Você está na página 1de 21

KORNEA

I. Anatomi dan histologi kornea


Kornea (cornum = seperti tanduk) merupakan selaput bening mata yang
tembus cahaya dan pelindung struktur mata internal.1 Jaringan ini bersifat
avaskular dan transparan. Kornea dewasa mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,
0,65 mm di tepi, dan diameter 11,5 mm .1 Kornea memberikan kontribusi ¾ dari
total kekuatan refraksi mata atau setara dengan 40 dioptri dari total 50 dioptri
mata manusia .1
Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus
humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata dan udara bebas.
Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus .2
Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung
saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan
konjungtiva. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua
lapis terdepan. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus
.2
Dari anterior ke posterior (Gambar 1), kornea memiliki 5 lapisan yang
berbeda-beda. Adapun lapisan-lapisan tersebut sebagai berikut .1,2
1. Epitel
Terdiri 5 lapis sel epitel squamous bertingkat tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5% (50 µm) dari total seluruh
lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan
dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan
sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapisan sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berikatan erat
dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat

1
pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal
menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan
epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel memiliki daya
regenerasi .2
2. Membran bowman
Lapisan basal tipis yang berasal dari sel basal epitel squamous
bertingkat. Lapisan ini memiliki daya tahan yang tinggi terhadap
trauma, namun tidak memiliki daya regenerasi. Apabila terjadi trauma
akan menimbulkan jaringan parut.2 Tebal lapisan ini sekitar 12 µm.2
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Merupakan
lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril
kolagen dengan lebar sekitar 0,5 mm yang saling menjalin dan
mencakup seluruh diameter kornea. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen
stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma .2
4. Membran Descemet
Lapisan ini merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat
elastis dan jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop
elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan
mempunyai tebal 40 µm. Lebih kompak dan elastis daripada membran
Bowman. Juga lebih resisten terhadap trauma dan proses patologik
lainnya dibandingkan dengan bagian-bagian kornea yang lain .2
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk
heksagonal, tebal antara 20-40 µm melekat erat pada membran
Descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden. Endotel dari
kornea ini dibasahi ole h aqueous humor. Lapisan endotel berbeda
dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi,

2
sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan
mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada
regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan
cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma
bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian
hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari
kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membran
semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan
daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan
terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea .2

Gambar 1. Anatomi dan histologi kornea

II. Fisiologi Kornea


Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh susunan
filamen-filamen kolagen pada stroma yang uniform, avaskular, dan komposisi air
yang konstan di dalam stroma atau keadaan dehidrasi relatif (deturgesens). Air di
dalam stroma dipertahankan sebanyak 70% .3
Deturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan
endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada
epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah

3
daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya
menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal
menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin
merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan
membantu mempertahankan keadaan dehidrasi .3
Penetrasi obat ke dalam ke kornea bersifat bifasik. Substansi larut lemak
dapat melalui epitel utuh dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh.
Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air
sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme
kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan
membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme,
seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur .3

4
LENSA

I. Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa merupakan suatu struktur yang transparan, bikonveks,


avaskular, dan terletak di antara iris dan korpus vitreus. Lensa memiliki
diameter antara 9-10 mm dan ketebalannya bervariasi sesuai dengan usia dari
3,5 mm sampai 5 mm. Lensa memiliki dua permukaan yaitu permukaan
anterior yang memiliki radius kelengkungan sekitar 10 mm dan permukaan
posterior yang memiliki radius kelengkungan sekitar 6 mm.4 Kedua
permukaan ini bertemu pada garis ekuator. Struktur lensa terdiri dari:

 Kapsula lensa
Merupakan suatu membran hialin tipis dan transparan yang melapisi
lensa dan lebih tebal pada permukaan anterior (14µm) dibandingkan
permukaan posterior lensa (3µm).4

5
 Epitel lensa
Terletak di bagian anterior lensa dan ekuator antara kapsul dan serat
lensa. Lapisan epitel lensa terbentuk dari selapis sel kuboid. Pada bagian
ekuator sel ini menjadi sel kolumnar yang secara aktif membelah untuk
membentuk serat lensa yang baru.4
 Nukleus dan korteks lensa
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang
paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.5 Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, infantile, dan dewasa.
Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut
sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa
disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior.
Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa
yang lebih muda.5

