Você está na página 1de 19

PATOFISIOLOGI DAN ASKEP DENGAN GANGGUAN

SISITEM IMUN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

KELAS : 3.2 PSIK

Ema pratiwi manik :1602040


Hafizuddin :1602040
Hisikia laiya :160204040
Iyassalwani :160204104
Santi melia lubis :1602040

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TYME yang telah meberikan rahmat, kesehatan, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PATOFISIOLOGI DAN ASKEP DENGAN GANGGUAN SISITEM IMUN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)” ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca khususnya dibidang
keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
TYME senantiasa memberkati kita semua.

Medan, 7 oktober 2018

Dosen Pembimbing Penyusun

Ns. Marthalena Simamora, M.Kep Kelompok 7


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………….………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …..…………..…………………………………........1
1.2. Tujuan .................................................................................................1
1.2.1 Tujuan umum .............................................................................1
1.2.2 Tujuan khusus ...........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Defenisi ........................................................................................ ...............2
2.2. Etiologi................................................................................................4

2.3. Klasifikasi ....................….…………….................….........................6

2.4. Manifestasi klinis .......................................................…............…......7


2.5. Patofisiologi......................................................………………..…......8
2.6. Pathway................................................................................................10
2.7. Pencegahan..........................................................................................11
2.8. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................12
2.9. Penatalaksanaan .................................................................................13
2.10. Obat Tradisional ...............................................................................14
2.11. komplikasi ........................................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian ...........................................................................................16
3.2. Diangnosa keperawatan ......................................................................17
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ........…………...…..........................................................19
4.2. Saran ……………..……………...................................……………..20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy, 1995).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

DHF (dengue haemoragic fever) atau yang lebih familiar dengan sebutan
demam berdarah adalah penyakit akut yang disbabkan oleh virus dengue yang
masuk ke perdarahan darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes,
misalnya aedes egypti dan aedes albopictus.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Menjelaskan pengertian dengue haemoregic fever (DHF) dan asuhan


keperawatan dengue haemoregic fever serta patofisiologi (DHF)

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui dan memahami defenisi dengue haemoregic fever


2. Mengetahui dan memahami etiologi DHF
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi tenteng DHF
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi DHF
5. Mengetahui dan memahami bagaimana cara pencegahan DHF
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI

DHF (dengue haemoragic fever) atau yang lebih familiar dengan sebutan demam
berdarah adalah penyakit akut yang disbabkan oleh virus dengue yang masuk ke
perdarahan darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes, misalnya
aedes egypti dan aedes albopictus.

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy, 1995).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman, 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

Banyak factor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue,


antara lain :

 Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respons imun


 Faktor lingkungan (environment ) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari
permukaan laut, curah hujan, angin , kelembaban,musim )
 Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, social
ekonomi penduduk
 Jenis nyamuk sebagai faktor penular penyakit juga ikut berpengaruh
 Faktor egent yaitu sifat virus dengue yang hingga saat ini yang telah di
ketahui ada 4 jenis serotipe yaitu dengue 1,2,3 dan 4.

Penelitian terhadap epidemi dengue di Nikaragua tahun 1998


menyimpulkan bahwa epidemiologi dengue dapat berada tergantung pada
daerah geografi dan serotipe virusnya.
Untuk menegakkan diagnosa infeksi virus dengue terus berlanjut hingga
sensitivitasnya menjadi lebih bagus dengan waktu yang cepat pula.

Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang di gunakan yaitu

 Uji serologi
 Isolasi virus
 Deteksi antigen
 Deteksi RNA/DNA menggunakan teknik polymerase chain
reaction (PCR)

Wabah dengue yang baru terjadi di Bangladesh yang di identifikasi dengan PCR
ternyata Den -3 yang di dominant, sedangkan wabah di salta argentina pada tahun
1997 di temukan bahwa seotipe Den -2 yang menyebabkan transmisinya.

Sistem surveillance dengue di nikaragua pada bulan juli hingga desember 1998
mengambil sampel dari beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan (Health center)
yang terdapat pada berbagai lokasi menghasilkan temuan 87% DF, 7% DHF, 3%
DSAS. Den-3 paling dominan, Den-2 paling sedikit. Disimplkan bahwa
epidemiologi dengue dapat berbeda tergantung pada wilayah geografi dan serotipe
virusnya.

A. Virus dengue

Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri atas 4
serotipe yaitu den-1,2,3,dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu
dengan yang lain, namun anti body terhadap masing masing serotipe tidak dapat
saling memberikan perlindungan silang.

Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar
serotipe, tetapi juga di dalam serotipe itu sendiri tergantung pada waktu dan
daerah penyebarannya.

