Você está na página 1de 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih
belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi
segala jenis makanan, seperti : makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan
olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti :
kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang
kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah
kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus,
Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes
Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).

Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu
diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM)
yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita
diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia
lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus,
obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset, penderita
diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar
30% dari penderita mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus
menjalani amputasi.

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta
penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat
tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara
mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur.

Berdasarkan dari data Rumah Sakit Sukmul Tnjung Priok Jakarta Utara yang menjalankan
penobtan rawat inap dari bulan januari sampai dengan juni 2010 berjumlah 3.555 jiwa, lima
penyakit dengan penderita terbesar adalah Febris 245 jiwa (6,9%), DHF 223 jiwa (6,3%),
GE 150 jiwa (4,2%), Demam Tipoid 148 jiwa(4,1%), dan Diabetes Mellitus sendiri berada
pada posisi ke-5 dengan jumlah 84 jiwa (2,4%).

Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk


mencegah komplikasi akut seperti ketoasidosis dan sindromkoma hiperglikemik
hiperosmolar non ketotik yang dapat menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat
menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti penyakit makrovaskuler, penyakit
mikrovaskuler dan penyakit oftamologi lainnya. Penyakit Diabetes mellitus perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang baik oleh perawat. Secara Promotif seperti memberikan
penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Mellitus, kemudian dengan preventif yaitu dengan
cara menerapkan gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok. Selain itu
perawat juga berperan secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula
darah, melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan yang harus dimakan sehingga
tidak terjadi peningkatan kadar gula darah.

Berdasarkan data diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada Tn.K yang dirawat di ruang rawat inap Pavilun Mawar kamar 107/2, rumah sakit
Sukmul Jakarta utara Rumusan masalah ; bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn. K dengan Diabetes mellitus di ruang rawat inap Paviliun Mawar kamar 107/2,
Rumah sakit sukmul Jakarta utara.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan medical
bedah dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.

2. Tujuan Khusus
Diharapakan mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah kesehatan
diabetes mellitus.
c. Merencanakan diagnosa keperawatn pada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah esehatan diabetes mellitus.
e. Melakukan evaluasi kepada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung dan penghambat serta dapat mencari solusinya.
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.
BAB 2
KONSEP TEORITIS

A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan


suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan


kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan
4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola


familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-
sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. PATOFISIOLOGI

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa


dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
§ hiperglikemia berpuasa
§ glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
§ keletihan dan kelemahan
§ ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
§ lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
§ gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
§ komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

F. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl,
2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal
60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari
kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma
yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik
dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya
disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana
terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula
darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
§ Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe 1.
§ Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
§ Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
§ Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada
penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan
ketiga organ ini.

b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON KETOTIK (HHNC/ HONK).


HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya ketosis.
Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat
aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat
asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding
kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per
liter kalium bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema
IV Cairan
1 sampai 12 NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau
jam osmolitas plasma 330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter

Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan


selama 24 jam menggantikan air yang
hilang selama 12 jam

Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan


5% dekstrose
Insulin
Permulaan IV bolus 0.15 unit/kg RI
Jam 5 sampai 7 unit/jam RI
berikut
nya
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar
cairan setengahdari KCl dan setengah
dari KPO4
Jam kedua
dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium
jam kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30
berikut mEq/liter K+
nya

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %.
Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi
dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic
dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring
dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar
tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi.
Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.

c. KETOASIDOSIS DIABETIC (KAD)


Pengertian
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Etiologi
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
Patofisiologi
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua
faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diurisis osmotik
yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi
dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium
serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.
Tanda dan Gejala
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri dan polidipsi
(peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat mengalami penglihatan yang
kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien dengan penurunann volume
intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi ortostatik
(penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat
berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai
denyut nadi lemah dan cepat.
Ketosisis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis menimbulkan
gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri
abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga
tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang memerlukan tindakan
pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti buah)
sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu hiperventilasi
(didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat terjadi.
Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi
asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien
dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada
osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).
Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya
mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya
bernagtung pada derajat dehidrasi)
· Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan
kadar glukosa darah.
· Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah ( 0-
15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30
mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap
asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Penatalaksanaan
§ Rehidrasi
1. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 % bergantung pada
tingkat dehidrasi
2. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung pada
tingkat dehidrasi
3. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200 – 300 mg/
100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai 150 mg/ 100
cc.
§ Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium dalam
plasma normal.
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter
secara secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah
Jam kedua dari KPO4
dan
jam Bila jumlah urin cukup dan serum
berikut kalsium kurang dari 5.5
nya mEq/liter, berikan 20-30
mEq/liter K+

§ Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
algoritma Diabetes Melitus

2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : Tn.P
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : HI/Serka Pusdik Pal
Alamat : Perum Giri Asih Batujajar RT.05. RW.11
DX Medis : DM Tipe II + Hipertensi
No. Reg. : 040.4300335
Tanggal Masuk : 30 April 2004
Tanggal Dikaji : 14 Mei 2004-05-23

Penanggung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan Dengan Klien : Istri Klien

B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan masuk rumah sakit
Dua hari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh lemas, keluhan disertai banyak
kencing, banyak minum dan banyak makan, keluhan tidak disertai panas badan mual (-),
munath (-) BAB tak lancar (3 hari) keras tidak ada darah kemudian klien berobat ke
Rumah Sakit Dustira dan harus di awat di ruang perawatan (XI) Rumah sakit Dustira.
b. Keluhan utama saat didata
Klien mengeluh masih terasa agak lemas, lemas dirasakan bertambah jika klien mencoba
untuk melakukan aktivitas dan dirasakan berkurang jika berbaring atau setengah duduk,
lemas yang dirasakan tidak sampai mengganggu aktivitas ringanya seperti makan dan
minum, perasaan lemas dirasakan seluruh tubuh setiap klien setelah berjalan-jalan, berat
badan klien sudah mulai agak naik 1 kg dalam 2 minggu terakhir ini.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit DM sejak empat tahun
yang lalu dan selalu memeriksakan kadar gula darahnya apabila sudah terasa lemas atau
tidak enak di mulut, juga penyakit hipertensi yang dideritanya selalu dikontrol, klien belum
pernah di rawat sebelumnya ataupun menderita penyakit menular ataupun penyakit yang
sama yang diderita sekarang ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
dideritanya sekarang ini, tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan ataupun menular
lainnya.

D. Data Biologis
NO POLA DI RUMAH DI RUMAH
KEBIASAAN SAKIT
1 Nutrisi
a. Makan
Ø Frekwensi 3x4/hari 3x4/hari
Ø Jenis makanan MB (Nasi, Nasi tim, lauk,
sayur, buah) sayur, buah
dengan diet
Ø Pantangan 1500 kalori
Makanan
tinggi kadar Makanan
Ø Keluhan gula dan kadar gula dan
daging serta rendah
garam kolestrol serta
Nafsu makan rendah garam
b. Minum meningkat tapi Nafsu makan
Ø Jumlah cepat lapar, meningkat tapi
Ø Jenis kadang- cepat lapar,
Ø keluhan kadang mual kadang-
kadang mual

200- 200-
2500cc/hari 2500cc/hari
Air putih, susu Air putih, susu
Sering haus Tidak ada
keluahan
2 Eliminasi
a. BAB
Ø Frekwensi 1-2/hari 1-2/hari
Ø Konsistensi Lembek Lembek
Ø Warna berbentuk berbentuk
Ø Keluhan Kuning Kuning
tengguli tengguli
b. BAK Tidak ada Tidak ada
Ø Frekwensi keluhan keluhan
Ø Jumlah
Ø Warna
Ø Keluhan 7-8x/hari 6-7x/hari
1500-1800cc 1200-1500cc
Kuning jernih Kuning jernih
Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
3 Istirahat/tidur
a. Tidur malam
Ø Kuantitas 6-7 jam 7-8 jam
Ø Kualitas Nyenyak Nyenyak

b. Tidur siang
Ø Kuantitas 2 jam 1-2 jam
Ø Kualitas Nyenyak Nyenyak
c. Keluhan Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
4 Kebersihan diri
Ø Mandi 2x/hari dengan 1x/hari dengan
Ø Gosok gigi sabun sabun
Ø Cuci rambut 2-3x/hari 1x/hari dengan
dengan pasta pasta gigi
Ø Potong kuku gigi Baru
Ø Membersihkan 2-3x/minggu melakukan 1x
telinga dengan sampo
1x/minggu Belum pernah
1x/minggu Belum pernah
5 Aktivitas Klien bisa Selama di
melakukan rumah sakit
aktivitas klien hanya
sehari- beraktivitas
seharinya ringan karena
sebagai kepala masih terasa
rumah tangga lemas dan
tanpa ada pusing
keluhan atau
masalah

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Ø Kesadaran : Compos mentis
Ø Penampilan :
Ø Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 600C
TB : 160 cm
BB : 55kg
2. Sistem panca indra
Ø Sistem penglihatan
Bentuk dan ukuran simetris, tekanan bola mata tidak meningkat, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak anemis, reflek pupil terhadap cahaya (+), reflek kornea (+), bola mata tidak
terbatas mampu bergerak ke atas dan ke bawah, kekanan dan kekiri.
Ø Sistem pendengaran
Bentuk telinga sismteris, ukuran pinna simetris kiri dan kanan, palpasi tidak teraba masa
dan nyeri, fungsi pendengaran baik dapat mendengar pada jarak 25 cm, keadaan bersih
tidak ada akumulasi cairan dan serumen.
Ø Pengecapan dan penciuman
Dapat membedakan rasa asin dan manis serta daat membedakan bau minyak kayu putih
dan kopi.
Ø Perabaan
3. Sistem pernafasan
Keadaan hidung simetris, septum kokoh berada di tengah bersih tidak ada lesi, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, palpasi prontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat
nyeri, palpasi pada dada tidak teraba massa, frekensi pernafasan 22x/menit, bunyi nafas
vesikuler, tidak ada nafas tambahan, tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi.
4. Sistem pencernaan
Bibir dan selaput mukosa lembab, warna bibir tidak sianosis, lidah tidak tampak kotor, gigi
berjumlah 32 lengkap, tidak terdapat carles gigi, tidak tercium bau infeksi abdomen, tidak
acietas. Auskultasi bising usus 12x/menit, palpasi abdomen tidak ada nyeri lepas dan nyeri
tekan, hati dan lien tidak teraba.
5. Sistem kardiovaskuler
JVP tidak ada peningkatan, KGB tidak teraba membesar, tidak ada masa, bunyi jantung
reguler S1 S2, nadi 80x/menit tekanan darah 130/80 mmHg, akral hangat, ekstremitas tidak
ada oedema.
6. Sistem perkemihan dan genetalia
Pada saat palpasi ginjal tak teraba, tidak terdapat nyeri tekan, vesika urinaria kosong pada
saat perkusi.

Ø Pemeriksaan Reflek
· Reflek bisep Positif
· Reflek trisep Positif
· Reflek Patela Positif
· Reflek Achiles Positif
· Reflek Babin sky Positif

8. Sistem endokrin
Tidak teraba adanya penekanan kelenjar tyroid klien sudah mengalami osteoporosis karena
klien lansia, kelenjar KGB tidak mengalami pembesaran ukuran tubuh sesuai dengan usia,
tidak terdapat eodema.

9. Sistem Integumen
Suhu tubuh 360C, rambut berwarna hitam keputihan, distribusi merata, tidak teraba massa,
rambut bersih, turgor kulit baik
10. Sistem musculokeletal
a. Extremitas atas
ROM kiri mampu fleksi, abduksi, ekstensi, aduksi, dan rotasi. ROM kanan mampu fleksi,
abduksi, ekstensi, aduksi, dan rotasi. Kekuatan tangan kiri mampu menahan tekanan dari
perawat, begitu juga kekuatan tangan kanan.
b. Ekstremitas bawah
ROM kiri mampu fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. ROM kanan mampu fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Kaki kanan dan kiri mampu menahan tahanan dari
perawat. 5 5
5 5

F. Data Sosial
1. Pendidikan : SMA
2. Hubungan Sosial : Klien mampu menjalin hubungan yang baik dengan tetangga di
sekitar rumahnya dan sering bersama-sama dengan masyarakatnya lainnya dalam
kegiatan ronda malam dan kegitan-kegiatan lainnya.
3. Gaya hidup : Klien seorang pensiunan tentara dan terakhir bekerja di pabrik/PT.
Sebagai keamanan, klien hidup sederhana dan sangat mensyukuri pekerjaan sekrang
untuk menambah kegiatan agar tidak kesal.
4. Pola Interaksi : Klien mampu menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya, serta menerima orang lain sebagai orang berarti dalam hidupnya,
istri klien mengatakan bahwa di rumahnya mempunyai cukup banyak teman dan kenalan.

G. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya tetapi tidak terlalu dipermasalahkan,
hanya harapan cepat sembuh.
2. Gaya komunikasi
Dalam menjawab pertanyaan klien menggunakan bahasa verbal dan kooperatif, klien
cukup terluka dalam mengungkapkan perasaannya serta mampu menerima masukan-
masukan dari orang lain.
3. Konsep diri
a. Body image
Klien mengatakan bahwa penyakitnya tidak begitu mengganggu terhadap body imagenya.
b. Ideal diri
Klien berharap agar dirinya cepat sembuh dengan segera pulang dalam keadaan sehat.
c. Harga diri
Klien mengatakan bahwa dirinya dapat berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat baik
di lingkungan rumah dan tempat kerjanya tanpa ada masalah.
d. Identitas diri
Klien menyadari bahwa dirinya adalah seorang laki-laki yang berkeluarga, mempunyai
seorang istri dan 5 orang anak, klien dapat membedakan dirinya dengan orang lain dan
dengan saudara-saudaranya yang sudah menikah.
e. Peran
Klien merasa bahwa perannya sebagai kepala keluarga ternganggu karena tidak dapat
tinggal di rumah.
4. Pola koping
Dalam menghadapi dan mengatasi setiap masalah klien lebih memilih membicarakannya
dengan istri dan keluarganya, karena menurut klien saran dari keluarga dapat
menenangkannya dan menambah kepercayaan bagi dirinya.

H. Data Spiritual
Klien adalah seorang penganut agama Islam yang selalu berusaha untuk berdoa demi
kesembuhannya.
I. Data Penunjang

GULA DARAH TERAPI


REDUKSI URINE DAN
TANGGAL
2 JAM POST PRANDIAL LAIN-
PUASA
PAGI SIANG MALAM LAIN
321 309
1 Mei 2004 312 mg/dl 329 mg/dl 3x80
mg/dl mg/dl
327 183
4 Mei 2004 355 mg/dl 188 mg/dl 1-10-8
mg/dl mg/dl
262 373
6 Mei 2004 220 mg/dl 255 mg/dl 14-14-12
mg/dl mg/dl
10 Mei 218 303
206 mg/dl 211 mg/dl HR 3x1,6
2004 mg/dl mg/dl
13 Mei 123 153
168 mg/dl 117 mg/dl HN 24-0-0
2004 mg/dl mg/dl
17 Mei 117
- - - -
2004 mg/dl

J. Pengobatan
Tanggal 14 Mei 2004 :
Ø Diet DM 1000 kall
Ø Humulin 24 14-0-0
Ø Periksa - GPP
- GD à pagi

II. ANALISA DATA


Nama : Tn.P
Umur : 64 tahun
No. Reg : 040.4300335

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 2 3 4
1 DO : Diabetes melitus Intoleransi
Ø Selama di rumah tipe II terhadap
sakit klien hanya ¤ aktivitas
terlihat berbaring dan Berkurangnya sehari-hari.
duduk-duduk diatas hormon insulin
tempat tidur. ¤
Ø Klien tampak agak Pengikatan
lemas saat mencoba glukosa dalam
turun dari tampat darah berkurang
tidur untuk pergi ¤
kekamar mandi. Sel-sel dalam
darah berkurang
DS : mendapatkan
Ø Klien mengatakan glukosa sebagai
selama sakit, sumber energi
berbaring dan kurang ¤
mampu bekerja dan Suplai energi ke
beraktifitas seperti dalam jaringan
biasanya. berkurang
Ø Klien mengatakan ¤
sering merasa lapar Lemas dan
meskipun sudah kelelahan
makan dan tubuh ¤
terasa agak lemas Aktifitas terganggu
serta mudah lelah.
2 DO : Glukosa darah Pemenuhan
Ø Program diet DM meningkat nutrisi tidak
1000 kalori. ¤ sesuai
Ø Gula darah 2 jam Karena insulin dengan
PP : 117 mg/dl kurang tidak dapat kebutuhan.
Ø Klien makan + ¾ ditransper ke
porsi habis jaringan.
¤
DS : Glikogen dalam
Ø Klien mengatakan otot dan hati
nafsu makan menurun
meningkat tapi cepat ¤
lapar. Pemecahan lemak
dan protein di
dalam otot dan hati

Ø Berat badan mulai


naik dari pertama
masuk tgl 30 Mei ¤
2004 adalah 55 kg. Merangsang
hipothalamus
¤
Nafsu makan
meningkat
¤
Perubahan pola
nutrisi
¤
Poliphagia
3 DO : Kurangnya Gangguan
Ø Saat melakukan keterpaparan atau rasa aman
kontrak tentang informasi tentang cemas
kegiatan pendidikan penyakit DM
kesehatan, klien ¤
diminta untuk Kurangnya
diberikan penjelasan pengetahuan
tentang penyakit ¤
DM, komplikasinya, Kekhawatiran
hubungan tinggi meningkat
badan dengan jumlah ¤
kalori yang Cemas
dibutuhkan dan diet
makananya.

DS :
Ø Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang keadaan
penyakitnya.
Ø Klien mengatakan
kadang-kadang suka
cemas dan tidak
senang jika
mengingat tentang
penyakitnya.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn.P
Umur : 64 tahun
No. Reg : 040.4300335

NO DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TT/NAMA


KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI PERAWAT
1 2 3 4 5
1 Intoleransi terhadap 14 Mei 17 Mei
aktivitas 2004 2004
berhubungan
dengan kelemahan
yang ditandai
dengan klien
mengatakan
tubuhnya merasa
atau terasa lemas
dan mudah lelah.
2 Pemenuhan nutrisi 14 Mei 17 Mei
tidak sesuai dengan 2004 2004
kebutuhan
berhubungan
dengan
terganggunya
fungsi sistem tubuh.
3 Gangguan rasa 14 Mei 17 Mei
nyaman cemas 2004 2004
berhubungan
dengan klien
mengatakan kurang
mengetahui tentang
keadaan
penyakitnya.

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama : Tn.P
Umur : 64 tahun
No. Reg : 040.4300335
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN TT/NAMA
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL PERAWAT
1 2 3 4 5 6
1 Intoleransi Intolerans 1. Pantau 1. Untuk
terhadap i terhadap nadi, dapat
aktivitas aktivitas frekwensi mengide
sehari-hari sehari- napas, dan ntivikasi
berhubungan hari dapat tekanan kan
dengan teratasi darah tingkat
kelemahan dengan setelah aktivitas
ditandai kriteria : melakukan yang
dengan : Jangka aktivitas. dapat
DS : Panjang ditoleran
Ø Klien Setelah 2 2. Diskusika si secara
mengatakan hari n dengan fisiologis
selama sakit, diberikan klien .
berbaring dan tindakan tentang 2. Denga
kurang mampu keperawa kebutuhan n
bekerja dan tan, klien aktivitas, mendisk
beraktifitas menunjuk buat jadwal usikan
seperti an perencanaan jadwal
biasanya. perbaikan dengan aktivitas
Ø Klien kemampu klien dan klien
mengatakan an untuk identivikasi akan
sering merasa berpartisi aktivitas lebih
lapar meskipun pasi yang mentaati
sudah makan dalam menimbulka nya dan
dan tubuh aktivitas n kelelahan. tidak
terasa agak yang 3. Berikan merasa
lemas serta diinginka aktivitas dibebani
mudah lelah. n. alternatif meskipu
dengan n masih
DO : Jangka periode merasa
Ø Selama di Pendek istirahat lelah
rumah sakit Setelah 5 yang cukup. bahkan
klien hanya hari 4. Tingkatka malas.
terlihat dilakukan n partisipasi 3. Mence
berbaring dan tindakan klien dalam gah
duduk-duduk keperawa melakukan kelelaha
diatas tempat tan klien aktivitas n yang
tidur. dapat sehari-hari berlebiha
Ø Klien tampak beraktivit yang sesuai n.
agak lemas as seperti dapat
saat mencoba biasanya. ditoleransi. 4. Menin
turun dari gkatkan
tampat tidur kepercay
untuk pergi aan diri
kekamar yang
mandi. positif
sesuai
dengan
tingkat
tingkat
aktivitas
yang
dapat
ditoleran
si klien
2 Pemenuhan Kebutuha 1. Timbang 1. Mengk
nutrisi tidak n nutrisi berat badan aji
sesuai dengan terpenuhi pemasuk
kebutuhan dengan an untuk
berhubungan kriteria : 2. Sajikan makanan
dengan Jangka makanan yang
terganggunya Pendek dengan adekuat.
fungsi sistem Dalam program 2. Mengi
tubuhnya yang jangka diet dentifika
ditandai 2x24 jam 1000kal, sikan
dengan : kadar ingatkan kekurang
DS : gula agar tidak an dan
Ø Klien darah mengkonsu penyimp
mengatakan mendekat msi anan dari
nafsu makan i normal, makanan kebutuha
meningkat tapi berat selain n.
cepat lapar. badan makanan
dapat di yang
DO : pertahank disajikan. 3. Mengi
Ø Program diet an. 3. Perhatika dentifika
DM 1000 n adakah si intake
kalori. Jangka mual sat makanan
Ø Gula darah 2 Panjang makan dan hubunga
jam PP : 117 Setelah 4 berapa nnya
mg/dl hari banyak dengan
Ø Klien dilakukan makanan kondisi
makan + ¾ tindakan yang tubuh.
porsi habis perawata dihabiskan.
n, kadar 4. Pantau 4. Untuk
gula kondisi melihat
darah kadar gula perkemb
normal. darah klien. angan
gula
5. Berikan darah.
obat 5. B.Com
pleks
B.Compleks sebagai
sesuai suplai
dengan vitamin.
dosis
dokter.
3 Gangguan rasa Ganggua 1. Gali 1. Menjad
nyaman cemas n rasa pemahaman i tolak
berhubungan nyaman- klien ukur dan
dengan cemas mengenai patokan
kurangnya dapat penyakitnya pemberia
keterpaparan teratasi . n
informasi yang dengan pendidik
ditandai kriteria : 2. Berikan an
dengan : Jangka tambahan kesehata
Pendek pemahaman n.
DS : Segera tentang 2. Membe
Ø Klien dilakukan penyakitnya rikan
mengatakan pendidika , mencakup pengetah
kurang n hal-hal yang uan yang
mengetahui kesehatan belum bisa
tentang , klien diketahui dijadikan
keadaan dapat dan dasar
penyakitnya. mengung dimengerti perawata
Ø Klien kapkan oleh klien. nnya
mengatakan bahwa 3. Evaluasi dirinya
kadang-kadang klien hasil secara
suka cemas sudah kegiatan mandiri.
dan tidak memaha pendidikan
senang jika mi kesehatan 3. Merup
mengingat tentang yang telah akan
tentang isi dari dilaksanaka klasifika
penyakitnya. penkes n. si
yang terhadap
DO : disampai isi
Ø Saat kan, informas
melakukan dapat i yang
kontrak mengung disampai
tentang kapkan kan
kegiatan kecemasa dapat
pendidikan nnya dijadikan
kesehatan, sudah tolak
klien diminta mulai ukur
untuk berkurang pemaha
diberikan , klien man
penjelasan dapat klien.
tentang benar-
penyebab DM, benar
komplikasinya, mengerti
hubungan dan
tinggi badan memaha
dengan jumlah mi
kalori yang tentang
dibutuhkan penyakitn
dan diet ya
makananya. sehingga
dapat
melakuka
n secara
mandiri
tentang
pengobat
annya.

Jangka
Panjang
Setelah
keluar
dari
perawata
n klien
dapat
lebih
percaya
diri
dengan
keadaan
diri
dengan
keadaan
penyakitn
ya tanpa
menjadik
annya
satu
beban.
V. EVALUASI

Nama : Tn.P
Umur : 64 tahun
No. Reg : 040.4300335
CATATAN PERKEMBANG
NO. HARI/TANGGAL PERKEMBANGAN TT/NAMA
DX PERAWAT
1 2 3 4
1 17 Mei 1004 S:
Klien mengatakan perasaan
lemas sudah tidak ada, pola
makan mulai bisa disesuaikan
berdasarkan program diet,
meskipun kadang-kadang harus
menahan untuk keinginan
makan di luar penyajian.
O:
Klien mulai membiasakan
untuk turun dari tempat tidur,
berjalan dengan jarak dekat,
seperti berdiri di luar dan pergi
ke kamar mandi + 6 meter dan
istirahat lagih.
A:
Intoleransi terhadap aktivitas
sehari-hari sudah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan
2 17 Mei 1004 S:
Klien mengatakan perasannya
tidak nyaman.
O:
Klien makan 1 porsi habis
Ø TB : 160 cm
Ø BB : 55 kg
A:
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
dapat teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan
3 17 Mei 1004 S:
Klien mengatakan bahwa
sekrang sudah mengerti tentang
keadaan penyakit DM
(Diabetes Melitus), sudah
mengerti tantang kebutuhan
diet pada penyakit DM,
kecemasan sudah tampak
tenang.
O:
Klien tampak mengerti
sehingga dapat mengulang
informasi yang diberikan, dan
tampak tenang.
A:
Kurangnya pengetahuan dan
gangguan rasa nyaman cemas
dapat teratasi.
P:
Intervensi dihentikan

Você também pode gostar