Lensa merupakan struktur yang memiliki fungsi sangat besar dalam


mekanisme refraksi cahaya. Beberapa aspek fisiologis penting pada lensa
adalah transparasi lensa, aktivitas metabolime pada lensa, dan proses
akomodasi.4,5

Lensa harus dijaga tetap jernih dan transparan. Beberapa faktor yang
menjaga transparansi lensa adalah:
 Avaskular
 Struktur sel dalam lensa
 Pengaturan protein lensa
 Karakter kapsul lensa yang semipermeabel
 Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air
dalam lensa

6
Akomodasi merupakan suatu mekanisme perubahan fokus pada lensa mata
sehingga gelombang cahaya dari objek yang dekat dapat difokuskan dengan baik
dan dapat dilihat dengan jelas. Mekanisme ini menghasilkan perubahan bentuk
lensa oleh aksi dari muskulus siliaris pada serat-serat zonula.5

Lensa memerlukan suplai energi ATP secara kontinyu untuk transpor aktif dari
ion dan asam amino, sintesis protein dan GSH. Sebagian besar energi yang
diproduksi digunakan di epitel yang merupakan situs utama dari proses transpor
aktif. Sebagai struktur yang avaskular, lensa sangat bergantung pada pertukaran
kimia dengan aqueous humor untuk metabolismenya. Komposisi kimia dari lensa
dan pertukarannya dengan aqueous humor dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

7
Glukosa merupakan sumber energi yang esensial untuk lensa. Pada lensa 80%
glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur glikolitik dan 15% melalui
jalur HMP shunt serta sebagian kecil melalui siklus Krebs.5

8
UVEA

I. Anatomi dan fisiologi uvea

Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang
berperan besar dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan silier dan
koroid. 6

Secara anatomis uvea merupakan lapisan vaskular tengah mata dan


dilindungi oleh kornea dan sklera, juga merupakan lapisan yang memasok
darah ke retina. Perdarahan uvea dibagi antara bagian anterior yang diperdarahi
oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera
ditemporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar
anterior yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial, inferior serta pada
otot rektus lateral. Arteri siliar anterior posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arteri sirkulari mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat
perdarahan dari 15 – 20 arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera
disekitar tempat masuk saraf optik.5,6

Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea.


Meskipun demikian sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan
berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga
struktur yang ada didekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma,
maupun autoimun.6

Gambar 1 : Anatomi bola mata

9
Uvea disebut juga sebagai lapis uvea , traktus uvea, tunika vaskulosa.
Uvea merupakan lapis berpigmen dilapis kedua dari tiga lapis pembungkus bola
mata. 7

Uvea terdiri atas 3 bagian :


1. Iris
2. Badan siliar (pars plana)
3. Koroid.

Secara klinik Uvea terbagi dua yaitu Uvea anterior (iris dan badan siliar)
dan Uvea posterior (koroid) .7

Uvea mempunyai fungsi :

 Memberi nutrisi dan pengaturan gas, badan siliar langsung memberikan


makanan pada retina sebelah dalam, lensa dan kornea.

 Menyerap sinar, melindungi mata dari pantulan sinar dalam bola mata.

 Badan siliar berperan dalam akomodasi yang diatur saraf autonom

Uvea juga berfungsi dalam memberikan gejala pada keadaan penyakit mata
tertentu :

 Midriasis pada trauma, glaukoma dan obat midriatik.

 Misosis pada uveitis


Traktus uvealis merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh
kornea dan sclera. Struktur ini ikut mendarahi retina.

