Você está na página 1de 6

Pengertian Agama

Perkataan agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan agama
Hindu dan Budha. Karena itu ada bermacam teori mengenai kata agama. Salah satunya
mengatakan, akara kata agama adalah gam yang mendapat awal a dan akhiran a sehingga
menjadi a – gama – a. akar itu kadang – kadang mendapat awalan i dengan akhiran yang sama,
sehingga menjadi i – gam – a, kadangkala mendapat awalan u dengan akhiran yang sama
sehingga menjadi kata u – gam – a. bahasa Sansekerta yang menjadi asal perkataan agama,
termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Jerman, serumpun dengan bahsa Belanda dan Inggris.
Dalam bahasa Belanda ditemukan kata – kata ga, gaan dan dalam bahasa inggris kata go yang
artinya sama sengan gam: pergi. Namun, setelah mendapat awalan dan akhiran a pengertiannya
berubah menjadi jalan. Dalam hubungan dengan makna perkataan – perkataan di atas (agama,
igama, dan ugama) dalam bahasa Bali ketiganya mempunyai makna. Agama artinya peraturan,
tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata cara, upacara
dalam berhubungan dengan Dewa – dewa; sedangkan ugama ialah peraturan, tata cara dalam
berhubungan antarmanusia.

Dalam tiga bahasa: agama dalam bahasa Indonesia igama dalam bahsa Jawa dan ugama
dalam bahasa Melayu (Malaysia) dengan pengertian yang sama pengertian jalan sebagai
perubahan arti pergi, terdapat juga dalam bahasa Syinto (Jepang), Budha menyebut undang –
undang pokoknya:jalan. Jesus Kristus menyuruh agar pengikutnya mengikuti jalannya. Dalam
agama Islam terdapat perkataan syari’at dan tarikat artinya jalan (Haron Din dkk, 1990: 254).
Agama Hindu dan Budha menyebarkan kata agama di kepulaua Nusantara ini, diambil alih
oleh bahasa Melayu dan dilanjutkan oleh bahasa Indonesia.

Pengertian Negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu State (Bahasa Inggris) dan
Stata (bahasa Belanda) dan Etat (bahasa Francis). Kata Stata, State, dan Etat diambil dari
bahasa latin yaitu status atau statum yang berarti keadaan yang tegak dan tetap sesuatu yang
memiliki sifat – sifat yang tegak dan tetap. Kata status atau statum lazim yang diartikan sebagai
standing atau station (kedudukan).

Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi dari sebuah kelompok masyarakat yang
mempunyai cita – cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung unsur konstitutif dari sebuah negara
yang meniscayakan adanya unsur – unsur tertentu dalam sebuah negara yakni adanya
masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintah berdaulat.

Azra (2003) menuliskan negara merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan


karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan secara sah lebih agung dari pada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat merupakan
kelompok yang hidup bersama dan bekerja sama untuk mencapai keinginan – keinginan
bersama.

Agama dan Negara Dalam Perspektif Islam

Kedudukan Manusia

Kedudukan manusia yang dimaksud adalah konsep yang menunjukkan hubungan


manusia dengan Allah dan dengan lingkungannya.

1. Manusia Sebagai Khalifah


Kedudukan manusia sebagai khalifah dapat dipahami dari klausa pertama surah
Fthir di atas, yaitu Huwa ‘llazi ja’ alakum khala’ifa al-ardh “Dialah yang menjadikan
kamu khalifah dibumi”. Klausa ini memberikan informasi tambahan terhadap informasi
yang terkadung dalam ayat – ayat. Maka ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang
menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Penegasan ini mengisyaratkan
adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan. Selanjutnya ayat tersebut juga
mengingatkan bahwa siapa yang ingkar, khususnya mengingkari Tuhan yang telah
menjadikan sebagai khalifah, maka ia sendiri yang menanggung akibat
pengingkarannya itu berupa kemungkaran Tuhan dan kerugian bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan pengertian khalifah maka manusia sebagai khalifah seperti yang
diungkapkan dalam Q.S Fathir, bermakna kedudukan manusia sebagai penegak
pelaksana hukum – hukum Tuhan di muka bumi ini. Dapat juga dikatakan manusia
kedudukan sebagai penguasa dan pengatur kehidupan di bumi dengan jalan
menerapkan hukum – hukum tuhan yang hakikatnya adalah kehendak tuhan. Sebagai
khalifah manusia diberikan kekuasaan sebagai sarana agar dapat melaksanakan
perintah – perintah tuhan.
2. Manusia Sebagai Pembangun
Kedudukan manusia sebagai pembangun peradaban berdasar firman tuhan yang
telah dikemukakan, yakni Huwa ansya’ akum min ‘sta’ marakum fiihaa, “Dia telah
menghidupkan kamu di bumi dan memberi kamu kekuasaan memakmurkannya
(menjadikan kamu sebagai pembangun kemakmuran)”.
Dari ayat tersebut terlihat bahwa ungkapan yang dipergunakan adalah untuk
menunjukkan kedudukan manusia. Berdasarkan makna ayat ini dijelaskan bahwa siapa
yang wajib disembah yaitu tuhan yang telah menjadikan manusia dan membiranya
kekuasaan untuk menghuni dan mengolah bumi.

