Você está na página 1de 30

CiciLia BanGeuD

Myspace Fun Flash Comments

Jumat, 09 September 2011


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Amputasi Ulkus Diabetikum

Download ASKEP DISINI atau klik download link:


http://www.ziddu.com/download/16469082/AskeppadapasienpostAmputasiulkus
diabetikum.doc.html

Landasan teoritis Amputasi


A. Pengertian
Amputasi berasal dari bahasa latin “amputare”, amb yang berarti sekitar dan putare
artinya memotong. Jadi amputasi adalah suatu tindakan pembedahan dengan
memotong bagian tubuh. Amputasi juga bisa diartikan suatu keadaan ketiadaan
sebagian atau seluruh anggota gerak atau menunjukkan suatu prosedur bedah.
Amputasi dikelompokkan atas dua kelompok yaitu amputasi kongenital dan amputasi
bedah. Pada amputasi kongenital ketiadaan anggota gerak disebabakan gangguan oleh
pembentukan organ yang dibawa sejak lahir, sedang amputasi bedah adalah prosedur
pemotongan yang memotong tulang.
B. Prinsip Teknik Amputasi
Torniquet selalu digunakan kecuali jika terdapat insufisiensi arterial. Flap kulit dibuat
sedemikian rupa sehingga panjang gabungan keseluruhan flap sama dengan 1,5 x
lebar anggota gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan, flap anterior dan
posterior dengan panjang yang sama dipakai untuk amputasi pada anggota gerak atas
dan amputasi transfemoral (above knee), untuk amputasi below knee falp posterior
dibuat lebih panjang. Otot dipotong distal dari tempat pemotongan tulang, kelompok
otot yang saling berhadapan kemudian dijahit diatas ujung tulang dan juga
keperiosteum (myoplasty) sehingga memberikan kontrol otot yang lebih baik dan juga
sirkulasi yang lebih baik.
Saraf dipotong proksimal dari tempat pemotongan tulang. Harus benar-benar
diperhatikan agar ujung saraf yang terpotong tidak mendapatkan tekanan karena
tumpuan berat badan. Tulang dipotong pada tempat yang telah ditentukan. Pada
amputasi transtibial bagian depan tibia biasanya dibuat serong dan dikikir agar
terbentuk tepi yang halus dan membulat. Fibula dipotong 3 cm lebih pendek.
Pembuluh darah utama diikat, dan setiap sumber perdarahan diikat dengan baik. Pada
closed amputation kulit dijahit tanpa tegangan, drain dipasang dan kemudian stump
dibalut erat. Jika terbentuk hematoma, ini harus segera dievakuasi. Pembalutan
berulang dengan pembalut elastis dilakukan untuk membantu pengerutan stump dan
menciptakan bentuk ujung yang konikal. Otot-ortot harus tetap dilatih, sendi tetap
dijaga agar bergerak dan pasien diajarkan untuk menggunakan prosthesisnya.
C. indikasi
Indikasi amputasi dikenal dengan 3D.
1. Dead (dying), penyakit pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhadap hampir
90% dari seluruh amputasi. Penyebab lainnya adalah trauma parah, luka bakar, dan
frost bite.
2. Dangerous, penyakit yang tergolong berbahaya adalah tumor ganas, sepsis yang
potensial lethal dan crush injury. Pada crush injury pelepasan torniquet atau
penekanan lain akan berakibat pada kegagalan ginjal (crush syndrome).
3. Damn nulsance, adalah keadaan dimana mempertahankan anggota gerak dapat lebih
buruk daripada tidak mempunyai anggota gerak sama sekali. Hal ini mungkin dapat
disebabkan oleh nyeri, malformasi berat, sepsis berulang atau kehilangan fungsi yang
berat. Kombinasi antara deformitaas dan kehilangan sensasi khususnya merupakan
masalah yang berat dan pada alat gerak bawah cenderung untuk menyebabkan
ulserasi karena tekanan.
Indikasi lain dilaksanakannya bedah amputasi adalah karena:
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien
dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan
kongenital.
D. Tingkatan Amputasi
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan
aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya. Adapun amputasi yang
sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
a) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation). Ada 2 metode pada amputasi jenis
ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.
b) Amputasi diatas lutut. Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada
pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
3. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila
tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
4. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi
serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi
terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
5. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga
melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf
lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
6. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya
ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan,
stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
E. Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada 2
cara perawatan post amputasi yaitu :
1. Rigid dressing.
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi.
Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau
tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai
menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta
tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema,
mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera,
mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu,
setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini
dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya
perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter
bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada
hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang
kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.
2. Soft dressing.
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril
yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus
diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada
stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan
elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan
fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam.
Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat
mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada
hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk
tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya kontraktur.
F. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh.
Adapun pengaruhnya meliputi :
1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini
menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian
tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema.Immobilitas menyebabkan sumber
stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan
rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga
terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi
a) Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta
relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan
ekspirasi paksa.
b) Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio
ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi
peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c) Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga
sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu
gerakan siliaris normal.
4. Sistem Kardiovaskuler
a) Peningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan
mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien
dengan immobilisasi.
b) Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan
waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
c) Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan
venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada
vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah
yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk
memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan
pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
5. Sistem Muskuloskeletal
a) Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2
dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b) Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
c) Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan
gerak.
d) Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik
dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
6. Sistem Pencernaan
a) Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi
kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan
kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b) Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan
faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.
7. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal
banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :

 Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
 Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman
dan dapat menyebabkan ISK.
8. Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan.
Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika
tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

Kasus pasien amputasi karena Ulkus Diabetik


Ny. A (55 th) masuk RS.BMC pada tanggal 1 Maret 2011, dengan keluhan luka pada
telapak kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan luka itu timbul karena tusukan paku yang tidak disadarinya. Akhirnya
luka yang ditimbulkan oleh tusukan paku itu makin lama makin membesar. Ny. A
menggunakan sejenis daun-daunan untuk mengobati lukanya, dia juga mengorek-
ngorek luka tersebut, dan akhirnya luka itu semakin parah. Di Rumah sakit dokter
menyarankan agar Ny. A melakukan amputasi pada kaki sebelah kanannya, karena
ulkus pada kaki pasien sudah membusuk, dan saraf di sekitar telapak kaki kanan juga
tidak berfungsi lagi. Pengkajian yang dilakukan sebelum pasien diamputasi
didapatkan data subjektif bahwa klien tidak bias tidur karena gelisah dan takut akan
menjalani amputasi. Klien juga mengeluh tidak nafsu makan, dan BB klien turun.
Pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK pada tanggal 27 Maret 2011 setelah
Ny. A melakukan amputasi, pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan yang
diamputasi,dan terlihat kemerahan disekitar bekas amputasi tersebut. Ny. A juga
merasa malu dengan kondisinya saat ini, ia mengatakan bagaimana melaksanakan
perannya dalam keluarga sementara ia telah kehilangan kaki kanannya.
Riwayat Kesehatan klien
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. A mengeluh luka pada telapak kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 1
bulan yang lalu.sebelum diamputasi Ny. A mengeluh tidak bisa tidur karena gelisah
dan takut akan menjalani amputasi. Klien juga mengeluh tidak nafsu makan, dan BB
klien turun.
Saat pengkajian setelah diamputasi, pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan yang
diamputasi, , terlihat kemerahan disekitar bekas amputasi tersebut. Dan Ny. A juga
merasa malu dengan kondisinya saat ini.

2. Riwayat kesehatan dahulu


Kaji apakah pasien pernah mengalami luka yang sama, dan kaji apakah pasien
memiliki riwayat penyakit lain seperti kolesterol tinggi atau hipertensi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada keluarga pasien yang menderita DM atau penyakit degenerative
lainnya.

Pemeriksaan Fisik
Sistem Tubuh Kegiatan
Integumen: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
hidrasi
 Kulit secara umum
Lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan atau
kondisi yang memburuk, perdarahan, atau kerusakan
 Lokasi amputasi
progresif.
Kaji kondisi jaringan diatas lokai amputasi terhadap
terjadinya stasis vena atau gangguan aliran balik vena
Kardiovaskuler Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan
pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indicator
 Cardio reserve
fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan arteriosklerosis melalui
 Pembuluh darah
penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah
Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas
Urin Mengkaji jumlah urin 24 jam
Mengkaji adanya perubahan warna, bau, dan kekentalan
urin
Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat dehidrasi
Memonitor intake dan out put cairan
Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien
Mengkaji sistem persarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah sekitar amputasi
muskuloskeletal Mengkaji bentuk dan kekuatan otot klien.