10
Gambar 2 : Anatomi traktus uvealis (uvea)

I.1. Iris

Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar
ke depan (anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil
yang berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk mata.7
Permukaan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-
lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripte.6
Iris tereletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,
memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang masing-masing
berisi aqueos humor dan vitreous humor
Pada iris terdapat 2 macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu :
Musculus dilatator pupil yang berfungsi untuk melebarkan pupil dan
Musculus sfingter pupil yang berfungsi untuk mengecilkan pupil. Kedua otot
tersebut memelihara ketegangan iris sehingga tetap tergelar datar. Dalam
keadaan normal, pupil kanan dan kiri kira-kira sama besarnya, keadaan ini

11
disebut isokoria. Apabila ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama besar,
keadaan ini disebut anisokoria. Iris menipis di dekat perlekatannya dengan
badan siliar dan menebal di dekat pupil.6
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk
struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian
tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris
mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain
radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil
apabila otot sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis
memendek, ukuran pupil meningkat yang terjadi pada cahaya temaram untuk
meningkatkan jumlah cahaya yang masuk. 6,7

Gambar 3 : Iris

Pendarahan iris didapat dari circulus major iris. Kapiler- kapiler iris
mempunyai lapisan endotel yang tak berlubang (nonfenestrated) sehingga
normalnya tidak membocorkan fluoresin yang disuntikan secara intravena.
Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliares. 7

Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata.


Ukuran pupil pada prinsipnya ditemtukan oleh keseimbangan antara konstriksi

12
aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melaui nervus kranialis III dan dilatasi
yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.5

Fungsi iris :

1. Mengontrol Jumlah Cahaya yang Memasuki Mata

Iris adalah bagian dari mata yang berwarna dan bertanggung jawab
untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke mata dan
melakukannya dengan cara yang mirip dengan aperture pada kamera. Di
tengah-tengah iris adalah pembukaan putaran yang dikenal sebagai pupil.
Ukuran pupil dapat berfluktuasi karena iris memiliki otot kecil yang baik
dapat memperluas (kontraksi) atau sempit (konstriksi) itu.7

Ketika otot-otot sfingter kecil yang ditemukan di iris releks, pupil


akan melebar dan ini memungkinkan lebih banyak cahaya masuk retina.
Ketika kontraksi otot, pupil akan menyempit menyebabkan penurunan
jumlah cahaya yang mampu mencapai mata. Kontraksi dan dilatasi pupil
juga terkait dengan jumlah cahaya pada lingkungan. Pada malam hari,
misalnya, otot-otot akan melebarkan pupil sehingga ada cahaya yang
cukup di mata. Ketika terlalu terang di luar, pupil akan berkontraksi untuk
memungkinkan pengurangan cahaya ke dalam mata dan mencegah
kerusakan retina.7

Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada


retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika
dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih
banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil
ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary
constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang
terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel
tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells .8

13
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi
dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan
ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat
atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata .8

Gambar 4 kontraksi otot-otot iris

2. Menentukan warna mata


Sementara jaringan bertanggung jawab untuk jumlah cahaya,
pigmen dalam iris bertanggung jawab untuk warna mata seseorang. Ketika
ada lebih banyak pigmen dalam iris, mata mereka akan menjadi lebih
gelap.7
Setiap orang memiliki iris yang unik dalam hal pola dan tekstur
dan karena itu mereka dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang
dengan cara yang sama seperti penggunaan sidik jari.7

14
3. Iris juga berfungsi sebagai penghalang yang membagi ruang posterior
kecil dengan anterior yang lebih besar.7

Ruang posterior ditemukan antara lensa dan iris sedangkan yang


anterior ditemukan antara kornea dan iris.

I.2. Badan Siliar

Korpus siliaris (badan siliar) merupakan susunan otot melingkar dan


mempunyai sistem eksresi dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari
pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri atas otot-otot siliar dan
prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi.9

Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam dari


tempat tepi kornea melekat di sklera. Badan siliar merupakan bagian uvea
yang terletak antara iris dan koroid.

Badan siliar menghasilkan humor akuos. Humor akuos ini sangat


menentukan tekanan bola mata (tekanan intraokular = TIO). 8

Humor akuos mengalir melalui kamera okuli posterior ke kamera okuli


anterior melalui pupil, kemudian ke angulus iridokornealis, kemudian
melewait trabekulum meshwork menuju canalis Schlemm, selanjutnya menuju
kanalis kolektor masuk ke dalam vena episklera untuk kembali ke jantung

Corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars


plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus
ciliaris berasal dari pars plicata. Processus ciliaris ini terutama terbentuk dari
kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena verticosa. Kapiler –kapilernya
besar dan berlubang-lubang sehingga membocorkan fluoresin yang
disuntikkan secara intravena.8

Ada dua lapisan epitel ciliaris: satu lapisan tanpa pigmen disebelah
dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan satu lapisan
berpigmen disebelah luar, yang merupakan perluasan epitel pigmen retina.