Hubungan Agama dan Negara Menurut Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah

Menurut Al-Ghazali hubungan negara dan agama sangat dekat dan saling bergantung.
Agama adalah sebagai dasar dan negara sebagai penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan
runtuh dan suatu dasar tanpa penjaga akan hilang. Dengan demikian ikatan antara negara dan
agama akan menciptakan wibawa kedaulatan ditangan kepala negara yang ditaati, serta
memiliki wibawa untuk melindungi kemaslahatan rakyat.

Sedikit berbeda dengan Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah menempatkan hubungan agama dan
negara, ia tempatkan negara sebagai pelaksana dalam merealisasikan kewajiban negara.
Menurutnya, kesejahteraan negara tidak dapat diwujudkan secara sempurna, kecuali dengan
bermasyarakat. Upaya mengaturnya tidak bisa tidak memerlukan pemimpin. Menurut Ibnu
Taimiyah menegakkan negara adalah perintah agama. Jadi jelas bahwa hubungan antar negara
dan agama sangat erat. Negara didirikan merupakan perintah agam untuk mewujudkan
kesejahteraan umat, mencegah perbuatan – perbuatan yang merugikan, menegakkan keadilan,
menggalang persatuan dalam kehidupan bermasyarakat, dan melaksanakan syariat agama.

Menegakkan Negara

Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah mempunyai pandangan yang sama mengenai keharusan
adanya sebuah negara. Karena negara berfungsi untuk membuat aturan hukum atau
menjalankan hukum – hukum yang ada dan menegakkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Tanpa negara masyarakat akan kacau dan hukum – hukum tuhan tidak akan terlaksanakan
dengan baik.

Sedemikian pentingnya menegakkan negara dilandasi pula bahwa manusia dalam


hakikatnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan pertolongan orang lain. Untuk
memenuhi segala kebutuhan manusia maka harus saling tolong – menolong dan bekerja sama.
Dalam merealisasikan hal tersebut dibutuhkan pengaturan dan pengorganisasian yang baik dan
teratur. Wujud pengorganisasian dalam skala yang besar dan lingkup yang luas adalah
tercermin dalam sebuah kekuasaan negara.

Dengan demikian bahwa negara memang harus ada dalam mewujudkan kepentingan
bersama. Sejalan dengan tabiat manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang membutuhkan
kerja sama untuk memenuhi kebutuhan lahir dan batin.

Tujuan Negara

Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah dalam hal tujuan negara ternyata mempunyai pandangan
yang sama. Menurut Al-Ghazali tujuan negara adalah lembaga yang memiliki kekuasaan dan
menjadi alat melaksanakan syari’at, mewujudkan kemaslahatan rakyat, menjamin ketertiban
urusan dunia dan urusan agama negara berfungsi sebagai lambang kesatuan umat demi sejaah
kelangsungan sejarah umat. Tujuan negara menurut Ibnu Taimiyah adalah untuk melaksanakan
syari’at demi terwujudnya kesejahteraan umat, lahir dan batin, serta tegaknya keadilan dan
amanah dalam masyarakat.

Menurut Al-Ghazali keberadaan suatu negara adalah wajib kesepakatan umat,


sedangkan Ibnu Taimiyah juga sama wajibnya tetapi alasannya bukan kesepakatan, tetapi
perintah agama sendiri. Itulah sebabnya, menurut pemikiran Al-Ghazali agama dan negara
mempunyai hubugan simbiotik. Sedangkan Ibnu Taimiyah hubungan itu bersifat integralistik.

Agama dan Negara

Sejarah telah menempatkan Islam di Indonesia berada di tengah-tengah rakyat karena


prosesnya Islam ke Indonesia yang merembes dari bawah secara damai itu. Tumbuhnya Islam
itu dari bawah sehingga gerakkan Islam merupakan gerakan populis (kerakyatan). Kedatangan
Islam dengan cepat menumbuhkan jamaah-jamaah atau kelompok-kelompok masyarakat Islam
yang menimbulkan kekaguman-kekaguman karena dinamikanya yang tinggi dalam
menumbuhkan kekuatan-kekuatan masyarakat. Sejak itu, Islam telah ditakdirkan berada
ditengah-tegah masyarakat nusantara ini. Mak selanjutnya Islam hadir dalam setiap perjuangan
rakyat untuk mendapatkan keamanan, keadilan, dan ketenteraman. Tidak satupun peristiwa
perjuangan tanpa merupakan mata rantai yang melibatkan rakyat muslim dalam melaksanakan
ajarann amar makruf nahi mungkar. Begitu pula yang terjadi pada masa keangkuhan
feodalisme dan kasta-kasta, rakyat muslim mengajarkan persamaan dan keadilan.