11 Pola Fungsional Gordon


• Pola persepsi dan Manajemen kesehatan
Klien terlihat kurang mengerti tentang penyakitnya, terbukti klien mengatakan
lukanya timbul karena tusukan paku yang tidak disadarinya. Akhirnya luka yang
ditimbulkan oleh tusukan paku itu makin lama makin membesar. Dan klien
menggunakan sejenis daun-daunan untuk mengobati lukanya, dia juga mengorek-
ngorek luka tersebut, dan akhirnya luka itu semakin parah. Disini terlihat kurangnya
pengetahuan klien tentang hal apa yang harus dilakukan dan hal apa yang tidak boleh
dilakukanya nya.
Jadi perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada klien bahwa teknik
pengobatan apa yang dilakukan saat terjadi luka, untuk mencegah terjadinya
dekubitus.
• Pola nutrisi dan metabolik
Setelah menjalani operasi, tidak digambarkan bagaimana input nutrisi klien, namun
perawat harus mengkaji bagaimana masukan nutrisi klien, apakah klien masih merasa
tidak nafsu makan? Kaji berapa jumlah cairan yang masuk pada Ny. E. Dan klien
dianjurkan untuk mengkonsumsi protein untuk pertumbuhan sel baru.
• Pola eliminasi
Perawat perlu mengkaji bagaimana eliminasi klien pasca operasi, apakah mengalami
gangguan, dan kaji frekuensi, warna, serta konsistensi BAB dan BAK klien. Apakah
klien menggunakan alat bantu?
• Pola latihan- aktivitas
Klien tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri karena kaki klien telah di amputasi,
dan sering kali klien mengeluh nyeri pada bekas operasinya dan nyeri tersebut
mengganggu aktivitas klien dalam bergerak.
• Pola istirahat tidur
Klien menyatakan pola istirahat dan tidurnya terganggu karena merasakan nyeri pada
bekas operasinya, dank lien merasa gelisah saat tidur.
• Pola konsep diri dan persepsi diri
Pasien merasa malu dengan keadaannya saat ini, malu pada masyarakat sekitar,
karena kaki sebelah kanannya sudah tidak ada,klien takut di ejek dengan keadaannya
saat ini, kadang kala klien merasa akan kehilangan kasih sayang dari keluarga.
• Pola kognitif- perseptual
Perawat perlu mengkaji bagaimana kondisi alat indra klien?apakah mengalami
gangguan, dan kaji status neurologis klien pasca operasi.
• Pola peran dan hubungan
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarga nya setelah menjalani operasi?
apakah ada perubahan peran? Klien merasa malu dengan kondisi nya saat ini.
• Pola reproduksi- seksual
Kaji bagaimana aktivitas seksual klien dengan pasangannya? Apakah ada perubahan?
Biasanya pada pasien DM mengalami gangguan seksulitas, seperti impotensi
• Pola pertahanan diri dan toleransi stres
Klien merasa stres karena belum siap menerima kenyataan kehilangan satu kakinya.
Klien terus bertanya apakah nanti klien akan dihindari oleh orang lain? Klien terlihat
stres.
• Pola keyakinan dan nilai
Kaji bagaimana ibadah klien pasca operasi, apakah klien masih menjalani ibadahnya
seperti biasa?