15
Processus ciliaris dan epitel ciliares pembungkusnya berfungsi sebagai
pembentuk aqueous humor.8

Gambar 5: Corpus ciliare

Musculus ciliaris (otot otot siliar) tersusun dari gabungan serat-serat


longitudinal, sirkuler dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk
mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo dilembah-lembah
diantara processus ciliares. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa
sehingga lensa dapat mempunyai berbagai focus baik untuk objek berharak dekat
maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang.9

Serat- serat longitudinal musculus ciliaris menyisip kedalam anyaman


trabekula untuk mempengaruhi besar porinya. Bila musculus ciliaris berkontraksi
akan membuka anyaman trabekula dan mempercapat pengaliran cairan mata
melalui sudut bilik mata.9

16
Gambar 6 : Musculus ciliaris

Pembuluh- pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliare berasal dari


circulus arteriosus major iris.

Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di


daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran
karakteristik peradangan intraocular.

I.3. Koroid

Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina
(di sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk
yang tepi depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan
vascular yang terdiri atas anyaman pembuluh darah. Retina tidak menempati
(overlapping) seluruh koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum
badan siliar. Bagian koroid yang tidak.10

17
Struktur koroid secara umum dapat dibagi menjadi empat lapisan:

 Lapisan Haller - Bagian terluar dari koroid, memiliki diameter


pembuluh darah yang paling besar.
 Lapisan Sattler - Lapisan dengan pembuluh darah menengah.
 Koriokapilaris - Lapisan kapiler.
 Membran bruch - Bagian terdalam dari lapisan koroid

Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah


dari pembuluh koroid dilairkan melalui empat vena vorticosa, satu di tiap kuadran
posterior. Koroid disebelah dalam dibatasi oleh membrane Bruch dan disebelah
luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak diantara koroid dan sklera. Koroid
melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Disebelah anterior, koroid
bergabung dengan korpus ciliare.10

Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina yang


menyokongnya.

Gambar 6: Choroid

18
Perdarahan Uvea

Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2


buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot rektus superior, medial, inferior dan satu pada otot
rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arteri sirkulus major pada badan siliar. Uvea posterior mendapat
perdarahan dari 15- 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera
disekitar tempat masuk saraf optik.9

Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang
berasal dari arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari
sirkulus arteri mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang merupakan
anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri siliaris posterior longus.
Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan brevis.9

Gambar 3 : Perdarahan Uvea

19
Persarafan Uvea

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm didepan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf dibagian posterior yaitu :9

1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliaris mengandung serabut


saraf sensoris untuk kornea, iris, dan badan siliar.
2. Saraf simpatis membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah
uvea dan untuk dilatasi pupil.
3. Akar saraf motor akan memberika saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.

Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps.

Gambar 4 : Persarafan uvea

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 2009

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmology Umum. Edisi 14.


Penerbit Widya Medika. Jakarta: 2000

3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. FK UI. Jakarta

4. Yanto B. Fungsi iris pada mata. Artikel kesehatan. Available from :


www.sridianti.com

5. Susan. Standring. 2008. Gray’s Anatomy, The Anatomical Basis of


Clinical Practice 14th ed. Hal: 669-672.

6. Vaughan D. General Opthalmology. 17th Edition. McGraw-Hill. 2007.

7. Fawcett, DW. A Textbook of Histology. 12th Edition. Chapman & Hall,


inc. 2002.

8. K Lang, Gerhard. Ophthalmology A Short Textbook. 2000. Thieme


Stuttgart.New York;

9. Khurana, AK. Comprehensive Opthalmology. 4th Edition. New Delhi:


New Age International. 2007.

10. http://4sinaps.blogspot.com/2013/01/anatomi-dan-fisiologi-mata.html

21

Você também pode gostar