jakarta

Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
TUGAS NEUROBIEVER 2
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Isnawati Askar (NH0113126) Surya Ningsih (NH0115107)

Athiul Marifa (NH0113185) Nopita Cahyani (NH0115108)

Imelda Varianti (NH0114080) Novianti (NH0115109)

Mulyono (NH0115101) Nomira Duwit (NH0115110)

Mutammi Hi Idris (NH0115102) Nur Angela (NH0115111)

Mutia Syukri (NH0115103) Nur Asia (NH0115112)

Natasya A. Bunga (NH0115104) Nur Muthmainnah (NH0115114)

Nicky A. Sidara (NH0115106)

STIKES NANI HASANUDDIN


MAKASSAR

Você também pode gostar