Diagnosa keperawatan
NANDA NOC NIC
1. resiko infeksi hal 307 Hasil yang Kontrol infeksi
(ulkus diabetikus) disarankan: Definisi :Meminimalkan pendapatan dan
domain 11: keselamatan / Integritas transmisi dari infeksi.
perlindungan diameter jalan Tindakan :
kelas 1: infeksi masuk. Alokasikan dengan tepat kekakuan
definisi: meningkatnya Konsekuensi pasien dengan indikasi pedoman CDC.
risiko karena diserang keadaan yang Bersihkan lingkungan sekitar setelah
oleh organisme patogen tak bergerak : digunakan pasien.
faktor risiko Fisiologi Ganti peralatan pengobatan pasien
penyakit kronis Pengetahuan : setiap protocol/ pemeriksaan.
kekebalan yang diperoleh Kontrol infeksi Batasi jumlah pengunjung/pembezuk.
tidak memadai Status nutrisi Ajarkan pengunjung untuk mencuci
ketidakadekuatan Kontrol resiko tangan saat masuk dan meninggalkan
pertahanan primer (cth:
Deteksi resiko kamar pasien.
kulit yang rusak, trauma Gunakan sarung tangan sebagai
Integritas
jaringan, penurunan gerak
jaringan : Kulit pengaman yang umum.
silia, cairan tubuh yang
dan selaput Gunakan sarung tangan yang bersih.
stasis, perubahan sekresi
lendir Gosok kulit pasien dengan alat anti
pH, perubahan gerak
peristaltic) bakteri dengan tepat.
ketidakadekuatan Kebiasaan Bersihkan dan siapkan tempat sebagai
pertahanan sekunder (cth: pengobatan : persiapan untuk prosedur
penurunan Hb, Sakit atau luka infasi/pembedahan.
leucopenia, penekanan Penyembuhan Jaga lingkungan agar tetap steril selama
respon inflamatori) luka: Tujuan
insersi di tempat tidur.
peningkatan paparan utama
jaga kerahasiaan klien ketika melakukan
lingkungan terhadap Penyembuhan pemeriksaan invasif
pathogen luka: Tujuan
Ganti peripheral IV dan balutan
prosedur invasive kedua
berdasarkan petunjuk CDC.
ketidakcukupan Pastikan keadaan steril saat menangani
pengetahuan untuk IV.
menghindari paparan Pastikan teknik perawatan luka yang
pathogen tepat.
agen farmasetik (cth:
Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang
imunosupresi)
tepat.
trauma
Tingkatkan pemasukan cairan yang
kerusakan jaringan
tepat.
Banyak istirahat.
Lakukan terapi antibiotic yang tepat.
Ajarkan pasien untuk memakan
antibiotic sesuai resep.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya pada tim
kesehatan.
Perlindungan terhadap infeksi
Definisi: Pencegahan dan pendeteksian
dini pada pasien yang beresiko infeksi.
Tindakan :
Memeriksa sistem dan tanda-tanda dan
gejala-gejala infeksi.
Mengontrol mudahnya terserang infeksi.
Mengontrol jumlah granulosit, WBC,
dan hasil yang berbeda.
Mengikuti pencegahan dengan
neutropenic.
Membatasi jumlah
pengunjung/pembezuk.
Membersihkan pengunjung dari
penyakit yang dapat menular.
Menjaga kebersihan pasien yang
beresiko.
Melakukan teknik isolasi.
Memberikan perawatan kulit yang tepat
pada daerah edema.
Melihat kondisi kulit dan membrane
mukosa yang memerah, hangat dan
mengelupas.
Melihat kondisi luka bedah.
Mendapatkan pemeliharaan sesuai
kebutuhan.
Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang
cukup.
Mendorong pemasukan cairan.
Meningkatkan istirahat.
Mendorong pernafasan dalam saat
batuk.
Menginstruksikan pasien menggunakan
antibiotic sesuai resep.