Pada masing- masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai
2,6,11, 0% pada tingkat nukleotida dan 1, 3, 7,7% untuk tingkat protein.
Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis
dan antigenitasnya. Virus dengue yang genom nya mempunyai berat molekul 11
kb tersusun dari protein struktual dan nonstruktual, protein struktual yang terdiri
atas protein envelope (E), protein premembran ( prM ), dan protein core (C)
merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein nonstruktual merupakan
bagian terbesar (75%) terdiri atas NS -1 ? NS-5

Dalam merangsang pembentukan antibodi di antara protein struktual, urutan


imunogenitas tertinggi adalah protein E kemudian di ikuti protein prM dan C,
sedangkan pada protein nonstruktural paling berperan adalah protein NS-1.

B. Vektor

Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae )
dari ssubgeneus stegomyia. Aedes aegypti merupakan vector epidemic yang
paling utama , namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis,
anggota dari Aedes scutellaris complex, dan Aedes (finlaya) niverus juga dianggap
sebagai vektor skunder. Keculi Aedes aegyti, semuanya mempunyai daerah
distribusi geografis sendiri- sendiri baik untuk virus dengue , biasanya mereka
merupakan vektor epidemi yang kurang efsien di bandingkan Aedes aegypti.
(WHO,2000).

2.2 ETIOLOGI

Penyebab utama demam berdarah adalah virus dengue yang ditularkan oleh
gigitan nyamuk aedes aegypti.

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus
falvivirus, virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-strand
virus dan keluarga falvividae. Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat
antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN4). Spesifikasi virus dengue yang
dilakukan oleh albert sabin pada tahun 1994 menunjukan bahwa masing-masing
serotipe tersebut.

2.3 KLASIFIKASI

Demam berdarah dapat di klasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu:

1. Derajat I
Ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas dan sutu-satunya
menifestasi perdarahan ialah uji bendung (uji torniquet).

2. Derajat II

Seperti derajat satu I, disertai pendarahan spotan di kulit dan atau perdaran
lain

3. Derajat III

Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 MmHg atau kurang ) atau hipotensi, sianosis diaekitar mulut,
kulit dingion dan lembab, dan anak tampak gelisah.

4. Derajat IV

Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
tidak teratur.

2.4 MENIFESTASI KLINIS


1. Demam tinggi selama 2-7 hari dengan sushu 38-40o c.

2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.\


3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah
bening.
8. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darahmenurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
9. Munculnya ruam-ruam di kulit, bentuknya berupa flusing (kemerahan
pada muka dan leher)
10. Keluar keringat sehingga tubuh menjadi lemas.
11. Adanya perdarahan luar seperti pada hidung dan gusi. Perdarahan dalam
jika penderita mengalami muntah hitam seperti kopi dan feses berwarna
hitam.
12. Adanya rasa panas di belakang bola mata.
13. Terjadinya penurunan trombosit di bawah 100.000/mm3 pada pemeriksaan
dari hari ke-3 sampai ke-7.

2.5 PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasiC3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya


faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemorhagic, renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endoteldinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.

2.6 PATHWAY
2.7 PENCEGAHAN

1. Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, menutup, dan


mengubur benda-benda bekas yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk.
2. Fogging atau pengasapan.
3. Abatisasi, yaitu dengan memberikan bubuk abate ke dalam bak mandi atau
tempat penampungan air.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah
B. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

2.10 OBAT TRADISIONAL DHF


A. Akar jali
 ½ gengngam yang telah di cuci bersih
 Direbus dengan 3 gelas airnhingga tersisa 1 gelas
 Ramuan di bagi 3bagian
 Minum 3kali sehari masing- masng 1/3gelas

B. Krokot

 1 genggam krokot di rebus sebentar, tidak boleh terlalu matang


 Di makan sebagai lalap

C. Rimpang kunyit segar

 Dicuci bersih lemudian di parut


 Tambahkan air matang dan aduk hingg rata
 Peras hasil parutan dengan menggunakan sepotong kain
 Minum airnya sekaligus
 Lakukan 2X sehari

D. Buah jambu biji matang

 Di blender dengan air panas secukup nya


 Di minum hangat- hangat

E. T emulawak

 Ambil temulawak secukup nya


 Sepuluh butir angco (buah biji nya)
 1 genggam akar serai
 1 buah jambu biji/ klutuk matang
 Semua bahan tersebut di blender dengan air secukup nya, lalu
minum.