Sebagai seorang muslim yang paling utama adalah berkaitan dengan pandangan hidup.
Seorang muslim yang mengenal pandangan hidupnya tidak mungkin hidup tanpa makna, tanpa
bobot dan nilai. Seorang muslim dalam hidupnya memiliki tujuan, orientasi, mengerti tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Sejalan dengan itu,
Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin itu tidak terikat kecuali oleh tiga keadaan;
membekali diri untuk kembali ke akhirat, berjuang untuk kehidupan, dan menikmati apa yang
tidak diharamkan.” Kiranya pemerintah telah menyadari bahwa rakyat muslim yang mayoritas
ini telah melaksanakan kewajiban-kewajibannya yaitu akan berpangku tangan tidak mau peduli
terhadap perkembangan diri dan masyarakat. Jika kita berhasil mewujudkan saling pengertian
antara pemerintah dan dan umat Islam, maka Insya Allah tidak akan terjadi gejolak-gejolak
yang tidak kita inginkan. Seperti halnya peristiwa Priok dan perristiwa-peristiwa politik
keagamaan lainnya.

Dalam memandang hubungan agama dan masyarakat kebangsaan, kita tidak dapat melepaskan
dengan tingkat transformasi struktur sosial politik kenegaraan kita yang tampaknya telah
sampai pada taraf modern dan mapan. Agama pada umumnya terlepas dari peran dan fungsi
negara. Keberadaan Departemen Agama secara efektif telah membuat agama sebagai elemen
kuat dalam membentuk struktur sosial dan perwajahan masyarakat kebangsaan. Hubungan
agama dan masyarakat kebangsaan boleh dikatakan telah seperti dua sisi mata uang yang
membuat bangsa kita dikenal sebagai bangsa religius.

Kewarganegaraan

Kedudukan rakyat dalam negara adalah sebagai subjek politik yang menuntut adanya
tokoh – tokoh representatif untuk menyelenggarakan fungsi – fungsi politik, khususnya yang
berkenaan dengan fungsi legislatif sehingga aspirasi dan kepentingan kelompok dapat
terakomodasi. Pada sisi lain, kedudukan rakyat sebagai objek politik yang menuntut adanya
tokoh – tokoh representatif yang akan melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan – kegiatan
politik dan pemerintahan. Untuk kepentingan ini diperlukan sebuah lembaga perwakilan yang
dapat disebut sebagai majelis umat yang bertugas menyelenggarakan kedaulatan rakyat.

Kedaulatan

Dalam sebuah politik di samping adanya kekuasaan, juga masih dikenal adanya
kedaulatan.

1) Teori Kedaulatan Tuhan


Teori ini mengajarkan bahwa yang memiliki kedaulatan dalam negara adalah
Tuhan. Ajaran ini ada yang bersumber dari filsafat, dan adapula yang bersumber dari
ajaran agama.
2) Teori Kedaulatan Negara
Teori ini mengajarkan bahwa kedudukan tertinggi dimiliki oleh negara. Negara
lah yang menentukan hukum dan ketaatan rakyat kepada hukum adalah karena hukum
itu merupakan kehendak negara.
3) Teori Kedaulatan Rakyat
Teori ini mengajarkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara dimiliki oleh
rakyat. Kehendak rakyat dalam bentuk kehendak umum menjadi dasar kekuasaan
negara. Pemerintah adalah wakil rakyat untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Pemerintah yang bertindak tidak sesuai dengan kehendak rakyat dapat diganti dengan
pemerintahan yang baru.
4) Teori Kedaulatan Hukum
Semua kegiatan lembaga pemerintahan dan perangkat politik lainnya harus
berdasarkan dan dibatasi hukum. Bahwa hukum yang berdaulat adalah pemikiran yang
sudah ditemukan dalam pemikiran politik Aristoteles seperti terlihat dari karyanya
terdahulu.

Pembagian Kekuasaan dalam Negara

Bentuk negara dapat dibedakan atas negara federasi dan negara kesatuan. Yang pertama
adalah sebuah negara yang terbentuk dari negara – negara merdeka yang bersatu dan
membentuk pemerintahan pusat. Pemerintahan pusat ini yang dikenal sebagai pemerintahan
federal. Pada umumnya kekuasaan ini adalah untuk menyelenggarakan kepentingan hubungan
luar negeri dan kepentingan – kepentingan warga negara, masyarakat dan negara yang bersifat
umum.

Negara kesatuan adalah negara yang berdaulat dan memiliki struktur pemerintahan
yang terdiri dari pemerintahan pusat sebagai pemegang seluruh kekuasaan politik dan
pemerintahan daerah yang menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan penugasan atau
pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat.

Você também pode gostar