2. Intoleransi aktivitas Outcome yang Terapi aktivitas


disarankan Kolaborasi dengan ahli terapi dalam
Domain 4:
Toleransi rencana dan memonitor aktivitas, sesuai
Aktivitas/istirahat
aktivitas kebutuhan.
Kelas 4: respon
Daya tahan Menentukan komitmen pasien untuk
kardiovaskuler/ respon
Konservari meningkatkan frekuensi dan rentang
pulmonary
aktivitas
Defenisi: energi fisiologis energy
atau psikologis cukup Perawatan diri: Membentu untuk mengeksplorasi makna
untuk bertahan atau Aktivitas sehari- pribadi kegiatan yang dilakukan atau
menyelesaikan kegiatan hari kegiatan yang favorit
sehari-hari yang Perawatan diri: Membantu memilih aktivitas yang
diperlukan atau yang peralatan dalam konsisten dengan fisik, psikologis, dan
diinginkan. aktivitas sehari- kebutuhan.
Batasan karakteristik hari Membantu pasien untuk focus terhadap
 Respon abnormal tekanan apa yang dilakukan
darah terhadap aktivitas Membantu pasien untuk mengidentifikasi
 Respon abnormal laju preferensi untuk aktifitas
jantung terhadap aktivitas Membantu pasien untuk mengidentifikasi
 Aritmia meaningfull/kegunaan/arti aktivitas
 Ketidaknyamanan Intruksikan pasien/keluarga tentang
 Laporan verbal terhadap bagaimana melakukan aktivitas
kelelahan Membantu pasien untuk beradaptasi
 Laporan verbal terhadap dengan lingkungan
weakness Manajemen energi
Menentukan batas kemampuan pasien
Menentukan tingkat persepsi pasien
terhadap kelelahan
Menentukan penyebab kelelahan
Memonitor intake nutrisi yang adekuat
Memonitor kepatenan tidur pasien
Monitor lokasi ketidaknyamanan dan
nyeri yang terjadi saat bergerak
Berikan lingkungan yang relaks
Atur waktu/periode tidur dan istirahat
Rencanakan periode aktivitas untuk
pasien
3. Gangguan citra diri Outcome yang Peningkatan Citra Diri
Domain disarankan: Definisi:
6:Persepsi/kognitif Adaptasi Meningkatkan persepsi pasien sadar dan
Kelas 3:Citra tubuh terhadap tidak sadar dan sikap terhadap badannya.
Definisi: kemampuan Aktivitas:
Kebingungan dalam gamb
fisik. Tentukan harapan gambaran diri pasien
aran
mental dari seseorang fisi Penghargaan berdasarkan tahap perkembangan
k diri.
diri Gunakan bimbingan antisipasi untuk
Batasan karakteristik:
 Ketidaktauan tentang mempersiapkan pasien terhadap
salah satu bagian tubuh
perubahan tubuh yang dapa diprediksi
 Kebiasaan menghindari
bagian tubuh Pantau apakah pasien bisa melihat
 Kebiasaan memantau perubahan bagian tubuh
bagian tubuh
 Respon nonverbal Monitor frekuensi stattment diri yang
terhadap perubahan tubuh kritis
yang
actual(contoh:bentuk,struk Identifikasi budaya pasien,agama,jenis
ture dan fungsi)
kelamin dan umur.
 Respon nonverbal
terhadap penerimaan
perubahan tubuh(contoh
bentuk,struktur dan
fungsi)
 Menyembunyikan bagian
tubuh tanpa disengaja
 Terlalu mengekspos
bagian tubuh tanpa
disengaja
 Tidak menyentuh bagian
tubuh
 Tidak melihat bagian
tubuh
 Menyembunyikan bagian
tubuh
Faktor yang berhubungan:
 Surgery

4. Nyeri akut Outcome yang Manajemen Nyeri


domain 12: kenyamanan disarankan melakukan tidakan yang komprehensif
kelas 1: kenyamanan fisik Kontrol nyeri mulai dari lokasi nyeri, karakteristik,
defenisi: sensori dan Indicator : durasi, frequensi, kualitas, intensitas,
pengalaman emosional Mengakui atau keratnya nyeri dan factor yang
yang tidak menyenangkan faktor kausal berhubungan.
yang ditimbulkan oleh Mengakui onset observasi isyarat ketidak nyamanan
kerusakan jaringan nyeri khususnya pada ketidak mamapuan
potensial atau actual/ Menggunakan mengkomunikasikan secara efektif.
gambaran pada bagian langkah-langkah memberi perhatian perawatan analgesic
yang rusak tersebut. Tiba- pencegahan pada pasien.
tiba/ memperlambat Menggunakan menggunakan strategi komunikasi
intensitas dari ringan langkah-langkah terapeutik untuk menyampaikan rasa
sampai berat dengan akhir bantuan non- sakit dan menyampaikan penerimaan
diantisipasi/diprediksi analgesik dari respon pasien terhadap nyeri.
berdurasi < 6 bulan. Menggunakan mengeksplorasi pengetahuan pasien dan
analgesik yang keyakinan tentang rasa sakit.
batasan karakteristik tepat mempertimbangkan pengaruh budaya
 Perubahan nafsu makan pada respon nyeri.
 Perubahan tekanan darah Tingkat menentukan dampak dari pengalaman
 Perubahan curah jantung ketidaknyamana rasa sakit dari pengalaman nyeri pada
 Perubahan laju n kualitas hidup (tidur, nafsu makan,
pernafasan aktivitas, kognisi, mood, hubungan,

 Laporan verbal terhadap kinerja kerja, dan tanggung jawab

nyeri peran).