2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi DHF ada 6 yaitu:
1. Komplikasi susunan sistem syaraf pusat
Komplikasi pada susunan sistem syaraf pusat (SSP) dapat berbentuk
konfulsi, kaku kuduk, perubahan kesadaran dan parises
2. Ensefalopati
Komplikasi neorologi ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang
berlebihan
3. Infeksi
4. Kerusakan hati
5. Kerusakan otak
6. Resiko syok
7. Kejang kejang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DHF

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasi
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan maslah
keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien
DHF.

a. Pengkajian fokus
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah


pernah dirawat sebelumnya

5) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam,


apakah ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik dan
sebagainya

6) Riwayat psikososial

Bagaimana riwayat imunisasi,bagaimana pengetahuan keluarga


mengenai demam serta penanganannya.

b. Data subyektif

Merupaan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau


keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara
lain :

1) Panas atau demam


2) Sakit kepala
3) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
4) Lemah
5) Nyeri ulu hati, otot dan sendi
6) Konstipasi
c. Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada
keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita DHF
antara lain :

1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan


2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
ekimosis, hematoma, hematemesis, melena
4) Hiperemia pada tenggorokan
5) Nyeri tekan pada epigastrik
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipertermia
b. Resiko kekurangan volume cairan
c. Nyeri akut
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Defisiensi pengetahuan
1. Diagnosa satu : hipertermi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan hipertermi turun.

Noc :

- Termeregulation

Kriteria hasil awal tujuan suhu dalam batas normal tidak ada perubahan
warna kulit TTV dalam batas normal

Ket :

 Keluhan ekatrim
 Keluhan berat
 Keluhan sedang
 Keluhan ringan
 Tidak ada keluhan
Intervensi :
Fever treatment
1. Monitor suhu
2. Lakukan water tapid sponge (miring)
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Njurkan klien untuk minum yang banyak
5. Monitor TTV
6. Anjurkan untuk kompres dengan air hangat kemudian dengan air biasa
7. Ciptakan lingkungan yang aman dan hangat
8. Anjurkan klien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
9. Kolaborasi antipiuretik
10.
2. Diagnos dua : Resiko kekurangan cairan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan resiko volume cairan tidak mumcul.
Noc :
 Fluid balance
 Hydration
Kriteria hasil indikator awal tujuan tidak ada tanda dehidrasi membran
mukosa lembab TTV dalam rentang normal
Ket :
 Keluhan ekatrim
 Keluhan berat
 Keluhan sedang
 Keluhan ringan
 Tidak ada keluhan
Intervensi :
Fluid managenent
1. Pertahankan catatan intake dan out put yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
3. Monitor vital sing
4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5. Kolaborasi pemberian cairan intravena IV
6. Monitor ststus nutrisi
7. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
8.
3. diagnosa tiga nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
nyeri berkurang
Noc:
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria hasil:
 Skala nyeri
 Tingkat kenyamanan
 Tingkat kecemasan
Ket :
 Keluhan ekstrim
 Keluhan berat
 Keluhan sedang
 Keluhan ringan
 Tidak ada keluhan
Intervensi : pain manajement
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, kateristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
2. Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri
3. Komunikasi traupetik agar pasien dapat mengespresikan
4. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan
tindakan pencegahan
5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakolgi
6. Berikan analgetik sesuai anjuran

4. diagnosa empat resiko keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi tidak muncul .
Noc :
 Nutrition status
 Weight control
Kriteria hasil :
 Masukan per oral
 Tidak ada penurunan berat badan
 Porsi makan yang disediakan habis
Ket :
 Keluhan ektrim
 Keluhan berta
 Keluhan sedamg
 Keluhan ringan
 Tidak ada keluhan
Intervensi :
Nutrion status
1. Kaji pola makan, kebiasan makan dan makanan yang disukai
2. Berikan makanan sesui diet dan berikan selagi hangat
3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
4. anjurkan pasien untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat
5. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet sesuai indikasi
6. ukur berat badan pasien

5. diagnosa lima: defisensi pengetahuan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan pengetahuan meningkat
Noc :
 knowlage : disease process
 knowlage : health behavior
kreteria hasil
 keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit
 keluarga mampu menjelaskan kembali
ket ;
 kelehuan ekstrim
 keluhan berat
 keluhan sedang
 keluhan ringan
 tidak ada keluhan
intervensi ;
nutrition status
1. jelaskan patofisologi, dan penyakit
2. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit denagn cari
yang benar
3. gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
5. diskusikan perubahn gaya hidup yang lebih baik.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dengue haemorhagic fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy, 1995). Dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam.

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik.

4.2 SARAN

Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan


universitas sarimutiara dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem imun dengue haemoragic fever (DHF

Você também pode gostar