Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
ditemukan pertama kali di California pada tahun 1981. Sejak HIV AIDS
ditemukan, jumlah penderita terus mengalami peningkatan. Data WHO saat ini
menyatakan dari Juli 1987 sampai dengan September 2007 pengidap HIV dan
kasus AIDS sebanyak 16.288 orang dengan angka kematian mencapai 2.287.
Pada tahun 2009 secara global jumlah pasien yang hidup dengan
HIV/AIDS sebanyak 33,3 juta, dimana 30,8 juta diantaranya berusia diatas 15
tahun. Di Indonesia HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Bali sejak tahun 1987.
Maret 2008 ada sebanyak 12.000 orang penderita di Indonesia. (KPA Prov Bali,
2013).
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bali menyebutkan, kasus HIV dan
AIDS hingga Agustus 2013 adalah 8.141 kasus, namun jumlah sebenarnya
gunung es, artinya bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan terdapat
200 kasus yang sama yang tidak tercatat. Kota Denpasar menduduki peringkat
1
Pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan angka kejadian
HIV/AIDS di Bali. Salah satu cara yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi
Provinsi Bali membagikan sekitar 80.000 kondom dalam setahun dengan target
para pekerja seks dan pelanggannya, yang disebarkan secara cuma-cuma pada
saat penyuluhan kesehatan dan kegiatan sosial lainnya melalui bantuan LSM
Angka kejadian HIV/AIDS semakin meningkat akan menurunkan kualitas
sumber daya manusia khusunya di Denpasar Bali. Orang dengan HIV AIDS
(ODHA) dalam masyarakat masih sulit untuk diterima baik di keluarga maupun
memiliki hak untuk sembuh dan meningkatkan kualitas hidup mereka (Oktarina,
2011).
Stigma dan diskriminasi mengakibatkan pasien HIV/AIDS tidak mau
terbuka, merasa malu dan takut dikucilkan di masyarakat sehingga tidak mau
ini adalah isolasi, pemberian label nama atau metode lain yang mengidentifikasi
dari orang lain, penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja
kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas pelayanan kesehatan. Berbagai
kondisi yang mereka alami ini menyebabkan tidak sedikit pasien HIV/AIDS
2
Perawat sebagai tenaga kesehatan mempunyai tugas yang sangat penting
kontak dengan pasien langsung selama 24 jam. Perawat yang bekerja di fasilitas
kesehatan seperti Rumah Sakit sangat beresiko terpapar infeksi yang secara
cairan tubuh pasien dan tertusuk jarum suntik bekas pasien. Begitu besarnya
bahaya penularan ini, maka perawat harus berperan penting dalam hal
pencegahan penularan baik kepada pasien lain maupun dirinya sendiri. Perawat
juga perlu bekerja secara hati-hati dan selalu menerapkan standar pencegahan
kesehatan rawat inap. Pasien dengan HIV/AIDS biasanya datang ke Rumah Sakit
tidak semua pasien maupun perawat mengetahui bahwa pasien telah terjangkit
ketakutan dan keengganan pada perawat untuk kontak dan merawat pasien
dengan HIV/AIDS. Perawat dianggap memiliki informasi yang baik dan sangat
terampil serta dianggap penting untuk semua sistem kesehatan nasional, namun
3
terkadang perawat tidak memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan
HIV/AIDS dan di negara lain juga para perawat menolak merawat penderita
pendidikan kesehatan (Phaladze, 2003 dalam Sukarja, 2011). Kondisi yang sama
terjadi di Uganda, Brazil dan Bosnia, sebagian perawat takut bersentuhan dengan
alasan keterbatasan sarana dan alat (Fourner dkk, 2007 dalam Sukarja, 2011).
Dari riset yang dilakukan Sri Hanida Tahun 2009 dikatakan bahwa perawat
sebagian besar takut dengan pasien HIV/AIDS dan semua responden dari
pada keluarga pasien yang seharusnya dilakukan oleh perawat. Perawat tidak
pasien tapi perawat lebih sering melakukan aktivitas seperti mengukur tanda
penyakit yang mudah menular, dapat melahirkan sikap dan perilaku perawat
yang tidak profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Jika
jumlah pasien HIV/AIDS terus meningkat namun ada rasa takut pada perawat
4
untuk merawat pasien HIV/AIDS maka pasien HIV/AIDS akan terbengkalai dan
HIV/AIDS.
HIV/AIDS.
HIV/AIDS.
HIV/AIDS.
HIV/AIDS.
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis bahwa hasil penelitian ini berguna bagi tenaga kesehatan
dengan HIV/AIDS.