 Prilaku ekspresif, seperti memberi tahu pasien tentang hal-hal

gelisah, merintih, yang dapat memperburuk nyeri

meringis, kewaspadaan, kaji pengalaman nyeri klien dan


lekas marah, mendesah keluarga, baik nyeri kronik atau yang

 Menjaga prilaku menyebabkan ketidaknyamanan.


ajarkan prinsip manajemen nyeri
ajarkan tentang metode farmakologis
mengenai gambaran nyeri
ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi, seperti relaksasi, terapi
music, terapi bermain, terapi aktifitas,
sebelum,sesudah,dan jika
memungkinkan selama nyeri
berlangsung,sebelum nyeri itu terjadi
atau meningkat dan lama dengan
gambaran nyeri lainnya.
Bantuan Kontrol analgesik pada
pasien
Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan
anggota keluarga untuk memilih tipe
obat bius yang digunakan.
ajarkan pasien dan keluarga untuk
memonitor intensitas,kualitas,dan durasi
nyeri.
Pastikan pasien tidak alergi terhadap
analgesic yang diberikan.
Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana menggunakan perangkat PCA
bantu pasien dan keluarga untuk
menghitung konsentrasi obat yang tepat
untuk cairan, mengingat jumlah cairan
yang dikirimkan per jam melalui
perangkat PCA.

Ayyok Liat Artikel Menarikz Laennya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DERMA...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMO...

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN B...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGA...

ASUHAN KEPERAWATAN POST AMPUTASI UL...

Diposkan oleh Cicilia UzhouMackie YoSungBanGeuD di 00:48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: ASUHAN KEPERAWATAN, KEPERAWATAN DEWASA 2
Reaksi:
0 komentar:

Poskan Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Search Here!!!

welcome

Get Your Own Hi5 Scroller Here


Seuntai Kisah

Cicilia UzhouMackie YoSungBanGeuD


aQu adalah Sperti Apa yG orG laeN LiHat!!!!!!
Lihat profil lengkapku

Where am i?????
Cicilia UZoemacki Bangerd

Buat Lencana Anda


By TwitterButtons.com

FoLLoWww My BloG...
All about....

Virtual Pet Cat for Myspace

BanGeuD's Time

cReate yOuR Own Message AnimatiOn


Sosok Yg Kan Slalu dirinDukan

Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang
karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat. [Menggali api Pancasila, hlm. 11]
Seringkali aku merasakan badanku seperti akan lemas, nafasku akan berhenti, apabila
aku tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat jelata yang melahirkanku. [Bung
Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 13 ]

Jendela UzhouMacKie YoSungBangeud


GO...GO...GO...TIMNAS!!
 Bambang Pamungkas (official website)
 Jakmania 4Ever
SupErB2sTBanG20
2day : Greyson Chance- Waiting Outside The Lines
Gratisan Musik

My Visitors

Daftar Tamu
Label
 2PM (1)
 ASUHAN KEPERAWATAN (48)
 B1A4 (5)
 B2ST/BEAST (39)
 BIGBANG (23)
 C.N BLUE (7)
 CERITA LUCU (6)
 DAVID ARCHULETA (17)
 DOWNLOAD IMAGES (4)
 DOWNLOAD MP3 (38)
 EMINEM (4)
 FAKTA UNIK DAN AMAZING (4)
 GARUDA DI DADAKU (11)
 GREEN DAY (7)
 HEALTHY (3)
 ILMU DASAR KEPERAWATAN 5 (9)
 ILMU DASAR KEPERAWATAN 6 (15)
 ILMU DASAR KEPERAWATAN 7 (5)
 IMAGES : BIGBANG (2)
 IMAGES : SUPER JUNIOR (22)
 JASON MIRAZ (1)
 JESSE MCCARTNEY (3)
 KEPERAWATAN ANAK (10)
 KEPERAWATAN DEWASA 1 (18)
 KEPERAWATAN DEWASA 2 (15)
 KEPERAWATAN DEWASA 3 (20)
 KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (2)
 KEPERAWATAN JIWA (6)
 KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN (10)
 KISAH ABU NAWAS (34)
 KISAH HIKMAH (16)
 KOLEKSI KOMIK: CANDY-CANDY (3)
 KOLEKSI KOMIK: DEATH NOTE (1)
 LIRIK (49)
 MAHER ZAIN (6)
 MANAJEMEN KEPERAWATAN (2)
 MY CHEMICAL ROMANCE (15)
 NANDA NOC NIC (1)
 NARUTO (3)
 NURSING INFORMATIK (2)
 ONE REPUBLICK (1)
 OST GOD OF STUDY (2)
 OST YOU'RE BEAUTIFUL (7)
 PENDIDIKAN KESEHATAN (8)
 SAINS (2)
 SEAMO (1)
 SEHAT-SAKIT (1)
 SEJARAH HIDUP NABI MUHAMMAD SAW ( Muhammad Husain Haekal)
(14)
 SUPER JUNIOR (16)

JejaCk TerAkHir...
Thankz 4 Coming.,
[Tutup]
WASSALAM....

Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar