Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
Perawatan spiritual menjadi bagian dari perawatan secara menyeluruh
yang cukup mudah diterapkan dalam proses keperawatan dari mulai
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Kebutuhan dan perawatan spiritual di dalam kerangka kerja proses
keperawatan ini telah terbukti sangat membantu baik dari segi filosofis
maupun praktis. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan
spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain
dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun
perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang
berbeda.
Penting sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara spiritual,
keyakinan dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan
mempengaruhi pendekatan perawat dengan pasien. Spiritualitas merupakan
suatu konsep yang unik pada masing-masing individu.Manusia adalah
makhluk yang mempunyai aspek spiritual yang akhir-akhir ini banyak
perhatian dari masyarakat yang disebut kecerdasan spiritual yang sangat
menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat memahami bahwa aspek ini
adalah bagian dari pelayanan yang komprehensif. Karena selama dalam
perawatan, respon spiritual kemungkinan akan muncul pada pasien.
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat
ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan
seseorang, Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami
kelemahan dalam keadaan sakit untuk membangkit semangat untuk sehat, atau
juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai
contoh, orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau
memohon pertolongan dari Tuhannya.
Islam adalah ad-diin yang universal mencakup seluruh aspek kehidupan.
Para ulama memandang bahwa ajaran Islam memiliki tujun untuk memelihara
lima hal utama yaitu agama, jiwa (nafs), akal, kehormatan (keturunan), dan
kesehatan . Islam memandang sehat dalam konteks yang menyeluruh (holistic
sense), jika suatu bagian tubuh sakit maka bagian tubuh lainnya pun akan
merasakan sakit. Komponen sehat yang baik tidak hanya sehat fisik (jasad),
melainkan juga sehat mental (nafs), sosial, dan spiritual (ruuh). Bagi seorang
muslim, sehat dipandang sebagai anugrah Allah yang harus disyukuri. Oleh
2
karenanya, memelihara kesehatan merupakan amanah yang harus ditunaikan
sebagai wujud syukur kepada Allah. Kebanyakan manusia lebih memfokuskan
perhatiannya pada aspek kesehatan fisik, dibanding aspek kesehatan lainnya,
padahal kesehatan komponen lainnya sama pentingnya dengan kesehatan fisik
bahkan dampaknya lebih berat ketimbang aspek fisik. Misalnya, sakit fisik
atau jasad akan berakhir ketika ajal tiba, namun ruhani yang sakit akan terbawa
konsekuensinya sampai kehidupan akhirat. Dengan demikian kesehatan ruhani
sebenarnya merupakan esensi dari kesehatan hidup seseorang.
Keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi dari fungsi manusia
sebagai khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaanya,
menolong manusia lain yang mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi
kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial . Permasalahan klien dengan
segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan silaturrahmi
(interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal
serta memiliki kemampuan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. Namun jika
dilihat penerapannya dalam asuhan keperawatan pada klien, maka kita akan
kesulitan untuk mencari bukti-bukti otentik bagaimana pelayanan ini diberikan
oleh para perawat. Disisi lain, jika dilihat dalam kurikulum pendidikan perawat
di Indonesia, muatan aspek spiritual klien pun sedikit sekali bobotnya sehingga
tidak mampu memberikan bekal yang memadai bagi para calon tenaga
keperawatan. Hal ini nampaknya mungkin disebabkan karena minimnya
referensi tentang keperawatan spiritual. Literature tentang keperawatan
spiritual sebagian besar berdasar pada konteks budaya barat yang bersumber
pada filosofi sekularistik. Sedangkan aspek spiritual seseorang banyak
dipengaruhi oleh keyakinan, nilai-nilai, sosial, budaya, pengalaman, dan
konteks masyarakat atau situasi krisis dimana orang itu berada.
Keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi dari fungsi manusia
sebagai khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaanya,
menolong manusia lain yang mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi
kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial . Permasalahan klien dengan
segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan silaturrahmi
(interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal
serta memiliki kemampuan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar.
3
Hasil analisis situasi menunjukan, asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan spiritual belum diberikan oleh perawat secara optimal. Hasil survey
Kementerian Kesehatan terhadap Rumah Sakit di Indonesia tahun 2014
(Puskom Depkes) diketahui sekitar 54 – 74 % perawat melaksanakan instruksi
medis, 26 % perawat melaksanakan pekerjaan administrasi rumah sakit, 20 %
melaksanakan praktik keperawatan yang belum dikelola dengan baik, dan 68
% tugas keperawatan dasar yang seharusnya dikerjakan perawat dilakukan oleh
keluarga pasien. Keadaan ini memacu seluruh pilar kehidupan profesi
keperawatan untuk bahu-membahu, secara bersama membangun kembali
profesi keperawatan sesuai kaedah profesi. Berbagai pilar itu terdiri dari
institusi pendidikan, pelayanan, dan organisasi profesi. Institusi pendidikan
difokuskan pada penataan struktur kurikulum sesuai kompetensi pada level
program pendidikan dan penyelenggaraan proses pembelajaran untuk
menyiapkan lulusan yang handal. Intitusi pelayanan keperawatan (rumah sakit
atau puskesmas) difokuskan pada pengembangan sistem penugasan
keperawatan, fasilitasi jenjang karier keperawatan, dan menjadi sarana proses
sosialisasi profesi bagi para peserta didik melalui pembelajaran klinik.
Organisasi profesi bertugas menetapkan, mengembangkan standar profesi
keperawatan dan mengevaluasi untuk menjamin agar setiap perawat bekerja
sesuai standar profesi. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas
kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual
(Hamid, 2008). Berdasarkan latar belakang inilah penulis ingin mengetahui
lebih banyak tentang pemenuhan kebutuhan spiritual klien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Asuhan Kebutuhan Spiritual Islami di Berbagai
Tatanan Pelayanan Kesehatan
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Spiritual Islami di Rumah
Sakit
2) Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Spiritual Islami di
Puskesmas
4
3) Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Spiritual Islami di Tatanan
Pelayanan Kesehatan Lainnya
1.3 Manfaat
1) Menambah wawasan khususnya dalam ilmu keperawatan dan kesehatan
dalam perspektif islam pada asuhan keperawatan spiritual islami
2) Mengaplikasikan dalam praktek keperawatan sehari-hari pada klien di
Rumah Sakit, Puskesmas, dan Tatanan Pelayanan Kesehatan lainnya
3) Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian dan perkembangan
ilmu baru
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2) Aspek Spiritual
Spiritualitas adalah keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
Maha Pencipta yang meliputi berbagai aspek tersebut adalah:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketehui atau ketidakpastian
dalam kehidupan, yang dimaksud disini adalah unsur-unsur yang gaib
atau tidak kasat mata atau yang hanya bisa dirasakan dengan mata
hati.
6
b. Menemukan arti dan tujuan hidup, maksudnya adalah menentukan
hidup sesuai takdir.
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri, artinya bisa mengoptimalkan kekuatan yang ada di
dalam diri.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan
Tuhan Yang Maha Tinggi, yang dimaksudkan disini adalah mengakui
adanya hubungan vertikal antara sang pencipta dan yang dicipta.
3) Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu
kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal atau fisik, sosiologikal dan
spiritual. Dimensi spiritual dan religius dalam kehidupan merupakan salah
satu pengaruh terpenting dalam kehidupan individu. Dimensi spiritual
berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan
dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian.
Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar
kekuatan manusia (Kozier, 2010).
4) Perkembangan Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut Westerhoff’s di bagi ke
dalam empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu :
a. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan
berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya
pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau
kepercayaan yang di anut, Pada masa ini, anak belum mempunyai
pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan pada masa
ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti
berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolh
kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya,
perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang
seakilingnya dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak
7
biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta
mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
b. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang
di tandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan.
Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa
memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada
masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan
spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada
penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan
melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan
spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
c. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini,
diawali dengan proses npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan
yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk
mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional
dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional.
Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara
rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap
kepercayaannya.
d. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri
sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya
kepercatyaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi
perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan
dirinya.
5) Masalah Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual
adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu
atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami ganguan dalam
kepercayaan atau sistem yang memberikannya kekuatan, harapan, dan
arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam system kepercayaan,
adanya gangguan yang berlebih dalam mengartikan hidup,
mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup,
8
adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda
seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang
dengan tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur, dan
tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
a. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang
yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
b. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan
sistem nilai seperti adanya aborsi
c. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan
dalam kegiatan keagamaan
9
b. Keimanan/ keyakinan
Berpartisipasi dalam pelayanan spiritual dan religius, mendapat
teman untuk berdoa, melakukan ritual keagamaan, membaca kitab
suci, mendekatkan diri pada zat yang maha tinggi (Tuhan). Agama
dapat dijadikan sarana untuk mengekspresikan spiritualitas melalui
nilai-nilai yang dianut, diyakini dan dilakukan dengan praktik-praktik
ritual,didalamnya dapat menjawab pertanyaan mendasar tentang hidup
dan kematian. Apa yang harus dikenali adalah bahwa ada sebagian
orang yang mempunyai bentuk agama yang tidak selalu masuk
kedalam institusional (Contoh: Kristen, Islam, Budha), namun
demikian perawat harus tetap memperhatikan dan mendengarkan serta
menghormati apa yang diyakini klien dan dengan cara yang arif.
c. Hal positif/ bersyukur/ berharap/ kedamaian
Banyak berharap, merasakan kedamaian, dan kesenangan,
berfikir positif, membutuhkan ruang yang sepi untuk meditasi atau
refleksi diri, bersyukur dan berterima kasih, mempunyai rasa humor.
Harapan adalah orientasi di masa depan, mepercayai makna, meyakini
dan mengharapkan. Ada dua tingkatan tentang harapan: harapan yang
sifatnya spesifik dan harapan yang sifatnya umum. Harapan yang
sifatnya spesifik mencakup tujuan yang dikehendaki pada beberapa
keinginan diri. Harapan yang sifatnya umum bagaimana menghadapi
masa depan dengan selamat. Faktor-faktor yang signifikan, seperti
datangnya penyakit dapat menyebabkan hidup seseorang dalam
situasi yang sulit, harapan membantu manusia berinteraksi dengan
ketakutan dan ketidaktentuan, serta membantu mereka untuk
menghasilkan yang positif.
d. Makna dan tujuan hidup
Memaknai bahwa penyakit merupakan sumber kekuatan,
memahami mengapa penyakit, dapat terjadi pada dirinya, makna
dalam penderitaan, memahami tujuan hidup, memahami saat krisis
(Masalah kesehatan). Sebagai seseorang yang berpengetahuan dan
memahami tujuan hidup, ini merupakan penemuan prosedur yang
signifikan serta mempunyai daya dorong pada saat menjalani
penderitaan yang besar. Tidak hanya mengartikan ini sebagai daya
10
dorong, tetapi ini juga membawa pada pencerahan. Seseorang akan
memahami hal apa yang pantas untuk di prioritaskan dalam hidupnya,
dan hal apa yang tidak relevan untuk diprioritaskan. Spiritualitas
memberi penerangan pada seseorang yang mempunyai satu tujuan,
dan mengapa mereka menghendaki untuk hidup dihari yang lain.
e. Moral dan etika
Untuk hidup bermoral dan beretika, hidup dalam masyarakat dan
menjunjung tinggi moral dan etika yang ada di dalam masyarakat
tersebut.
f. Penghargaan pada keindahan
Menghargai keindahan alam dan seni, gambaran hubungan
dengan alam meliputi: ikut memelihara lingkungan sekitar dengan
cara menanam tumbuhan, pohon serta melindungi dari kerusakan,
mengagumi alam sebagai ciptaan, menghargai seni dengan
menghargai musik.
g. Pemecahan masalah/ kematian
Pesan atau nasihat sebelum menghadapi kematian, mengakui
adanya kehidupan setelah kematian, mempunyai pemahaman yang
dalam akan kematian, dan memaafkan diri dengan orang lain.
11
berbagai orang dan persitiwa yang disebutkan. Perawatan spiritual
adalah tentang melakukan, bukan menjadi, dan menyatakan bahwa
perawat lebih unggul dari klien, ini melibatkan cara menjadi (daripada
melakukan) yang memerlukan hubungan perawat-klien simetris.
c. Menemui pasien sebagai seorang yang beragama, Keagamaan ini
dicirikan sebagai formal, terorganisir, dan terkait dengan ritual dan
keyakinan. Meskipun banyak orang memilih untuk mengekspresikan
spiritualitas mereka melalui praktik keagamaan, beberapa dari mereka
menemukan spiritualitas yang harus diwujudkan sebagai harmoni,
sukacita, damai sejahtera, kesadaran, cinta, makna.
d. Menemui pasien sebagai manusia dengan otonomi . Jika pasien
menyadari adanya bahwa mereka masih memiliki kebebasan untuk
menentukan nasib sendiri disetiap dimensi mengamati, berfikir,
berbicara, dan melakukan, yaitu persepsi, pikiran, ekspersi dan
kegiatan melalui pembicaraan dengan perawat untuk memulihkan
rasa nilai sebagai sebagai seseorang dengan otonomi.
12
keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan
gaya hidup kea rah yang lebih baik, maka pasien akan lebih
membutuhkan dukungan spiritual.
13
f. Terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang bersifat
akut, seringkali individu terpisah atau kehilngan kebebasan pribadi
dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-harinya termasuk
kegiatan spiritual dapat mengalami perubahan. Terpisahnya individu
dari ikatan spitual beresiko terjadinya perubahan fungsi sosial.
g. Isu moral terkai dengan terapi
Kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya.
14
tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
15
d. Pendidik (Educator)
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
pengetahuan kesehatannya serta dalam hal ini perawat dapat
memberikan pendidikan spiritual terkait sehat dan sakit, sehingga
terjadi perubahan pada pasien baik secara fisik maupun
psikologisnya.
e. Koordinator (Coordinator)
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan maupun
tugas kerohaniawan, sehingga pemberi pelayanan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan pasien.
f. Kolaborasi (Collabolator)
Peran ini dulakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium,
dan petugas rohaniawan. Perawat dapat berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan yang komprehensif.
g. Konsultan (Consultant)
Peran ini berfungsi, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah-masalah kesehatan maupun spiritual. Perawat dapat
meberikan solusi yang terbaik bagi pasien melalui hal ini.
h. Pembaharuan (Agent of Change)
Peran sebagai pembaharuan dapat dilakukan dengan cara melakukan
perubahan. Peningkatan dan perubahan adalah kompenen esensial
dari perawat, dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
dapat membantu pasien untuk merencanakan, melaksanakan dan
menjaga perubahan seperti pengetahuan tentang spitual, perasaan dan
perilaku.
16
yang diperlukan. Proses keperawatan sebagai suatu metode ilmiah untuk
menyelesaikan masalah keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan spiritual yaitu:
a. Pengkajian
Pengkajian dapat menunjukan kesempatan yang dimiliki perawat
dalam mendukung atau menguatkan spiritualitas pasien. Pengkajian
tersebut dapat menjadi terapeutik karena pengkajian menunjukan
tingkat perawatan dan dukungan yang diberikan. Perawat yang
memahami pendekatan spiritual akan menjadi yang paling berhasil.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif.
Pengkajian data subjektif meliputi konsep tentang Tuhan atau
ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik agama dan ritual,
hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
Sedangkan data pengkajian objektif dilakukan melalui pengkajian
klinik yang meliputi pengkajian afek dan sikap, prilaku, verbalisasi,
hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif
terutama dilakukan melalui observasi.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan spiritual menurut
North Nursing Diagnosis Association adalah distress spiritual.
Definisi distress spiritual adalah rentan terhadap gangguan
kemampuan merasakan dan mengintegrasikan makna dan tujuan
hidup melalui keterhubungan dalam diri, sastra, alam, dan kekuatan
yang lebih besar dari dirinya sendiri, yang dapat mengganggu
kesehatan.
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan
informasi kedalam diagnosa keperwatan yang sesuai. Perawat harus
mempertimbangkan status kesehatan klien terakhir dari perspektif
holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip kesatuan. Setiap
diagnosa harus mempunyai faktor yang berhubungan dan akurat
sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan
berlangsung.
17
c. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan
terindentifikasi, selanjutnya perawat dan klien menyusun kriteria
hasil dan rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada klien
dengan distress spiritual difokuskan pada menciptakan lingkungan
yang mendukung praktik keagamaan dan kepercayaan yang biasanya
dilakukan. Menetapkan suatu perencanaan perawatan, tujuan
diteptapkan secara individual, dengan mempertimbangkan riwayat
pasien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif
yang relevan. Tiga tujuan pemberian perawatan spiritual, yaitu:
1) Klien merasakan perasaan percaya pada pemberian keperawatan.
2) Klien mampu terikat dengan anggota sistem pendukung.
3) Pencarian pribadi klien tentang makna hidup meningkat.
d. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi
dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan ashuan keperawatan
sebagai berikut :
1) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
2) Fokuskan perhatian pada persepsi klien akan kebutuhan spiritual.
3) Jangan berasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
4) Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.
5) Berespon secara singkat, spesifik, dan faktual.
6) Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti
menghayati masalah klien.
7) Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik
mendukung menerima, bertanya, memberi infromasi, refleksi,
menggali perasaan dak kekuatan yang dimiliki klien.
8) Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau
pesan verbal klien.
9) Bersifat empati yang berarti memahami perasaan klien.
10) Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak
berarti menyetujui klien.
11) Menentukan arti dan situasi klien, bagaimana klien berespon
terhadap penyakit.
18
12) Apabila klien menganggap penyakit yang dideritanya merupakan
hukuman, cobaan, atau anugrah dari Tuhan.
13) Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban
agama.
14) Memberi tahu pelayanan spiritual yang tersedia dirumah sakit.
e. Evaluasi
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang
ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan
data terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan
keperawatan tercapai apabila secara umum klien:
1) Mampu beristirahat dengan tenang
2) Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan,
3) Menunjukan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka
agama
4) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya,
5) Menunjukan afek positif tanpa rasa bersalah dan kecemasan.
Perawat mengintervensi keperawatan membantu menguatkan
spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritual klien
dengan prilaku dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian
keperawatan. Klien harus mengalami emosi sesuai dengan situasi,
mengembangkan citra diri yang kuat dan realistis
19
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. ( Q.S. Al-
Israa’:7). “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu…”. (Q.S. Al-Qashash: 77). “Maka disebabkan rahmat
dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu…”. (Q.S. Ali Imran:159)
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana
pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan
kesulitannya (HR. Muslim). Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia
menyukai bagi saudaranya apa yang dusukai untuk dirinya. (HR. Ahmad)
20
yang berpotensi secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang
mempunyai fitrah apakah sebagai perawat ataupunklien sebagaimana
Allah berfirman :“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui “(Q.S. Ar ruum : 30).
c. Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan
pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan
untuk pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.
d. Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media
da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
21
“Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya
serta kebahagiaan akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi
siapa saja diantara kamu yang berbuat ihsan pahala yang besar”. [QS Al
Ahzab : 29]. “Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga”. [QS Ar
Rohman : 60]
22
(3) Terhadap Mahluk lain selain manusia termasuk pada hewan dan
lingkungan harus disayangi oleh manusia.
23
tinggi. Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan dari
asuhan keperawatan yang diberikannya. Perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan tidak bisa bekerja sendiri tetapi memerlukan orang lain, apakah
itu satu tim ataupun tim lain hal ini didasarkan pada konsep manusia dalam
paradigma keperawatan islam ia adalah sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan
juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (Q.S. Al-Maa-idah: 2),
(QS Al Hujarat : 10).
4. Keluaran (Output)
Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami
adalah Qualitas asuhan, refleksi dari qualitas bagi semua (perawat dan Klien)
adalah kepuasan. Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang
diterima dapat menyentuh fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Alqur’an :
1. Sebagai Mahluk Mulia
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”. [QS At Tiin :4]
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, kami
angkut mereka didaratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan [QS Al Israa:70]
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah
kemuliaannya, tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih
rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang
diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang sempurna
seperti dijelaskan sebelumnya.
2. Sebagai mahluk Pengabdi
“Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi
kepadaKu [Adz Dzariat :56]
Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk
menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini
menjadi fokus dari asuhan keperawatan islami sehingga klien dapat
beribadah dengan baik untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.
24
3. Sebagai mahluk yang Hanif
Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus)
terkadang tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya,
sejahat-jahatnya manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus
dapat disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan syukur bila
perawat dapat menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini.
Ayat-allah tentang hanif dapat disimak pada [QS Ar Ruum : 30], [QS An
‘aam :161], [QS Al Baqarah :135], [QS Ali Imran : 65], [QS An Nisaa:
125], [QS Yunus : 105].
4. Sebagai Mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah
yang memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya.
Tidak hanya itu Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk
memilih jalan hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai
dengan keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah
telah menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi.
Allah berfirman.
“Dan katakanlah : “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa
yang ingin kafir biarlah ia kafir” Sesungguhnya kami telah sediakan bagi
orang-orang Zalim di neraka.”[QS Al Kahfi : 29]
Ayat itu Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan
memutuskan sesuatu tentang diri manusia adalah adalah manusia itu
sendiri sehingga fitrah manusia disini adalah mempunyai kemerdekaan.
Aspek penting dalam keperawatan Islam untuk dapat menghargai potensi
klien untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri, tetapi perawat juga
dapat mengajak atau memberikan bimbingan kepada klien apabila
keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan Ajaran Islam maka
Kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan
keperawatan Islami.
5. Sebagai Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan
nilai-nilai komunal
25
Allah berfirman :
“Hai Manusia, bertaqwalah kepada kamu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan Isterinya dan
daripada keduanya memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu”. [QS An Nisaa : 1]
Dalam Ayat lain [QS Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS
Yunus : 10] menunjukkan bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang
selalu individual sehingga ada batas-batas yang tidak bisa diketahui orang
lain, tidak membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu manusia sebagai
mahluk sosial pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta
peltolongan. Asuhan keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini
pada saat yang tepat klien dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat
membutuhkan orang laindan lingkungan sesuai dengan tuntunan Alqur’an.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan
dalam ikhtiarnya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki
adalah bila klien sembuh maka akan timbul rasa Syukur (tasyakur), bila
ada ketidak sempurnaan dalam kondisinya klien akan merasa Ridho, dan
apabila dalam upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih
buruk maka ia tidak akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan
Tawaqal kepada Allah berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan
tetap dalam iman. Pada akhirnya Outcome dari asuhan keperawatan Islam
adalah untuk mencapai Ridho Allah “Mardhotillah” baik itu bagi klien
maupun perawat sebagai sasaran akhir dari hidup manusia dimuka bumi
ini.
Islam mengandung ajaran yang mencakup semua aspek hidup dan
kehidupan manusia termasuk didalammnya ajaran yang berkaitan dengan
kesehatan jasmani, rohani, sosial, kultural dan spiritual. Pengamalan
ajaran Islam dalam bidang kesehatan wajib dilaksanakan oleh umat
sebagai perwujudan ibadahnya kepada Allah SWT dan sesama umat
manusia, diantaranya melalui pelayanan/asuhan keperawatan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan.
26
Keperawatan sebagai bentuk layanan yang ditujukan bagi klien
(individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dilandasi oleh suatu
keyakinan yang dibangun berdasarkan pandangannya yang kokoh yakni
paradigma keperawatan meliputi manusia-kemanusiaan, lingkungan,
sehat-kesehatan dan keperawatan, yang kemudian disebut sebagai
Paradigma Keperawatan Islam. Asuhan keperawatan Islam adalah
Integrasi nilai-nilai Islam yang bersumber pada Alqur’an dan Hadits,
merupakan suatu sistem sehingga banyak faktor-faktor yang berpengaruh
untuk keberhasilan asuhan sehingga mempengaruhi tujuan akhir dari
pemberian asuhan keperawatan Islam. Dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Islam selain perawat melaksanakan profesi keperawqatan
yang merupakan manifestasi dari Ibadahnya maka asuhan perawtan Islam
mempunyai nilai spiritual yang sangat tinggi karena merupakan sarana
da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
Kepuasan terhadap asuhan keperawatan dalam pandangan
keperawatan islam adalah dimana fitrah manusia dapat disentuh oleh
asuhan keperawaatan yang diberikan sehingga merefleksikan rasa Syukur,
ridho, sabar dan tawaqal terhadap pencapaian keberhasilan ikhtiar
manusia. Apabila klien dan perawat sudah bisa merasakan itu maka akan
dicapai tujuan hidup didunia ini adalah Mardhatillah. Asuhan
keperawaatan Islam dalam tataran nilai-nilai ini perlu dikembangkan pada
konsep-konsep yang dapat menjadi acuan operasional perawat muslim
sehingga semakin cepat dan semakin banyak kaum muslimin akan
mendapatkan pelayanan sesuai dengan keyakinan dan keimanannya yang
pula merupakan fitrah manusia.
Upaya-upaya mengembangkan asuhan keperawatan Islami secara
terus menerus dan simultan menjadi tanggung jawab muslim sebagai
manifestasi dari hamba Allah (pengabdi) dalam menegakkan agama Allah,
pengembangan tersebut secara komprehensif dan terintegrasi dan
sistematis bersumber pada Alqur’an dan Hadits yang merupakan warisan
Rasulullah kepada ummatnya.
27
2.3 Islam Dan Kesehatan Spiritual
Islam adalah ad-diin yang universal mencakup seluruh aspek kehidupan.
Para ulama memandang bahwa ajaran Islam memiliki tujun untuk memelihara
lima hal utama yaitu agama, jiwa (nafs), akal, kehormatan (keturunan), dan
kesehatan (Shihab, 1992). Islam memandang sehat dalam konteks yang
menyeluruh (holistic sense), jika suatu bagian tubuh sakit maka bagian tubuh
lainnya pun akan merasakan sakit. Komponen sehat yang baik tidak hanya sehat
fisik (jasad), melainkan juga sehat mental (nafs), sosial, dan spiritual (ruuh).
Bagi seorang muslim, sehat dipandang sebagai anugerah Allah yang harus
disyukuri. Oleh karenanya, memelihara kesehatan merupakan amanah yang
harus ditunaikan sebagai wujud syukur kepada Allah.
Kebanyakan manusia lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek
kesehatan fisik, dibanding aspek kesehatan lainnya, padahal kesehatan
komponen lainnya sama pentingnya dengan kesehatan fisik bahkan dampaknya
lebih berat ketimbang aspek fisik. Misalnya, sakit fisik atau jasad akan berakhir
ketika ajal tiba, namun ruhani yang sakit akan terbawa konsekuensinya sampai
kehidupan akhirat. Dengan demikian kesehatan ruhani sebenarnya merupakan
esensi dari kesehatan hidup seseorang. Istilah spiritual identik dengan istilah
ruuh (ruhani) atau soul. Para Ulama Islam lebih merekomendasikan
menggunakan istilah ruuh (ruhani) sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an,
ketimbang istilah spiritual atau soul yang berakar pada keyakinan Yahudi-
Nashrani. Manusia dapat mengetahui hal-hal yang bersifat fisik-material dengan
proses pengenalan melalui panca indra yang dimilikinya. Proses pengenalan ini
melahirkan suatu pengetahuan tentang suatu fenomena fisik atau material. Untuk
hal-hal yang immateri, seperti halnya ruuh, manusia tidak dapat mengandalkan
panca indra karena proses pengindraan sangatlah terbatas. Hakikat yang
sesungguhnya dari ruuh hanyalah Allah yang tahu, sebagaimana Allah SWT
berfirman:
28
Manusia tidak bisa mengetahui secara nyata bagaimana sebenarnya ruuh,
cara yang terbaik untuk mengetahui ruuh ini adalah melalui wahyu atau
informasi yang diberikan Allah, karena Allah yang menciptakan ruuh dan Allah
lah yang mengetahui secara pasti hakikat ruuh tersebut. Ruuh dijelaskan oleh
beberapa ulama sebagai substansi yang halus dari manusia, merupakan
kebalikan jasad, bersifat tinggi, suci, memiliki daya. Menurut Al-ghazali, ruuh
merupakan penggerak jasad yang mampu berfikir, mengingat, dan mengetahui.
Ruuh inilah yang kelak akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah.
29
Sehat dan sakit bagi seorang muslim bisa dipandang sebagai ujian atau
kifarat bagi dosa-dosa yang telah dilakukan, dan semua yang terjadi tidak luput
dari kehendak Allah SWT. Sehingga dalam mencari kesembuhan pun harus
dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, karena hakikat kesembuhan adalah
dari Allah SWT. Dokter, perawat, petugas kesehatan, obat, dan pihak lainnya
hanyalah perantara (instrument) bagi kesembuhan dari Allah. Healing berbeda
dengan Cure atau Recovery. Cure dan recovery lebih menekankan pada
penyebuhan dan pemulihan fisik seseorang setelah mengalami sakit. Healing
lebih mengacu pada proses pemulihan fungsi kehidupan secara totalitas dan
holistik dari individu setelah mengalami suatu penyakit atau stress. Healing
bukan hanya meliputi aspek fisik tapi juga aspek emosional, sosial, kultural, dan
spiritual. Sehingga dalam konsepsi Islam, healing ini bisa dipandang sebagai
upaya dakwah yang menyeru serta membimbing manusia kejalan Allah dengan
hikmah (ilmu) dan cara-cara yang baik, hingga manusia tersebut mengingkari
dari thagut dan beriman kepada Allah yang mengeluarkan dari kegelepan
jahiliyah ke cahaya Islam. Oleh karenanya perawat ruhani Islam, pada
hakikatnya juga seorang da’i yang yang membantu proses penyembuhan secara
totalitas baik pada tingkat individu maupun masyarakat.
Aspek ‘caring’ yang menurut Watson diartikan sebagai kesadaran penuh
perawat untuk membangun hubungan professional perawat-klien yang terapetik
yang meliputi unsur-unsur ‘trust, touch, presence, love, compassion, empathy,
dan competence’. Dalam konteks Islam, membangun hubungan ‘caring’ dengan
klien harus didasarkan pada nas atau ayat yang diturunkan Allah SWT. Dalam
hal ini, berarti segala aktvitas pelayanan kepada klien didasarkan pada niat yang
ikhlas untuk semata-mata beribadah kepada Allah, bukan hanya hubungan
kontrak professional yang bersifat jasa atau komersial. Caring merupakan
manifestasi fitrah (wujud asli) dari refleksi terhadap kecintaan kepada Allah dan
rasul-Nya yang mengajarkan menyayangi yang lemah, membesarkan hati yang
sedang menderita sakit, serta menyelamatkan kehidupan dan tidak berbuat
kerusakan. Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah keinginan untuk
bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk beristiqomah di
jalan yang benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat.
30
2.5 Perawatan Spiritual Dalam Perspektif Islam
Perawatan spiritual atau ruhani dalam pandangan para ulama Islam
merupakan proses berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia. Islam
mengajarkan bagaimana manusia menjalani kehidupan dari mulai menyiapkan
generasi penerus yang masih berupa janin didalam kandungan, kemudian lahir
sebagai seorang bayi, menjadi anak, dan tumbuh menjadi dewasa, sampai
menjelang ajal tiba. Dengan melaksanakan ajaran Islam secara totalitas sesuai
tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul, maka manfaat yang diperoleh adalah
diantaranya terpeliharanya kesehatan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Mengingat manusia pada awalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka
tujuan perawatan spiritual Islam adalah bagaimana mengembalikan manusia
kedalam fitrahnya agar bisa mengenal Tuhannya, melaksanakan segala perintah-
Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun, kerena kehidupan manusia
tidaklah steril dari kotoran atau penyakit, maka metoda yang dianjurkan para
ulama dalam menjaga kefitrahan diri dalah dengan melakukan penyucian jiwa
(Tazkiyat an-nafs). Tazkiyah merupakan dasar untuk peningkatan dan
pengembangan keperibadian. Tazkiyah juga merupakan proses panjang,
proaktif, perjuangan yang sulit dalam mengembalikan kedudukan manusia
kedalam kontrak semula antara mahluk dan Khalik (Allah). Allah SWT
berfirman:
“…..Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan
diri untuk kebaikan dirinya sendiri, Dan kepada Allahlah tempat kembali (QS
35:18)”
Memperbaiki, dan meneguhkan akidah, ibadah, menghindari hal-hal yang
dilarang, senantiasa mengingat kekuasaan Yang Maha Pencipta, dan
mentafakuri segala ciptaan Allah, merupakan jalan tazkiyah yang dapat
meningkatkan kepribadian, berahkak kharimah, asertif, dan percaya diri. Hidup
ditengah-tengan lingkungan yang sarat dengan nilai kebenaran dan keshalihan
sangat diperlukan untuk memotivasi penyucian jiwa. Islam adalah agama amal,
mencapai tazkiyah pun melalui amal perbuatan yang nyata. Dalam kondisi
seseorang sedang ditimpa musibah berupa sakit, maka Islam memberikan
bimbingan bagaimana mensikapi sakit dengan senatiasa berhusnudzan kepada
Allah, berserah diri kepada Allah, mengingat Allah (dzikir), sabar, berdo’a dan
berupaya dengan jalan yang diridhai Allah. Perawat yang sehari-hari merawat
31
klien yang sakit sangat berperan dalam memberikan bimbingan ruhani sesuai
batas kemampuan atau berupaya memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan ruhiyah bagi pasien yang sedang sakit. Beberapa intervensi yang bisa
dikembangkan oleh perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan ruhiyah
kliennya adalah diantaranya dengan mengucapkan salam kepada klien,
menunjukan sikap ramah, kasih saying, perhatian, mendo’akan klien,
memberikan tausiah, meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan klien,
memfasilitasi kegitan ibadah klien, menghadirkan petugas kerohanian,
memberikan bimbingan sakaratul maut, serta menata kondisi lingkungan yang
kondusif untuk terpenuhinya kebutuhan ruhiyah klien.
32
Dampaknya : meningkatnya status kesehatan masyarakat
Umpan baliknya : keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan
Lingkungannya : masyarakat dan instansi-instansi diluar puskemas tersebut
33
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( sekunder)
Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan
inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tersier)
Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.Contohnya: Rumah
Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
34
BAB 3
TINJAUAN KASUS
35
balai pengobatan setiap 2 hari untuk mengganti balutan, klien mengatakan
sudah lelah dengan rutinitas harus bolak balik ke balai pengobatan, setiap malam
klien mengatakan tidak bisa tidur, klien mengatakan sulit melaksanakan sholat
dengan kondisi kakinya yang selalu sakit, klien mengatakan tidak percaya diri
untuk ikut kegiatan keagamaan, klien mengatakan takut jika suatu saat kaki
harus diamputasi.
36
BAB 4
PEMBAHASAN
37
1) Membangun hubungan saling percaya, yaitu perawat merawat pasien
sepenuh hati, ramah saat bertemu pasien, mau mendengarkan keluhan
pasien, menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan.
2) Memberikan dan memfasilitasi lingkungan yang mendukung, perawat
memberikan posisi tidur yang nyaman untuk Ny. M, memfasilitasi
istirahat dengan memberikan lingkungan yang bersih dan tenang,
melibatkan keluarga untuk selalu berada di dekat pasien, menjaga privasi
dalam tindakan keperawatan, hadirkan rohaniawan rumah sakit.
3) Menanggapi keyakinan pasien, perawat mengaanjurkan klien untuk selalu
beribadah dan berdoa dan memberikan keyakinan kepada klien bahwa
sakit yang di derita klien dapat menghapusi dosa-dosa klien.
Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah SAW, Beliau
bersabda ”Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan
sejenisnya melainkan Allah akan menguburkan bersamanya dosa-dosanya
seperti pohon yang menggugurkan daun-daunya”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
4) Mengintegrasikan spiritualitas ke dalam rencana jaminan mutu, perawat
menghadirkan rohaniawan jika klien membutuhkannya, memberikan izin
kepada keluarga klien untuk melakukan ibadah diruangan.
5) Perawat sebagai kunci dalam kesehatan. Perawat memberikan perawatan
yang holistik dan komprehensif yang tidak hanya dari segi aspek spiritual
tapi juga dari aspek fisik, psikologis, dan aspek sosial.
38
Kesiapan meningkatkan religiolitas didefinisikan sebagai suatu pola
kesadaran terhadap keyakinan agama dana tau partisipasi dalam ritual tradisi
keyakina tertentu yang dapat ditingkatkan.
c. Rencana Keperawatan
Dari diagnosa Ny. W di atas perawat dapat membuat rencana keperawatan:
melalui memberikan dukungan spiritual dengan memberikan informasi
mengenai Asma dan pengobatan Asma. Selain itu, perawat puskesmas selalu
mengingatkan klien untuk selalu beribadah dan terus berdoa serta minum
obat Asma dan tidak lelah untuk mencapai kesembuhan.
Hal tersebut sesuai dengan kitab Shahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Beliau bersabda:
َما أَنزَ َل هللاُ دَا ًء ِإلَّ أَنزَ ل لَهُ ِشفَا
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit
itu obatnya.” (HR. Al-Bukhari)
Jabir Radhiallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
ب دَ َوا ُء الد َِّاء بَ َرأ َ ِبإِذ ِن هللاِ َع َّز َو َج َّل ِ ُ فَإِذَا أ،ِل ُك ِّل دَاءٍ دَ َوا ٌء
َ صي
“Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan
sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim).
39
c. Rencana Keperawatan
Dari diagnosa Resiko distress spiritual yang terjadi pada kasus Ny. S,
perawat dapat membuat rencana keperawatan .Pada tahap perencanaan ini
perawat mengidentifikasi intervensi untuk membantu pasien
meningkatkan harapan hidup yang lebih baik, dengan memberikan
dukungan bahwa luka yang ada pada pasien akan sembuh jika pasien selalu
bersabar dan rajin melakukan perawatan. Sesuai dengan alquran surat Al-
Anfal: 46 :
“…Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Selain itu seorang perawat juga harus memberikan kekuatan kepada pasien
agar selalu sholat,berdoa, mendekatkan diri dan tidak merasa rendah diri
terhadap penyakitnya. Sesuai dengan Q.S. Al-Baqarah: 286 yang berbunyi
Allah tidak akan membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Dan dalam Q.S Al-Baqarah:153 yang berbunyi “ wahai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.
40
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan baik
intelektual, interpersonal, moral, bertanggung jawab, dan berkewenangan
melaksanakan asuhan keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 2012). Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik, seorang perawat harus
mempertimbangkan berbagai aspek baik aspek fisik, sosial, emosional, kultural
maupun spiritual dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien.
Perawat memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang
komprehensif. Karena selama dalam perawatan, respon spiritual kemungkinan
akan muncul pada klien. Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam
agama terdapat ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan
dan kesehatan seseorang, Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang
mengalami kelemahan dalam keadaan sakit untuk membangkit semangat untuk
sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai
kesejahteraan.
Spiritual merupakan suatu keyakinan dalam hubunganya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai seorang perawat yang bekerja di
Rumah Sakit, Puskesmas dan Tempat Kesehatan lainnya hendaknya
memberikan asuhan keperawatan spiritual dengan memberikan motivasi untuk
selalu berdoa, sholat, dzikir, untuk kesembuhan penyakit, diagnosa yang muncul
pada asuhan keperawatan spiritual yaitu distress spiritual, kesiapan untuk
meningkatkan kesejahteraan spiritual dan resiko distress spiritual.
5.2 Saran
Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan
secara holistik yang tidak hanya mencakup bio, psiko sosail tetapi juga harus
mementingkan aspek spiritual klien. Perlu diadakannya pelatihan pelayanan
spiritual secara berkala bagi perawat guna terlaksananya asuhan keperawatan
spiritual islami di tatanan pelayanan kesehatan.
41
DAFTAR PUSTAKA
42